Guang Xi tersenyum karena bisa mengingat bekas goresan sepatu roda yang ia temukan di lantai Gereja Sheng De.
“Tak ada kunci. Bagaimana kita bisa keluar?” seru Mu Cheng membuyarkan konsentrasi Guang Xi.
“Kunci…” Guang Xi bergumam. Reflek ia berdiri dan mengambil kunci di atas lemari. Guang Xi terkejut karena ia juga bisa mengingat dimana letak kunci duplikat ruangan itu. Ia berkata pada Mu Cheng pasti ia sering ketempat itu. Ia merasa gereja Sheng De tempat yang sangat penting untuknya 6 tahun lalu. Sekarang yang ia tahu Gereja Sheng De sudah ditutup dan ibunya sama sekali tak berniat untuk memperbaikinya. Mu Cheng diam saja tak berkomentar, bahkan saat Guang Xi yakin Mu Cheng sering ke tempat itu.
"Aku ingin tahu orang seperti apa aku dulu. Aku ingin tahu apa yang terjadi disini," gumam Guang Xi.
Mu Cheng semakin gelisah.
Guang Xi mulai berpikir ada orang-orang dimasa lalu yang telah dilupakannya. Ia ingin tahu kemana mereka? Apakah mereka bahagia? Apa mereka tahu ia telah melupakannya? Ada banyak sekali pertanyaan di kepala Guang Xi yang ia sendiri tidak bisa menjawabnya. Selama 6 tahun ini ia selalu berpura-pura tak kesepian dan tak peduli agar orang-orang disampingnya tak khawatir.
"Melupakan semuanya, bagaimana rasanya?" tanya Mu Cheng ragu-ragu.
"Rasanya seperti kau hidup di dunia asing," jawab Guang Xi.
Lalu Guang Xi mengajak Mu Cheng kembali ke Hua Tian. Sebelum pergi Mu Cheng mengisahkan asal muasal goresan sepatu roda yang ada di lantai. Ia bercerita bahwa Guru Musik di Unversitas Sheng De mengajari anak lelakinya bermain sepatu roda disana. Suatu hari, tanpa peringatan Guru itu melepaskan tangannya sehingga putranya terjatuh dan meninggalkan goresan di lantai.
Di Hua Tian, Tuo Ye beserta warga desa bersiap-siap untuk meninggalkan Hua Tian. Mereka memberesi semua pot-pot bunga di perkebunan. Tuo Ye sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk melakukan perlawanan. Yang bisa dilakukannya adalah mengulur waktu dan berharap Guang Xi cepat kembali. Ia meminta waktu 3 jam untuk beres-beres. Chi Xin pesimis apakah Guang Xi benar-benar bisa membantu mereka.
"Aku ingin tahu orang seperti apa aku dulu. Aku ingin tahu apa yang terjadi disini," gumam Guang Xi.
Mu Cheng semakin gelisah.
Guang Xi mulai berpikir ada orang-orang dimasa lalu yang telah dilupakannya. Ia ingin tahu kemana mereka? Apakah mereka bahagia? Apa mereka tahu ia telah melupakannya? Ada banyak sekali pertanyaan di kepala Guang Xi yang ia sendiri tidak bisa menjawabnya. Selama 6 tahun ini ia selalu berpura-pura tak kesepian dan tak peduli agar orang-orang disampingnya tak khawatir.
"Melupakan semuanya, bagaimana rasanya?" tanya Mu Cheng ragu-ragu.
"Rasanya seperti kau hidup di dunia asing," jawab Guang Xi.
Lalu Guang Xi mengajak Mu Cheng kembali ke Hua Tian. Sebelum pergi Mu Cheng mengisahkan asal muasal goresan sepatu roda yang ada di lantai. Ia bercerita bahwa Guru Musik di Unversitas Sheng De mengajari anak lelakinya bermain sepatu roda disana. Suatu hari, tanpa peringatan Guru itu melepaskan tangannya sehingga putranya terjatuh dan meninggalkan goresan di lantai.
Di Hua Tian, Tuo Ye beserta warga desa bersiap-siap untuk meninggalkan Hua Tian. Mereka memberesi semua pot-pot bunga di perkebunan. Tuo Ye sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk melakukan perlawanan. Yang bisa dilakukannya adalah mengulur waktu dan berharap Guang Xi cepat kembali. Ia meminta waktu 3 jam untuk beres-beres. Chi Xin pesimis apakah Guang Xi benar-benar bisa membantu mereka.
Tak lama kemudian Guang Xi dan Mu Cheng datang. Ia menghampiri Fang Guo untuk menunjukkan bukti-bukti berupa dokumen dan rekaman suara Zhang Zheng Ji. Guang Xi mengancam akan menyebarkannya ke media. Tanpa di duga Direktur He datang. Ia mengajak Guang Xi bicara empat mata.
Guang Xi melemparkan bukti-bukti kejahatan Huan Yu di atas meja. Direktur He mengakui semuanya. Guang Xi marah. Sangat ironis disaat Yi Qian bekerja menyelamatkan nyawa orang, ayahnya malah membunuh orang dan sama sekali tak peduli.
"Masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan cara ini. Apa kau pikir aku berniat menyakiti penduduk desa?" Direktur He membela diri. Saat menyadari pipa industrial di pabrik Huan Yu mengalami kerusakan, polusi sudah terlanjur menyebar. Waktu itu Direktur He berniat untuk menutup pabrik, namun memikirkan nasib ratusan pekerja di pabriknya ia berpikir ulang. Maka untuk menyelamatkan keduanya, ia berniat membeli tanah Hua Tian. Guang Xi tetap saja tak bisa menerima alasan calon mertuanya. Seharusnya masalah ini bisa dibicarakan baik-baik dengan penduduk desa bukan dengan cara menipu untuk mendapatkan tanah Hua Tian. Direktur He menekankan jika kasus ini sampai tersebar ke publik, citra Huan Yu akan tercoreng dan tentu saja ia harus mempertanggungjawabkannya secara hukum.
Guang Xi sudah terlanjur kecewa. Demi menutupi kasus ini, bukan hanya penduduk desa yang dibohongi, tapi ia juga. Direktur He berusaha mencari dukungan Guang Xi. Ia menempatkan dirinya sebagai ayah Yi Qian. Guang Xi berkata jika Yi Qian juga tak ingin melihat ayahnya melakukan tindakan ilegal. Yi Qian mendukung penuh Guang Xi.
"Dia tak ingin melihatku melakukan tindakan yang melawan hati nuraniku," seru Guang Xi.
"Hati nurani? Sejak kapan kau mulai memiliki hati nurani? Dulu kau selalu melakukan tindakan yang melibatkan perasaan pribadimu," cela Direktur He yang hafal benar sepak terjang Guang Xi selama menjadi pengacara.
"Aku ingin menyelamatkanmu? Bukankah itu bagus?" ucap Guang Xi sungguh-sungguh. "Aku sangat senang bahwa aku masih sama seperti yang dulu dan tidak berubah. Karena aku merasa bahwa aku yang sekarang adalah benar-benar aku."
"Ada apa denganmu? Apa yang terjadi di desa Hua Tian hingga menyebabkamu menjadi seperti ini?" tanya Direktur He heran.
Di Hua Tian Guang Xi telah banyak belajar. Disamping uang, ternyata ada banyak hal yang lebih penting di dunia ini. Menyelamatkan orang bukan karena ingin mendapatkan imbalan, tapi benar-benar tulus ingin membantu. Akhirnya Direktur He menyerah. Ia bertanya apa yang diinginkan Guang Xi sekarang. Guang Xi meminta tanah Hua Tian dikembalikan dan berjanji akan menyelamatkan Direktur He.
Di luar penduduk desa tak sabar menunggu hasil pembicaraan Guang Xi dengan Direktur He. Mereka ribut. Tak lama Guang Xi dan Direktur He keluar. Guang Xi mengumumkan bahwa tanah Hua Tian akan dikembalikan pada penduduk desa.
Secara pribadi Direktur He sebagai pemilik dari pabrik Huan Yu meminta maaf. Ia berjanji akan menutup pabriknya dan memberikan kompensasi minimal 500 ribu NT. Selain itu ia juga memberikan pengobatan gratis selama 3 tahun di rumah sakit miliknya. Penduduk desa sangat gembira. Mereka menyambut baik perdamaian ini. Xu Fang Guo terlihat tak setuju. Ia hendak menyampaikan keberatannya namun Direktur He menyuruhnya diam dan menyalahkannya di depan semua orang. Bahkan Direktur He berniat memecatnya.
Setelah kepulangan Direktur He, penduduk desa merayakan kemenangan dengan mengadakan pesta. Mereka sangat berterima kasih atas bantuan Guang Xi.
Tuo Ye yang biasanya sinis pada Guang Xi menyampaikan rasa terimakasihnya dengan tulus. Disaat semua orang memancarkan wajah gembira, Xiao Le malah terlihat cemberut. Xiao Le sedih mendengar rencana kepulangan Guang Xi ke Taipei besok. Guang Xi mendekat. Ia berjanji pada Xiao Le akan sering mengunjunginya.
Usai berpesta, Mu Cheng membantu Bibi Hua memberesi peralatan makan. Tuo Ye mendekati Mu Cheng dan bertanya apa ia baik-baik saja. Mu Cheng mengangguk dan tersenyum.
Sementara itu di dalam Guang Xi berbaik hati memijat pundak Bibi Hua yang kelelahan. Mereka mulai mengobrol.
Dari Bibi Hua Guang Xi tahu bahwa 6 tahun Mu Cheng dibawa Tuo Ye ke Hua Tian dalam keadaan hamil. Sebelumnya Mu Cheng bekerja di kantin Universitas Sheng De. Tuo Ye yang sangat menyukai Mu Cheng sampai masuk kuliah di Sheng De demi bertemu dengan Mu Cheng. Guang Xi teringat perkataan Mu Cheng yang menyangkal mengenal baik Sheng De. Ia malah berkata datang ke Sheng De untuk menemui Tuo Ye. Guang Xi tak mengerti mengapa Mu Cheng harus berbohong. Bibi Hua berkata Tuo Ye dan Mu Cheng tak mungkin menikah. Bukannya tak setuju, tapi Bibi Hua bisa merasakan bahwa Mu Cheng masih sangat mencintai ayah Xiao Le.Di luar Xiao Le tibat-tiba menangis di pangkuan Yuo Ye. Ia sedih karena Guang Xi akan pergi. Ia mau Guang Xi tetap tinggal di Hua Tian.
Tu Ye kebingungan. "Apa kau sangat menyukainya? Apa istimewanya dia?"
"Tubuhnya wangi ayah," jawab Xiao Le polos.Tuo Ye memberi pengertian pada Xiao Le jika Guang Xi akan menikah dan pasti akan memiliki anak sendiri. Tapi Tuo Ye berjanji akan terus bersama Xiao Le. Xiao Le menghapus air matanya.
"Aku tahu tidak ada planet Dahrian, tapi aku masih ingin membuat pengharapan. Aku berharap Paman Guang Xi tinggal disini dan semoga besok turun hujan lebat jadi mobil Paman Guang Xi tidak bisa jalan," doa Xiao Le dengan serius.
Guang Xi dan Mu Cheng pulang. Guang Xi menanyakan Xiao Le. Mu Cheng memberitahu kalau Xiao Le marah karena tahu Guang Xi akan pergi dan tadi pulang duluan. Guang Xi berkata jika hubungan Xiao Le dan Tuo Ye sangat dekat. Jadi saat dirinya kembali ke Taipei, Xiao Le pasti akan melupakannya. Tiba-tiba turun hujan. Guang Xi membuka jasnya dan mengenakannya pada Mu Cheng. Lalu ia menggandeng Mu Cheng dan mengajaknya lari agar cepat sampai rumah.
Di tengah jalan mereka berhenti karena hujan reda. Mu Cheng duduk dibawah pohon besar untuk memakai sepatunya lagi. Guang Xi berkomentar banyak pohon yang sama ditanam di Hua Tian. Mu Cheng memberitahu pohon itu dinamakan hackberry. Setiap tahun saat musim bunga, ia dan Xiao Le sering berjalan-jalan disekitar sini. Guang Xi tertarik untuk datang dan melihat saat bunga mekar.
"Kau masih ingin datang?" tanya Mu Cheng terkejut.
"Tentu saja. Aku bertemu banyak orang baik disini. Selain itu, aku sudah mempunyai hubungan baik dengan Xiao Le. Aku akan segera kembali untuk menemuinya," janji Guang Xi. Ia juga sempat bercanda sekalian mengecek apakah Mu Cheng masih bingung memperbaiki kipas angin atau kalau-kalau Mu Cheng membuat nasi sapi hanya memakai wortel tanpa daging. Mu Cheng tertawa mendengar gurauan Guang Xi.
Tiba-tiba turun hujan lagi diiringi bunyi petir. Bayangan masa lalu Guang Xi mendadak kembali melintas. Kilasan saat Guang Xi tengah berciuman dengan Mu Cheng tergambar jelas diingatannya. Guang Xi memicingkan matanya sambil menatap wajah Mu Cheng, berusaha mengingat-ingat.
Mu Cheng mulai merasakan perubahan mimik wajah Guang Xi."Ada apa?"
"Aku pernah melihatmu sebelumnya," Guang Xi tertawa tak yakin dengan penglihatannya. Ia berkata Bibi Hua sudah memberitahunya bahwa 6 tahun yang lalu Mu Cheng bekerja di kantin Universitas Sheng De. Itulah sebabnya Guang Xi merasa Mu Cheng sangat mengenal Sheng De, bukan karena ia sering mengunjungi Tuo Ye. Mu Cheng panik. Ia mulai gelisah.
"Kau bahkan tahu di Gereja Sheng De ada bekas goresan sepatu roda. Aku anak pemilik Universitas Sheng De. Tak mungkin kau tak mengenalku. Mungkin kita mengenal satu sama lain sebelumnya," pancing Guang Xi.
"Aku hanya bekerja di kantin kampus. Itu tak ada hubungannya denganmu. Bagaimana mungkin aku mengenalmu." Mu Cheng berusaha menyangkal.
Guang Xi masih tak percaya. Ia terus mengorek kebenaran dari Mu Cheng. Ia mengungkapkan beberapa kecurigaannya. Saat pertama kali bertemu Mu Cheng, Guang Xi mempunyai perasaan aneh dan reaksi Mu Cheng terlihat seperti bukan orang asing. Lalu ketika semua orang meminta menjadi sekretarisnya, Mu Cheng sengaja menjaga jarak. Mu Cheng juga tahu niat buruk Guang Xi terhadap penduduk desa dari awal. Dan pada akhirnya Mu Cheng malah yakin Guang Xi mau membantu penduduk desa mengambil tanah mereka kembali. Rasanya Mu Cheng tahu banyak tentang dirinya dibandingkan orang lain. Banyak perubahan dalam dirinya setelah bertemu dengan Mu Cheng.
"Bagaimana kau menjelaskan ini?"
"Jadi setelah kau kehilangan ingatanmu, kau selalu berpikiran tak realistis, bertanya pada setiap orang apakah mereka mengenalmu," ucap Mu Cheng sambil berjalan menjauhi Guang Xi.
"Tidak. Hanya kau," jawab Guang Xi menghentikan langkah Mu Cheng. "Aku hanya seperti ini denganmu. Selalu ada bayangan buram dalam pikiranku. Bayangan ini benar-benar mirip denganmu. Orang ini sepertinya sangat penting untukku. Tapi bagaimana kerasnya aku mencoba mengingat, aku masih tidak bisa."
Guang Xi berdiri didepan Mu Cheng. Dari semua bayangan yang ia dapat hanya ada gadis ini dalam pikirannya. Ia memohon pada Mu Cheng seandainya Mu Cheng mengetahui gadis ini, tolong katakan padanya. Guang Xi tak mau menghabiskan hidupnya dengan memori kosong. Mu Cheng berkata jika memang gadis itu ada, seharusnya ia datang mencari Guang Xi. Tapi ternyata tak ada yang datang. Itu artinya gadis itu tak menginginkan Guang Xi mengingatnya. Mu Cheng menasehati Guang Xi untuk melanjutkan hidup dan tak memusingkan hal ini. Guang Xi sudah mempunyai tunangan, untuk apa berusaha keras mengingat masa lalu. Itu tak ada manfaatnya. Guang Xi malah membalikkan ucapan Mu Cheng yang juga belum bisa melupakan ayah Xiao Le.
"Apa kau bisa memperlakukan orang-orang terpenting dalam hidupmu seperti mereka tak pernah ada. Apa itu adil untuknya?" tanya Guang Xi yang tak sepandapat dengan ucapan Mu Cheng. "Kau bisa melakukannya. Tapi aku tak bisa."
Mu Cheng membenarkan perkataan Guang Xi. Ia tipe orang yang tak mau terikat dengan masa lalu dan berusaha melupakannya. Ia hanya berpikiran tentang masa depan. Orang-orang yang disampingnya sekaranglah yang terpenting baginya.
Hujan kembali reda. Mu Cheng mengajak Guang Xi pulang. Karena tak terbiasa menggunakan hak tinggi, Mu Cheng keseleo. Guang Xi dengan sigap menangkap tubuhnya. Tak itu saja, ia malah menggendong Mu Cheng sampai rumah.
Yi Qian berdiri di depan rumah Mu Cheng. Ia datang ke Hua Tian tanpa memberitahu Guang Xi. Xiao Le menyambut kedatangan Yi Qian. Tuo Ye keluar. Ia langsung mengenali Yi Qian. Melihat kesinisan Tuo Ye, jelas sekali ia tak menyukai Yi Qian. Ia meminta Yi Qian menunggu diluar karena tuan rumah belum datang.
Xiao Le memohon agar Yi Qian diperbolehkan masuk ke dalam. Tuo Ye malah menakut-nakuti Xiao Le dengan dongeng 7 anak domba dan serigala (aku tahunya 3 anak babi). Ia menasehati Xiao Le tak boleh sembarangan mengajak orang asing masuk ke dalam rumah.
"Dia mungkin saja serigala besar atau mungkin ayahnya yang seekor serigala yang merusak seluruh desa kita," ucap Tuo menyindir Yi Qian.
Yi Qian tak marah. Ia malah membenarkan ucapan Tuo Ye. Kemudian ia menyindir Tuo Ye balik dengan mengatakan pada Xiao Le jangan terlalu cepat menghakimi orang dan bersikap kasar, itu sangat tidak sopan. Akhirnya Tuo Ye mengizinkan Yi Qian masuk. Ia merasa Yi Qian berbeda dengan ayahnya.
Yi Qian mengira Tuo Ye ayah Xiao Le. Dengan cepat Xiao Le mengatakan bahwa Tuo Ye adalah Da Zai-nya. Baru saja Yi Qian menanyakan keberadaan Guang Xi, orang yang dicari datang. Guang Xi masuk dengan menggendong Mu Cheng. Semua terperanjat dengan situasi tak mengenakan ini.
Tak mau ada salah paham, Mu Cheng minta diturunkan. Yi Qian yang seorang dokter tahu bahwa kaki Mu Cheng terluka. Ia meminta Guang Xi menurunkan Mu Cheng di sofa. Yi Qian memeriksa kaki Mu Cheng dan meminta es untuk mengompres kakinya yang bengkak.
Guang Xi berjongkok di sebelah Yi Qian dan mengelus rambutnya. Yi Qian berkata ayahnya marah besar. Makanya ia datang untuk membawa Guang Xi pulang dan meminta maaf pada ayahnya.
Mu Cheng menyuruh Xiao Le tidur. Tapi Xiao Le tak mau. Guang Xi langsung menggendongnya dan mengajaknya mandi bersama. Yi Qian memperhatikan keakraban mereka. Mu Cheng mulai gugup. Ia takut Yi Qian tahu masa lalunya dengan Guang Xi. Tuo Ye mendapat telepon dari Chi Xin yang memintanya pulang karena Bibi Hua mabuk berat setelah berpesta. Tuo Ye berat meninggalkan Mu Cheng sendirian. Yi Qian berkata ia akan menjaga Mu Cheng. Tuo Ye akhirnya pergi dan berjanji akan segera kembali. Ia tahu ketakutan Mu Cheng. Sebelum pergi, ia meyakinkan Mu Cheng bahwa Yi Qian tak tahu apa-apa.
Yi Qian bercerita pada Mu Cheng bahwa sifat Guang Xi telah berubah banyak. Ia berterimakasih karena menganggap Mu Cheng yang telah mengubah sifat Guang Xi ke arah yang lebih baik. Mu Cheng sungkan menerima sanjungan itu. Ia mengatakan keramahan penduduk desa yang telah mengubah Guang Xi. Penduduk desa sangat menyukai Guang Xi.
Xiao Le mandi dengan Guang Xi. Ia membuat pengharapan lagi. Kali ini berharap Guang Xi mau tidur bersamanya. Guang Xi tersenyum dan mengambulkan permohonan Xiao Le.
Selesai mandi mereka ke ruang tamu. Guang Xi kembali menyinggung masalah Mu Cheng yang pernah bekerja di kantin kampus. Ia memberitahu Yi Qian kemungkinan mereka saling kenal. Yi Qian hanya berkata apa ini suatu kebetulan. Untung saja Xiao Le memotong pembicaraan mereka. Ia meminta izin Mu Cheng untuk tidur bersama Guang Xi. Awalnya Mu Cheng melarang karena takut Guang Xi akan pulang malam ini juga. Tapi Guang Xi berkata sudah larut malam. Jadi mereka akan pergi besok pagi. Xiao Le diminta mengantar Yi Qian tidur di kamarnya.
Guang Xi berbincang-bincang sebentar dengan Mu Cheng. Ia merasa beruntung sudah bertemu dengan Mu Cheng dan Xiao Le. Ia berterima kasih karena mereka telah membawa kebahagiaan untuknya.
Di kamarnya Yi Qian tak bisa memejamkan matanya. Ia bangun dan mengambil amplop cokelat yang berisi berkas mengenai Mu Cheng. Ia mendapatkan amplop itu dari Fang Guo. Fang Guo membeberkan masa lalu Guang Xi yang tak diketahui Yi Qian mengenai hubungan cinta Guang Xi dan Mu Cheng. Awalnya Yi Qian mencoba tak terpengaruh pada ucapan Fang Guo. Ia mengangap itu hanya masal lalu. Apalagi sekarang Guang Xi tak dapat mengingat apa-apa. Namun Fang Guo menyakinkan bahwa cinta lama bisa saja tumbuh kembali ditambah lagi mereka tinggal satu atap. Dengan nada mengancam Fang Guo mengatakan bagaimana jika Guang Xi tahu mereka berkomplot menyembunyikan masa lalu Guang Xi. Dan bagaimana jika Guang Xi tahu ternyata ada cinta yang lain di masa lalunya. Yi Qian mulai ketakutan.
Lalu ingatannya beralih pada ucapan Direktur Fang saat mereka pertama kali mengetahui Guang Xi kehilangan ingatan. Beliau meminta Yi Qian mengubah Guang Xi menjadi orang baru dengan meninggalkan semua masa lalu Guang Xi. Yi Qian awalnya menolak. Ia tak mau membohongi Guang Xi. Direktur Fang sampai memohon dan menceritakan kejadian Guang Xi mengejar seorang wanita sebelum berakhir di meja operasi. Beliau mengatakan wanita itu yang telah meninggalkan Guang Xi. Ia berkilah hal ini untuk melindungi Guang Xi.
Yi Qian memandang foto-foto Mu Cheng dan Xiao Le.
"Liang Mu Cheng, apakah kau orang yang telah meninggalkan Guang Xi?"
Pagi-pagi Yi Qian menghampiri Mu Cheng yang tengah menyiram pekarangan rumah. Mu Cheng tampak gugup.
"Kau bangun sangat pagi. Pasti kau tidak terbiasa tidur di tempat pedesaan seperti ini. Ketika Pengacara Ren pertama kali datang, dia juga seperti itu," ucap Mu Cheng mencoba berbasa-basi.
"Pengacara Ren...Mengapa tiba-tiba kau menjadi sangat formal? Aku pikir dulu kau mungkin selalu memanggilnya Guang Xi." Yi Qian menatap Mu Cheng dengan pandangan mematikan.
beneran deh, komplit bgt >_<
BalasHapusditunggu kelanjutannya y,,,,,eka kalbar
BalasHapussebenernya aku suka ma ni drama, tapi paz akhir2 menurutku ceritanya agak kedodoran n terlalu dipaksakan. n menurutku akting Vaness jg ga seberapa bagus sich, apa lagi paz adegan klo dy marah. aneh liatnnya....
BalasHapus