Kamis, 24 November 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 15




Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian Yeon Jae mengakui perihal penyakitnya pada ibunya.
"Aku...aku punya kanker. Maafkan aku, Eomma," ucap Yeon Jae terbata.
Ibu Yeon Jae tertegun, tak percaya dengan ucapan putrinya.
"Apa yang kau katakan? Tak mungkin, berapa usiamu sekarang? Itu pasti kesalahan," elak ibu Yeon Jae.
Mata Yeon Jae berkaca-kaca. Yeon Jae sedih melihat reaksi ibunya. Ibu Yeon Jae segera bangkit, menarik lengan Yeon Jae dan mengajaknya memeriksakan diri kembali ke rumah sakit. Yeon Jae diam saja. Hatinya semakin sakit. Ibu Yeon Jae mulai histeris. Ia terus memaksa Yeon Jae. Yeon Jae terisak sambil meminta maaf. Ibu Yeon Jae menangis keras.

Sepanjang perjalanan pulang, ibu Yeon Jae membisu. Di sampingnya Yeon Jae hanya bisa menangis. Kembali ke rumah, ibu Yeon Jae langsung masuk ke kamar tanpa mengucapkan apa-apa pada Yeon Jae. Telepon dari Seonsaengnim pun diabaikannya. Yeon Jae merasa bersalah karena telah melukai hati ibunya.


Pagi-pagi Ji Wook mengecek keadaan Yeon Jae. Yeon Jae menceritakan reaksi ibunya. Dari kemarin ibunya mendiamkannya. Tadi pagi hanya berpamitan pergi bekerja. Yeon Jae khawatir, jadi ia menghubungi tempat kerja ibunya. Menurut teman sekerja, ibunya bekerja seperti biasa.
"Mungkin dia belum bisa menerima kenyataan. Bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja?" tanya Ji Wook.
"Aku tak tahu. Aku mengkhawatirkan ibu, mengkhawatirkan Eun Suk," jawab Yeon Jae.
Ji Wook langsung cemberut. "Mengkhawatirkan Eun Suk dalam keadaan seperti ini?"
"Apa kau cemburu bahkan dalam keadaan seperti ini?" balas Yeon Jae balik.
"Kau bahkan tak mengkhawatirkanku," sungut Ji Wook.

Yeon Jae tersenyum melihat kecemburuan Ji Wook. Yeon Jae meminta Ji Wook kembali bekerja.
"Jangan buat ayahmu marah lagi karena masalah sepele," ucap Yeon Jae.
"Aku tahu," sahut Ji Wook.
Sebelum masuk mobil, Ji Wook membalas perlakuan Yeon Jae. Ji Wook berpura-pura melihat sesuatu di wajah Yeon Jae. Padahal Ji Wook ingin mencium Yeon Jae. Yeon Jae tersenyum malu setelah Ji Wook berhasil  menciumnya.

Yeon Jae membaca web-toon milik Hee Joo. Yeon Jae merasa perlu memberitahu Eun Suk bahwa dirinya telah menceritakan penyakitnya pada ibunya. Namun ibunya tak memberikan reaksi apapun. Yeon Jae ingin Eun Suk secara langsung berbicara dengan ibunya mengenai penyakit dan terapinya selama ini. Eun Suk terdiam.
"Kau adalah dokterku. Jangan menyerah menjadi dokter," pinta Yeon Jae.
"Yeon Jae..." Eun Suk hendak membantah.
"Kau memintaku untuk bertahan. Aku akan bertahan hidup. Benar-benar hidup sampai akhir."
Eun Suk merenungkan kata-kata Yeon Jae.


Ibu Yeon Jae tak bisa berkonsentrasi ketika bekerja. Ia terus saja memikirkan Yeon Jae. Ibu Yeon Jae mengingat-ingat keanehan Yeon Jae belakangan ini. Perubahan Yeon Jae bermula ketika tiba-tiba ia memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan.

Ibu Yeon Jae pulang ke rumah. Ia langsung menginterogasi putrinya.
"Sejak kapan kau tahu? Keluar dari pekerjaanmu apa karena itu juga?" tanyanya.
Yeon Jae terdiam.
"Itu sudah lebih dari 2 bulan. Ketika kau tak pulang ke rumah, karena kau pergi ke rumah sakit? Bagaimana bisa kau tak membiarkanku tahu? Apa kau pikir aku sangat bodoh. Aku ibumu. Bersikap seperti tak ada apa-apa, bagaimana bisa kau tak memberitahuku?" amuk ibu Yeon Jae.
"Aku khawatir akan membuatmu takut," sesal Yeon Jae.
"Kenapa? Kenapa kau tak menunggu sampai kau pergi, baru kau memberitahuku. Bagaimana bisa kau membiarkanku merasa sangat menyedihkan? Putriku sangat kesakitan. Sebagai seorang ibu, aku malah bersenang-senang sepanjang hari," raung ibu Yeon Jae.

Yeon Jae merasa bersalah.
"Aku salah. Ini kesalahanku."
"Cukup. Aku pikir tak seharusnya aku terlalu cemas. Sekarang ini sudah berbeda dari waktu ayahmu meninggal. Dunia berubah sangat cepat. Pengobatan kanker pasti sudah maju. Mendapatkan pengobatan kanker setelah operasi, pasti kau akan baik-baik saja. Kau kenal Eun Hee? Dia kena kanker payudara. Setelah pengobatan selama 5 bulan, dia dinyatakan sembuh dan sekarang sehat. Dia mendapat pengobatan di Rumah Sakit Sejong. Ayo kita pergi kesana!" Ibu Yeon Jae kembali histeris. Ia menarik Yeon Jae agar ikut bersamanya ke rumah sakit.
"Eomma...eomma...Jangan seperti ini," tolak Yeon Jae. "Itu tak akan membantu. Aku sudah tak bisa di operasi. Aku sudah tidak bisa disembuhkan. Tapi aku baik-baik saja, Eomma."
Ibu Yeon Jae langsung lemas. Ia merosot ke lantai. Ibu Yeon Jae menangis histeris. Yeon Jae memeluk ibunya, mencoba menenangkannya.

Yeon Jae menangis di telepon ketika Ji Wook menghubunginya. Yeon Jae terluka melihat sikap ibunya yang tak bisa menerima kondisinya. Ji Wook tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menghibur wanita yang dicintainya.


Pihak rumah sakit menghubungi Eun Suk, meminta keputusannya atas rekomendasi ke M.D Anderson. Eun Suk pergi ke rumah sakit. Eun Suk memandangi jas dokter miliknya. Terngiang kembali ucapan Yeon Jae yang memintanya tak menyerah, Yeon Jae juga berjanji tak akan menyerah pada penyakitnya.

Eun Suk menemui Dokter Kepala. Dengan tegas Eun Suk menolak tawaran rekomendasi itu. Dokter Kepala kembali meyakinkan keputusan yang Eun Suk ambil, karena kesempatan tak akan datang dua kali. Tapi keputusan Eun Suk sudah bulat. 


Pagi hari Yeon Jae ke kamar ibunya. Yeon Jae hendak ke rumah sakit bersama ibunya. Tapi kamar ibunya sudah kosong. Ibu Yeon Jae pergi ke makan suaminya. Seperti Yeon Jae dulu, ibu Yeon Jae menyalahkan suaminya. Ibu Yeon Jae menangisi nasib putrinya yang malang. Tiba-tiba ia tersadar, Yeon Jae membutuhkannya. Ia tak bisa menangis terus sepanjang hari.


Yeon Jae pergi ke rumah sakit. Yeon Jae senang melihat Eun Suk sudah kembali bekerja. Eun Suk tersenyum (Eun Suk keliatan cakep pas senyum).
"Waktunya sangat tepat, sebenarnya aku sedang menunggumu. Dimana ibumu?" tanya Eun Suk.
"Dia masih belum bisa menerimanya. Dia masih perlu waktu," jawab Yeon Jae.

Eun Suk membawa Yeon Jae ke ruangannya untuk melihat hasil tes darah. Tak terduga ibu Yeon Jae datang. Yeon Jae terkejut.
"Yeon Jae-ah," panggil ibu Yeon Jae.
Ibu Yeon Jae sudah bersikap normal. Ibu Yeon Jae datang sebagai wali Yeon Jae. Ia meminta Yeon Jae menunggu diluar saja. Ia pergi bersama Eun Suk.

Ibu Yeon Jae bercerita walaupun ia pernah punya pengalaman sebelumnya dengan ayah Yeon Jae, tapi ia tetap merasa takut. Dulu ketika ayah Yeon Jae sakit, ia hanya bisa menangis sepanjang hari. Ibu Yeon Jae tak ingin seperti itu lagi. Ia ingin menjadi kekuatan untuk Yeon Jae.

Ibu Yeon Jae selesai berbicara dengan Eun Suk. Ibu Yeon Jae memeluk putrinya. Yeon Jae terharu. Ia tak bisa menahan airmatanya. Yeon Jae merasa lega.


Ji Wook mengajukan proposal untuk memperluas Line Tour ke pasar internasional. Ji Wook memasang target mencapai 40 triliun won. Direktur Kim pesimis, bahkan cenderung melecehkan Ji Wook. Direktur Kim menyindir Ji Wook yang sekarang ini sedang sibuk berkencan. Manager Noh membela Ji Wook. Wando Tour yang ditangani Ji Wook nyatanya mendapatkan award dari Kementrian Budaya sebagai produk wisata terbaik. 

Manager Noh masuk ke ruang meeting. Dia menghina Yeon Jae lagi yang sangat pintar menaklukkan Kepala Direktur mereka. Manager Noh yakin Yeon Jae merayu Ji Wook ketika tengah mabuk. Hye Won langsung protes.
Na Ri mendukung Manager Noh. "Jika hal itu berlangsung selama lebih dari 3 bulan, aku tak akan mempercayainya sampai aku mati."
Ji Wook mendengar obrolan mereka. Sedari tadi ia sudah berdiri di depan pintu. Ji Wook masuk.
"Na Ri-ssi, jangan lupakan apa yang barusan kau katakan," ucap Ji Wook sebelum memulai meeting.
"Ya," jawab Na Ri takut.

Seusai meeting, Ji Wook mendapat telepon dari ibu Yeon Jae. Ibu Yeon Jae mengajaknya bicara. Ji Wook mengaku telah mengetahui kondisi Yeon Jae. Ji Wook berkata mencintai Yeon Jae dan sama sekali tak berniat meninggalkan Yeon Jae. Ibu Yeon Jae berterimakasih pada Ji Wook. Ibu Yeon Jae bersyukur di sisa waktunya, Yeon Jae masih bisa merasakan cinta. Ji Wook seperti anugerah yang dikirim Tuhan untuk memberi sedikit kebahagiaan untuk Yeon Jae. Ibu Yeon Jae mempercayakan putrinya pada Ji Wook.

Setelah itu, Ibu Yeon Jae menemui Seonsaengnim. Ibu Yeon Jae bercerita bahwa Yeon Jae tengah sakit. Ibu Yeon Jae tak ingin meneruskan hubungannya dengan Seonsaengnim. Ia akan merasa sangat egois sekali jika dirinya sibuk berkencan sementara putrinya tengah sekarat. Ibu Yeon Jae ingin memfokuskan waktunya hanya untuk Yeon Jae.


Ji Wook pergi ke rumah Yeon Jae dengan membawa award dari Kementrian Budaya atas terpilihnya Wando Tour sebagai produk wisata terbaik. Ia memamerkannya pada Yeon Jae dan ibunya. Menurut Ji Wook, Yeon Jae juga layak mendapatkan award itu.

Ibu Yeon Jae meminta Ji Wook makan siang bersama mereka. Ia meminta Yeon Jae dan Ji Wook menunggu saja. Ji Wook langsung menarik tangan Yeon Jae masuk ke dalam kamar. Ji Wook memberi Yeon Jae hadiah, sebuah ponsel. Seperti pasangan kekasih lain, Ji Wook membeli ponsel pasangan dengan ringtone yang sama.

Akhir pekan ini Ji Wook berencana mengajak Yeon Jae dan ibunya liburan ke Pulau Jeju. Ji Wook memahami perasaan ibu Yeon Jae yang berpura-pura tegar, padahal pasti sangat sulit untuknya menerima kenyataan yang sebenarnya. Yeon Jae terharu. Ia memeluk Ji Wook.
"Aku pikir aku benar-benar manis sampai kau ingin memelukku terus," ucap Ji Wook. Kesenangan mereka terganggu ketika ibu Yeon Jae berteriak makan siang telah siap. Mereka langsung memisahkan diri.


Presiden Im tak bisa tinggal diam melihat keadaan putrinya. Ia menghubungi So Kyeong dan mengajaknya makan siang guna membicarakan kelanjutan hubungannya dengan Ji Wook. So Kyeong menolak. Ia mengaku tak enak badan.


Ji Wook termenung. Presiden Im baru saja menghubunginya. Presiden Kang masuk ke ruangannya. Presiden Kang tahu Ji Wook baru saja diminta untuk menghadap Presiden Im. Presiden Kang mewanti-wanti Ji Wook agar tak membuat marah Presiden Im lagi. Ia takut kemarahan Presiden Im akan berimbas lagi pada perusahaan. Ji Wook meminta ayahnya tak perlu khawatir. Ia sendiri yang akan menangani masalah ini.
"Meskipun kau adalah putraku, aku tak akan memaafkanmu lagi," ancam Presiden Kang.

Ji Wook datang ke kantor Seojin Group. Ia langsung menghadap Presiden Im.
"So Kyeong terluka 2 kali. Aku tak bisa tinggal diam lebih lama lagi. Aku dengar dari So Kyeong, dia sakit kanker. Wanita itu dan kau juga, membuatku merasa tak nyaman. Aku memutuskan tak akan melakukan apapun padamu lagi, pada perusahaanmu, pada wanita itu. Tapi dengan satu syarat, jangan biarkan So Kyeong melihat kalian berdua lagi," ucap Presiden Im tegas.
"Apa maksudmu?" tanya Ji Wook.
"Tinggalkan Korea."
"Presiden...."
"Meskipun kau terluka, tapi putriku lebih terluka. Aku berharap kau menghilang dari pandangan So Kyeong. Bisakah kau melakukan itu?"
"Aku minta maaf," tolak Ji Wook.
"Kau bahkan tak bisa melakukan itu?" seru Presiden Im.
"Rumahnya, keluarga dan teman-temannya semua ada disini. Kami tak bisa pergi."
"Apakah kau tak merasa bersalah pada So Kyeong setelah kau menyebabkan masalah ini," amuk Presiden Im mendengar penolakan Ji Wook.
Ji Wook terdiam.

Beruntung So Kyeong datang tepat waktu.
"Tak perlu, ayah. Seseorang yang tak cocok denganku, aku tak ingin menahannya. Karena aku tak yakin," ucap So Kyeong. Akhirnya So Kyeong luluh. Ia bersedia melepaskan Ji Wook. 

Diluar Ji Wook bertanya mengapa So Kyeong mau membantunya. Demi menjaga harga dirinya So Kyeong berkata bantuannya bukan berarti ia telah merestui hubungan Ji Wook dengan Yeon Jae. Ji Wook termenung.


Seonsaengnim bercerita pada Yeon Jae bahwa ibunya memutuskan hubungan mereka yang baru berjalan. Ibu Yeon Jae beralasan karena Yeon Jae tengah sakit. Ibu Yeon Jae tak ingin bertemu lagi dengannya.
"Seonsaengnim, tolong jangan menyerah pada ibuku," pinta Yeon Jae.
"Aku tak berniat menyerah. Aku membuka pikiranku ketika melihatnya lagi. Aku hanya tahu bahwa hal itu pasti sangat sulit untuk kalian berdua. Itulah kekhawatiranku," sahut Seonsaengnim.


Yeon Jae mengajak ibunya makan malam diluar. Ternyata Yeon Jae sudah membuat janji dengan Seonsaengnim. Ibu Yeon Jae terkejut ketika melihat Seonsaengnim. Ibu Yeon Jae marah. Ia langsung pergi meninggalkan ruangan.

Yeon Jae mengejar ibunya. Mereka bertengkar. Yeon Jae meminta ibunya tak menghindari Seonsaengnim. Yeon Jae berkata bahwa ia ingin ibunya pergi berkencan dengan seseorang atau menikah kembali.
"Bagaimana bisa kau seperti ini? Apakah itu membuatmu bahagia jika aku menjadi ibu yang buruk? Tidak mengatakan padaku bahwa kau sakit, meninggalkanku sendirian, aku sudah begitu sedih. Kau masih ingin aku berkencan dengan orang lain dengan kondisi seperti ini?" Ibu Yeon Jae marah.
"Aku ingin kau bahagia."
"Bagaimana bisa aku bahagia? Apakah aku punya hak untuk bahagia? Putriku sedang sekarat, apa gunanya aku bahagia?" teriak ibu Yeon Jae. Yeon Jae berurai airmata.
"Hentikan itu, Soon Jeong. Berhenti mengatakan itu..." Seonsaengnim keluar.
Ibu Yeon Jae menyembunyikan wajahnya, menghindari tatapan Seonsaengnim.

Seonsaengnim mengajak ibu Yeon Jae berbicara berdua.
"Aku menemuimu karena Yeon Jae. Dia mencariku dan meminta maaf padaku. Dia memberikan alamat tempat kerjamu sebelum pergi. Mungkin dia mengkhawatirkan ibunya yang kesepian. Setelah semakin menua, aku mendapat pikiran ini. Hidup bukanlah masalah besar. Kau tak perlu mendapatkan uang dan kepopuleran ditanganmu. Hiduplah dengan orang-orang yang kau cintai dari pagi hingga malam. Ketika kau meninggalkan dunia ini, barulah disebut kebahagiaan hidup. Itu tidak terdiri dari rasa bersalah. Aku ingin bersama denganmu. Itu tak berarti aku akan menjauhkanmu dari Yeon Jae. Di dunia ini mencintai dan menghargai Yeon Jae, aku berpikir sebagai menambahkan satu orang lagi," ungkap Seonsaengnim.

Setelah berbicara dari hati ke hati dengan Seonsaengnim, ibu Yeon Jae mendatangi kamar putrinya. Yeon Jae masih bersedih dengan pertengkaran mereka tadi. Ibu Yeon Jae merentangkan tangannya, meminta Yeon Jae datang ke pelukannya. Yeon Jae bangun dari tempat tidur. Ia memeluk ibunya erat.


Yeon Jae dan ibunya pergi ke makam ayahnya. Seonsaengnim juga datang. Mereka meminta izin ayah Yeon Jae untuk merestui hubungan ibu Yeon Jae dengan Seonsaengnim.


Yeong Ju tak habis pikir kenapa setelah Eun Suk menolak tawaran ke M.D Anderson, Dokter Kepala tak merekomendasikan dirinya. Eun Suk tertawa. Seharusnya lebih baik jika Yeon Ju yang pergi. Dokter Kepala malah merekomendasikan dokter lain yang dibenci Yeong Ju.
"Tapi untukmu, hal ini benar-benar kejutan. Aku pikir kau akan pergi karena kau trauma oleh kasus Hee Joo?" ucap Yeong Ju.
"Bukankah kau mengatakan ini sebelumnya, disana juga akan ada pasien yang mati."
Yeong Ju menganggap Eun Suk gila karena menolak tawaran ke M.D Anderson, padahal semua dokter menginginkannya. Eun Suk teringat pada Malbok. Yeong Ju bercerita bahwa Mal Bok adalah anjing yang sangat manis. Eun Suk meminta Mal Bok dikembalikan padanya.


Kelas Tango akan mengadakan pesta dansa. Yeon Jae mengharapkan kedatangan Eun Suk. Eun Suk menyanggupi. 
Yeon Jae bertemu dengan teman-temannya di kelas Tango. Mereka menyapa Yeon Jae yang sudah lama menghilang. Ji Wook meneleponYeon Jae. Ji Wook baru saja selesai meeting dan segera menyusul Yeon Jae kesana. Ji Wook mewanti-wanti Yeon Jae agar tak berdansa dengan pria lain.

Eun Suk muncul. Semua orang menyambut hangat kedatangan Eun Suk. Sama seperti Yeon Jae, Eun Suk sudah lama tak hadir dalam kelas Tango. Eun Suk beralasan dirinya sibuk dengan pekerjaannya.

Pesta dansa telah dimulai. Semua orang asyik berdansa dengan pasangan masing-masing. Yeon Jae sudah berganti baju. Eun Suk mendekati Yeon Jae dan mengajaknya berdansa. Yeon Jae menerima ajakan Eun Suk. Mereka turun ke lantai dansa dan berbaur dengan yang lain. 

Ji Wook datang. Ji Wook langsung merenggut begitu melihat Yeon Jae tengah asyik berdansa bersama Eun Suk. Tapi kemudian ia tersenyum.

Usai berdansa Yeon Jae menghampiri Ji Wook begitu melihat kehadirannya. Melihat pakaian minim yang dikenakan Yeon Jae, Ji Wook membuka jasnya dan memberikannya pada Yeon Jae. Lalu Ji Wook menyalami Eun Suk. 
"Sepertinya kau tak mendengarkan apa yang kukatakan? Aku jelas mengatakan agar kau tak berdansa dengan pria lain sebelum aku datang!" Ji Wook mulai protes. Yeon Jae pura-pura lupa.
"Dalam kesempatan apapun, apa kau selalu cemburu?" kritik Eun Suk sambil tertawa.
"Tidak, memangnya kenapa aku?" tanya Ji Wook.
"Aku menyukai ini, 2 orang pria bertengkar karena aku. Ini yang selalu aku harapkan. Sebaiknya apa yang harus kulakukan?" Yeon Jae kegirangan.
"Kami tidak bertengkar," ucap Ji Wook dan Eun Suk bersamaan.
Tawa Yeon Jae langsung berhenti. "Aku akan pergi kesana dan kalian teruskan mengobrol," ucapnya langsung kabur.
Ji Wook dan Eun Suk menertawakan Yeon Jae.

"Aku menyerahkan Yeon Jae dalam pengawasanmu," ucap Ji Wook setelah Yeon Jae pergi.
"Aku juga, tolong jaga Yeon Jae dengan baik," pinta Eun Suk. Ji Wook mengangguk.
Ji Wook memandangi Yeon Jae yang tengah asyik mengobrol dengan Veronica.
"Dibandingkan dengan apa yang diharapkan, orang ini akan hidup lebih lama lama lagi. Seperti sebuah keajaiban."
"Bahkan meskipun ada keajaiban, itu sangat jarang terjadi," timpal Eun Suk. Harapan kadang tak sesuai dengan kenyataan. Ji Wook mencoba mengerti.
Ji Wook mengatakan pada Eun Suk bahwa dia akan membawa Yeon Jae dan ibunya pergi berlibur ke Pulau Jeju. Ji Wook menawarkan oleh-oleh yang diminta Eun Suk. Eun Suk tertawa. Ia hanya ingin minum bersama Ji Wook sekembalinya dari liburan. Ji Wook tersenyum. Senang melihat hubungan Ji Wook dan Eun Suk semakin akrab. Mereka saling mempercayakan satu sama lain untuk menjaga Yeon Jae, wanita yang sama-sama mereka cintai.


Seonsangnim mencari Yeon Jae. Seonsaengnim berniat melamar ibu Yeon Jae. Tapi sebelum melakukannya, Seonsaengnim merasa harus memberitahu Yeon Jae terlebih dahulu. Yeo Jae tersenyum. Ia mengizinkan Seonsaengnim menikahi ibunya. Seonsaengnim berterimakasih pada Yeon Jae.


Sebelum pergi berkencan dengan Seonsaengnim, Yeon Jae mendandani ibunya. Yeon Jae ingin ibunya tampil cantik di depan Seonsaengnim. 


Ibu Yeon Jae dan Seonsaengnim pergi ke kuil. Ibu Yeon Jae berdoa meminta kesehatan putrinya.
"Bertanyalah padaku apa yang kuminta?" ucap Seonsaengnim.
"Apa?"
"Ada 2. Pertama untuk kesehatan Yeon Jae. Kedua untukmu Soon Jeong. Aku berharap dapat menghabiskan waktu sisa hidupku denganmu, Soon Jeong. Aku berdoa untuk ini. Aku tak meminta kau menjawabnya sekarang sampai kau benar-benar yakin dengan hatimu. Aku akan menunggumu." Seonsaengnim melamar ibu Yeon Jae.
"Kim Dong Min..." elak Ibu Yeon Jae. Ibu Yeon Jae enggan memikirkan pernikahan, apalagi dengan keadaan Yeon Jae sekarang ini.
"Aku tahu. Tapi jangan membuatku menunggu sampai menjadi kakek-kakek. Aku tak mengharapkan itu."


Ji Wook, Yeon Jae dan ibunya terbang ke Pulau Jeju. Ji Wook menyewakan sebuah kamar hotel yang mewah untuk mereka bertiga. Ibu Yeon Jae kegirangan melihat indahnya pemandangan diluar jendela. Ji Wook senang bisa membahagiakan Yeon Jae sekaligus ibunya.
"Bagaimana dengan kamarnya?" tanya ibu Yeon Jae pada Ji Wook. Yeo Jae sudah senyum-senyum sedari tadi.
"Tentu saja Yeon Jae dan aku...menggunakan kamar masing-masing," suara Ji Wook memelan. Senyum Yeon Jae langsung hilang. Hahaha...

Ji Wook mengajak Yeon Jae dan ibunya berjalan-jalan. Tak lupa mereka juga mengabadikan momen indah itu dengan berfoto bersama. Mereka sangat menikmati kebersamaan itu, seperti sebuah keluarga kecil.


Setelah itu Ji Wook dan Yeon Jae menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan disekitar pantai. Ibu Yeon Jae memandangi mereka dari balkon.


Ji Wook menghampiri ibu Yeo Jae dengan membawa juice. Ibu Yeon Jae berterimakasih atas kebaikan Ji Wook yang telah membawanya dan Yeon Jae berlibur. Ji Wook menyarankan agar mereka seminggu sekali pergi liburan.
"Kalian berdua saja," tolak ibu Yeon Jae.
"Sebenarnya aku pernah berkata padanya aku ingin menghabiskan waktu bersamanya. Tapi Yeon Jae menolak. Yeon Jae bilang kau nomor satu dihatinya," beritahu Ji Wook. Ibu Yeon Jae tersenyum.
Lalu Ji Wook menunjukkan 20 daftar keinginan yang ditulis Yeon Jae sebagai bukti. Ibu Yeon Jae membacanya. Ibu Yeon Jae tak kuasa menahan tangis. Apalagi melihat keinginan Yeon Jae yang berharap ibunya menikah lagi.


Malam hari Yeon Jae kembali merasakan sakit di perutnya. Mungkin karena terlalu lelah seharian ini, penyakit Yeon Jae kambuh. Ibu Yeon Jae keluar dari kamar mandi. Yeon Jae langsung menyembunyikan rasa sakitnya. Ia tak mau merusak liburan mereka dan membuat ibunya khawatir.

Setelah ibunya tertidur Yeon Jae keluar kamar. Sakit diperutnya semakin parah. Yeon Jae sudah tak kuat menahannya. Seluruh tubuhnya berkeringat. Yeon Jae ambruk di dekat lemari TV.
Ji Wook terbangun dari tidurnya. Seperti punya firasat, Ji Wook keluar kamar juga. Ji Wook terkejut melihat Yeon Jae yang tengah kesakitan. Ia langsung panik. Ji Wook hendak membawa Yeon Jae ke rumah sakit, namun Yeon Jae menolak. Yeon Jae tak ingin membangunkan ibunya. Yeon Jae berkata masih bisa menahan rasa sakitnya. Ji Wook trenyuh. Yang bisa dilakukannya hanyalah memeluk Yeon Jae.

Ibu Yeon Jae bangun. Ia kaget karena tak mendapati Yeon Jae di sampingnya. Ketika keluar kamar, ia melihat Ji Wook dan Yeon Jae tidur bersama di satu sofa. Ibu Yeon Jae tersenyum.


Ketika tengah berjalan-jalan seorang diri, ibu Yeon Jae bertemu Seonsaengnim. Seonsaengnim mengaku Yeon Jae yang memberitahu tentang liburan mereka, maka Seonsaengnim memutuskan datang ke Pulau Jeju lebih dulu.
Ibu Yeon Jae mengenalkan Seonsaengnim pada Ji Wook. Tak mau mengganggu acara kencan ibunya, Yeon Jae berpura-pura akan pergi bersama Ji Wook. Yeon Jae segera menyerat Ji Wook menajuh.

Seonsaengnim memberi seikat bunga pada ibu Yeon Jae. Ibu Yeon Jae tersanjung. Setelah itu mereka berjalan-jalan disekitar pantai.

Di tempat lain, Ji Wook dan Yeon Jae pergi berkencan dengan naik sepeda. Mereka terlihat bahagia.

Acara selanjutnya, mereka berempat bergabung membuat barbeque. Ji Wook dan Seonsaengnim mendapat jatah memanggang daging. Yeon Jae dan ibunya menyiapkan meja makan. Di depan ibunya, Yeon Jae memuji ketampanan Seonsaengnim. Ibu Yeon Jae berkilah, Ji Wook jelas lebih tampan.

"Apa itu tidak menyakitkan?" tanya Seonsaengnim tiba-tiba pada Ji Wook.
"Tidak. Jika dia tak disisiku, aku akan jauh lebih menderita," jawab Ji Wook.
"Ya, itu benar. Kau cukup dewasa," puji Seonsaengnim.

Daging selesai dipanggang. Seonsaengmin menyuapi ibu Yeon Jae. Yeon Jae juga minta disuapi, tapi Ji Wook malah menyodorkan udang besar dan lemon.


Seonsaengnim senang bisa menghabiskan waktu liburan bersama ibu Yeon Jae.
"Kita seperti keluarga. Bagaimana jika kita kesini setiap minggu?" ajak Seonsaengnim.
Ibu Yeon Jae tertawa malu. Seonsaengnim menggenggam tangan ibu Yeon Jae.


Yeon Jae dan Ji Wook menghabiskan sore dengan menikmati sunset di pantai. Yeon Jae memperlihatkan kalung yang dikenakannya.
"Apa kau masih ingat kalung ini?" tanya Yeon Jae. "Kau sendiri yang memakaikan kalung ini padaku saat di Okinawa."
"Bagaimana mungkin aku lupa. Saat itu kau ingin menciumku, kan?" pancing Ji Wook.
Yeon Jae terperanjat dan langsung menoleh pada Ji Wook.
"Ya..." aku Yeon Jae malu-malu. Ji Wook tertawa.
"Terimakasih kau selalu ada disampingku," ucap Ji Wook.
Ji Wook bangkit. Mengulurkan tangannya dan mengajak Yeon Jae berdansa.
"Aku mencintaimu," ucap Yeon Jae. Lalu mereka berciuman.