Selasa, 31 Mei 2011

Autumn's Concerto Episode 14





Xiao Le harus menjalani operasi karena luka di lututnya. Yi Qian yang sudah mengetahui bahwa Guang Xi adalah ayah biologis dari Xiao Le tampak merenung sebelum masuk ruang operasi. Ia baru menyadari hubungan yang terjalin antara Guang Xi dan Xiao Le karena insting alami diantara mereka berdua. Guang Xi langsung menyayangi Xiao Le tanpa tahu bahwa Xiao Le adalah anak kandungnya. 


Yi Qian masuk ke ruang operasi. Ia mengambil alih jalannya operasi Xiao Le. Ia ingin kedua tangannya yang menyelamatkan anak dari calon suaminya.

Di luar Mu Cheng menunggu dengan gelisah. Guang Xi dan Direktur Fang menemaninya. Melihat Mu Cheng yang kedinginan, Guang Xi memakaikan jasnya pada Mu Cheng. Direktur Fang menatapnya dengan pandangan tajam. Mulutnya gatal jika tak mengeluarkan komentar. Ia berkata dengan sinis sejak kapan Guang Xi begitu sangat perhatian. Padahal Mu Cheng hanya memberikan tumpangan tempat tinggal. Namun bagi Guang Xi, Mu Cheng bukan hanya orang yang memberinya tumpangan. Ia sudah menganggapnya sebagai seorang teman yang telah banyak mengubah perangai buruknya.


Seorang suster keluar dari ruang operasi. Ia mengabarkan operasi telah berhasil dan akan memindahkan Xiao Le ke ruang perawatan. Mu Cheng menarik nafas lega.

Direktur Fang meminta Guang Xi pulang. Ia beralasan Guang Xi harus menyiapkan daftar undangan bersama Yi Qian. Ia sengaja membiarkan Guang Xi pergi terlebih dahulu agar ia bisa berbicara berdua dengan Mu Cheng. Direktur Fang tak menyangka Guang Xi bisa bertemu lagi dengan Mu Cheng setelah 6 tahun. Ia menyalahkan Mu Cheng atas musibah yang dialami Direktur He. Akhirnya ia mengerti mengapa Guang Xi berubah sikap, semua lagi-lagi karena Mu Cheng.


Mu Cheng meminta Direktur Fang tak menyakut-pautkan dirinya dengan Guang Xi lagi. Direktur Fang mengira karena Mu Cheng sudah bersama Tuo Ye.
"Dia ayah Xiao Le, kan?" tanyanya.
Mu Cheng menggeleng.
"Aku benar-benar tak percaya bahwa hubunganmu sangat rumit. Ibu tak bertanggungjawab sepertimu yang memungkinkan anaknya sendirian berkeliaran di Taipei," ejek Direktur Fang.
Mu Cheng tak marah. Ia malah berterimakasih karena Direktur Fang telah membawa Xiao Le ke rumah sakit.



Mu Cheng pergi mencari Yi Qian. Mereka berbicara di atap gedung.
"Mengapa kau berbohong padaku? Aku tak pernah berpikir bahwa kau meninggalkan Guang Xi setelah mengetahui kau mengandung anaknya. Apa yang kau pikirkan?" tuntut Yi Qian.
"Xiao Le milikku seorang. Aku yang memutuskan untuk membesarkannya sendirian dan aku tak pernah sekalipun meminta tanggungjawabnya. Jadi ini tak ada hubungannya dengannya."
"Jika kau tak lagi mencintai Guang Xi, mengapa kau mau melahirkan anaknya?" ucap Yi Qian tak mengerti.
"Karena aku membutuhkan seseorang untuk menemaniku. Kedua orang tuaku meninggal ketika aku masih kecil. Bibiku meninggalkanku tiba-tiba dan aku tak tahu kemana dia pergi. Aku membutuhkan keluarga yang tidak akan pernah meninggalkanku dan selalu ada disampingku."
"Tidakkah kau berpikir bahwa kau terlalu egois?" cela Yi Qian. 
Yi Qian memutuskan akan memberitahukan hal ini pada Guang Xi. Mu Cheng mencegah niat Yi Qian. Ia memberikan gambaran apa yang akan terjadi jika rahasia ini sampai terungkap. Apa yang dapat diberikan Guang Xi untuk Xiao Le. Bagaimana Xiao Le dapat memahami jika ayahnya ternyata akan menikahi wanita lain. Di kehidupan mendatang mereka akan mempunyai anak sendiri, berapa banyak cinta yang bisa diberikan Guang Xi untuk Xiao Le.


Ucapan Mu Cheng membuat Yi Qian berpikir ulang. Mu Cheng sampai memohon pengertian dari Yi Qian.
"Bagaimana dengan Guang Xi. Bagaimana bisa aku menyimpan rahasia ini dan menikahinya?"
"Ya, kau bisa. Enam tahun lalu kita semua memilih untuk membohonginya. Dan kau tak pernah mencoba menceritakan padanya apa yang terjadi dengan masa lalunya. Aku tahu kalian semua menyusun ulang hidupnya berdasarkan apa yang terbaik untuknya. Aku dan Xiao Le hanya bagian dari masa lalunya. Biarkan kami tinggal disana. Kami tak perlu muncul di hidupnya yang sekarang atau masa depannya."
Yi Qian masih ragu. Ia khawatir jika suatu hari ingatan Guang Xi pulih. Bagaimana Guang Xi menghadapi kenyataan bahwa Xiao Le putra kandungnya. Mu Cheng bersedia bertanggung jawab atas kebohongan ini. Yi Qian akhirnya setuju untuk menyimpan rapat rahasia itu.



Guang Xi dan Tuo Ye bertengkar di kamar Xiao Le. Tuo Ye menyalahkan Guang Xi atas musibah yang menimpa Xiao Le. Guang Xi tak terima, malah balik menyalahkan Tu Ye. Mereka saling tuding dengan argumen masing-masing.

Guang Xi bertemu Yi Qian di koridor rumah sakit. Yi Qian menyerahkan gelang pandora Guang Xi yang dibawa Xiao Le. Yi Qian meminta Guang Xi membersihkan gelang itu yang tak sengaja terkena darah Xiao Le.


Di rumah Guang Xi dan Yi Qian mendiskusikan persiapan pernikahan mereka. Yi Qian tampak tak fokus. Direktur Fang datang. Tanpa konfirmasi, ia memajukan rencana pernikahan menjadi 3 hari ke depan. Guang Xi dan Yi Qian kurang setuju, namun mereka tak bisa menolak keputusan Direktur Fang.


Xiao Le bangun. Ia langsung meminta maaf pada Mu Cheng dan Tuo Ye. Xiao Le menyesal dan merasa bersalah. Mu Cheng menangis terharu.




Guang Xi mencoba menghubungi Mu Cheng. Mu Cheng sengaja tak mengangkat telepon dari Guang Xi. Ia malah kembali melanjutkan membaca cerita untuk Xiao Le.

Guang Xi menutup telepon dengan kesal. Yi Qian yang tahu Guang Xi menghubungi Mu Cheng mengatakan mungkin mereka sudah tidur. Guang Xi berkata hanya ingin berbicara dengan Xiao Le. Guang Xi merasa bersalah karena kesibukannya mempersiapkan pernikahan sampai tak ada waktu bertemu dengan Xiao Le. Ia ingin mengundang Mu Cheng dan Xiao Le ke pernikahannya. Yi Qian terluka dengan sikap Guang Xi yang terlalu peduli pada Xiao Le. Guang Xi sadar. Ia segera memeluk Yi Qian dan berjanji besok akan menjadikan Yi Qian istrinya. Yi Qian memeluk Guang Xi dengan tersenyum bahagia.

Setelah Yi Qian pulang, Guang Xi menyapa Pengacara Lin yang baru saja bertemu dengan Direktur Fang. Ia masih penasaran terhadap masa lalunya dan bertanya pada Pengacara Lin. Pengacara Lin mengatakan jawaban yang diinginkan Guang Xi ada pada gelang pandora miliknya. Tiba-tiba Guang Xi teringat pada Yi Qian. Semua kebaikan dan perhatiannya. Ia tampak ragu dan akhirnya memutuskan bahwa Yi Qianlah orang yang terpenting dalam hidupnya.


Guang Xi mengambil gelang pandora. Kemudian mencuci gelang itu untuk menghilangkan noda darah Xiao Le. Tanpa diduga Guang Xi menemukan micro SD di dalam gelang itu. Penasaran Guang Xi melihat isinya. Betapa terkejutnya ia saat menemukan foto-fotonya bersama Mu Cheng. Foto-foto itu memicu ingatan masa lalunya. Secara perlahan potongan gambar masa lalunya bermunculan. Guang Xi menangis. Begitu banyak kenangan yang telah dilupakannya. Saat mengingat Mu Cheng, tiba-tiba saja Guang Xi menjadi sangat marah. Mu Cheng selama ini terus saja menyangkal telah mengenalnya bahkan menyembunyikan kehadiran Xiao Le darinya.




Guang Xi mengenakan jas pengantinnya. Pagi ini ia akan menikahi Yi Qian. Tapi wajahnya sama sekali tak menampakkan kebahagiaan. Yang terlihat adalah wajah penuh dendam. Di layar laptopnya, terpampang fotonya dan Mu Cheng. Selembar kertas melayang jatuh ke lantai. Kertas itu berisi berita mengenai pernyataan cinta Guang Xi di dalam persidangan saat menangani kasus pelecehan seksual yang dialami Mu Cheng 6 tahun lalu.


Mu Cheng mendatangi gereja yang dulu pernah didatanginya bersama Guang Xi. Ia diminta datang oleh Bibi Hua untuk membantu mengkoordinir persiapan pemberkatan pernikahan Guang Xi dan Yi Qian yang akan dilaksanakan di gereja itu. Kenangannya bersama Guang Xi mendadak muncul. Kemudian ia melihat grand piano disudut ruangan. Kali ini ingatan pada ayahnya yang datang. Matanya menjadi berkaca-kaca. Mu Cheng membuka piano itu dan mulai memainkan sebuah lagu.

Guang Xi datang ke gereja itu juga. Ia mendengar alunan piano Mu Cheng. Perlahan Guang Xi masuk dan mendekat. Kenangan masa lalu mereka terus berputar. Mu Cheng belum menyadari kehadiran Guang Xi.

Tiba-tiba Guang Xi tersenyum.
“Aku tak pernah tahu kau sangat mahir bermain piano?” sapa Guang Xi.
Mu Cheng terkejut dan langsung menghentikan permainan pianonya. Ia tampak gugup.
“Maaf. Aku hanya ingin mencobanya,” ucap Mu Cheng menunduk.
“Mengapa kau perlu meminta maaf padaku? Apa aku orang yang buruk dihatimu? Atau kau pernah memainkan piano orang lain tanpa izin?” sindir Guang Xi.
Guang Xi terus saja menyindir Mu Cheng. “Aku dan Yi Qian akan menikah di gereja ini. Bagaimana perasaanmu?”
Mu Cheng agak terkejut melihat perubahan sikap Guang Xi yang mendadak tak bersahabat. Namun ia menjawab ikut bahagia dengan pernikahan Guang Xi dan Yi Qian. Guang Xi menangkap kegugupan Mu Cheng. Mu Cheng semakin salah tingkah. Ia memilih pergi menghindar dengan berpamitan pergi. Guang Xi langsung menahan lengan Mu Cheng.
“Aku punya sesuatu yang membutuhkan bantuanmu?” cegah Guang Xi. Mu Cheng menatap Guang Xi dengan pandangan aneh.


Guang Xi membawa mobilnya dengan ugal-ugalan. Mu Cheng yang duduk disampingnya tampak ketakutan. Ia mengingatkan Guang Xi agar memelankan kecepatan mobilnya.
“Kau harusnya familiar dengan ini. Karena Ren Guang Xi yang sebenarnya seperti ini.”
Guang Xi membawa Mu Cheng ke jalanan dimana dulu Mu Cheng telah meninggalkannya. Mu Cheng masih mengingat dengan jelas tempat itu. Begitu juga dengan Guang Xi. Tempat itu adalah kenangan terburuk dalam hidup Guang Xi. Dimana ia mengejar Mu Cheng yang dengan tega meninggalkannya yang tengah sekarat. Tidak hanya itu saja, disana juga ia harus terkapar bersimbah darah setelah ditusuk oleh Paman A Cai yang menaruh dendam padanya. Guang Xi memaksa Mu Cheng yang tampak syok turun dari mobil. Dengan penuh amarah Guang Xi mengingatkan lagi kejadian saat Mu Cheng meninggalkannya dulu dan saat Paman A Cai menusuknya dengan pisau.


Yi Qian sudah mengenakan gaun pengantinnya. Ia tampak anggun dan cantik. Direktur Fang muncul dengan wajah pias. Ia memberitahu Yi Qian bahwa Guang Xi menghilang. Seseorang ada yang melihat Guang Xi dan Mu Cheng pergi bersama meninggalkan gereja. Yi Qian segera mengambil ponselnya untuk menelepon Guang Xi. Namun betapa terkejutnya ia saat mendapat kiriman foto Guang Xi dan Mu Cheng.
“Dia tahu. Dia tahu kita telah membohonginya,” lirih Yi Qian dengan tangan gemetaran. Direktur Fang tak kalah syok mendengar kabar ini. Yi Qian lemas dan jatuh ke lantai.


Guang Xi masih menghakimi Mu Cheng. Ia menunjukkan foto mereka berdua di ponselnya. Mu Cheng syok, tak menyangka Guang Xi telah menemukan foto-foto itu.

Guang Xi semakin menyudutkan Mu Cheng dan membuatnya merasa bersalah atas apa yang dialaminya 6 tahun lalu. Atas bekas luka tusukan yang masih tertinggal hingga sekarang.
“Apa kau tahu aku hampir mati saat itu?”
Mu Cheng hendak membuka suaranya, namun Guang Xi tak mau memberinya kesempatan untuk membela diri. Guang Xi tak butuh kata-kata dari Mu Cheng.
“Liang Mu Cheng, apakah kau tahu dulu aku sangat mencintaimu? Kau orang yang aku percaya lagi di dunia ini. Tapi karena kau juga, kepercayaanku hilang sekali lagi.”
“Aku minta maaf, Guang Xi,” Mu Cheng menangis.

Guang Xi tak bisa lagi mengendalikan emosinya. Ia merasa seperti orang bodoh yang hidupnya diciptakan orang lain.
“Apa kau pikir dengan meminta maaf dapat memperbaiki semuanya?”
Mu Cheng beralasan karena Guang Xi sudah bersama Yi Qian, makanya ia memilih diam dan tak memberitahu Guang Xi.
Guang Xi mencela ucapan Mu Cheng. Semua orang bisa membuat pilihan, tapi hidupnya dulu sama sekali tak punya pilihan. Ia menuding Mu Cheng yang telah mengambil kebahagiaannya. Ketika dia menghadapi dunianya yang gelap, Mu Cheng malah sedang bersenang-senang dengan Tou Ye.
“Bahkan tanpaku, kau masih bisa hidup bahagia? Sedangkan aku menderita. Kehilangan masa lalu, kehilangan apa yang kupikir nyata selama 6 tahun ini dan akhirnya aku tahu bahwa itu semua bohong. Aku juga kehilangan Xiao Le.”
Guang Xi yakin bahwa Xiao Le adalah anaknya karena saat dirumah sakit Mu Cheng tak mengizinkan Guang Xi mendonorkan darahnya untuk Xiao Le.
“Kau tahu Xiao Le adalah anakku, tapi kau menyuruhnya memanggilku Paman Guang Xi! Dan membuatku mengatakannya sendiri padanya bahwa aku bukan ayahnya!”
Mu Cheng berkata Xiao Le lahir karena keputusannya sendiri dan tak ada hubungannya dengan mereka berdua.
“Tentu saja ada hubungannya dengan kita! Aku ini ayahnya!!” teriak Guang Xi marah. “Aku tak bisa mengembalikan masa lalu, tapi setidaknya aku masih bisa membuatku tak kehilangan Xiao Le dimasa depan. Aku menginginkan Xiao Le.”
“Tidak. Kau tidak bisa melakukan ini. Xiao Le segalanya untukku.” Mu Cheng mulai panik.
Guang Xi tak mengindahkan ucapan Mu Cheng. Ia malah menantang Mu Cheng di pengadilan untuk memperebutkan hak asuh atas Xiao Le. Ia berkata pada Mu Cheng menemukan kembali masa lalunya adalah keberuntungan untuknya dan akan menjadi kemalangan untuk Mu Cheng. Guang Xi merasa selesai menghakimi Mu Cheng, lalu pergi dengan mobilnya.


Mu Cheng hanya terpaku ditempatnya. Suara ponselnya membuatnya terhenyak. Diseberang sana Tuo Ye memberitahu pernikahan Guang Xi dan Yi Qia telah dibatalkan. Mu Cheng menyampaikan alasannya karena ingatan Guang Xi telah kembali.



Guang Xi menatap ibunya dengan kemarahan yang sama seperti pada Mu Cheng. Direktur Fang tak menunjukkan penyesalan atau perasaan bersalah pada putranya. Ia malah meminta Guang Xi meneruskan rencana pernikahannya dengan Yi Qian. Guang Xi si anak pembangkang telah kembali. Tentu saja ia tak mau menikahi Yi Qian dan hanya menginginkan Xiao Le. Seperti dugaan Guang Xi, Direktur Fang terkejut saat tahu Xiao Le adalah anak Guang Xi.
“Apa kau benar-benar berpikir aku akan peduli tentang apa yang kau pikirkan, Direktur Fang?” ucap Guang Xi melengos pergi.


Di luar Guang Xi berpapasan dengan Yi Qian. Guang Xi juga menumpahkan kemarahannya apda Yi Qian. Yi Qian berkata tak bermaksud untuk membohongi Guang Xi. Ia hanya ingin Guang Xi bahagia dan tak terluka karena ditinggalkan oleh Mu Cheng. Guang Xi menahan tangis. Sebenarnya ia juga tak sepenuhnya menyalahkan Yi Qian, apalagi mengingat kebaikannya selama ini padanya. Yi Qianlah yang membantunya dalam masa-masa sulit pasca operasi. Namun egonya tak mau mengakuinya. Apalagi Yi Qian juga ikut menyembunyikan fakta bahwa Xiao Le anak kandungnya. Yang diinginkan Guang Xi sekarang ini adalah membalas dendam pada Mu Cheng yang dianggapnya sebagai pengkhianat. Ia ingin Mu Cheng merasakan penderitaan dan sakit seperti yang ia rasakan. Dan saat itu juga Guang Xi mengakhiri hubungannya dengan Yi Qian.
“Guang Xi, yang kau lakukan ini karena kau merasa dikhianati dan terluka atau karena kau masih mencintainya?” tanya Yi Qian.
Guang Xi tak menjawab. Ia melenggang pergi meninggalkan Yi Qian yang menangis pilu.


Minggu, 29 Mei 2011

Autumn's Concerto Episode 13


"Kau bangun sangat pagi. Pasti karena kau tak terbiasa dengan suasana pedesaan. Ketika Pengacara Ren pertama kali datang kesini juga seperti itu, " sapa Mu Cheng pada Yi Qian. 
"Pengacara Ren? Mengapa kau memanggilnya dengan formal sekarang? Bukankah dulu kau selalu memanggilnya Guang Xi, kan?" Yi Qian menatap Mu Cheng tajam.

"Fang Guo menceritakan padaku apa yang terjadi 6 tahun lalu antara kalian berdua. Sebenarnya 6 tahun lalu aku mengenalmu, karena Guang Xi sering bercerita tentangmu. Di matanya kau adalah gadis yang mengagumkan. Dia sangat peduli padamu."
Mu Cheng terharu mendengar ucapan Yi Qian. Tapi berpura-pura tak peduli. Yi Qian tak habis pikir Mu Cheng bisa meninggalkan Guang Xi tanpa perasaan sedikitpun dan malah memilih orang lain. Tak seorang pun tega melakukan hal ini, kecuali tak ada cinta di hati Mu Cheng untuk Guang Xi. Mu Cheng menjawab ketika 2 orang bersama, tentu saja saling mencintai. Namun Mu Cheng melihat tak ada masa depan jika terus bersama Guang Xi yang tengah sekarat.
"Jadi kau membuang Guang Xi dan pergi bersama ayah Xiao Le?" seru Yi Qian marah.
"Ya," jawab Mu Cheng.
"Lalu bagaimana dengan ayah Xiao Le? Kau bisa menjadi ibu tunggal dan membesarkan Xiao Le. Tapi kau tidak bisa melalui penderitaan bersama Guang Xi?" tuntut Yi Qian.
Mu Cheng mengatakan kelahiran Xiao Le adalah sesuatu yang tak terduga. Ia sendiri yang memutuskan untuk melahirkan Xiao Le setelah meninggalkan Guang Xi dan datang ke Hua Tian. Tapi untuk hidup Guang Xi diluar kuasanya. Mu Cheng tak bisa memperkirakan Guang Xi akan selamat atau tidak. Yi Qian menjadi marah.
"Ketika kau mengajari Xiao Le untuk mengenalimu dan memanggilmu Ibu. Ren Guang Xi yang kau buang, baru saja sadar dari operasi. Kehilangan semua kemampuan kognitifnya dan seperti anak 5 tahun. Dia merasa ketahutan karena tak mengenali ibunya dan dia tak tahu bagaimana mengucapkan kata 'Ibu'. Ketika kau mengajari Xiao Le berjalan. Ren Guang Xi yang kau buang, sendirian dalam ruang pemulihan. Seorang pria dewasa dengan tinggi 180 cm harus belajar bagaimana cara berjalan dan berbicara. Bahkan dia tak bisa menggunakan sendok. Dia mempelajari semuanya lagi dari awal," ucap Yi Qian berapi-api.
Mu Cheng hanya diam saja. Ia baru tahu penderitaan yang dialami Guang Xi pasca operasi. Yi Qian terus saja menyudutkan Mu Cheng dan membuatnya merasa bersalah. Ia mengatakan bahwa hal yang paling menyedihkan bagi Guang Xi adalah ia tak ingat orang yang telah meninggalkannya.

Tuo Ye datang. Ia membela Mu Cheng. Secara tiba-tiba ia mengggenggam tangan Mu Cheng.
"Guang Xi, Hua Tuo Ye dan ayah Xiao Le...Mereka pria yang kau kencani dalam waktu bersamaan? Bagaimana bisa kau memperlakukan Guang Xi seperti ini?" Yi Qian semakin emosi.
"Ya. Apa yang kau pikirkan benar. Tapi itu sudah tak penting lagi. Sekarang dia memilikimu. Masa lalu adalah sesuatu yang harus dilepaskan. Untuknya, aku hanya kenangan yang buruk. Jadi dia tak perlu mengingatnya."
Mereka sepakat jika Guang Xi tak perlu tahu masalah ini. Tuo Ye juga berkata jika Mu Cheng dan Xiao Le adalah tanggung jawabnya. Lalu Guang Xi muncul. Tuo Ye semakin mempererat genggaman tangannya. Untungnya Guang Xi tak sempat mendengar percakapan mereka.


Guang Xi mengangkut barang-barangnya ke dalam mobil. Ia dan Yi Qian berencana kembali ke Tapiei pagi ini. Yi Qian menghampiri Guang Xi dan memeluknya. Ia berjanji akan melindungi Guang Xi.

Kepala Desa datang bersama Chi Xin untuk menyerahkan hadiah pernikahan dari penduduk desa Hua Tian. Chi Xin langsung masuk ke dalam rumah mencari Tuo Ye.

Di dalam Tou Ye memberanikan diri mengakui perasaannya pada Mu Cheng. Ia meminta izin pada Mu Cheng untuk melindunginya dan Xiao Le. Mu Cheng melihat kesungguhan hati Tuo Ye dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya ia mau membuka hatinya untuk Tuo Ye. Saking gembiranya Tuo Ye tak dapat menahan airmatanya. Ia memeluk Mu Cheng dengan rasa terimakasih.

Tanpa sengaja Chi Xin dan Guang Xi melihat mereka yang tengah berpelukan. Chi Xin tak mampu berkata apa-apa. Selama ini ia tahu pria yang dicintainya mencintai wanita lain. Namun seperti dirinya, Tuo Ye selalu menunggu. Jika penantian Tuo Ye berujung, penantian Chi Xin lah yang sia-sia. Hatinya patah seketika itu juga.

Xiao Le sangat sedih melihat Guang Xi yang akan kembali ke Taipei. Ia seperti tak punya semangat. Ia menangis saat Guang Xi mendekatinya. Guang Xi memberikan alamatnya di Taipei dan berjanji akan mengunjungi Xiao Le.

Xiao Le tak juga menghentikan tangisnya. Ia memeluk Guang Xi dan memintanya untuk tetap tinggal. Guang Xi tak kuasa menahan haru. Ia memberikan gelang pandora-nya pada Xiao Le. Jika Xiao Le merindukannya, Xiao Le cukup mengatakan 'Miss Xu...Miss Xu' pada gelang itu. Lalu Guang Xi memakaikan gelang itu di lengan Xiao Le.
"Sangat menyenangkan jika aku memiliki anak yang pengertian dan lucu sepertimu," ucap Guang Xi sedih.

Dengan berat hati Guang Xi masuk ke dalam mobilnya. Saat mobilnya perlahan pergi, Xiao Le berlari mengejarnya sambil menangis dan berteriak memanggil namanya. Guang Xi hanya bisa memandang Xiao Le dari kaca spion dan tak dapat lagi membendung tangisnya.

Sepanjang jalan Xiao Le berteriak agar Guang Xi tak pergi. Mobil Guang Xi semakin menjauh. Tuo Ye berhasil menangkap Xiao Le yang lalu menangis tersedu-sedu di pelukannya (sedih banget sampe ikutan nangis).

Dari dalam rumah Mu Cheng sudah berurai airmata mendengar teriakan Xiao Le. Ia juga merasakan kesedihan yang dialami Xiao Le.



Guang Xi dan Yi Qian sampai di Taipei. Direktur Fang menyambut kedatangan putranya dengan omelan. Yi Qian membela Guang Xi. Ia berkata akan segera menghadap ayahnya untuk meminta maaf. Direktur Fang tak mau memperpanjang masalah. Ia meminta mereka melupakan kejadian di desa Hua Tian dan fokus pada persiapan pernikahan.

Direktur Fang bertanya pada Yi Qian mengenai perubahan sikap Guang Xi selama di Hua Tian. Ia khawatir ingatan Guang Xi pulih. Yi Qian mengatakan Guang Xi berubah karena kebaikan hati penduduk desa. 



Baru beberapa menit kembali ke Taipei, Guang Xi sudah merindukan Xiao Le. Tak sengaja kupon reward pemberian Xiao Le terjatuh. Ia tertawa mengingat kebersamaannya bersama Xiao Le.


Yi Qian masuk ke kamarnya. Ia heran melihat Guang Xi tertawa sendirian. Guang Xi menujukkan kupon itu pada Yi Qian. Yi Qian memuji Mu Cheng yang telah mendidik Xiao Le dengan baik. Menurutnya menjadi single parent tidaklah mudah. Untungnya ada Tuo Ye yang menjaga mereka berdua. Guang Xi sependapat jika Tuo Ye akan menjaga mereka dengan baik seperti 6 tahun yang lalu saat Tuo Ye membawa Mu Cheng ke Hua Tian dalam keadaan hamil. Yi Qian agak terkejut mendengar cerita Guang Xi. Ia teringat ucapan Mu Cheng yang mengatakan Xiao Le adalah hal tak terduga yang terjadi setelah ia meninggalkan Guang Xi. Yi Qian merasa ada sesuatu yang ganjil dan mulai bertanya-tanya siapa ayah Xiao Le. Guang Xi juga tak tahu. Yang ia tahu Mu Cheng tak ingin ada hubungan lagi dengan pria ini, makanya ia pergi ke Hua Tian.



Xiao Le masih bersedih dengan kepergian Guang Xi. Ia bertanya pada Mu Cheng, apa Taipei itu jauh. Mu Cheng menjawab lumayan jauh. Ia kembali bertanya apa Guang Xi akan melupakannya. Mu Cheng tersenyum. Ia mengatakan Guang Xi tak akan melupakan Xiao Le. Jika Xiao Le merindukan Guang Xi, cukup membayangkan wajahnya dan Guang Xi juga akan merasakan hal yang sama.

Xiao Le tak mau Guang Xi pergi seperti ayahnya yang tak pernah kembali. Mu Cheng mengingatkan Xiao Le bahwa Guang Xi bukan ayahnya. Xiao Le tak mau mendengar ucapan Mu Cheng. Ia malah menangis dan menginginkan Guang Xi kembali.


 Mu Cheng memegangi dadanya. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, ia juga sangat merindukan Guang Xi.



Tuo Ye pulang ke rumah. Ia membuat pengumuman di depan ibunya dan Chi Xin bahwa Mu Cheng menerima lamarannya. Bibi Hua sama sekali tak senang mendengar kabar ini. Bahkan Chi Xin yang tadi pagi sudah melihatnya sendiri tertegun mendengar pengakuan Tuo Ye. Ia menatap Tuo Ye dengan pandangan kosong. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Malah Bibi Hua yang mulai mengomeli Tuo Ye.


Bibi Hua tak segan-segan memukuli putranya. Ia hanya menginginkan Chi Xin yang menjadi menantunya. Tuo Ye berkata Chi Xin sudah dianggapnya seperti saudara. Bibi Hua marah besar. Ia menyuruh Chi Xin juga menghajar Tuo Ye. Chi Xin mencoba berbesar hati. Ia melindungi Tuo Ye dari amukan Bibi Hua. Bibi Hua yang masih marah mengurung Tuo Ye di dalam kamar.


Malam hari Chi Xin mengetuk jendela kamar Tou Ye. Ia menyiapkan kotak makanan untuk Tuo Ye karena khawatir Bibi Hua tak memberinya makan. Ia menasehati Tou Ye agar tak membuat Bibi Hua marah lagi. Tuo Ye tak menyadari bahwa itu pesan terakhir Chi Xin sebelum ia memutuskan pergi. Malam itu juga Chi Xin pergi diam-diam. Ia membawa jimat keberutungan yang dulu pernah diberikan pada Tuo Ye.


Pagi-pagi Bibi Hua sudah membuat keributan setelah menyadari Chi Xin menghilang. Ia hanya menemukan surat yang ditinggalkan Chi Xin. Bibi Hua berlari ke kamar Tuo Ye dan meminta Tuo Ye bergegas mencari Chi Xin.


Tou Ye yang masih tidur terlihat tak peduli. Ia malah kembali melanjutkan tidurnya. Bibi Hua memaksa Tuo Ye bangun. Tuo Ye kesal. Ia meminta ibunya tak mengkhawatirkan Chi Xin. Ia memperlihatkan surat serupa yang pernah ditulis Chi Xin jika sedang marah. Ia berkata Chin Xin akan kembali jika sudah tak punya uang. Tuo Ye sama sekali tak mau repot-repot mencarinya.

Hal serupa terjadi di rumah Mu Cheng. Ia juga mulai panik saat mendapati kamar Xiao Le kosong. Xiao Le tiba-tiba menghilang. Mu Cheng berlari keluar rumah dan bertemu Tuo Ye yang datang mengunjunginya. Ia memberitahu Tuo Ye bahwa Xiao Le menghilang. 


Xiao Le yang berhasil kabur dari rumah menyetop sebuah taksi. Ia meminta supir taksi membawanya ke Taipei untuk bertemu Guang Xi. Awalnya supir taksi menolak, karena ia melihat Xiao Le seorang diri. Xiao Le mengatakan ia punya uang lalu menunjukkan celengannya. Ia memohon pada supir taksi dan bahkan mulai menangis. Supir taksi merasa kasihan dan bersedia mengantar Xiao Le ke Taipei.


Kepala Desa mengumumkan hilangnya Xiao Le ke seluruh penjuru desa. Ia meminta warga desa turut membantu mencari Xiao Le. Sementara itu, Mu Cheng dan Tuo Ye mulai menyisiri tempat-tempat yang mungkin didatangi Xiao Le termasuk sekolah TK Xiao Le. Mu Cheng tampak frustasi setelah pencariannya nihil. Ia mulai menangis mengkhawatirkan keselamatan Xiao Le. 


Tang Tang datang menghampiri Mu Cheng. Ia memberitahu bahwa Xiao Le pergi ke Taipei mencari Guang Xi.


Taksi yang ditumpangi Xiao Le sampai di depan kantor Guang Xi. Xiao Le turun. Ia memandang gedung kantor Guang Xi dengan senyuman lebar.
"Paman Guang Xi, aku datang. Miss Xu...Miss Xu..."


Xiao Le bergegas masuk ke dalam gedung. Ia menghampiri security untuk menanyakan keberadaan Guang Xi. Bersamaan dengan itu, Direktur Fang berjalan ke arah luar dan tanpa sadar menjatuhkan beberapa lembar dokumen yang dibawanya. Tanpa diminta Xiao Le memunguti dokumen itu dan mengejar Direktur Fang untuk mengembalikannya. Di luar Direktur Fang tiba-tiba terjatuh dan menjatuhkan semua kertas dokumennya. Dengan sigap Xiao Le kembali membantunya. Xiao Le tersenyum dan menasehati Direktur Fang untuk berhati-hati. Untuk pertama kalinya Direktur Fang melihat cucu kandungnya.


Setelah Direktur Fang pergi, Xiao Le baru menyadari map Direktur Fang tertinggal. Ia berlari mengikuti Direktur Fang.

Guang Xi pergi melihat gedung pernikahan bersama Yi Qian. Dari pertama datang pikirannya sudah tak fokus. Ia beralasan pada Yi Qian bahwa ia kelelahan setelah kembali dari Hua Tian. Yi Qian berusaha memakluminya.


Tiba-tiba ponsel Guang Xi berbunyi. Mu Cheng menghubunginya untuk memberi kabar hilangnya Xiao Le serta kemungkinan Xiao Le mencari Guang Xi berdasarkan alamat yang diberi oleh Guang Xi. Mu Cheng terdengar sangat panik karena ia belum memberi suntik insulin pada Xiao Le. Guang Xi menenangkan Mu Cheng. Ia berkata akan kembali ke kantor untuk mengecek keberadaan Xiao Le disana.


Xiao Le mengikuti Direktur Fang sampai ke toko sepatu. Direktur Fang hendak membeli sepatu karena hak sepatunya patah karena terjatuh tadi. Xiao Le menunggu diluar. Ia mulai kelelahan dan wajahnya pucat. Seorang SPG  menghampiri Xiao Le dan menanyakan keadaannya. Direktur Fang mendengar percakapan mereka dan heran melihat Xiao Le ada disana. Ia mendekat. Xiao Le segera menyerahkan map miliknya. Direktur Fang berterimakasih karena Xiao Le mengikutinya hanya untuk mengembalikan map itu. Xiao Le berkata dalam ajaran Keluarga Liang nomor 5 jika kita membantu orang lain akan membuat Xiao Le lebih bahagia. Direktur Fang tersenyum melihat kepolosan Xiao Le.


Xiao Le panik karena ia lupa jalan kembali ke kantor Guang Xi. Untuk membalas kebaikan Xiao Le, Direktur Fang bersedia mengantar Xiao Le kembali kesana. Xiao Le kembali berjalan mengikuti Direktur Fang. Ia merasa semakin kelelahan dan wajahnya semakin memucat. Direktur Fang yang belum menyadari wajah pucat Xiao Le, memintanya untuk bergegas. Tiba-tiba saja Xiao Le menggandeng tangan Direktur Fang. Direktur Fang tersenyum dan membiarkan Xiao Le menggandeng tangannya.
Dua orang anak lewat sambil bermain gelembung sabun. Direktur Fang merasa terganggu saat gelembung sabun itu mengenai bajunya. Xiao Le menarik sapu tangannya dan menyerahkannya pada Direktur Fang. Direktur Fang melihat nama Xiao Le yang tersulam di sapu tangannya yang bergambar pesawat luar angkasa.
"Jadi namamu Liang Xiao Le? Kau menyukai pesawat luar angkasa?"
"Ya," jawab Xiao Le. 
Direktur Fang mendapat telepon dari supirnya. Setelah itu ia meminta Xiao Le bergegas mengikutinya. Tiba-tiba pandangan Xiao Le kabur dan ia jatuh pingsan.


Direktur Fang syok melihat Xiao Le yang pingsan dan lututnya berdarah cukup banyak karena membentur tangga. Direktur Fang berteriak panik memanggil supirnya. Ia segera melarikan Xiao Le ke rumah sakit.

Guang Xi sampai ke kantornya. Ia bertanya pada security yang membenarkan ada seorang anak datang kesana. Untuk memastikan bahwa anak itu Xiao Le, Guang Xi memutar rekaman CCTV. Mu Cheng datang dan langsung bergabung bersama Guang Xi mengecek rekaman CCTV.


Akhirnya Xiao Le terlihat di CCTV itu. Tapi Mu Cheng mendadak lemas saat tahu rekaman itu berlangsung 3 jam yang lalu. Mu Cheng kembali panik. Guang Xi menyarankan melaporkan hal ini ke polisi. Ia meminta foto Xiao Le. Sayangnya Mu Cheng tak membawa foto Xiao Le. Tuo Ye memecah kebingungan mereka dengan menyerahkan selembar foto yang selama ini selalu tersimpan di dompetnya. 


Direktur Fang membawa Xiao Le ke rumah sakit. Yi Qian langsung mengenali Xiao Le. Mereka bergegas membawa Xiao Le ke UGD.


Yi Qian menghubungi Guang Xi untuk memberitahu keberadaan Xiao Le. Yi Qian menceritakan keadaan Xiao Le yang terluka dan butuh transfusi darah. Sebelum menangani Xiao Le, penting baginya untuk tahu medical record kesehatan Xiao Le. Mu Cheng memberitahu password-nya. Yi Qian tertegun setelah membaca catatan kesehatan Xiao Le. Disana tertulis 28 September 2005 sebagai hari kelahiran Xiao Le. 



Mu Cheng, Guang Xi dan Tuo Ye berlarian masuk ke rumah sakit dengan tergesa-gesa. Direktur Fang yang tengah menunggui Xiao Le di depan ruang UGD terkejut melihat sosok Mu Cheng yang datang bersama Guang Xi.


Guang Xi melihat ibunya. Ia heran ibunya ada disana. Direktur Fang tak menjawab. Ia masih syok melihat 'penampakan' Mu Cheng setelah 6 tahun yang lalu berhasil disingkirkannya. Mu Cheng dan Tuo Ye juga tak kalah kaget melihat kehadiran Direktur Fang yang tak terduga. Mereka saling membisu. Tinggal Guang Xi yang kebingungan. Ia menatap ibunya dan Mu Cheng secara bergantian.
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Guang Xi bingung.


Tou Ye lagi-lagi bertindak sebagai sosok pelindung bagi Mu Cheng. Ia memeluk Mu Cheng dan berkata tentu saja mengenal Direktur Fang sebagai pemilik Universitas Sheng De. Akhirnya Direktur Fang membuka suaranya. Ia menceritakan kronologisnya sampai Xiao Le berakhir di rumah sakit.
"Siapa mereka?" tanya Direktur Fang.
"Ini ibu Xiao Le. Nona Liang Mu Cheng. Aku tinggal dirumahnya saat aku di desa Hua Tian." Guang Xi mengenalkan Mu Cheng tanpa tahu mereka telah mengenal sebelumnya. Direktur Fang kembali terdiam.
Tuo Ye segera memotong perbincangan ini dengan menanyakan keadaan Xiao Le. Direktur Fang meminta maaf karena tak tahu riwayat kesehatan Xiao Le dengan penyakit diabetes.

Yi Qian keluar dari UGD. Mereka tampaknya punya masalah dengan persediaan darah yang sesuai golongan darah Xiao Le yaitu B. Yi Qian menyarankan Mu Cheng mencari pendonor darah. Mu Cheng mengatakan golongan darahnya O, namun Yi Qian menolak. Dengan penyakit diabetes tipe I, Xiao Le tak boleh menerima darah langsung dari orang tua mereka.
"Siapa diantara kalian yang bergolongan darah B atau O?" tanya Yi Qian pada Guang Xi dan Tuo Ye.
"Aku B."
"Aku O."
Seru Guang Xi dan Tou Ye bersamaan. Spontan Mu Cheng langsung menjawab bahwa Guang Xi tak bisa mendonorkan darahnya dan sebaliknya mengizinkan Tuo Ye. Yi Qian tertegun. Kecurigaannya selama ini ternyata benar.
Guang Xi mulai melayangkan protesnya pada Mu Cheng. "Golongan darahku B, mengapa aku tak bisa mendonorkan darahku? Aku lebih cocok daripada Tuo Ye. Beri aku alasannya?"
Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Guang Xi. Mereka semua bungkam. Mu Cheng dan Yi Qian hanya saling pandang. Guang Xi berlari ke arah Yi Qian. Ia benar-benar ingin mendonorkan darahnya untuk Xiao Le. Mu Cheng was-was. Ia menggeleng lemah pada Yi Qian agar melarang Guang Xi mendonorkan darah untuk Xiao Le yang merupakan anak kandungnya. Yi Qian mengerti. Ia beralasan Guang Xi pernah mengidap tumor dan melakukan operasi, jadi tak dianjurkan menjadi pendonor darah. Mau tak mau Guang Xi menerima alasan Yi Qian. 


Yi Qian membawa Tuo Ye untuk pengambilan darah. Sebelum pergi Mu Cheng memohon pada Yi Qian untuk menyelamatkan Xiao Le. Yi Qian mengangguk. Di belakang Mu Cheng, Direktur Fang menatapnya dengan pandangan penasaran. Sedangnya Guang Xi tampak kecewa karena tak bisa mendonorkan darahnya untuk menyelamatkan Xiao Le.