Jumat, 20 Januari 2012

Sinopsis Romance Town Episode 11



Mianhae (*membungkuk) udah lama banget aku nggak posting. Kalo dijabarin kenapa, bakal kebanyakan alesan deh, kekeke... 


Soon Geum sudah tak bisa menahan diri melihat kelakuan ayahnya. Soon Geum berteriak bahwa ia memenangkan tiket lotre. Gun Woo panik. Gun Woo mencoba menghentkan teriakan Soon Geum. Tapi karena emosi Soon Geum sudah memuncak, ia tak mengindahkan ucapan Gun Woo. Takut Soon Geum berbicara lebih banyak, Gun Woo mengunci bibir Soon Geum dengan menciumnya. Jelas saja cara yang dipilihnya sangat ampuh. Ayah Soon Geum hanya memejamkan mata melihat pemandangan didepannya. Tanpa berkomentar, Ayah Soon Geum langsung pergi meninggalkan kedai.
Gun Woo melepaskan Soon Geum. Soon Geum masih saja terperangah. Syok dengan tindakan nekat Gun Woo.
"Tidak adakah sesuatu yang ingin kau katakan padaku?" tanya Gun Woo berharap Soon Geum jujur padanya.
Soon Geum salah tingkah. "Bisakah kau membayar makanan ini? Aku tidak membawa uang."
"Tidak ada hal lain yang ingin kau katakan padaku? Sekarang ini? Apa kau yakin? Sekarang adalah kesempatan bagus. Ini adalah kesempatan emas," pancing Gun Woo.
"Kau membuatku malu. Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku menyukaimu." Soon Geum salah tanggap. Sambil tersipu malu Soon Geum keluar dari kedai. Gun Woo hanya menghela nafas kesal. 


Da Kyum masuk ke kamar sambil menangis setelah pertengkarannya dengan Young Hee di restoran. Da Kyum menutupi kepalanya dengan selimut. Da Kyum keluar kamar menemui Young Hee yang tengah minum-minum.
"Siapa wanita yang kau sukai?" desak Da Kyum.
"Mengapa kau ingin tahu?" tanya Young Hee balik.
"Maksudku bukan seperti itu, setidaknya apa yang akan kau lakukan? Aku mengatakan aku menyukaimu, tapi kau berkata bahwa kau menyukai wanita lain. Jika kau tak bisa mencintaiku, setidaknya kau mengatakan siapa dia. Jadi aku bisa membandingkan diriku sendiri dengannya. Bagaimana aku tahu jika dia lebih baik untukmu dibandingkan aku?"
"Kau akan menyerah?"
"Hal itu sangat menyakiti harga diriku jika aku tak melakukannya. Kami harus punya perbandingan sebagai wanita satu sama lain. Jika dia lebih pantas untukmu, aku akan menyerah. Sudah pasti aku tak ingin berada dalam cinta segitiga denganmu."
"Kau pasti akan benar-benar menikmati cinta segitiga," ucap Young Hee.
"Apa Hwang Joo Won?" terka Da Kyum.
"Kenapa? Apa kau pikir kau punya kesempatan jika itu Joo Won? Berdasarkan apa?" tantang Young Hee.
"Dia bahkan tak bisa memasak," kritik Da Kyum.
"Makan. Kau benar, menyiapkan makanan itu sangat penting. Yang lain?"
"Jadi katakan padaku siapa wanita itu?" paksa Da Kyum kesal.
"Wanita itu tak menyukaiku," ucap Young Hee.
"Apa Soon Geum eonni?" terka Da Kyum lagi. Kali ini tebakan Da Kyum benar. Young Hee terdiam. Young Hee malah memutar-mutar tubuhnya di kursi.
"Apa Soon Geum eonni? Benar dia?" cecar Da Kyum. Kesal dengan reaksi Youn Hee, Da Kyum menghentakkan tubuh Young Hee. "Berhentilah berputar-putar dan jawab pertanyaanku!"
"Ya. Itu benar," jawab Young Hee.
"Bagaimana bisa kau membuatku terlihat sangat menyedihkan? Aku tak akan semarah ini jika kau melemparku ke selokan. Kau makan 3 kali yang aku siapkan untukmu setiap hari. Bagaimana bisa kau menyukai wanita yang memasak di rumah orang lain? Kenapa?" seru Da Kyum.
Emosi Young Hee terpancing. "Sudah berapa kali kukatakan padamu, kau adalah keluarga yang berbagi makanan bersama. Bukan sebagai wanita tetapi sebagai anggota keluarga. Jadi jangan menyusahkan diri sendiri dan membuat masalah, mengerti!" seru Young Hee lalu pergi dari hadapan Da Kyum.


Soon Geum dan Gun Woo pergi ke kedai ramyun. Gun Woo masih ngambek karena Soon Geum masih saja  menyembunyikan statusnya sebagai pemenang lotre. Gun Woo tak mau makan. Soon Geum kesal. Ia berkata lebih menyukai Gun Woo yang gemuk.
"Aku menyukai pria yang makan dengan baik," ucap Soon Geum.
"Young Hee makan apapun dengan baik, kan?" sindir Gun Woo.
"Itu seksi."
"Young Hee seksi?" Gun Woo terperangah.
"Aku bilang pria yang makan dengan baik itu seksi!" seru Soon Geum semakin kesal.
"Jadi kau menginginkan aku gemuk lagi atau apa? Seperti itu?"
Soon Geum marah karena Gun Wook salah mengerti ucapannya. "Tidak bisakah kau mengerti apa yang aku katakan? Aku hanya ingin bersenang-senang makan ramyun denganmu. Itu yang aku maksud! Makan bersama-sama dan saling beradu sumpit. Bahkan dengan semangkuk ramyun kau bisa bahagia. Itu yang aku maksud. Seorang pria yang mengerti sedikit saja bagaimana membuat wanita bahagia, itu sangat seksi. Apa kau dari planet lain?" jelas Soon Geum.
"Jadi kau pernah berbagi semangkuk ramyun dengan Young Hee sebelumnya?" tanya Gun Woo panik.
"Yang benar saja!" Soon Geum memukul meja. Kali ini ia benar-benar marah. Soon Geum berkata jika Young Hee hanya memakan rumput laut panggang di dapur dan membuatnya marah.
"Ini pertama kalinya aku makan ramyun yang mengerikan," sembur Soon Geum.
Gun Woo ketakutan melihat Soon Geum marah-marah.


Tuan Hwang memandangi pena emas di tangannya. Tuan Hwang berniat memberikan pena itu sebagai hadiah. Joo Won berkomentar bahwa orang yang menerima pena itu pasti sangat senang. Joo Won bercerita jika Young Hee juga menghadiahi sebuah lukisan untuk seorang wanita.
"Berapa harga lukisan itu?" tanya Tuan Hwang.
"Lukisan itu tak pernah dipajang. Jadi oppa tidak tahu berapa nilai lukisan itu. Ukurannya 0."
"Bahkan ukurannya bukan 1, tapi 0. Bukankah dengan ukuran 0 kau bahkan tidak bisa melihat apa yang dilukis? Ada barang dengan ukuran 0?" tanya Tuan Hwang.
Joo Won tertawa. "Ayah, serius sedikit. Jangan bilang padaku hanya karena lukisan itu paling kecil, dia berpikir lukisan itu paling murah?"
Tuan Hwang menganggap Young Hee sebagai orang yang pelit. Seharusnya memberi hadiah pada wanita haruslah barang yang mahal. Tuan Hwang memberi tahu harga pena emas yang dibelinya, 30 juta won. Joo Won membalas jika lukisan milik Young Hee nilainya 10 kali lipat di bandingkan pena emas ayahnya. Tuan Hwang terperangah. Joo Won menjelaskan walaupun lukisan itu hanya sebesar telapak tangan, namun lukisan itu merupakan Maiden series karya Master Hwa Baek (mian, gak ngerti tentang lukisan).


Da Kyum memandangi lukisan pemberian Young Hee. Lukisan yang hanya sebesar telapak tangannya dirasa Da Kyum sebagai penghinaan. Da Kyum membuang lukisan itu ke tong sampah. Namun Da Kyum ragu dan mengambil lukisan itu lagi.


Young Hee semakin stress. Ia keluar rumah. Soo Jung, Hyun Joo dan Thu menghampiri Young Hee. Mereka meminta izin Young Hee untuk mengajak Da Kyum shopping. Young Hee malah memberi mereka uang 300.000 won. Young Hee meminta mereka mentraktir Da Kyum makanan yang enak. Para pembantu kegirangan.


Soon Geum dan Gun Woo pulang naik taksi. Supir taksi menanyakan tujuan mereka. Gun Woo menjawab 1st Street Cheongdam-dong. Beberapa saat kemudian Soon Geum mengubah tujuan mereka ke apartment miliknya di K Apartment Apgujeong. Soon Geum berniat membuka rahasianya pada Gun Woo.
"Mengapa kita kesini?" tanya Gun Woo setelah turun dari taksi.
"Ikuti aku," jawab Soon Geum.
Di dalam lift Soon Geum menyodorkan sebutir permen karet pada Gun Woo. Soon Geum khawatir Gun Woo shock melihat uangnya.
"Aku tak suka permen karet," tolak Gun Woo.
"Akan lebih baik jika kau menguyah ini," paksa Soon Geum. Gun Woo tetap menolak.
"Tidakkah kau katakan dimana kita sekarang?" tanya Gun Woo.
"Ini adalah dimana Yoon Shi Ah yang asli tinggal," ucap Soon Geum.

Soon Geum menunjukkan tumpukan dus berisi uang pada Gun Woo.
"Aku berbohong pada temanku bahwa ini adalah milik sunbae-ku. Aku simpan di kamar tidur," pamer Soon Geum.
Gun Woo belum tahu dus itu berisi uang. Ia malah menendang dus itu dan langsung meringis kesakitan. Soon Geum kesal dan mulai membuka isi dus-dus itu. Selagi Soon Geum membuka isi dusnya, Gun Woo menunggunya sambil memandang keluar jendela. Begitu menoleh pada Soon Geum, Gun Woo langsung syok. Soon Geum mendekap beberapa lembar uang. Semua dusnya yang berisi uang sudah terbuka didepannya. Gun Woo mendekati Soon Geum.
"Bukankah kau mengatakan padaku bahwa kau tak punya uang?" tanya Gun Woo.
"Maaf... Bukankah sekarang aku jujur padamu?" ucap Soon Geum.
Gun Woo memandangi uang Soon Geum dengan antusias lalu mengambilnya.
"Bisakah aku menggunakan uang ini untuk membeli saham? Dengan uang ini besok aku juga bisa mengganti mobil, kan?"
"Baiklah..." ucap Soon Geum ragu.
"Tidak, mulai besok ayo keluar dari pekerjaan kita. Haruskah kita keliling dunia? Orang yang memenangkan undian pertama lotre harus pergi bersenang-senang keluar negeri selama setahun. Apa kau akan keluar dari pekerjaanmu?"
"Bagaimana bisa bisa kau tak mencintai pekerjaanmu?" kritik Soon Geum.
"Ya, benar. Ayahmu juga. Kirimi dia 3 atau 4 dus. Skill Go Stop-nya sangat bagus. Dia pasti akan senang." Gun Woo tak mengindahkan ucapan Soon Geum.
Soon Geum mulai kesal. "Apa lagi?"
"Aku tak ingin hidup seperti keinginan ayahku lagi. Aku akan memulai bisnis sendiri dan hidup dengan benar. Kita akan keluar sekarang. Berhenti hidup dibawah kendali ayahhku dan melakukan bisnis seperti ayahku. Bagaimana? Ayo habiskan uang ini dengan baik dan hidup dengan bahagia," ucap Gun Woo penuh semangat.
Soon Geum kesal. Ternyata Gun Woo mata duitan. Soon Geum kembali menutup dus-dus itu. Gun Woo kebingungan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gun Woo.
"Ini bukan uang. Ini dung...dung...(mian, kotoran)!!" teriak Soon Geum.
"Dung? Bagaimana bisa? Apa kau pernah melihat dung yang sangat harum sebelumnya?" tanya Gun Woo sambil meraup uang-uang itu kedalam dekapannya. Soon Geum makin kesal. Ia menjambak rambut Gun Woo.


Soon Geum dan Gun Woo pulang. Di dalam taksi Soon Geum mengigau sambil menjambak rambut Gun Woo. Gun Woo melepaskan tangan Soon Geum dari rambutnya. Ternyata Soon Geum hanya bermimpi.
"Ahjumma, kita sudah sampai," ucap Gun Woo.
Soon Geum terbangun. "Aku bermimpi, kan?"
"Bermimpi tentang dung?" tanya Gun Woo.
Soon Geum mengangguk. "Hmm..."
"Memimpikan dung adalah mimpi yang bagus. Bukan begitu, Pak Supir?" tanya Gun Woo pada supir taksi.
"Tentu saja. Jika kau memimpikan dung, bukankah itu artinya kau akan segera menjadi kaya? Siapa tahu kau mungkin akan memenangkan lotre," komentar supir taksi.
Soon Geum terkejut dan memandang Gun Woo dengan kikuk.


Joo Won mendapat telepon dari New York bahwa lukisan milik Kim Yuk, kakek Young Hee adalah lukisan palsu, sehingga lukisan-lukisan itu ditahan disana. Joo Won terkejut mendengar kabar ini.


Di rumahnya, Young Hee juga mendapat kejutan. Young Hee mendapati memo berisi tulisan Da Kyum di pintu kulkas. Da Kyum telah pergi dan meminta Young Hee mencari pembantu lagi. Young Hee syok sampai menumpahkan botol mineral yang dipegangnya. Young Hee langsung berlari ke kamar Da Kyum. Tentu saja kamar Da Kyum telah kosong. Young Hee hanya menemukan celemek di lantai dan lemari pakaian Da Kyum yang sudah kosong. Walaupun telah pergi, Da Kyum masih menyiapkan sarapan pagi untuk Young Hee. 

Young Hee bergegas mengejar Da Kyum keluar. Karena terburu-buru Young Hee sampai lupa mengenakan alas kaki. Soon Geum yang berada di luar melihat Young Hee dan memanggilnya. Tapi Young Hee tak melihatnya. Soon Geum terkejut melihat Young Hee berlari tanpa alas kaki. Soon Geum masuk ke dalam rumah. Merampas sepatu yang hendak di pakai Gun Woo dan menyusul Young Hee. Gun Woo kebingungan dengan ulah Soon Geum. Karena penasaran Gun Woo mengikuti Soon Geum.

Young Hee berlari sampai ke tepi jalan raya dengan nafas yang memburu. Mata Young Hee nanar mencari-cari sosok Da Kyum. Soon Geum berhasil menyusul Young Hee. Dia juga kelelahan.
"Kemana dia akan pergi?" tanya Young Hee.
"Apa? Siapa?" tanya Soon Geum bingung. Soon Geum meminta Young Hee memakai sepatu yang dibawanya.
Young Hee teringat lagi perkataan Da Kyum kemarin malam.
"Kau peduli padaku, tapi itu hanya karena kau takut aku mendapatkanmu dan tidak melepaskanmu. Jadi kau menggunakan lukisan kakekmu untuk mendorongku pergi, begitu bukan? Hidup Kim Young Hee bukan apa-apa tanpa lulisan kakeknya, kan? Berterimakasihlah pada lukisan kakekmu. Kau menjadi kaya. Kau mendapat penghasilan berkat lukisan kakekmu. Apa kau pernah memikirkan hidupmu sendiri? Bersikap dewasalah untuk mengatasi masalah ini? Menggunakan uang untuk menyuap orang?"
"Aku tak ingin menjadi lenteramu lagi," jawab Young Hee pada Da Kyum malam itu.
Young Hee menyesal telah berkata kasar pada Da Kyum. Young Hee menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Da Kyum. 
"Ini semua salahku. Aku sudah gila. Apa yang harus kulakukan? Mengapa aku memberinya lukisan?" sesal Young Hee.

Young Hee lemas. Soon Geum membantunya duduk. Soon Geum terkejut ketika mendapati telapak kaki Young Hee terluka. Soon Geum segera membersihkan luka itu dengan celemek dan memakaikan sepatu yang dibawanya. Gun Woo baru saja muncul dan melihat mereka. Tentu saja Gun Woo cemburu Soon Geum membagi perhatiannya pada pria lain. Soon Geum terkejut saat diberitahu Young Hee jika Da Kyum berhenti dari pekerjaannya.  


Nyonya Kang kesal karena tiba-tiba Soon Geum menghilang tanpa menyiapkan sarapan terlebih dahulu. Nyonya Kang mengejek Soon Geum. Gun Woo membela Soon Geum. Gun Woo terlihat murung setelah memergoki Young Hee dan Soon Geum yang tengah berduaan. Tuan Kang heran Gun Woo membela pembantu mereka. Gun Woo tak peduli. Tuan Kang mengira Gun Woo telah salah memakan sesuatu. Gun Woo mengingatkan Nyonya Kang jika ingin mengatakan sesuatu yang buruk tentang Soon Geum sebaiknya bicara di depan Soon Geum langsung, jangan dibelakangnya. Gun Woo kehilangan selera makan dan langsung meninggalkan meja makan. 


Soon Geum memberi kabar pada sesama pembantu di 1st street jika Da Kyum berhenti dari pekerjaannya. Mereka semua berlari ke rumah Young Hee. Mereka membaca surat yang ditinggalkan Da Kyum untuk Young Hee. Da Kyum sama sekali tak meninggalkan pesan pada teman-temannya. Mereka mengira-ngira kemana Da Kyum pergi. Mereka berpikir Da Kyum pergi ke bar. Karena Da Kyum pernah berkata ingin bekerja di bar. Sementara mereka tengah berdiskusi, Young Hee terlihat melamun di meja makan. Tiba-tiba saja Young Hee mengamuk dan melempar semua isi meja makan. Soon Geum cs terkejut. Mereka ketakutan dan mengumpat Young Hee.
"Apa kau pikir aku tidak akan makan hanya karena tidak ada seseorang disini? Lebih baik begitu. Aku akan menemukan pembantu baru! Yang lebih cantik, yang lebih baik. Seorang pembantu yang lebih tinggi dan lebih baik. Aku akan mencari sendiri pembantu yang aku suka. Pergi kalian, Ahjumma!!" Seru Young Hee murka sambil naik ke atas kamar.


Soon Geum kembali ke rumah keluarga Kang dengan takut-takut. Tiba-tiba saja Gun Woo sudah berdiri di depannya.
"Kau membuatku takut," seru Soon Geum terkejut.
Gun Woo melipat tangannya di dada. "Kau pasti telah melakukan kesalahan."
Soon Geum tak mau bercerita. Soon Geum mengalihkan pembicaraan dengan menyodorkan kotak bekal makan siang pada Gun Woo.
"Apa ini penyuapan?" tanya Gun Woo curiga.
"Cepat ambil ini! Jika kau terlalu malu makan sendirian, jangan kau makan. Aku hanya berpikir kau bosan makan diluar setiap hari," ucap Soon Geum.
Gun Woo akhirnya mengambil kotak bekal dari Soon Geum. "Ahjumma, aku sedikit cemas."
"Cemas memakan ini sendirian? Atau cemas orang lain akan merebutnya?"
"Ya, aku takut seseorang akan merebutnya dariku," jawab Gun Woo. Sebenarnya yang dimaksud Gun Woo adalah dirinya takut jika Soon Geum direbut oleh Young Hee.
Soon Geum tersenyum dan menasehati Gun Woo. "Jangan biarkan orang lain merebut itu darimu."


Thu, Soo Jung, Hyun Joo menggeledah kamar Da Kyum. Mereka mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk kemana Da Kyum pergi. Thu menemukan note book milik Da Kyum. Thu ingat jika Da Kyum mempunyai teman yang bekerja di bar di Danyang. Mereka mencari nomor telepon teman Da Kyum dari buku itu.


Da Kyum pergi dengan menggunakan bus. Da Kyum merasa tak buruk dengan keputusannya meninggalkan rumah Young Hee.


Sebagai kurator di Galeri seni milik Young Hee tentu saja Joo Won kebingungan dengan berita bahwa lukisan milik kakek Young Hee adalah palsu. Joo Won sibuk meneliti lukisan-lukisan itu. Seorang staff pria meminta pendapat Joo Won untuk memberitahukan masalah ini pada Young Hee. Joo Won khawatir jika bukan hanya lukisan yang berada di New York yang palsu, tetapi seluruh lukisan yang ada di Korea juga palsu. Staff pria hanya dapat mengambil kesimpulan hanya ada satu lukisan yang asli.


Young Hee keluar rumah dengan langkah tertatih-tatih masuk ke dalam mobilnya. Soon Geum yang tengah menjemur pakaian mendekat. Young Hee berkata akan mencari pembantu baru. Soon Geum mengingatkan jika selain Seoul, Da Kyum tak punya tempat untuk pergi. Soon Geum menduga Da Kyum akan kembali ke rumah ibunya karena selama ini ternyata Da Kyum kabur dari rumahnya. Akhirnya Soon Geum menemani Young Hee mencari Da Kyum.


Da Kyum mendatangi rumah teman sekolah SMU-nya. Temannya tengah tidur ketika Da Kyum datang. Da Kyum membangunkannya dan berniat mentraktirnya makan.


Soo Geum dan Young Hee pergi ke stasiun. Mereka hendak mencari Da Kyum ke Danyang. Young Hee mengeluh karena tempat yang harus mereka datangi sangat jauh. Soon Geum mengkhawatirkan kaki Young Hee yang masih terluka. Young Hee meyakinkan dirinya baik-baik saja. Young Hee bertekad membawa Da Kyum kembali ke rumahnya.
"Tanpa adanya Da Kyum, aku tak bisa makan. Tanpa Da Kyum aku sama sekali tak mau pulang ke rumah. Mengatakan kejujuran sangat membosankan. Ketika aku pulang ke rumah setelah minum banyak, dia mengomeliku. Aku pasti marah. Ini sangat aneh setiap saat dia yang membayar tagihanku." Young Hee mulai merasa Da Kyum sangat berarti untuknya.
"Tapi mengapa dia melarikan diri. Gadis itu! Kau bergegas mencarinya dengan bertelanjang kaki pagi itu. Ketika itu, aku melihatmu seperti orang yang baru lagi." komentar Soon Geum.
"Kenapa?" tanya Young Hee.
Soon Geum kebingungan. Soon Geum merasa salah bicara. Soon Geum salah tingkah dan meminta mereka segera pergi.

Young Hee mendapat telepon dari Joo Won. Di seberang Joo Won meminta Young Hee tak terkejut dengan berita yang akan disampaikannya. Young Hee yang tengah melangkahkan kakiknya menuruni tangga langsung berhenti. Young Hee menoleh pada Soon Geum dan meminta berhenti juga.
"Ada apa?" tanya Soon Geum melihat raut wajah Young Hee yang berubah mendadak.
"Bisakah kau memelukku? Sebentar saja." pinta Young Hee.
"Ada apa?" tanya Soon Geum cemas.
"Tidak ada apa-apa. Lupakan saja," ucap Young Hee yang sudah mengira Soon Geum tak akan mau menuruti permintaannya.
"Tunggu!! Karena kau bersikap seperti ini, aku akan memelukmu sebentar saja. Akankah kau mencari Da Kyum? Aku akan memelukmu, dan anggap itu sebagai hadiah." Soon Geum maju dan memeluk Young Hee.
Soon Geum melihat kereta yang menuju Danyang telah datang. Soon Geum melepaskan pelukan dan meminta Young Hee bergegas menuju kesana, namun Young Hee hanya diam saja. Young Hee berubah pikiran. Dia tak ingin mencari Da Kyum. Young Hee hanya berkata tak akan menggaji pembantu lagi, bahkan jika Da Kyum kembali. Tentu saja Young Hee syok dengan berita bahwa lukisan milik kakeknya palsu. Selama ini Young Hee hanya menggantungkan hidunya dari lukisan kakeknya. 


Gun Woo membuka bekal makan siangnya di kantin. Gun Woo terharu dengan omelet buatan Soon Geum yang sausnya dibuat bentuk hati. Gun Woo sama sekali tak malu. Ia malah sengaja duduk di depan ayahnya dan pamer.


Young Hee memandangi lukisan kakeknya. Joo Won mendekat.
"Sebelum lukisan itu kembali ke Korea untuk di evaluasi, mereka sudah mengatakan bahwa lukisan itu palsu. Semua lukisan dari New York telah disita."
"Karya milik siapa?"
"Orang-orang menyebutnya Kim Hwan."
"Ayahku. Sejak dia muda, dia sudah mendampingi kakekku, membantunya. Dia membantu kakekku mengantar art paper. Dia mempelajari style kakekku. Ayahku menghabiskan seluruh hidupnya seperti ini. Lukisan ayahku, semuanya imitasi?" ucap Young Hee miris.


Da Kyum tengah bersantai sambil memakan es krim di depan supermarket ketika tak sengaja ia mendengar berita tentang pemalsuan lukisan yang dilakukan Kim Hwan, ayah Young Hee. Da Kyum terkejut. Ia mengambil lukisan pemberian Young Hee dan terlihat sedih. 


Tengah malam Hyun Joo dipaksa Boon Ja untuk membeli obat ke apotik. Hyun Joo menolak karena seluruh apotik sudah tutup. Boon Ja malah marah-marah dan tetap meminta Hyun Joo pergi. Hyun Joo tak bisa menolak. Beruntung Hyun Joo berpapasan dengan mobil Tuan Hwang. Tuan Hwang memberi tumpangan dan bersedia mengantar Hyun Joo ke apotik. Tanpa sengaja Hyun Joo menduduki kotak kado milik Tuan Hwang. Tuan Hwang membuka kotak itu dan memperlihatkan isinya, pena berlian.
"Apakah dia akan menyukainya? Sampai sekarang, aku masih belum bisa memenangkan hati wanita itu." Tuan Hwang meminta pendapat Hyun Joo.
Hyun Joo sedikit cemburu. Hyun Joo tahu wanita yang dimaksud Tuan Hwang adalah Nyonya Kang. Hyun Joo tertawa setelah menyadari cinta Tuan Hwang bertepuk sebelah tangan. Apalagi di usianya yang tak lagi muda. Tuan Hwang kesal dan meminta Hyun Joo turun dari mobilnya. Hyun Joo segera sadar jika ucapannya salah. Dia segera meminta maaf. 

Soo Jung memergoki Hyun Joo yang tengah berduaan dengan Tuan Hwang di dalam mobil. Soo Jung kegirangan karena Nyonya Kang juga melihat mereka. Soo Jung sangat mendukung hubungan Hyun Joo dengan Tuan Hwang. Apalagi Tuan Hwang lebih kaya dibandingkan Tuan Kang. 
Mendadak Da Kyum muncul di samping Soo Jung.
"Ada apa eonni? Apa kau punya makan malam?"
"Ini sudah jam berapa?" timpal Soo Jung tak sadar jika yang disampingnya adalah Da Kyum. Ia masih asyik memandangi reaksi Nyonya Kang. Begitu sadar, Soo Jung langsung menoleh lagi pada Da Kyum. "Bukankah kau keluar?"
"Aku mengambil libur untuk istirahat. Kenapa?"
"Kau membiarkan dia mencari pembantu baru?" tanya Soo Jung bingung.
"Dimana Kim Young Hee?"


Young Hee sedang minum soju bersama Gun Woo. Gun Woo mencemaskan hyung-nya. Gun Woo sudah mendengar kabar tentang pemalsuan lukisan.
"Meskipun semua orang mengutuk ayahku, mengapa aku malah berpikir ayahku itu menyedihkan. Kakekku menerima pengakuan. Meskipun semuanya akan lenyap besok, setidaknya aku akan menerima uang. Lalu apa yang akan didapat ayahku? Dia menghabiskan sepanjang hidupnya dibawah bayangan kakekku dan mendapat cap sebagai amatiran. Betapa besar keinginannya agar diakui hingga berusaha membuat lukisan palsu."
"Itu tidak palsu. Itu jelas bukan karena ini, dia melakukan hal itu. Hanya untuk dirinya sendiri. Dia ingin menjadi seperti ayahnya atau bahkan melampauinya. Tapi dia tak mengharapkan kebenaran terungkap. Aku mengerti sikapnya. Pemikiran ayahmu... Aku mengerti 100 %," hibur Gun Woo.
"Gun Woo kami, sejak kapan kau menjadi sangat dewasa? Kiss...kiss...kiss..." Young Hee tersenyum lebar dan berniat mencium Gun Woo. Gun Woo menghindar, namun Young Hee berhasil mencium pipinya.

Di dapur Soon Geum tengah memasak untuk mereka. Setelah selesai memasak, Soon Geum berpamitan. Young Hee mencegah Soon Geum dengan menahan tangannya. Gun Woo syok. Dia hanya terdiam memandangi tangan Soon Geum dalam cengkraman Young Hee. Soon Geum salah tingkah. Gun Woo meminta Soon Geum tetap disana bersama mereka.

Selagi Gun Woo ingin memisahkan tangan Soon Geum dari Young Hee, Da Kyum datang. Da Kyum langsung naik darah dan membanting tasnya. 

Soon Geum senang melihat Da Kyum kembali, tapi tidak dengan Young Hee. Young Hee malah memicu pertengkaran dengan Da Kyum.
"Apa yang kau lakukan dengan lukisan yang kuberikan padamu?" tanya Young Hee.
"Aku membuangnya. Kenapa?" tantang Da Kyum.
"Karena itu palsu?"
"Bukan karena itu palsu. Tapi karena kau menggunakan itu untuk menebus kurangnya rasa kemanusiaanmu. Itu sangat buruk. Kenapa?"
"Ya, kau benar. Jadi keluarlah!!" usir Young Hee.
Soon Geum segera menengahi. "Bukankah sangat bagus bahwa dia kembali karena kemauannya sendiri? Lupakan itu, Kim Young Hee-ssi!"
"Benar, hyung!" timpal Gun Woo.
"Aku tak membutuhkanmu lagi. Aku tak bisa menggajimu lagi."
"Siapa yang menginginkan gaji?" teriak Da Kyum.
"Jika kau tak mengingkan gaji, mengapa kau ingin tinggal dirumahku? Apa kau istriku? Apa kau pacarku? Jika kau tak peduli dengan uang, mengapa kau ada di rumahku?"
"Aku pikir memasak untukmu akan memberimu tenaga. Aku tak bisa melukis, apalagi yang bisa kulakukan. Ada apa dengan ini? Aku terlalu bodoh untuk mengerti. Aku pikir kau menyukai sup yang aku buat. Itulah mengapa aku kembali. Mianhae, aku melakukan kesalahan. " balas Da Kyum lalu pergi.
"Hyung, apa kau gila!" semprot Gun Woo. Sementara itu Soon Geum mengejar Da Kyum. Young Hee meminta Soon Geum tak mengejar Da Kyum.


Soo Jung pergi ke laundry mengambil sepatunya. Pegawai laundry menitipkan pakaian milik Madam Trophy. Soo Jung terkejut ketika melihat pakaian itu. Ia teringat pada wanita yang dibawa Gun Woo yang bertemu dengannya di lift. Soo Jung yakin wanita itu adalah Soon Geum.

Soo Jung tidak mengantarkan pakaian itu ke rumah Keluarga Kang, malahan menyimpannya di dalam lemari pakaiannya. Da Kyum menginap di rumah Soo Jung.
"Mengapa kau kembali?" tanya Soo Jung.
"Aku sedikit khawatir," jawab Da Kyum.
"Apa kau ibunya? Apakah Kim Young Hee adalah anakmu? Mengapa kau khawatir? Kau hanya melakukan sepersepuluh dari apa yang seharusnya seorang ibu lakukan."


Young Hee meminta tidur bersama Gun Woo dan Soon Geum. Mereka tidur satu ranjang. Young Hee sangat senang.
"Tidak bisakah kau tidur denganku saja. Biarkan Soon Geum pergi, huh!" protes Gun Woo.
"Jika kau ingin pergi, pergilah sendiri!" usir Young Hee.
Gun Woo melotot. 
"Aku hanya becanda. Jika kau meninggalkanku sendiri, kau akan mati," ancam Young Hee.
"Iya, aku mengerti," balas Gun Woo.
Soon Geum merasa sangat tidak nyaman karena Young Hee merangkulnya. Soon Geum meminta Young Hee melepaskannya.
"Jika kau membiarkanku tidur sendiri, kau akan mati." Young Hee juga mengancam Soon Geum.
"Tidurlah, okay. Kami tidak akan pergi," pinta Gun Woo.
"Kami akan pergi setelah kau tertidur," timpal Soon Geum.
"Kalian berdua tahu betapa aku menyukai kalian, tapi kalian berdua membenciku, kan?"
"Siapa yang bilang aku membencimu?" ucap Gun Woo dan Soon Geum bersamaan.
"Benarkah? Jika kalian berdua tak menyukai apa yang kukatakan, aku mati saja."
"Ya, hyung," jawab Gun Woo.
"Mengapa kau tak menjawab," Young Hee menoleh pada Soon Geum.
"Ya, aku tak akan pergi. Janji!" jawab Soon Geum.
"Saranghae." Young Hee menoleh pada Gun Woo. "Saranghae," ulang Young Hee pada Soon Geum.
Gun Woo mulai kesal dengan sikap Young Hee yang mendadak aneh. Gun Woo bangun.
"Hyung, apa kau mabuk? Lepaskan Soon Geum!" teriak Gun Woo.
"Kalian menginginkan aku pergi? Semua orang dalam hidupku meninggalkanku," keluh Young Hee dengan wajah sendu.

Gun Woo turun dari tempat tidur dan menarik tangan Soon Geum pergi. Soon Geum hanya terdiam.
"Kau tak ingin pergi?" tanya Gun Woo.
"Aku tidak akan pergi," jawab Soon Geum.
"Kenapa?"
"Aku ingin tinggal dengannya."
Gun Woo melepaskan tangan Soon Geum. "Haruskah aku pergi? Kau ingin sendirian disini, kan?"
"Kang Gun Woo-ssi, kau juga tidak boleh pergi," pinta Soon Geum.
"Baiklah, matikan lampu," ucap Young Hee girang.
Mau tak mau Gun Woo tetap tinggal.
"Ahjumma, dibandingkan denganku, kau tak akan lebih menyukai Young Hee hyung, kan? Ahjumma, kau bekerja dirumah kami. Tidak disini," ucap Gun Woo lirih. Soon Geum hanya diam saja.

Akhirnya Young Hee tertidur. Gun Woo menggenggam tangan Soon Geum.
"Soon Geum-ssi, kau benar. Bahkan jika ini sedikit sulit, aku ingin tidur seperti ini. Aku tak ingin pergi."
"Jaljayo." Soon Geum tersenyum.
Ketika Gun Woo dan Soon Geum menutup mata mereka, Young Hee membuka matanya. Young Hee belum tertidur.


Joo Won menghampiri Young Hee yang menutupi kepalanya dengan koran.
"Dimana sebenenarnya kau simpan lukisan Yun Hu?" tanya Joo Won.
Lukisan Yun Hu adalah lukisan yang Young Hee berikan pada Da Kyum. Hanya lukisan Yun Hu yang merupakan karya asli kakek Young Hee. Ketika Yun Hu dibuat, ayah Young Hee belum memulai menjadi pelukis. Yun Hu dipamerkan di Korea Selatan sebelum kakek Young Hee pergi ke New York.
"Semua orang akan menghubungimu untuk meminta kompensasi kerugian. Oppa, apa yang akan kau lakukan? Jika karya yang tersisa diidentifikasikan palsu. Karya yang satu itu asli. Karena kelangkaannya, pasti harganya akan sangat tinggi," ucap Joo Won.
Young Hee menghela nafas. Tiba-tiba saja suara petir muncul.
"Jangan menyerah," ucap Joo Won.
"Pergilah bekerja," balas Young Hee kembali menutupi kepalanya dengan koran.


Stress menghadapi kedua istrinya, Tuan Jang membuat surat wasiat. Boon Ja memergokinya. Boon Ja berteriak memanggil Nyonya Jang. Nyonya Jang meminta suaminya membacakan surat wasiat itu di depannya dan Boon Ja.
"Pertama, 1/5 hartaku, aku tinggalkan untuk anakku. Kedua, 1/5 hartaku, aku tinggalkan untuk wanita yang menjagaku dari kesepian," ucap Tuan Jang.
"Itu aku atau madam?" sela Boon Ja.
"Karena kalian berdua, aku sangat kesepian," sahut Tuan Jang.
"Kau hidup dengan 2 istri, tapi kau bilang kau kesepian. Apa itu masuk akal?" ucap Nyonya Jang ketus.
"Ketika tak ada orang disekeliling, kau sebenarnya merasa sangat kesepian."
"Bukankah kau hidup denganku lebih lama?" tanya Nyonya Jang.
"Apa gunanya hidup bersama bersama lebih lama. Kau tak bisa melihat negara ini jika kau tinggal dirumah. Itu aku?" Boon Ja tak mau kalah.
"Aku tak tahu. Diskusikan nanti setelah aku mati. Ketiga, 1/5 hartaku, akan aku tinggalkan untuk sahabatku." Tuan Jang meneruskan membaca surat wasiat.
"Itu Presiden Kang Tae Won, kan?" terka Boon Ja.
"Dia hanya memiliki satu wanita, sedangkan aku memiliki 2 wanita. Dia membenciku. Kami tidak berteman."
"Apa Presiden Hwang Yong?" terka Nyonya Jang.
"Dia selalu membangggakan dirinya sendiri. Dia akan menggunakan uang ini untuk pamer pada teman-temannya," jawab Tuan Jang.
"Lalu siapa?" tuntut Boon Ja penasaran.
"Bahkan nama suami sahabatmu kau tak tahu, kan?" balas Tuan Jang.
"Hanya untuk mengingat semua nama-nama wanita yang kau kejar saja sudah membuat kita cukup lelah," sindir Nyonya Jang.
"Keempat, 2/5 hartaku akan aku tinggalkan untuk wanita yang memasak makanan terbaik untukku." Tuan Jang meneruskan membaca surat wasiatnya dengan takut-takut.
"Itu Madam, kan?" tanya Boon Ja sambil melirik Nyonya Jang.
"Semua masakan dikerjakan oleh pembantu. Mana mungkin aku memasak?" sahut Nyonya Jang ketus.
"Oh, benar-benar. Bagaimana bisa 2/5 harta diberikan pada seorang pembantu?" protes Boon Ja.
"Tentu saja aku menyukainya karena dia adalah orang yang membuatkanku makanan. Bagaimanapun juga aku tak akan mengatakan siapa yang akan kuberi hartaku. Jadi tunggulah sampai aku mati. Kalian berdua boleh berdebat atau menimbang-nimbang. Cari tahu sendiri!" Putus Tuan Jang.

Tuan Jang pergi. Istri-istrinya panik.
"Apa maksudnya, dia tak akan meninggalkanku sepeserpun?" seru Boon Ja. Tiba-tiba suara petir menyambar. Kedua Nyonya Jang kaget dan ketakutan.
Mereka bergegas mendekati Hyun Joo yang tengah memasak. 
"Ada apa, Madam?" tanya Hyun Joo mendapati kedua Nyonya-nya memasang wajah garang.
"Nasi sudah siap." Hyun Joo ketakutan.


Tuan Kang menghadiahi sebuah pena untuk Nyonya Kang senilai satu juta won. Lagi-lagi Tuan Kang juga dikejutkan oleh suara petir. 


Nyonya Kang membandingkan pena pemberian suaminya dengan hadiah yang didapatnya dari Tuan Hwang. Jelas saja pena berlian pemberian Tuan Hwang lebih mewah dan mahal.
"Sekarang dia memberi istrinya suvenir perusahaan," gumam Nyonya Kang sinis lalu membuang pena pemberian Tuan Kang ke tong sampah.


Hujan mulai turun. Young Hee tak beranjak masuk ke dalam rumah. Young Hee malah bersikap konyol dengan membolongi kertas koran guna mengintip Da Kyum yang keluar mengambil jemuran.


Teman Da Kyum pegi ke Danyang mencari ibu Da Kyum. Ibu Da Kyum tak senang melihat kemunculannya. Sejak Da Kyum melarikan diri dari rumah, ibunya mengaku sudah tak peduli lagi pada putrinya. Teman Da Kyum datang untuk menyerahkan titipan buku tabungan milik Da Kyum. Ibu Da Kyum terkejut melihat banyaknya  jumlah uang yang tertera di buku itu.


Gun Woo mengunjungi calon ayah mertuanya. Ayah Soon Geum masih saja tak merestui hubungan putrinya dengan Gun Woo. Gun Woo mencoba mencairkan hati ayah Soon Geum dengan mengajaknya bermain Go Stop. 
"Tidakkah kau mengharapkan kebahagiaan putrimu? Aku rasa seharusnya kau membiarkan putrimu bahagia. Mulai sekarang aku akan datang setiap hari dan bermain Go Stop denganmu. Aku akan bertarung sampai mati. Mulai dari sekarang bermainlah Go Stop denganku. Jangan pergi ke tempat lain. Kau dan aku akan bermain setiap hari sampai kau bosan pada Go Stop. Aku akan datang setiap hari. Tentu saja aku akan membawa uang. Kau tak perlu khawatir. " ucap Gun Woo.
Ayah Soon Geum tak berkomentar. Ia meminta Gun Woo segera memulai permainan.


Soo Jung membuntuti Soon Geum yang pergi ke apartment-nya. Soon Geum mencari tahu pemilik dari apartment itu dengan mendatangi agen property. Soo Jung syok setelah mengetahui apartment itu dibeli atas nama Soon Geum seharga 1, 5 milyar won. Soo Jung kembali ke apartment Soon Geum. Dengan tangan gemetar menekan bel pintu. Shi Ah menyahut dari dalam. Soo Jung mengaku dari laundry. Shi Ah dan Soon Geum heran kerena mereka tak pernah mengirim pakaian mereka ke jasa laundry. Begitu keluar, Soo Jung telah lenyap. Soo Jung meninggalkan pakaian bermerek milik Soon Geum di gagang pintu. Wajah Soon Geum langsung pias. Soon Geum ketakutan seseorang telah mengetahui rahasianya.

Soo Jung pergi ke supermarket dimana Soon Geum membeli tiket lotre. Soo Jung menginterogasi pelayan toko apakah Soon Geum pernah membeli tiket lotre disana. Sayangnya pelayan toko tak ingat, terlalu banyak customer yang membeli lotre disana. Soo Jung kesal. Namun tiba-tiba pelayan toko itu ingat ada seorang pembantu yang pernah membeli tiket lotre disana. Soo Jung kembali bersemangat dan terus saja menginterogasinya. Namun lagi-lagi pelayan toko itu lupa detailnya. 


Da Kyum memajang lukisan pemberian Young Hee di kamar Soo Jung. Soo Jung terlihat pusing karena belum bisa memastikan bahwa Soon Geum lah pemenang pertama lotre. Da Kyum duduk di depan Soo Jung. Da Kyum berniat melabrak Soon Geum. Da Kyum menghubungi Hyun Joo dan Thu untuk mendukung aksi mereka. Soo Jung setuju.




Soon Geum mendapat telepon juga. Ia diminta datang ke rumah Soo Jung. Soon Geum ketakutan. Gun Woo menghampiri Soon Geum. Gun Woo heran melihat wajah Soon Geum yang sangat pucat. Soon Geum mengelak. Gun Woo berniat menemui Young Hee yang sedang stress. Mereka berjalan bersama keluar.

Young Hee duduk di dalam mobilnya. Tuan Hwang muncul dan menghampiri Young Hee. Berita mengenai  pemalsuan lukisan kakek Young Hee telah sampai ke telinga Tuan Hwang. Young Hee meminta maaf karena Tuan Hwang merupakan salah satu pembeli lukisan palsu kakeknya.

Gun Woo dan Soon Geum mendekat. Soon Geum kesal melihat Tuan Hwang.
"Mengapa para ahjumma datang seperti mereka ingin membunuh seseorang?" celetuk Young Hee melihat rombongan Da Kyum cs tiba-tiba muncul.

Da Kyum cs dengan wajah-wajah sangar mendekat. Semua orang menoleh. Young Hee turun dari mobil.
"Kau ingin berbicara disini atau didalam?" tanya Soo Jung tajam pada Soon Geum.
"Ada apa ini?" tanya Young Hee menarik tangan Soon Geum.
"Takut?" cela Da Kyum.
"Apa harus mengatakan itu sekarang?" ucap Soon Geum.
"Ya," sahut Thu.
"Apa ahjumma keluargaku melakukan kesalahan?" Gun Woo cemas. Ia juga mencengkram lengan Soon Geum.
"Ayo, bicara sekarang. Kau tak bisa menyembunyikan rahasia selamanya," ucap Hyun Joo.
"Kau tak bisa hidup seperti ini," cela Soo Jung.
"Eonni.." Soon Geum syok.
"Kau berubah, eonni," kritik Da Kyum.
"Kami kecewa," sahut Thu
"Lebih baik kami yang katakan atau kau yang mengatakannya?" tanya Hyun Joo.
Soon Geum pias. "Tidak seperti itu. Tentang itu...eonni."
Da Kyum cs berjalan mendekati Soon Geum dengan tatapan yang semakin tajam.