Tahun 1988
Soon Geum kecil tengah menonton pertandingan Olympiade di TV bersama nenek dan ibunya.
Ibu Soon Geum berharap putrinya menjadi salah satu dari atlet tsb. Dengan begitu ia bisa mendapatkan tunjangan uang dari pemerintah setiap bulannya. Nenek Soon Geum malah berkata cucunya tak punya bakat unggul. Selama Soon Geum tak jadi pembantu, ia tidak akan menyesalinya. Ibu Soon Geum marah karena nenek sepertinya tengah menyindirnya.
Ibu Soon Geum berharap putrinya menjadi salah satu dari atlet tsb. Dengan begitu ia bisa mendapatkan tunjangan uang dari pemerintah setiap bulannya. Nenek Soon Geum malah berkata cucunya tak punya bakat unggul. Selama Soon Geum tak jadi pembantu, ia tidak akan menyesalinya. Ibu Soon Geum marah karena nenek sepertinya tengah menyindirnya.
"Apa benar-benar tak ada hal lain yang bisa kau lakukan, malahan mengikuti langkahku menjadi pembantu?" hardik nenek pada ibu Soon Geum.
Ibu Soon Geum membela diri. Ia berkata menjadi pembantu karena suaminya. Nenek berkata jika ibu tak ingin Soon Geum menjadi pembantu maka harus bekerja keras untuk menyekolahkan Soon Geum sampai ke universitas dan membesarkannya dengan baik hingga bisa menikahi pria kaya. Jangan sampai nasibnya sama seperti ibunya yang salah memilih suami. Ibu Soon Geum tersinggung. Ia berteriak marah.
"Bahkan jika aku mati aku tak akan pernah membiarkan Soon Geum menjadi pembantu."
Tiba-tiba ada asap masuk dari jendela. Nenek dan ibu panik karena mengira ada kebakaran. Soon Geum dengan tenang mengatakan tak ada kebakaran. Ibu tak mendengarkan ucapannya. Ia menyuruhnya pergi menyelamatkan diri.
Tiba-tiba ada asap masuk dari jendela. Nenek dan ibu panik karena mengira ada kebakaran. Soon Geum dengan tenang mengatakan tak ada kebakaran. Ibu tak mendengarkan ucapannya. Ia menyuruhnya pergi menyelamatkan diri.
Soon Geum keluar. Sebuah mobil lewat dengan asal mengepul dari knalpot mobilnya. Ia berlari mengikuti mobil itu.
'Saat itu aku berpikir ini: Aku harus mengikuti mobil itu. Jika aku mengikuti mobil itu, tak ada apapun yang menghambat dalam hidupku. Hari itu aku pulang larut malam. Mempercayai bahwa kemiskinanku harus disterilkan. Dengan cara ini, aku tidak akan menjadi pembantu. Karena aku tak ingin ibuku mati.'
Tahun 2003
Soon Geum menjalani kehidupan di SMU. Ia termasuk salah satu murid yang bandel. Di dalam kelas ia membuat ulah hingga menyebabkan gurunya marah dan menyeretnya keluar kelas.
Ketika tengah malam Soon Geum mencari tambahan uang bersama Yoon Shi teman sekolahnya dengan bekerja di bar menemani para tamu menari. Mereka berdandan menor untuk menyamarkan usia mereka. Gun Woo dan Young Hee juga ada disana tengah menggoda para gadis.
Ketika tengah malam Soon Geum mencari tambahan uang bersama Yoon Shi teman sekolahnya dengan bekerja di bar menemani para tamu menari. Mereka berdandan menor untuk menyamarkan usia mereka. Gun Woo dan Young Hee juga ada disana tengah menggoda para gadis.
Setelah mendapatkan bayaran. Soon Geum langsung pulang. Yoon Shi mengeluh. Ia tak mau pulang cepat-cepat. Ia masih ingin mendapatkan uang lebih dari para tamu. Ia terus saja merayu Soon Geum.
"Ayolah Geum-sshi...Jika kita seperti ini sampai kapan kita bisa mengumpulkan cukup uang untuk membuka toko?" rengek Yoon Shi. "Bukankah kau ingin ibumu keluar dari pekerjaannya?"
Selain di bar, Soon Geum bekerja sambilan di sebuah kedai. Ia memulai pekerjaannya dengan mengangkat ember penuh daging, mengantar pesanan makanan dan memberesi meja makan. Saat tengah mengelap meja, Soon Geum tanpa ragu memakan sisa daging panggang yang ditinggalkan pembeli. Di meja belakang Gun Woo juga tengah menikmati daging panggang. Tiba-tiba Soon Geum teringat Yoon Shi yang masih ada di bar. Takut terjadi apa-apa, ia kembali kesana untuk menjemput Yoon Shi.
Di sebuah ruangan Soon Geum memergoki Yoon Shi tengah berciuman dengan seorang pria. Pria itu Young Hee, teman Gun Woo. Soon Geum masuk. Dengan kesal ia menumpahkan es batu ke kepala mereka berdua dan menelungkupkan ember tempat es batu itu ke kepala Yoon Shi.
"Hey, Yoon Shi-sshi, aku sudah memperingatkanmu. Jangan menyentuh alkohol, jangan menyentuh pria." seru Soon Geum marah. Yoon Shi ketakutan dan hanya diam saja.
Tiba-tiba polisi datang untuk pengecekan rutin. Soon Geum dan Yoon Shi yang masih berstatus pelajar tentu saja belum punya ID Card. Dan akhirnya mereka bertiga digiring ke kantor polisi.
Di depan polisi Young Hee membela diri bahwa ia tak tahu Yoon Shi masih di bawah umur. Yoon Shi juga berkata itu ciuman pertamanya. Sedangkan Soon Geum memilih diam. Gun Woo datang untuk menjemput Young Hee.
Polisi menginterogasi Soon Geum yang masih tutup mulut. Ia menanyakan identitas ibu Soon Geum dan mengancam akan melakukan tindakan hukum jika Soon Geum tak kooperatif.
"Aku tak punya ibu," jawab Soon Geum berbohong.
Tanpa diduga ibu Soon Geum datang. "Kau tak punya ibu? Mengapa kau tak punya ibu? Ibumu ada disini!"
Ibu Soon Geum mengamuk. Ia mematahkan gagang sapu dan berlari mengejar Soon Geum yang sudah kabur duluan. Soon Geum berlindung di balik polisi yang sedang menginterogasinya.
"Siapa itu? Siapa yang merayu putriku?" teriak Ibu Soon Geum membuat keributan. Ia menuding semua pria disana. Gun Woo yang ketakutan langsung terjatuh lemas.
Ibu membawa Soon Geum menghadap Kepala Sekolah. Ia menyogok Kepala Sekolah untuk memuluskan Soon Geum agar berhasil masuk universitas. Ibu tak ragu menyerahkan seluruh tabungan yang ia dapat dari bekerja sebagai pembantu asal Soon Geum bisa kuliah. Soon Geum mengambil buku tabungan ibu dan terbelalak melihat jumlah uang yang ibunya miliki. Soon Geum tak rela ibunya menyerahkan uang sebanyak itu untuk menjamin pendidikannya. Ia berjanji akan mencari uang nanti dan memberikannya pada ibu.
Di rumah ibunya kembali mengamuk setelah tahu Soon Geum tak mau kuliah. Soon Geum malah sudah merencanakan membuka toko minuman keras bersama Yoon Shi.
"Jika kau tak kuliah, apa yang akan kau lakukan?" teriak ibu marah.
"Aku akan menikah."
Ibu makin ngamuk. Ia mengatakan pria yang menyukai Soon Geum adalah pria yang tak memilik otak yang sama seperti ayahnya. Soon Geum marah mendengar ucapan ibunya.
"Apa kau sangat bangga menjadi pembantu? Itu karena kau ingin mendengar orang lain memujimu, kan? Keluarga yang ibunya bekerja sebagai pembantu menyekolahkan anaknya sampai ke universitas."
"Tutup mulutmu," perintah ibu tajam.
Soon Geum tak mengindahkan ucapan ibunya. Ia malah makin kalap. "Selalu mengatakan 'Untuk siapa aku hidup? Untuk siapa aku mencari uang?' Mendengar ini membuatku sakit. Ini sangat memuakkan!"
Tak tahan mendengar ucapan putrinya yang sudah keterlaluan, Ibu mendaratkan tamparan di pipi Soon Geum.
"Terlahir sebagai putri dari seorang pembantu, kau tak bisa menyalahkan seorangpun," ucap ibu dengan mata berkaca-kaca.
Tengah malam ibu minum soju sendirian di luar kamar. Ia masih terlihat sedih karena pertengkarannya dengan Soon Geum tadi siang. Di dalam kamar Soon Geum tiduran sambil memegangi pipinya yang masih sakit. Ibu menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk Soon Geum. Lalu ia mulai bercerita jika ayah Soo Geum pernah mengatainya bau lemari es, makanan busuk, dan apakah ibu masih terhitung seorang wanita. Ia meratapi nasibnya.
"Bahkan jika kau tak mengerti diriku, apa yang harus kulakukan? Bahkan jika kau tak mengerti aku, bagaimana denganku?"
Soon Geum menangis mendengar ucapan ibunya. Ia menyesali sikapnya yang kasar.
Pagi buta saat Soon Geum dan ibunya masih terlelap tidur, seorang pria keluar dari rumah mereka. Di dalam kamar pria itu meninggalkan secarik kertas bertuliskan: Sayang, aku minta maaf. Aku mencintaimu, Geum. Pria itu ayah Soon Geum. Dia kembali diam-diam untuk mencuri uang istrinya.
Tahun 2008
Soon Geum mendatangi sebuah bar. Ia menatap gedung itu dengan wajah marah. Dibelakang punggungnya seorang bayi tampak nyaman dalam gendongannya.
Sementara itu di sebuah kawasan elit terlihat kesibukan di pagi hari. Para penghuni rumah tampak sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing seperti mencuci mobil, menjemur selimut, memotong rumput dan memetik daun selada. Sebuah mobil mewah masuk. Tuan Kang pulang dari bulan madu bersama istri barunya.
"Mereka pembantu di jalan no. 1," jawab driver.
"Mereka bahkan menggunakan kata pembantu lagi?"
Driver meminta maaf karena mengira pemilihan katanya kurang tepat. Istri Tuan Kang malah berkata tak perlu meminta maaf. Ia memperjelas, pembantu adalah pembantu. Menggunakan sebutan pengurus rumah tangga rasanya kurang tepat dan kuno. Sebutan pembantu terdengar lebih nyaman.
Para pembantu mulai bergosip saat melihat istri muda Tuan Kang. Mereka memuji penampilannya yang elegan, langsing dan terlihat 'mahal'. Bahkan salah satu pembantu berkomentar jika tubuh wanita itu pasti bernilai milyaran won (maksudnya oplas sana-sini, hehe...).
Dua mobil beriringan masuk. Sebuah taksi dan mobil pribadi di belakangnya. Taksi berhenti. Penumpang di dalam taksi adalah seorang nenek dengan menggendong bayi laki-laki. Mobil dibelakangnya terpaksa ikut berhenti menunggu taksi pergi. Nenek tua itu turun dari taksi. Tibat-tiba saja ia berteriak karena tasnya tertinggal di dalam taksi. Mobil pribadi yang berisi 2 ahjumma tak sabar karena nenek itu menghalangi jalan. Mereka mengklakson agar nenek itu minggir. Nenek itu malah kaget dan terjatuh. Dua ahjumma itu langsung turun menolong nenek. Para pembantu dengan sigap ikut menolong.
Nenek itu masih meneriaki supir taksi. Ia memberitahu nama ayah bayi yang digendongnya ada di tas yang terbawa supir taksi. Ibu bayi itu memintanya untuk mengantarkan bayi yang digendongnya ke ayahnya.
"Siapa nama ayah bayi ini?" tanya Hyun Joo salah satu pembantu disana.
"Jang...Kang...," sebut nenek itu. Semua orang tegang. "Aigoo, atau Hwang ya?"
"Bukan Kim, kan?" tanya Da Kyum was-was, takut bosnya Kim Young Hee adalah ayah dari anak itu.
Nenek itu benar-benar lupa. Ia mengatakan dirinya sudah terlalu tua dan sama sekali tak ingat. Lalu nenek itu beinisiatif untuk mengumpulkan para pria di komplek itu agar mengidentifikasi sendiri bayi yang dibawanya.
Semua pria berkumpul mengelilingi bayi itu (bayinya lucu banget deh). Wajah-wajah mereka tampak tegang. Nenek tua itu memandang satu persatu para pria untuk mencari kemiripan dengan sang bayi.
Saat melihat Young Hee, nenek itu berkomentar ia lumayan mirip dengan bayinya. Young Hee langsung menyangkalnya. Nenek tampak putus asa karena tak seorangpun yang mau mengaku. Kemudian ia melihat ke arah Tuan Kang dengan pandangan curiga. Istri Tuan Kang langsung berseru bahwa mereka baru saja pulang dari bulan madu. Harapan terakhir nenek adalah seorang pria tua, Tuan Jang. Tapi nenek malah buru-buru menyangkal sendiri karena keliatannya Tuan Jang memegang sumpit saja sudah tak mampu, hehe...Si nenek benar-benar hopeless.
Persidangan selesai. Orang-orang satu persatu masuk ke dalam rumah. Istri Tuan Jang mencurigai suaminya. Tuan Jang meyakinkan istirnya bahwa ia bukan ayah dari bayi itu.
Da Kyum masuk ke rumah bersama Young Hee.
"Hati-hati saat minum. Setelah minum, kau lupa semuanya. Jadi aku sedikit khawatir," nasehat Da Kyum pada bosnya.
"Mengapa kau harus khawatir?" tanya Young Hee.
Da Kyum agak salah tingkah. Lalu ia menjawab bukankah kita tinggal bersama? Young Hee memukul kening Da Kyum.
Tiba-tiba si nenek berteriak lagi. Ia memanggil kembali semua penghuni rumah. "Aku ingat. Aku ingat sekarang. "Aku ingat namanya."
Hyun Joo berlari menghampiri nenek dengan penasaran. "Apa nama marganya?"
"Kang," jawab nenek yakin. "Aku yakin namanya Kang. Anak ini bernama Kang San."
Young Hee mendekati Kang San dan bilang bayi itu mirip Gun Woo. Tuang Kang memerintahkan drivernya untuk menghubungi Gun Woo.
Di dalam bar, Gun Woo tertidur karena mabuk berat. Ia tak mendengar bunyi ponselnya.
Tuang Kang kesal karena teleponnya tak diangkat oleh Gun Woo Dia menoleh ke arah rumahnya dan berteriak sangat nyaring. "AHJUMMA..."
Tak ada sahutan, Tuang Kang melemparkan bola golf ke dalam rumah. Bola itu menggeliding ke arah seorang nenek yang tengah memasak di dapur. Ia tak menghiraukan panggilan majikannya, malah dengan wajah tenang terus memasak.
Di luar Tuan Kang menjelaskan Ahjumma adalah pembantunya yang lebih mengenal Gun Woo daripada ia ayahnya sendiri. Jika ada sesuatu dan Gun Woo telah melakukan kesalahan Ahjumma pasti tahu. Lalu Tuan Kang mengajak semua orang untuk bertanya padanya.
Soon Geum masuk ke bar dengan menggendong bayi. Yoon Shi syok melihat kedatangan Soon Geum. Apalagi sambil membawa Ji Min, bayinya. Ia menghampiri Soon Geum dengan wajah kesal. Takut dimarahi bosnya, Yoon Shi menarik Soon Geum masuk ke salah satu ruang karaoke.
Yoo Shi marah karena Soon Geum membawa bayinya ke bar.
"Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Soon Geum tak kalah kesal.
"Aku sedang bekerja sekarang."
"Bukankah tadi kau bilang mau pergi ke supermarket membeli susu? Apa tempat ini supermarket? Ada bau alkohol di makanan bayi. Apa kau suka ada bau alkohol di makananmu?" seru Soon Geum marah. "Bisakah kau berhenti minum?"
Yoon Shi frustasi. Ia malah menangis seperti anak kecil dan bilang mengapa Soon Geum tak membunuhnya saja. Keributan kecil itu membangunkan seseorang yang berada di ruangan itu juga. Gun Woo bangun, menghampiri Ji Min yang ikut menangis. Melihat Gun Woo, tangis Ji Min malah tambah keras. Soon Geum menoleh. Ia mendorong Gun Woo karena dirasa menggangu. Ia kembali memarahi Yoon Shi. Gun Woo bangun lagi dan lagi-lagi Soon Geum mendorong Gun Woo hingga tersungkur di sofa dan kembali tertidur.
"Ji Min berpikir aku ibunya. Tadi dia memanggil ibu untuk pertama kalinya," beber Soon Geum.
Yoo Shi kaget. Ia mengambil Ji Min dari gendongan Soon Geum. Ia meminta bayinya memanggilnya ibu, bukan Soon Geum. Lalu ia mengambil tas dari Soon Geum dan pergi.
Soon Geum juga hendak keluar, namun ia teringat kain gendongannya. Ketika berbalik ia melihat kain gendongannya ditiduri Gun Woo. Soon Geum menarik kainnya. Tapi dengan sekuat tenaga ia menarik kainnya, usahanya sia-sia. Tubuh Gun Woo terlalu besar dan ia sama sekali tak terusik oleh tindakan Soon Geum. Soon Geum benar-benar kesal dibuatnya.
"Orang sepertimu datang kesini menghambur-hamburkan uang untuk makan dan mabuk-mabukan. Tapi untuk kami kain gendongan ini berarti uang."
Soon Geum berusaha menarik kainnya lagi. Tapi tetap tak ada hasilnya. Lalu ia mencoba menarik tubuh besar Gun Woo. Akibatnya ia malah terjatuh menindih tubuh Gun Woo. Gun Woo akhirnya membuka mata. Mereka tertegun dan saling memandang dengan jengah.
Tiba-tiba pelayan bar masuk ke dalam memergoki mereka. Tentu saja ia salah paham melihat posisi mereka yang sekarang ini. Pelayan itu datang untuk menyerahkan tagihan Gun Woo.
Gun Woo tak bisa membayar tagihannya karena dompetnya hilang. Pihak bar tak percaya mereka berdua tak saling mengenal. Soon Geum kesal. Ia memaksa Gun Woo, setidaknya menghubungi teman untuk datang membantu. Gun Woo yang belum sadar dari mabuknya hanya diam saja. Pelayan bar mulai melakukan pemaksaan. Mereka menggeledah tas Soon Geum dan menemukan segepok uang dalam amplop. Soon Geum syok karena itu uang kontrakan. Ia memohon agar uangnya tak diambil, namun pelayan bar tak mengindahkannya. Ia malah berkata sebenarnya uang itu juga belum cukup. Soon Geum berteriak histeris.
Setelah diusir keluar, Soon Geum mengikuti Gun Woo yang malah tidur di tempat parkir.
"Melihat dari penampilanmu, seharusnya kau berasal dari keluarga baik-baik. Mengapa kau menyengsarakan seseorang dai keluarga miskin?" sungut Soon Geum kesal.
Soon Geum memaksa Gun Woo bangun. Ia bahkan sengaja memukulkan tangan Gun Woo ke pipinya. Gun Woo langsung sadar. Ia meminta maaf karena mengira ia yang memukul Soon Geum. Soon Geum menghela nafas kesal. Ia mengeluarkan bon tagihan dan menyodorkannya pada Gun Woo.
Gun Woon merogoh saku celananya. Mengeluarkan kunci mobil dan menyalakan mobil putih mewah disamping mereka. Ia mengajak Soon Geum naik ke mobilnya. Soon Geum sampai terbengong-bengong.
Tuan Kang marah besar karena Ahjumma tak mau membela Gun Woon. Ahjumma malah berkata jika memang bayi itu anak Gun Woo, ia bersedia merawatnya. Tuan Kang berteriak marah. Ia menyuruh Ahjumma mencari Gun Woo untuk mengusir bayi itu.
Ahjumma meminta nenek tua itu masuk karena diluar dingin. Tapi istri baru Tuan Kang tak setuju. Ahjumma memandang istri Tuan Kang dengan dingin dan tetap mempersilahkan nenek tua itu masuk.
"Aku nyonya di rumah ini!" Istri baru Tuan Kang memperjelas posisinya. Ia mulai tak menyukai Ahjumma.
"Sejak kapan? Sampai kapan? Walaupun Presiden memiliki istri banyak, ia hanya punya satu pembantu," ucap Ahjumma tajam. "Madam, tolong jangan ikut campur. Aku akan mengatasi masalah ini sendiri."
Nyonya Kang sangat kesal. Ia bertanya pada driver apa Ahjumma ada hubungan darah. Driver menjawab tidak ada.
Gun Woo menggeledah mobilnya mencari sisa uang simpanannya. Ia yakin punya uang ekstra di mobilnya. Soon Geum bertanya sudah berapa banyak ia berkata seperti itu. Gun Woo menjawab satu juta won. Soon Geum marah karena Gun Woo ternyata masih belum sepenuhnya sadar dari mabuk. Dan semakin kesal karena tiba-tiba Gun Woo ingin minum kopi.
"Disaat seperti ini kau masih bisa minum kopi?"
Gun Woo berkata setelah meminum kopi, ia akan mengantar Soon Geum pulang. Soon Geum akhirnya mengalah. Sebelum pergi Gun Woo menawari snack. Soon Geum mengambilnya. Ia kesulitan saat membuka bungkusnya. Di tangan Gun Woo, snack itu terbuka dengan mudah.
Gun Woo mengajari Soon Geun cara memakan snack dengan menuangkannya langsung ke mulut. Soon Geum tampak stress menghadapi permintaan orang mabuk. Gun Woo terus memaksa dan tersenyum senang saat Soon Geum mau menuruti permintaannya.
"Apa yang sedang kulakukan sekarang?" Soon Geum tertawa geli sendiri.
Di tengah jalan Soon Geum mengingatkan Gun Woo dimana ia menghilangkan dompetnya. Pasti ada banyak uang di dalamnya. Gun Woo tak memusingkan uangnya yang hilang, ia malah menyesali fotonya dan nenek (Ahjumma) yang ada di dompet itu. Gun Woo sangat dekat dengan Ahjumma, bahkan ia menganggap Ahjumma sebagai neneknya sendiri. Gun Woo berkata hidupnya bahagia karena ada nenek.
Soon Geum meminta Gun Woo menghentikan mobilnya di coffee shop. Ia mentraktir secangkir kopi untuk Gun Woo. Gun Woo bertanya bukankah Soon Geum sudah tak mempunyai uang lagi. Soon Geum menunjukkan secarik kupon. Dengan mengumpulkan 10 kupon bisa ditukar dengan secangkir kopi gratis. Soon Geum mengumpulkan kupon-kupon itu dari para Ahjumma di kedai tempatnya bekerja yang menyuruhnya membeli kopi.
Soon Geum menopang dagu menatap Gun Woon. "Dalam umur ini seharusnya kau bersama pacarmu? Tapi mobilmu malah penuh dengan minuman keras dan snack."
Gun Woo tertawa mendengar ucapan Soon Geum.
"Bisakah aku tak pergi ke New York?" ucap Gun Woo tiba-tiba.
"Mengapa kau bertanya padaku?"
"Aku tak mau pergi. Karena aku merasa kita seperti teman. Aku tak ingin pergi kemanapun," ucap Gun Woo sedih.
Soon Geum terhenyak. "Apa kau menyukaiku?"
Ponsel Soo Geum berbunyi. Ayah Soon Geum membuat ulah lagi dengan mencuri uang dirumahnya. Ia buru-buru pergi.
Sebelum pergi, Soo Geum menuliskan nomor ponselnya di selembar tissu dan meminta Gun Woo menghubunginya. Lalu ia berlari pergi. Gun Woo meneriakinya karena mereka belum sempat berkenalan.
Soon Geum menghubungi ayahnya yang tengah berjudi lotre. Ia mengancam ayahnya untuk tak kembali ke rumahnya lagi. Teman ayahnya berkomentar jika ayah Soon Geum telah banyak menimbulkan penderitaan untuk putrinya. Bukannya sadar, Ayah Soon Geum malah berkata putrinya gadis yang kuat.
Da Kyum tengah memasak. Young Hee masuk ke dapur mencari bukaan tutup botol. Da Kyum menunjuk di dekat sendok. Young Hee tak menemukannya. Da Kyum mendekat dan mengambilkannya untuk Young Hee. Tanpa sengaja siku Young Hee menyentuh dada Da Kyum. Sesaat mereka diam tertegun. Young Hee menarik tangannya dengan grogi. Wajah Da Kyum memerah.
Sebuah seruan memanggil Da Kyum dari dalam kamar. Sebelum pergi Da Kyum menawari Young Hee kopi. Young Hee menolak. Da Kyum membawa masakannya ke dalam kamar. Di dalam para pembantu berkumpul sambil bermain kartu. Hampir tiap malam mereka berkumpul bersama setelah seharian bekerja mengurus rumah tangga (enak ya punya majikan kayak Young Hee. Gak jaga jarak sama pembantunya sendiri, malah kayak temen. Rumahnya diizinin buat tempat perkumpulan pula).
Mereka membicarakan nenek Choon Jak, Ahjumma yang tidak datang malam ini. Mereka tahu pasti Ahjumma tengah mengurus masalah bayi yang sempat menghebohkan warga kompleks. Jareu Rin tengah serius mencocokkan lotrenya yang diundi di TV. Tiba-tiba ia berseru lotrenya menang 6 angka. Teman-temannya kaget dan mereka saling berebut kupon lotre itu.
Da Kyum yang pertama kali melihat kupon itu mengumpat kesal karena merasa ditipu. Angka-angka itu ditandai Jareu Rin dengan acak, bukan satu baris. Yang lain juga ikut kesal. Mereka menghujani Jareu Rin dengan pukulan.
Hyun Joo berkata jantungnya hampir saja copot.
"Tolong jangan membuat orang khawatir. Memikirkan istri dan simpanan saja sudah cukup menguras tenagaku," ucap Hyun Joo.
Soo Jung penasaran. "Bolehkan aku bertanya sesuatu?"
"Apa?" ucap Hyun Joo sambil mengocok kartu.
"Malam ini Presiden tidur dengan istrinya atau simpanannya?"
Hyun Joo bertanya apa semua ingin tahu. Ia memandangi teman-temannya satu persatu. Semua orang mengangguk dengan wajah penasaran. Hyun Joo tersenyum penuh arti dan malah bergurau dengan menaikkan roknya. Semua teman-temannya tertawa.
Tiba-tiba Young Hee masuk, ikut nimbrung.
"Bukankah dia tidur dengan istrinya sepanjang hari dan dengan simpanannya pada malam hari?"
Soon Geum meratapi nasibnya. Ia tiduran di dipan dan mulai menangis mengingat ibunya yang sudah meninggal. Yoon Shi keluar. Soo Geum malu pada Yoon Shi, karena uang yang dicuri ayahnya adalah milik Yoon Shi.
Soon Geum tak habis pikir ayahnya bisa berbuat seperti itu pada anaknya sendiri. Padahal ayahnya tahu dengan jelas penderitaannya yang harus hidup di rumah kecil. Ayahnya hanya memikirkan diri sendiri dan berjudi. Yoon Shi ikut tidur di samping Soon Geum dan menghiburnya.
"Meskipun hanya untuk uang, tapi dia masih datang mencari putrinya, kan? Ayahku, meskipun putrinya mati tidak akan pernah datang."
Gun Woo pulang ke rumah. Tuan Kang sudah menunggunya di luar. Mereka duduk sambil mengobrol. Tuan Kang tahu putranya baru saja mabuk-mabukan. Gun Woo meminta maaf.
Tuan Kang memeluk Gun Woo.
"Gun Woo...Dapatkah kau menyelamatkan ayahmu? Pergilah ke New York. Aku tak dapat hidup tanpa wanita itu." Tuan Kang merayu Gun Woo. Kayaknya Gun Woo nggak setuju sama pernikahan ayahnya dan ibu barunya juga tak mau tinggal satu atap dengan anak tirinya.
"Aku akan membuatnya pergi setelah kau kembali," janji Tuan Kang. Ia juga berjanji akan memberikan uang yang banyak untuk Gun Woo.
Ahjumma keluar bersama nenek tua dan Kang San. Nyonya Kang mengikuti dari belakang. Nenek tua melihat Gun Woo dan memperlihatkan wajah Kang San. Gun Woo tak bereaksi apa-apa. Ia malah masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan mereka semua.
Masalah sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan Soon Geum. Tak punya uang untuk bayar sewa rumah, maka ia harus bersiap-siap angkat kaki dari rumah yang sudah ditinggalinya selama 4 tahun. Ahjumma pemilik rumah itu tak mau mendengar alasan Soon Geum, bahkan ia sudah menyewakan rumah itu pada orang lain. Soon Geum sangat kesal. Ia teringat Gun Woo yang juga tak kunjung menghubunginya.
Young Hee pergi ke rumah Gun Woon. Mereka berbincang-bincang di perpustakaan. Young Hee menceritakan gosip di lingkungan tempat tinggal mereka mengenai Gun Woo yang sudah punya anak. Ia mendengar kabar bahwa keluarga Gun Woo berusaha menutupinya. Young Hee malah mencurigai bahwa bayi itu sebenarnya anak dari Tua Kang. Karena malu Tuan Kang menjadikan Gun Woo sebagai kambing hitam. Gun Woo tak mendengarkan ocehan Young Hee. Dia malah melamun sambil memegangi tissu berisi nomor telepon Soon Geum.
Di dalam kamar Nyonya Kang bertanya pada suaminya, siapa yang akan menjaga bayi itu. Walau bagaimanapun ayah bayi itu harus bertanggung jawab.
"Apa masuk akal mengirim ayah bayi itu ke New York?"
"Ini hanya kesalahan seorang pria muda, karena hubungan satu malam. Tentu saja dia harus pergi," ucap Tuan Kang membela Gun Woo. "Jangan katakan padaku dia harus merawatnya sendiri. Kita juga perlu mencari seseorang untuk melakukannya."
Nyonya Kang ingin membantah lagi. Tapi Tuan Kang menyuruhnya tidur. Ia mengingatkan kerut wajah di dahi istrinya akan bertambah jika kurang tidur.
Nyonya Kang mengeluh. "Pernikahan macam apa ini? Cucu...Aku seorang nenek. Ahh..."
Nyonya Kang masuk ke perpustakaan Gun Woo secara diam-diam. Ia melihat kain gendongan milik Soon Geum yang terbawa Gun Woo diatas meja. Di dalam lipatan kain itu, ia menemukan nomor telepon Soon Geum.
Nyonya Kang kembali ke ruang tamu saat Ahjumma berpamitan akan mengantar Gun Woo ke bandara.
"Dimana anak itu?" tanyanya.
"Kau tak akan bertemu dengannya selama 3 tahun, sayang."
Nyonya Kang sudah muak melihat sikap Ahjumma yang dingin dan tak menghormatinya sebagai nyonya baru. Ia mengadu pada suaminya.
Soon Geum menunggu telepon dari Gun Woon. Sedari tadi ia terus memandangi ponselnya.
"Si gendut bodoh itu tidak menelepon?" umpatnya frustasi.
Yoon Shi memperhatikan Soon Geum tanpa mau berkomentar. Ia tak mau mengganggu temannya yang sedang stress berat. Tiba-tiba ponsel Soon Geum berbunyi. Ia tersenyum senang dan segera mengangkat teleponnya.
Nyonya Kang membawa Kang San keluar rumah. Terlihat sekali ia tak bisa menggendong bayi. Para pembantu melihatnya dengan pandangan mencela. Soon Geum datang kesana. Ia menghampiri Nyonya Kang.
Kang San menangis. Nyonya Kan berusaha mendiamkan, namun tangis bayi itu makin keras. Nyonya Kang kesal dan marah-marah. Soon Geum iba. Ia meminta Kang San dan menenangkannya. Dalam gendongan Soon Geum, Kang San langsung diam dan malah tertawa bahagia (duh, lucunya...). Para pembantu mulai bergosip lagi.
"Kau mengenal bayi ini?" tanya Nyonya Kang curiga.
"Kau orang yang meneleponku, kan?" tanya Soon Geum balik.
Di bandara Ahjumma melepas kepergian Gun Woo dengan berat hati. Gun Woo menasehati Ahjumma agar hidup sehat. Ahjumma juga meminta Gun Woo jangan sakit-sakitan. Mereka berpelukan. Gun Woo meminta Ahjumma menjaga ayahnya.
"Jika kau bukan ibu dari anak ini, apa yang kau inginkan? Uang? Aku akan memberikan dobel. Tak masalah berapa yang kau inginkan!" ucap Nyonya Kang penuh rencana sambil melihat Kang San.
3 tahun kemudian.
Bayi Kang San sudah tumbuh besar. Ia berlarian menuju ke kamar Soon Geum. Di dalam kamar, Soon Geum masih tertidur pulas. Tiga tahun yang lalu Soon Geum resmi menjadi pembantu sekaligus pengasuh di keluarga Kang menggantikan Ahjumma yang didepak Nyonya Kang.
Soon Geum bermimpi indah. Ia bertemu dengan ayahnya. Ayahnya meminta Soon Geum mengikuti mobilnya dan tiba-tiba saja dari knalpotnya keluar lembaran uang yang banyak. Soon Geum tertawa bahagia ditengah siraman hujan uang.
Soon Geum tidur dengan tangannya yang menggapai-gapai keatas. Nyonya Kang masuk ke kamarnya dan berteriak nasi yang dimasak Soon Geum gosong. Soon Geum kaget. Bergegas bangun sambil menggendong Kang San ke dapur dan mematikan kompor. Lalu ia menyuapi Kang San pisang.
Soon Geum membawa banyak recehan ke sebuah toko untuk membeli lotre. Pelayan toko berkata taruhan Soon Geum terlalu kecil. Ia menawarkan kupon 5 ribu won karena selama ini Soon Geum selalu pulang dengan tangan kosong. Soon Geum menyahut jika ia membeli lotre hanya untuk melepas stress dan iseng-iseng.
Di luar toko tampak seorang pria berjas berdiri membelakangi Soon Geum. Sekilas Soon Geum melihat ke arah punggung pria itu. Pelayan toko itu memberikan kupon lotre.
Soon Geum keluar dan berdiri di samping pria itu yang tengah meminum bir kaleng. Siapa lagi kalau bukan Kang Gun Woo. Wow, New York telah merubah penampilannya secara drastis. Jangan berharap melihat Gun Woo, si pria gemuk lagi. Gun Woo yang sekarang telah bermetamorfosis menjadi seorang pria keren dan penuh pesona (haha, ini seh menurut aku sendiri).
Mereka berdiri bersebelahan tanpa ada yang menyadari satu sama lain. Soon Geum tampak berpikir. Ia tersenyum dan kembali masuk ke dalam toko dan memutuskan untuk membeli 2 kupon lotre seharga 5 ribu won.
Soon Geum mengambil foto ibunya dan tersenyum. Ia memperlakukan 2 kupon lotrenya dengan cara yang unik. Ia menaruh lotre milik 'pembantu' di sebelah kanan saku jaketnya dan lotre miliknya disebelah kiri.
Gun Woo meneguk birnya. Ia menatap sekitarnya. Gun Woo tersenyum bisa merasakan udara Korea lagi setelah 3 tahun ditinggalkannya.
"Tempat ini tidak berubah banyak," gumamnya dengan tersenyum lebar.
mohonn lanjuuutt!!pliss..bisa diandelin dr blog ini..gak ada kasetnya soalnya!!!tetep setia nunggu deh sampe tamat.hehehe
BalasHapusia,aku jga suka sama nih drama ,lanjutin ya sinopsisnya.Thank's...^^
BalasHapussinopsis selanjutnya cepeet donk..
BalasHapusMakasih^^
BalasHapusFoto nya mana?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIea ko g ad gambarnya c penasaran
BalasHapusIea ko g ad gambarnya c penasaran
BalasHapus