Minggu, 03 Juli 2011

Sinopsis Autumn's Concerto Episode 19




Mu Cheng pergi menemui Guang Xi di sebuah restoran pinggir kolam renang. Guang Xi sudah duduk menunggunya. Ia sudah menyiapkan makam malam romantis dengan ditemani cahaya lilin. Mu Cheng sedikit heran karena disana hanya ada mereka berdua. Ternyata Guang Xi sudah membooking semua tempat. 

Guang Xi menarik sebuah kursi. Mu Cheng duduk di depan Guang Xi. Ia agak kikuk.
"Aku berpikir seharusnya aku mengatakan padamu mengapa aku meninggalkanmu 6 tahun lalu." Mu Cheng membuka obrolan.
Guang Xi memotong ucapan Mu Cheng. Ia bangun. Lalu mengajak Mu Cheng berdansa.

Guang Xi menarik Mu Cheng ke tepi kolam renang.
"Tiba-tiba aku berpikir dulu kita tak pernah berdansa bersama. Sejak aku jatuh sakit dan hampir kehilangan hidupku. Melupakan masa laluku, kemudian bertemu denganmu lagi. Dan akhirnya aku tahu bahwa kita mempunyai Xiao Le. Kita tak pernah berdansa sebelumnya. Apa aku mengenalmu? Apa aku benar-benar mengenalmu dengan baik? Bagaimana aku dapat percaya dan bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang palsu ketika kau berdiri di depanku," ucap Guang Xi tajam.
Mu Cheng tertegun mendengar ucapan Guang Xi. Hati Guang Xi yang sore tadi mulai mencair setelah insiden paparazi kembali beku. Mu Cheng mengalungkan lengannya ke leher Guang Xi. 
"Orang yang berdiri di depanmu sekarang adalah yang paling nyata dan selalu seperti itu," ucap Mu Cheng meyakinkan Guang Xi.


Tuo Ye datang seorang diri ke markas Fang Ge sambil membawa uang tebusan. Anak buah Fang Ge yang berjaga diluar melaporkan kedatangan Tuo Ye. Sepertinya Fang Ge tengah merencanakan sesuatu. Ia tak berniat melepaskan Chi Xin dengan uang tebusan itu. 
Chi Xin duduk di sudut ruangan. Keadaannya semakin miris. Mentalnya mulai terganggu akibat penyiksaan yang diterimanya. Melihat Fang Ge mendekatinya, ia langsung menjerit histeris. Ia ketakutan jika Fang He akan menyiksanya lagi. Chi Xin beringsut ke dalam kolong meja. Fang Ge menarik rambutnya dan berkata Tuo Ye ada di depan dengan membawa uang 1 juta NT untuk membebaskannya. Chi Xin sangat senang mendengar Tuo Ye akan menjemputnya.


Ternyata Tuo Ye tak datang sendiri. Diam-diam Bin Zai ikut bersamanya. Bin Zai bertugas untuk berjaga-jaga di luar. Jika Fang Ge berbuat licik, Tuo Ye akan menghubungi Bin Zai lewat ponselnya yang sudah di set otomatis tersambung ke ponsel Bin Zai. Bin Zai sedikit cemas. Ia takut Fang Ge melukai Tuo Ye lagi. Tuo Ye tak peduli, yang terpenting baginya adalah bisa membawa Chi Xin keluar.

Tuo Ye digiring masuk ke dalam. Ia syok melihat keadaan Chi Xin yang terkulai tak berdaya di atas sofa. Sedangkan Fang Ge tengah menggerayanginya sambil menggenggam belati. Ia berteriak menyuruh Fang Ge melepaskan Chi Xin. Fang Ge mengancam akan melukai Chi Xin jika Tuo Ye tak membawa uang yang dimintanya. Ia sengaja menakut-nakuti Tuo Ye dengan memainkan belatinya di leher Chi Xin. Tuo Ye histeris. Ia menunjukkan amplop uang yang dibawanya.

Fang Ge menjambak rambut Chi Xin.
"Kau masih mengerti aku dengan baik. Tapi, aku ingin mendapatkan kesenangan sedikit," ucap Fang Ge.
"Aku sudah memberikan uang. Apa lagi yang kau inginkan?" tanya Tuo Ye frustasi. 

Rupanya Fang Ge masih dendam. Ia meminta Tuo Ye berlutut dan berjalan ke arahnya. Tuo Ye yang tak mau Chi Xin terluka menuruti permintaannya. Diam-diam ia menekan ponselnya. Begitu menerima panggilan Tuo Ye, Bin Zai langsung menyalakan suara sirine polisi.
Fang Ge mengira polisi datang. Mereka mulai panik. Fang Ge langsung melemparkan Chin Xin pada Tuo Ye. Chi Xin menangis lega sambil memeluk Tuo Ye. 

Sebelum pergi, diam-diam Fang Ge berjalan mendekati Tuo Ye sambil mengacungkan belatinya. Chi Xin yang melihatnya reflek berteriak memperingatkan Tuo Ye. Untung saja Tuo Ye sempat menghindar. Fang Ge malah semakin bernafsu menikam Tuo Ye. Tuo Ye berjibaku melawan Fang Ge. Sementara itu Chi Xin kembali histeris. Ia kembali mengingat penyiksaan yang di dapat dari Fang Ge. 

Keberadaan Bin Zai sudah diketahui oleh anak buah Fang Ge. Anak buah Fang Ge segera memberitahu Fang Ge. Di dalam Tuo Ye semakin tersudut. Dengan tangan kosong, ia hanya berusaha menghindari belati Fang Ge. Meja di dekat mereka terguling. Tempat lilin besi menggelinding ke arah Chi Xin. Fang Ge berusaha menebas leher Tuo Ye. Untung saja hanya mengenai kalung jimat pemberian Chi Xin. Kalung itu terlempar dan jatuh di depan Chi Xin. Chi Xin mengingat kalung jimat itu, mengingat kebersamaannya dengan Tuo Ye. 

Tuo Ye tersudut ke lantai. Fang Ge berusaha menikamnya. Ditengah usahanya menahan lengan Fang Ge, Tuo Ye melihat tempat lilin besi itu di dekatnya. Ia mengambil tempat lilin itu dan menikam leher Fang Ge. Melihat Fang Ge terluka, Chi Xin semakin histeris. Ia berteriak-teriak seperti orang gila.

Mendengar keributan di dalam, anak buah Fang Ge masuk. Tuo Ye menjatuhkan tempat lilin dari tangannya. Fang Ge langsung ambruk. Tuo Ye bergegas menarik Chi Xin pergi. Ia juga mengambil kalung jimat dan tempat lilin itu. Diluar mereka bergabung dengan Bin Zai dan pergi bersama-sama.


Guang Xi masih berdansa bersama Mu Cheng. Tanpa sengaja Mu Cheng menginjak kaki Guang Xi. Mu Cheng tampak malu dan segera meminta maaf.
Guang Xi kembali memaksa Mu Cheng untuk membuat pengakuan. Ia tak mau selama hidupnya dipenuhi oleh kebohongan.
"Aku tahu dalam 6 tahun ini, ada banyak hal yang aku tak tahu. Tapi jika kau menyukaiku dan kau ingin memulai lagi, aku hanya butuh satu jawaban. Ini belum terlambat. Selama kau bersedia mengatakannya padaku," ucap Guang Xi.

Mu Cheng memandang Guang Xi. Lalu ia memberanikan diri mencium Guang Xi. Sebuah ciuman pengakuan bahwa ia masih mencintai Guang Xi.

Guang Xi menatap Mu Cheng lekat-lekat.
"Kau yang di depanku, kata-katamu, ciumanmu, apakah semua ini nyata? Dapatkan kau membiarkan aku mempercayaimu?" tanya Guang Xi.
"Tentu ini nyata," tandas Mu Cheng.
"Sungguh. Termasuk cincinmu?" Guang Xi menggenggam tangan Mu Cheng.
Guang Xi tahu bahwa cincin kawin yang di pakai Mu Cheng adalah cincin imitasi. Mu Cheng pias. Ia masih menutupinya.
"Mengapa kau tiba-tiba menanyaiku tentang ini? Ini nyata."
"Mengapa kau masih membohongiku." Guang Xi tampak terluka. Ia meremas tangan Mu Cheng dengan menahan amarah.


Tuo Ye membersihkan sisa darah dan sidik jari yang tertinggal di tempat lilin itu lalu membuangnya untuk meninggalkan jejak. Chi Xin ketakutan. Ia memeluk Tuo Ye.


Bin Zai menyerahkan kotak obat pada Tuo Ye. Ia meminta penjelasan apa yang terjadi dengan Fang Ge. Sedari tadi Tuo Ye belum menceritakan apapun padanya. Tuo Ye menolak memberitahu Bin Zai. Ia berkata lebih baik Bin Zai tak tahu apa-apa. Dengan darah yang tercecer di tempat lilin, Bin Zai sudah bisa menebak apa yang telah terjadi.
"Jangan katakan padaku kau sudah membunuh Fang Ge," seru Bin Zai panik.
Tuo Ye terdiam. Bin Zai langsung lemas. Ia masih tak percaya Tuo Ye menjadi seorang pembunuh dan berharap Fang Ge tak mati. Tuo Ye pusing mendengar ocehan Bin Zai. Ia menyuruhnya diam. Tuo Ye menyuruh Bin Zai merahasiakan masalah ini. Ia tak mau penduduk desa sampai tahu, apalagi ibunya. Ia meminta Bin Zai membawa Chi Xin pulang. Sementara itu, ia akan pergi ke suatu tempat. Bin Zai mulai khawatir. Ia takut Tuo Ye akan menyerahkan diri ke pihak yang berwajib. Tuo Ye tak mengatakan apa-apa. Ia tetap menyuruh Bin Zai membawa Chi Zin pulang ke desa Hua Tian. Bin Zai marah.


Tuo Ye mengobati luka di tubuh Chi Xin. Tuo Ye miris melihat begitu banyak luka di tubuh Chi Xin. Chi Xin berkata ia tak akan merasakan sakit selama Tuo Ye ada di sisinya. Tuo Ye merasa bersalah.
"Jika kau perlu melarikan diri, aku akan pergi bersamamu. Selama ibu ada ditempat yang aman. Kita dapat pergi bersama-sama. Jika kau mengkhawatirkan ibu, aku akan menyerahkan diri untukmu. Aku akan mengambil alih kesalahanmu," ucap Chi Xin. 
Tuo Ye tertegun. "Jadi kau mengatakan bahwa aku membunuh seseorang dan kau akan mengaku salah untukku?"
Chi Xin mengangguk. Ia berpikir hukuman yang diterimanya tak akan berat karena perlakuan Fang Ge sangat buruk padanya. Tuo Ye hanya diam saja. Ia mengeluarkan kalung jimat dan memakaikannya pada Chi Xin. Ia berjanji akan melindungi Chi Xin seperti kalung jimat itu. 

Bin Zai datang dengan membawa baju ganti untuk Chi Xin. Tuo Ye memberitahu Chi Xin bahwa Bin Zai yang akan mengantar Chi Xin pulang. Chi Xin tak mau. Ia takut Tuo Ye akan pergi ke kantor polisi menyerahkan diri. Chi Xin kembali histeris. Ia memohon agar Tuo Ye tak meninggalkan dirinya lagi. Tuo Ye memeluk Chi Xin untuk menenangkannya. Diam-diam Bin Zai mengambil ponsel Tuo Ye.


Guang Xi melemparkan ponsel Mu Cheng ke meja. Tempat Penggadaian mengirim SMS menagih cicilan utang. Tanpa sengaja Guang Xi membaca SMS itu ketika sedang melihat foto kiriman Xiao Le. Ia menanyakan cincin kawin yang dipakai Mu Cheng lagi. Mu Cheng gugup. Ia tak sanggup menjawab pertanyaan Guang Xi. 

Guang Xi marah. Ia merasa selama ini Mu Cheng selalu membohonginya. Bahkan ciumannya tadi. 
"Tak peduli 6 tahun lalu atau 6 tahun kemudian, kau masih berhasil membuatku seperti idiot!" sembur Guang Xi.
Mu Cheng hendak membantah. Dengan cepat Guang Xi memotong ucapan Mu Cheng. Ia tak mau memberi kesempatan Mu Cheng membela diri.
"Dari awal sampai sekarang, apakah kau benar-benar mencintaiku?" seru Guang Xi.
"Ya," jawab Mu Cheng lantang.
"Bohong! Jika kau benar-benar mencintaiku, kau tak akan berbohong padaku dan menggadaikan cincin kawin kita untuk Hua Tuo Ye! Aku memberimu kesempatan. Aku sudah memohon padamu untuk mengatakan kebenaran. Tapi kau malah menghancurkan kesempatan terakhir yang aku beri," balas Guang Xi. Ia sudah tak bisa mempercayai semua ucapan Mu Cheng. 

Tiba-tiba ponsel Mu Cheng berbunyi. Tuo Ye menelepon di saat yang tidak tepat. Guang Xi langsung bisa menebak telepon itu dari Tuo Ye. Mu Cheng bingung. Ia tak mau mengangkat telepon itu. Guang Xi merampas ponsel Mu Cheng dan menyuruh Mu Cheng mengangkatnya.
Ternyata yang menelepon bukan Tuo Ye, melainkan Bin Zai. Ia mengabarkan bahwa Tuo Ye telah membunuh Fang Ge dan berniat menyerahkan diri ke polisi. Mu Cheng terkejut. Ia bergegas pergi.

Guang Xi menahan Mu Cheng. Mu Cheng tak ada waktu untuk memberitahu apa yang terjadi. Ia meminta pengertian dari Guang Xi. Ia memohon kali ini Guang Xi percaya padanya. Guang Xi sudah muak Tuo Ye selalu menjadi prioritas bagi Mu Cheng.
"Jika kau pergi menemui tukang kebun itu, kau dan aku berakhir. Jangan lupa, kau datang kesini hari ini untuk mengatakan padaku keputusanmu," ancam Guang Xi.
Mu Cheng dilema. Namun demi persahabatan, ia memilih menemui Tuo Ye. 
"Maafkan aku. Aku tak bisa meninggalkannya."

Guang Xi terluka. Akhirnya ia tahu siapa pilihan Mu Cheng. Sepeninggal Mu Cheng, ia membuang cincin kawin yang dipakainya.


Tuo Ye dan Bin Zai berdebat. Bin Zai tak setuju jika Tuo Ye menyerahkan diri ke polisi. Ia membujuk Tuo Ye untuk mengubah keputusannya. Tuo Ye tetap pada keputusannya. Tak ada gunanya bersembunyi. Cepat atau lambat polisi akan menemukannya. Ia menasehati Bin Zai untuk menjaga diri.

Mu Cheng datang. Ia tak percaya jika Tuo Ye telah membunuh seseorang. Ia beranggapan Tuo Ye tengah berbohong. Ia menuntut Tuo Ye mengatakan yang sebenarnya terjadi. Tuo Ye bersikukuh bahwa ia yang telah membunuh Fang Ge. Melihat bagaimana perlakuan Fang Ge pada Chi Xin membuatnya nekat melakukan hal itu. 


Tiba-tiba polisi datang. Ia langsung menggiring Tuo Ye dan yang lainnya ke kantor polisi. Di kantor polisi, tangan Chi Xin dan Tuo Ye di borgol. Chi Xin menggigil kedinginan. Efek drugs yang dicekoki Fang Ge pada nya mulai terasa. Ia jadi kecanduan. Tuo Ye tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya memeluk Chi Xin dengan sedih.

Bibi Hua datang ke kantor polisi. Ia sangat sedih melihat keadaan Chi Xin. Terlebih lagi Tuo Ye juga harus menghadapi hukum dengan tuduhan pembunuhan. Sama seperti Bin Zai dan Mu Cheng, Bibi Hua tak percaya putranya telah membunuh seseorang. Ia meminta Tuo Ye menyangkal tuduhan itu  pada polisi. Tapi Tuo Ye hanya diam saja. Ia malah meminta maaf padanya. Ia berkata yang dilakukannya hanya untuk melindungi orang-orang yang dicintainya. Bibi Hua tak dapat menahan tangis. 

Guang Xi datang. Bibi Hua memohon pada Guang Xi untuk membantu Tuo Ye. Namun Tuo Ye langsung menolaknya mentah-mentah. Ia tetap bersikeras mengatakan sebagai pembunuh Fang Ge.

Rupanya Guang Xi pergi kesana bukan bertujuan untuk membantu Tuo Ye. Ia hanya datang menjemput Mu Cheng. Setelah memastikan Mu Cheng tak tersangkut dengan kasus pembunuhan itu, Guang Xi langsung pergi. Ia tak menghiraukan Bibi Hua yang memohon padanya untuk membantu Tuo Ye.


Mu Cheng mengejar Guang Xi. Ia menjelaskan semuanya mengapa ia sampai menggadaikan cincin kawin mereka. Ia merasa tak ada pilihan lain. Ia menyembunyikan hal ini karena tak mau Guang Xi salah paham. Mu Cheng berjanji akan segera menebus cincin itu. Guang Xi tetap tak bisa menerima kebohongan Mu Cheng.
"Apa dia sangat penting untukmu?" tanya Guang Xi.
"Ya, dia sangat penting untukku. Penahkah terpikir olehmu, jika bukan karena Tuo Ye selama 6 tahun ini, apa yang akan terjadi dengan Xiao Le dan aku? Dia orang pertama yang seharusnya kau ucapkan terimakasih untuk anakmu. Kau boleh marah padaku, salah paham padaku, atau bahkan membenciku. Tapi aku mohon padamu, kau mau membantunya. Hanya kau yang bisa membantunya sekarang," ucap Mu Cheng.
Guang Xi akhirnya bersedia membantu Tuo Ye. Ia berkata ini terakhir kalinya ia membantu mereka.
"Mungkin ini adalah kesalahan besar kita bertemu lagi. Untukmu dan kecurigaan diantara kita dari waktu ke waktu, aku rasa cukup. Aku sudah berpikir lama, mengapa aku menikahimu. Jawabannya adalah aku mungkin hanya ingin membalas dendam padamu. Aku menikahimu karena aku berpikir kau mencintaiku. Mungkin, masih ada harapan di dalam hatiku. Aku berpikir selama kau tinggal denganku, kita dapat kembali ke masa lalu kita. Tapi kau mengecewakanku lagi dan lagi. Dan membuatku menderita seperti 6 tahun lalu."


Mu Cheng ingin menjelaskan mengapa ia meninggalkan Guang Xi 6 tahun lalu, namun Guang Xi sudah tak peduli lagi. 
"Enam tahun kemudian. Aku sudah berubah. Kau juga sudah berubah. Kita sudah tak saling mencintai. Pernikahan ini membuatku letih," putus Guang Xi.
Guang Xi menyuruh Mu Cheng dan Xiao Le kembali ke desa Hua Tian. Ia ingin berkonsentrasi dengan kasus Tuo Ye. Alasan Guang Xi bersedia membantu Tuo Ye hanya semata-mata untuk membalas jasanya selama 6 tahun ini telah menjaga Xiao Le. Setelah kasus Tuo Ye selesai, Ia akan segera mengurus perceraiannya dengan Mu Cheng. 
Guang Xi pergi. Mu Cheng hanya bisa menahan tangis.


Mu Cheng dan Xiao Le berpamitan pada Bibi Zhang. Guang Xi tak mengantar kepulangan mereka ke Hua Tian. Bibi Zhang menyerahkan lotion untuk luka di punggung Mu Cheng. Ia mengatakan Guang Xi yang menyuruhnya membeli lotion itu. Mu Cheng terharu karena Guang Xi masih mengkhawatirkan kesehatannya.

Mu Cheng membantu Xiao Le memakai sepatu. Xiao Le melihat Mu Cheng yang hampir menangis. Mu Cheng beralasan hanya terharu karena Guang Xi sangat baik padanya. Xiao Le tahu bahwa ibunya tengah berbohong. Kemarin ia melihat Mu Cheng diam-diam menangis sendirian. Mu Cheng berkata ia hanya merasa bersalah karena telah melukai Guang Xi. 
"Mengapa kau tak meminta maaf padanya?" seru Xiao Le.
"Sudah. Tapi ayah terlalu marah padaku. Dia tak peduli lagi padaku."
"Mu Cheng, ayo kita kembali ke desa Hua Tian dan bermain sepatu roda."
"Mengapa kau tiba-tiba ingin bermain sepatu roda?" tanya Mu Cheng heran.
"Ayah berkata ketika kau terjatuh, kau harus bangkit lagi dan mencoba lagi. Kau pasti akan berhasil untuk kedua kalinya. Mu Cheng, kau tak boleh menyerah." Xiao Le memberi Mu Cheng semangat.
Mu Cheng tersenyum. Ia mengusap pipi Xiao Le dengan sayang. 


Guang Xi tenggelam dalam pekerjaannya. Ia sibuk mengumpulkan data-data untuk membela Tuo Ye di dalam persidangan. Direktur Fang masuk ke dalam ruang kerjanya dengan membawa beberapa baju ganti untuknya. Guang Xi sepertinya tak ingin diganggu. Ia menanggapi kedatangan ibunya dengan dingin. Direktur Fang  memberitahu jika Mu Cheng dan Xiao Le sudah kembali ke desa Hua Tian. Guang Xi hanya berkata ia dan Mu Cheng sudah berpisah. Tentu ibunya senang mendengar berita ini. Direktur Fang yang sudah bisa menerima kehadiran Xiao Le tak menanggapi kepergian Mu Cheng dan Xiao Le dengan gembira. Ia malah bertanya apa yang terjadi dengan mereka berdua. Guang Xi menduga ibunya hanya ingin mengejek pilihannya yang salah. Agar ibunya puas Guang Xi memberitahu jika Mu Cheng telah mengkhianatinya, membohonginya dan meninggalkannya karena Tuo Ye. 


Direktur Fang tahu bahwa putranya masih sangat mencintai Mu Cheng.
"Tapi dia tak mencintaiku," sanggah Guang Xi.
"Apa dia mengatakannya sendiri padamu?"
"Dia tak perlu mengatakan itu, aku sudah tahu. Menyelamatkan tukang kebun itu adalah hal yang paling diinginkannya dan Xiao Le."
"Itu hanya pemikiranmu saja. Pernahkah kau berpikir mengapa beberapa orang memilih untuk berkhianat dan berbohong? Karena mereka sangat mencintai yang lainnya. Mereka tak ingin yang lainnya terluka. Malahan, orang yang berbohong adalah orang yang lebih terluka. Pernahkah kau berpikir mungkin Liang Mu Cheng seperti ini?"
Guang Xi tertawa, meremehkan ucapan ibunya. Tak seorangpun ingin menjadi pengkhianat. Direktur Fang terus saja meyakinkan Guang Xi. Ia tak mau Guang Xi nantinya menyesali keputusannya sepanjang hidupnya. Guang Xi murka.
"Jangan menggunakan situasi antara ayah dan kau sebagai perbandingan denganku. Aku membiarkan Mu Cheng pergi untuk kebaikannya. Itu bukan mendorong dia sampai mati," runtuk Guang Xi.
Mendengar kata-kata Guang Xi membuat Direktur Fang mengingat kembali masa lalunya. Ia teringat saat menyeret Guang Xi menjauhi ayahnya. Saat ia bertengkar dengan suaminya. Dan terakhir ia menemukan suaminya sudah menjadi mayat. Guang Xi kecil mengamuk dan menyalahkan Direktur Fang atas kematian ayahnya. 
"Kau benar. Aku bahkan tak bisa menjaga pernikahanku sendiri. Aku tak berhak memberimu nasehat," ucap Direktur Fang sedih.
Direktur Fang berkata menyesali apa yang terjadi dengan pernikahannya yang berantakan dan juga kematian ayah Guang Xi. Jika ia diberi kesempatan lain, ia tak akan membiarkan hal ini terjadi.
"Selama orang yang kau cintai ada disisimu, itu sudah cukup. Ini adalah hal yang paling membahagiakan. Sebenarnya, aku mendapatkan prinsip sederhana ini dari Xiao Le."
Direktur Fang mengaku bahwa ia sangat menyukai Xiao Le. Ia berharap bisa berhubungan dengan Xiao Le lagi.

Sepeninggal ibunya, Guang Xi tampak berpikir. Ia menghubungi Gary memintanya mencari informasi mengenai penyebab bunuh diri ayahnya 20 tahun lalu.


2 Minggu Kemudian.
Guang Xi datang ke desa Hua Tian. Kedai Bibi Hua untuk sementara ditutup. Ia mengungsi ke rumah Mu Cheng. Guang Xi mengkonfirmasi jika Fang Ge masih koma di rumah sakit. Saksi mata saat itu Chi Xin dan Yang Tian Fu (anak buah Fang Ge) sudah memberi pernyataan bahwa Tuo Ye berusaha membunuh Fang Ge. Ditambah lagi Tuo Ye mempunyai catatan kejahatan. Pihak kepolisian sudah menetapkan Tuo Ye sebagai pembunuh.

Bibi Hua hanya bisa menangis meratapi nasib putranya. Mu Cheng ingat Chi Xin mengatakan jika Fang Ge yang berusaha melukai Tuo Ye. Tuo Ye hanya mencoba membela diri, tapi malah melukai Fang Ge. Mu Cheng berharap kesaksian Chi Xin dapat meringankan hukuman Tuo Ye. Guang Xi akan mencoba menjadikan alasan pertahanan diri untuk membenarkan tindakan Tuo Ye. Tapi dari semua itu yang terpenting adalah kesediaan Tuo Ye menerima bantuannya untuk memperjuangkan kasusnya di pengadilan. Guang Xi agak pesimis, selain waktu mereka yang hanya sedikit, Tuo Ye juga susah diajak bekerja sama. Di kantor polisi, Tuo Ye tak mau memberikan keterangan apapun. Bibi Hua juga bingung dengan sikap Tuo Ye. Ia memohon pada Guang Xi agar tak mundur dalam kasus ini. 

Guang Xi berniat langsung kembali ke Taipei. Mu Cheng mengantar Guang Xi keluar. Guang Xi berkata akan menjadikan Mu Cheng saksi dalam persidangan nanti.
"Kau orang yang pertama kali dihubunginya. Dan juga, kau tahu mengapa ia menyerah. Selain itu, dengan hubungan diantara kalian berdua, mungkin kau bisa memberikan beberapa kesaksian menguntungkan," sindir Guang Xi. Mu Cheng hanya mengangguk.

Mu Cheng menahan Guang Xi yang hendak naik ke mobil. Ia meminta Guang Xi menunggu Xiao Le. Ia memberi tahu jika Xiao Le tengah pergi ke acara ulang tahun Tang Tang. Mereka sudah lama tak bertemu, pasti Xiao Le sangat senang melihat Guang Xi. 
"Maaf, aku juga sangat merindukan Xiao Le, tapi aku harus bertemu dengan Hua Tuo Ye dulu. Kami akan bertemu setelah kasus ini selesai," tolak Guang Xi. 

Xiao Le pulang. Ia senang melihat kedatangan ayahnya dan berlari memeluknya.
"Ayah, aku sangat merindukanmu," seru Xiao Le.
Guang Xi tersenyum lalu mencium Xiao Le.
"Mu Cheng berkata kau akan segera menyelamatkan Da Zai, kan? Kau pahlawan Mu Cheng!" ucap Xiao Le sambil mengusap wajah Guang Xi.
Guang Xi menasehati Xiao Le agar menjadi anak yang baik dan tak membuat masalah untuk Mu Cheng. Di belakang mereka Mu Cheng menyahut jika Xiao Le jadi anak baik, ia akan membuatkan nasi sapi tanpa wortel untuk Xiao Le dan Guang Xi. Xiao Le melonjak kegirangan. Tapi tidak dengan Guang Xi. Ia hanya diam saja.

Guang Xi berpamitan. Xiao Le memeluk Guang Xi.
"Ayah, kau sangat sibuk. Tapi kau jangan lupa bahwa Mu Cheng dan aku sangat mencintaimu," ucap Xiao Le.
Guang Xi terharu. Ia berjongkok dan memeluk Xiao Le.
"Aku juga mencintaimu," balas Guang Xi menahan tangis.
Dengan berat hati Guang Xi pergi meninggalkan Xiao Le. 


Guang Xi menemui Tuo Ye yang sudah di tahan di dalam penjara.
"Ibumu ingin aku menjadi pengacaramu," ucap Guang Xi.
"Aku tak butuh pengacara. Alasanku mau menemuimu karena aku ingin tahu kondisi Chi Xin."
"Dia masih di panti rehabilitasi."
Akibat drugs yang dicekoki Fang Ge, Chi Xin harus masuk ke Panti Rehabilitasi Obat-Obatan Terlarang. Ia juga harus memulihkan mentalnya yang terganggu akibat penyiksaan yang diterimanya.
Guang Xi memberitahu bahwa ia sudah menginterogasi Chi Xin mengenai kejadian malam itu. Tuo Ye marah. Ia tak mau Guang Xi mengusik Chi Xin. Guang Xi hanya diam saja mendengarkan ucapan Tuo Ye. Tuo Ye sadar sikapnya berlebihan. Ia beralasan Chi Xin sudah cukup menderita. Ia tak mau Chi Xin mengingat semua kejadian buruk itu.

Guang Xi berusaha meyakinkan Tuo Ye. Ia tahu kapasitasnya sebagai pengacara. Guang Xi hanya perlu Tuo Ye menceritakan kejadian yang sebenarnya. Tuo Ye tak mau diajak bekerja sama. Ia tetap mengakui bahwa dirinya yang telah membunuh Fang Ge.
"Mengapa kau tak mendengarkan penjelasanmu sendiri?" Guang Xi mulai putus asa. "Kau hanya mengatakan kau membunuh seseorang dan itu tak ada hubungannya dengan orang lain. Sikapmu membuatku berpikir bahwa situasinya tidak sesederhana ini." 
Tuo Ye terkejut Guang Xi bisa membaca ada sesuatu yang disembunyikannya. Ia memandang tajam ke arah Guang Xi.

2 komentar:

  1. kasihan Tou Ye... kasihn Guang Xi... kasihn semua dah.... ckckckck

    BalasHapus
  2. kereeen ceritanyaaaa, keren juga buat yg nulis sinopsisnyyy! good job lah pkkny :D buruan lanjutin yaaaa

    BalasHapus

Comment