Rabu, 07 September 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 4




Ji Wook terkejut mendapati So Kyeong menyusulnya ke Jepang. Tiba-tiba saja So Kyeong muncul di lobby hotel ketika Ji Wook dan Yeon Jae baru saja kembali. Yeon Jae juga tak kalah syok.

So Kyeong menatap bengis.
"Apa yang kalian berdua lakukan? Sedang apa kau?"
"Apakah ini caramu berbicara dengan orang yang baru kau temui?" seru Ji Wook.
"Itu karena aku sudah bertemu dengannya sebelumnya," sahut So Kyeong tajam. "Haruskah aku memperjelas situasi ini? Ku dengar kau datang kesini untuk urusan pekerjaan. Tapi kau membawa staff wanita rendahan bersamamu? Oh, tidak. Dia bukan lagi seorang staff rendahan, karena dia telah dipecat."
"Apa maksudmu?" Ji Wook tak paham.
"Sepertinya kau tak tahu apapun tentang ini," terka So Kyeong.
"Apa mungkin kau adalah salah satu karyawanku?" tanya Ji Wook pada Yeon Jae.
Yeon Jae terdiam. Kemudian Yeon Jae membenarkan ucapan So Kyeong, namun meralat jika dirinya tak lagi bekerja di Line Tour bukan karena dipecat melainkan mengundurkan diri.
"Miss Lee Yeon Jae, apakah kau telah mengenalku sebelumnya?" potong Ji Wook. Yeon Jae menunduk. "Mengapa kau berpura-pura tak kenal?"
Yeon Jae kebingungan. Ia tak bisa menjawab pertanyaan Ji Wook.

So Kyeong memandang rendah Yeon Jae. Mengomentari penampilan Yeon Jae yang berubah drastis dan menuduh Yeon Jae sengaja membuntuti Ji Wook ke Jepang.
"Kau ingin merayunya karena dia putra dari Direktur Utama, kan?"
"Kami bertemu disini karena kebetulan." Yeon Jae membela diri. Tentu saja So Kyeong tak percaya. Ia tertawa sarkastik.
"Mengapa aku harus mendengar hal semacam ini? Aku tak melakukan kesalahan. Aku rasa kau tak punya asalan mengatakan hal itu padaku?" ucap Yeon Jae ketus.
"Karena aku tunangannya," sahut So Kyeong.
Yeon Jae syok. Ia memandang Ji Wook yang mengiyakan ucapan So Kyeong.
So Kyeong mulai menyerang Yeon Jae lagi. Ji Wook menegaskan tak ada yang terjadi diantara dirinya dan Yeon Jae. So Kyeong belum selesai. Ia memberi tahu Ji Wook jika Yeon Jae adalah orang yang mencuri cincin milik Andy Wilson sekaligus orang yang telah menamparnya. So Kyeong menuduh Yeon Jae pergi ke Jepang dari menjual cincin Wilson. Jelas Yeon Jae tak terima dengan tuduhannya. Yeon Jae menggunakan semua uang tabungannya. Yeon Jae juga menegaskan jika ia tak pernah mencuri cincin milik Wilson. Kesabaran Yeon Jae habis. Ia berteriak bahwa So Kyeong lah yang pertama kali menamparnya. Ji Wook turun tangan. Ia mengingatkan Yeon Jae untuk memelankan volume suaranya. Airmata Yeon Jae tumpah.
"Aku telah membuatmu malu. Maaf untuk situasi yang tak nyaman ini. Aku harap kau menikmati perjalanan yang menyenangkan." Yeon Jae berpamitan.

Setelah Yeon Jae pergi, masih saja So Kyeong menghinanya. Ji Wook kesal. Ia mengingatkan So Kyeong perjanjian mereka berdua untuk tak saling mengurusi kehidupan pribadi masing-masing sebelum ada ikatan pernikahan. So Kyeong mati kutu (nie orang lama2 nyebelin....).


Yeon Jae berjalan sambil menahan tangis. Hatinya semakin sakit saat melihat sebuah keluarga kecil sedang bercengkrama bersama. Yeon Jae tak yakin dengan sisa umurnya yang tinggal beberapa bulan bisa mempunyai anak. Ponselnya berdering. Pihak rumah sakit di Korea menghubunginya. Mereka menginginkan Yeon Jae segera mendapatkan terapi kanker. Yeon Jae langsung menutup teleponnya.

Yeon Jae menyusuri jalan hingga ke tepian pantai. Indahnya sunset tak membuat hati Yeon Jae membaik. Disana Yeon Jae melihat sepasang bule tengah menari Tango. Mata Yeon Jae berkaca-kaca. Pria bule itu mendekati Yeon Jae dan mengajaknya berdansa. Yeon Jae mengikuti alunan tubuhnya. Ditengah dansa Yeon Jae tak kuasa menahan tangisnya. Ia menumpahkan semua air matanya di pelukan pria bule itu.
"Aku tak tahu masalahmu, tapi jangan terlalu khawatir," hibur pria bule itu.
"Aku ingin hidup. Aku ingin bertemu dengan seseorang dan jatuh cinta padanya. Aku ingin hidup lama dengannya, hidup sangat lama. Aku ingin sepertimu, hidup sampai tua dan beruban. Aku ingin terus hidup. Jika ibuku mati, aku ingin berada disisinya. Menikah, mempunyai anak sampai anakku menikah. Sampai moment itu aku ingin terus hidup," ucap Yeon Jae terisak.


Ji Wook makan malam dengan So Kyeong. So Kyeong masih saja membahas 'kencan' antara Ji Wook dan Yeon Jae. Secara halus So Kyeong mengancam akan memberitahu ayahnya. Ji Wook tak mendengarkan ucapan So Kyeong. Dia malah melamun.
"Aku tak mengharapkan kemunculanmu yang tiba-tiba," ucap Ji Wook dingin.
"Itu terdengar sangat tidak nyaman," sahut So Kyeong kesal.
"Aku tentu tak ingin kesini. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ji Wook.
"Aku tak ingin makan dengan mood seperti ini, aku akan tersedak," sahut So Kyeong marah. Lalu ia berdiri dan melangkah pergi. Ji Wook tak menyusulnya.


Pagi hari Yeon Jae memutuskan kembali ke Korea. Yeon Jae meninggalkan kalungnya yang dimenangkannya saat pertandingan minum bir. Petugas hotel menemukan kalungnya dan menyerahkannya pada Ji Wook. Petugas itu tahu jika Ji Wook dan Yeon Jae saling mengenal. Mungkin Ji Wook bisa mengembalikan kalung itu pada Yeon Jae jika kembali ke Korea. Sayangnya Ji Wook menolak. Setelah petugas itu berlalu, Ji Wook berpikir ulang. Akhirnya ia mau membawa kalung Yeon Jae.


Sesampainya di rumah, suasana hati Yeon Jae bertambah buruk. Rumahnya sudah seperti kapal pecah. Piring-piring kotor menggunung di dapur dan sepertinya selama Yeon Jae pergi ibunya tak pernah membuang sampah. Yeon Jae menahan diri untuk tak marah. Ia mulai membereskan dapur dan mencuci piring. Tak lama ibunya pulang. Tanpa rasa bersalah ibu Yeon Jae langsung menggeledah isi koper putrinya mencari oleh-oleh. Yeon Jae sudah tak bisa menahan kesabarannya. Ia marah-marah. Ibu Yeon Jae hanya bengong melihat sikap putrinya.


Ji Wook juga telah kembali ke Korea. Saat meeting berlangsung Ji Wook terlihat kurang berminat.  Ia sama sekali tak mendengarkan presentase Sang Woo. Direktur Kim kesal melihat sikap Ji Wook. Ia meminta Ji Wook memberikan tanggapan mengenai percobaan tour package-nya ke Jepang.
"Aku hanya ingin bermain," ucap Ji Wook.
Peserta meeting tentu saja terperanjat mendengar ucapan Ji Wook yang asal.
"Jika kau ingin mengembangkan produk wisata yang layak, itu tak akan bermakna tanpa kau mengalaminya sendiri. Yang aku dengar seperti itu. Mengalaminya dan juga melakukannya," tambah Ji Wook.
Presdir Kang tertawa mendengar penjelasan putranya. Direktur Kim terlihat keki.

Ji Wook kembali ke ruang kerjanya. Ji Wook teringat kalung Yeon Jae yang dititipkan padanya. Ji Wook mencari tahu nomor ponsel Yeon Jae dari data resume karyawan.


Pagi-pagi Yeon  Jae cukup terkejut saat mendapat telepon dari Ji Wook. Ji Wook mengajak Yeon Jae bertemu.

Yeon Jae melangkahkan kakinya menemui Ji Wook di sebuah kafe. Ji Wook mengembalikan kalung miliknya. Ji Wook mengomentari penampilan Yeon Jae yang sederhana. Sangat berbeda dengan Yeon Jae yang ditemuinya di Jepang.
"Ya, sebenarnya inilah aku yang sebenarnya. Staff rendahan dengan upah yang menyedihkan. Tak mungkin membeli pakaian bermerek."
"Tapi waktu itu mengapa kau memakai pakaian mahal? Kau juga tinggal di resort eksklusif," potong Ji Wook.
"Waktu itu...karena ada beberapa alasan," jawab Yeon Jae.
"Kau salah jika aku akan menyukai tipe wanita seperti itu? Perkiraanmu sangat keliru," tuding Ji Wook.
Yeon Jae diam saja.

Tudingan Ji Wook makin kejam.
"Bagaimana kau tahu aku akan menginap disana? Kau ingin merayuku, kan? Bahkan dengan Yakuza. Lalu ketika dengan Wilson, kau yang menjawab teleponku, kan? Aku tak tahu kau orang seperti ini. Karena Wilson orang yang sangat pemilih, aku bahkan khawatir kau sanggup berurusan dengannya atau tidak. Dan mengenai cincin yang hilang, bagaimana dengan itu? Bahkan jika itu hanya sebuah alasan, seharusnya kau jelaskan pada dirimu sendiri." 
Mata Yeon Jae berkaca-kaca.
"Apa kau pikir menangis akan menyelesaikan semuanya? Itu tak akan berguna!" seru Ji Wook tanpa perasaan.
Yeon Jae mulai membela diri.
"Apa yang ingin kau dengar? Apa yang ingin kau pastikan? Jika aku berkata aku tak seperti itu, dapatkah kau mempercayaiku? Kebenarannya adalah kau tak percaya padaku. Dalam pandangan generasi kedua keluarga Chaebol, aku hanya pencuri miskin yang mencuri cincin orang lain. Aku tak akan bertindak sejauh itu mencuri barang milik orang lain untuk hidup. Meskipun aku tak tahu berapa harga cincin itu, tetapi siapa yang berani mencuri cincin dari klien? Semua orang tahu jika kau tertangkap, kau akan dipecat. Siapa yang akan pernah melakukan itu? Aku ingin bekerja yang lama untuk Line Tour? Meskipun disana banyak hal-hal yang berarti dan kejam, tetapi sejujurnya pekerjaan itu sangat penting untukku. Dan juga saat Kepala Direktur bertemu denganku di Jepang, seharusnya kau berbicara dengan management disana dan menyelidikinya lebih lanjut. Aku juga sulit percaya ada kebetulan seperti itu."
Setelah menumpahkan semuanya, Yeon Jae pergi. Ji Wook mematung. 

Di luar tiba-tiba Yeon Jae merasakan sakit di perutnya. Wajahnya langsung pucat. Yeon Jae bertumpu pada sebuah pohon. Penyakit kanker di tubuhnya mulai bereaksi.

Ji Wook juga keluar. Ia melihat Yeon Jae yang tengah kesakitan. Ji Wook segera mendekat.
"Ada apa? Apa kau sakit?" tanya Ji Wook khawatir.
"Tak apa-apa. Kau tak perlu repot-repot," sahut Yeon Jae.
Yeon Jae berusaha bangkit, tapi tubuhnya tak mau berkompromi. Yeon Jae ambruk.

Ji Wook melarikan Yeon Jae ke rumah sakit. Yeon Jae banjir keringat dan wajahnya semakin pucat. Dengan menahan sakit Yeon Jae meminta Ji Wook membawanya ke rumah sakit dimana Eun Suk bekerja.


Akibat insiden kematian Kim Yoo Soon, reputasi Eun Suk memburuk dimata dokter lain maupun pasien. Eun Suk mendapat panggilan jika Yeon Jae masuk rumah sakit. Ia segera mendatangi Yeon Jae yang terbaring dengan kesakitan.
"Sejak kapan ini terjadi?" tanya Eun Suk mulai memeriksa keadaan Yeon Jae.
"Dua puluh menit." Ji Wook menyahut di sampingnya.
Eun Suk menoleh. "Apa kau walinya?"
"Bukan. Aku tak punya hubungan dengan orang itu sama sekali. Cepat pergilah!" usir Yeon Jae.
Yeon Jae tak mau Ji Wook mengetahui riwayat penyakitnya. Ji Wook pergi dengan kesal. Diluar ia menggerutu dengan sikap Yeon Jae.

Setelah Ji Wook pergi, Eun Suk memarahi Yeon Jae karena tak mengindahkan ucapannya untuk menjalankan pengobatan anti kanker. Sudah berulang kali Eun Suk mencoba menghubungi Yeon Jae.
"Eun Suk-ah, aku takut. Aku tak ingin mati seperti ini," ratap Yeon Jae.
"Sudah kukatakan, aku memberimu waktu 6 bulan. Sebelum itu aku tak akan membiarkanmu mati," tandas Eun Suk.


Yeon Jae mulai menjalani tes darah dan CT scan. Awalnya para dokter mengidentifikasi kanker Yeon Jae sebagai kanker kantung empedu, namun setelah pemeriksaan lebih lanjut ternyata Yeon Jae mengidap kanker pankreas. Parahnya kanker itu telah menjalar ke organ inti. Eun Suk mengambil hasil tes darah Yeon Jae. Sepertinya Eun Suk menemukan sesuatu setelah membaca hasil laporannya.


Eun Suk pergi ke kamar Yeon Jae. Yeon Jae sekamar dengan Hee Joo, gadis yang menyukai Eun Suk. Eun Suk tak bicara. Ia hanya menatap Yeon Jae tanpa ekspresi. Yeon Jae kebingungan.
"Apa ini serius?"
"Berapa lama kau sembelit?" tanya Eun Suk.
"Apa? Kira-kira 3 atau 4 hari," jawab Yeon Jae semakin bingung karena pertanyaan Eun Suk sama sekali tak ada hubungannya dengan penyakitnya.
"Sakit perutmu....karena penuh dengan tinja. Itu alasan mengapa kau kesakitan."
Hee Joo langsung tertawa keras. Yeon Jae melongo tak percaya dengan penjelasan Eun Suk. Sambil menahan malu Yeon Jae berkata perutnya benar-benar sakit sampai ingin mati rasanya.
"Pergilah ke toilet, setelah itu kau akan baik-baik saja," perintah Eun Suk.
Pergilah Yeon Jae membuang semua penyebab kesakitannya (hahaha...lucu bgt liat ekspresi Yeon Jae lagi poop).

Keluar dari toilet Hee Joo masih menertawakan Yeon Jae.
"Jangan katakan kau memanggil Dokter Choi Eun Suk karena masalah isi perut? Tahukah kau tadi itu sangat lucu? Wajahmu sangat serius."
"Jangan menertawakanku terus. Itu sangat memalukan," sungut Yeon Jae.
"Aigoo, setidaknya lebih baik malu daripada mati," celetuk Hee Joo.
"Baiklah kau benar." Yeon Jae mengalah.

Yeon Jae menarik tiang infusnya ke tempat tidur. Hee Joo tengah sibuk merias diri. Yeon Jae berkomentar gadis muda tak seharusnya memakai make-up tebal. Yeon Jae menyarankan Hee Joo memakai pelembab.
"Aku 34 tahun. Tapi tak seorangpun dapat menebak usiaku yang sebenarnya. Kau tahu kenapa? Kulitku....Lihatlah!" Yeon Jae memamerkan kehalusan kulit wajahnya. Yeon Jae berkata orang yang selalu memakai make-up bahkan dalam 10 tahun akan terlihat semakin tua.
"Aku tak akan hidup lama. Unnie, kau senang bisa keluar dari rumah sakit. Indeks liver-ku naik. Jadi aku harus tinggal di rumah sakit," sahut Hee Joo.
Yeon Jae langsung terdiam. Ia merasa prihatin. Nasib gadis itu tak jauh berbeda darinya.
"Jika aku meninggalkan rumah sakit, aku harus melakukan 2 hal. Aku akan makan ddeokbuki di pinggir jalan dan menemukan seorang pria untuk tidur denganku."
Yeon Jae menjitak kepala Hee Joo "Gadis muda ini..."
"Aku bukan gadis muda. Umurku sudah 21 tahun," ucap Hee Joo bangga.


Yeon Jae mulai menerima penyakit kanker yang menyerang tubuhnya. Setidaknya hari ini ia tak jadi mati. Hari itu juga Yeon Jae diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Di luar Yeon Jae berpapasan dengan Eun Suk. Yeon Jae terlihat malu. Eun Suk menyarankan Yeon Jae segera melakukan terapi kanker. Ia meminta Yeon Jae datang minggu depan. Sebelum pergi Yeon Jae mengucapkan terimakasih pada Eun Suk.


Yeon Jae bertemu anak kecil di dalam bus. Anak itu memberinya sebungkus permen. Ibu dari anak itu memberitahu Yeon Jae jika anaknya hanya memberi permen pada gadis cantik. Yeon Jae tersenyum.


Setelah itu Yeon Jae berkunjung ke tempat kerja ibunya. Ibu Yeon Jae sedang melayani seorang customer pria. Yeon Jae meledek ibunya yang sepertinya terpikat pada pria itu. Ibunya merasa malu karena pria itu usianya jauh di bawahnya. Yeon Jae mengajak ibunya ke salon kecantikan. Disana ia memanjakan ibunya dengan perawatan tubuh.


So Kyeong tengah menyiapkan serangan untuk Yeon Jae. So Kyeong berniat menggugat Yeon Jae ke pengadilan atas tuduhan kerugian akibat konser Andy Wilson yang dibatalkan. Tak tanggung-tanggung So Kyeong meminta ganti rugi sebesar 10 milyar won. Jika Yeon Jae menempuh jalan mendiasi pun, Yeon Jae tetap harus membayar kompensasi sebesar 300 juta won. So Kyeong tersenyum licik.


Ji Wook masih saja memikirkan Yeon Jae. Ia penasaran mengapa Yeon Jae tiba-tiba sakit. Sadar jika hal itu bukan urusannya, Ji Wook buru-buru menghilangkan kegundahannya.

Ji Wook pergi ke ruangan para staff-nya. Manager Noh tengah memarahi anak buahnya. Ia stress harus mengurusi acara pembukaan Rute Wisata baru yang berbarengan dengan peak season (di Korea peak season berlangsung pada bulan Juli-Agustus, biasanya menjelang Natal dan Tahun Baru. Pada bulan itu banyak turis yang berkunjung ke Korea). Menghadapi peak season tentu saja Line Tour cukup sibuk. Ji Wook mendengarkan semua keluhan Manager Noh dari belakang. Manager Noh ketakutan saat tahu Ji Wook mendengarkan semua celotehannya. Ji Wook tak marah. Ia malah berniat mentraktir semua staff-nya.

Ji Wook dan para staff berjalan beriringan menuju lift. So Kyeong menelepon Ji Wook mengajak makan malam bersama ayahnya. Ji Wook menolak dan lebih memilih pergi bersama staff-nya. So Kyeong keki.

Ji Wook dan para staff minum-minum bersama. Mereka membicarakan kesulitan para staff mengurus acara pembukaan Rute Wisata baru disaat-saat sibuk. Na Ri mendapat telepon. Ia mendapat kabar bahwa Sohn Byung Ho tak bersedia datang dalam acara pembukaan itu. Sohn Byung Ho merupakan property speculator. Mereka memerlukan kerjasama dari Sohn Byung Ho untuk mengembangkan tempat-tempat wisata baru. Mereka tak punya waktu tersisa jika harus membujuk Sohn Byung Ho, karena kakek itu termasuk orang yang sulit dirayu. Kepala Bagian Yoon mengusulkan untuk menghubungi Yeon Jae. Yeon Jae sudah mengenal baik Sohn Byung Ho. Yeon Jae juga sebelumnya bergabung dalam tim mereka. Melihat wajah-wajah tak setuju, Kepala Bagian Yoon langsung terdiam. Manager Noh jelas tak mau repot-repot melibatkan Yeon Jae lagi.
"Orang seperti apa Lee Yeon Jae?" tanya Ji Wook penasaran.
"Jangan menyebut dia lagi. Hanya dengan membicarakannya saja membuat aku ingin menggertakkan gigi. Dia tak punya kemampuan apa-apa untuk mengurus masalah ini. Dia juga tak tahu berterimakasih. Sepanjang hidupku baru pertama kalinya aku ditusuk dari belakang oleh orang lain," seru Manager Noh dengan penuh dendam.
Hye Won merasa risih mendengar ucapan Manager Noh. Ji Wook diam tanpa komentar.


Ibu Yeon Jae terlihat bahagia setelah Yeon Jae mengajaknya bersenang-senang. Mereka kembali ke rumah sambil mengobrol. Kakek pemilik rumah baru saja membawa seekor anjing. Kakek marah-marah karena Yeon Jae dan ibunya dianggap berisik. 

Yeon Jae tidur di kamar ibunya. Ia berjanji untuk meluangkan waktu bersama ibunya seperti tadi. Ibu Yeon Jae tersenyum senang. 

Setelah ibunya tertidur, Yeon Jae kembali ke kamarnya. Yeon Jae baru sadar telah menghabiskan banyak uang untuk liburannya ke Jepang. Namun Yeon Jae tak menyesalinya. Yeon Jae membuat 20 daftar keingingan terakhir sebelum dirinya mati.
1.  Membuat ibu tertawa setidaknya satu hari.
2.  Balas dendam pada orang yang telah menyengsarakanku.
3.  Belajar tarian Tango
4.  Tidak menahan apa yang aku ingin, makan dan pakai.
5.  Mencoba gaun pengantin.
6-18. -----
19.  Melakukan semua hal dengan orang yang kucintai.
20.  Finally, menutup mataku dalam pelukan orang yang kucintai.


Siap2 deg-degan dengan scene ini...
Ji Wook tengah mandi. Tiba-tiba saja dia mendengar suara Yeon Jae 'Bisayiro Makka....Bisayiro Makka.' Ji Wook bingung. Ia teringat kebersamaannya dengan Yeon Jae ketika hujan-hujanan di Jepang. Waktu itu Ji Wook bertanya pada Yeon Jae bahasa Jepangnya orang kurus. Yeon Jae menjawab Bisayiro Makka.


Keinginan nomor 4, tak menahan apa yang diinginkan, makan dan pakai. Untuk melaksanakan keinginannya itu, Yeon Jae pergi ke salon untuk memangkas rambutnya. Yeon Jae terlihat fresh dengan potongan rambut barunya yang diatas bahu.

Setelah itu Yeon Jae membeli ponsel baru. Hal pertama yang dilakukan dengan ponsel barunya adalah menghapus nomor telepon Ji Wook. Yeon Jae mendapat telepon dari Hye Won. Yeon Jae diminta datang ke Line Tour.


Line Tour tengah dipusingkan oleh Sohn Byung Ho. Manager Noh terpaksa memanggil Yeon Jae. Mereka berharap Yeon Jae dapat membujuk Sohn Byung Ho. Setelah dihubungi, Yeon Jae langsung datang.
"Mengapa harus aku yang pergi?" protes Yeon Jae setelah tahu permintaan Manager Noh.
"Sejak dimulainya musim semi, kita bersama-sama menyiapkan Rute Wisata baru. Mengapa kau berpura-pura tak tahu?" ucap Manager Noh ketus.
"Aku sudah mengundurkan diri," sahut Yeon Jae.
"Apa kau tak tahu sekarang perusahaan sedang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, tak bisakah kau berbaik hati?"
"Berbaik hati?" seru Yeon Jae.
"Kau bekerja disini bukan untuk sebulan atau setahun. Tapi sudah 10 tahun. Kau mengandalkan perusahaan ini untuk makan. Apa itu tak cukup dibenarkan untuk membantu?"
"Aku tak akan melakukannya," tegas Yeon Jae.


Seluruh staff terkejut dengan penolakan Yeon Jae. Yeon Jae dulu orang yang gampang dimintai tolong, bahkan disuruh-suruh. Yeon Jae langsung berpamitan. Manager Noh menahan Yeon Jae. Dia menawarkan bayaran. 
"Berapa banyak kau bersedia membayarku?" tantang Yeon Jae.
"Berapa banyak yang kau butuhkan? 100 ribu won atau 200 ribu won?"
Yeon Jae kembali menolak. Manager Noh menambahkan bayaran 300 ribu won.
"Bahkan jika 1 juta won, aku tak mau. Kau harus berlutut dan meminta maaf padaku. Mungkin akan kupertimbangkan."
"Mengapa aku harus melakukan itu?" seru Manager Noh marah.
Yeon Jae lebih marah. Manager Noh ingin meminta bantuannya, namun masih saja bersikap kasar padanya.  Yeon Jae merasa hanya membuang-buang waktu jika menuruti perintahnya. Yeon Jae berkata jika dirinya sibuk.
Yeon Jae melangkah pergi. Ia berpapasan dengan Ji Wook. Ji Wook mendengar semua percakapan disana. Ia mengkikuti langkah Yeon Jae menuju lift.
"Apa kau tipe orang yang menyukai uang? Baiklah, aku akan memberimu 1 juta won." Ji Wook menyanggupi.
"Sepertinya kau tak memahami kata-kataku. Bukankah sudah kukatakan bahwa aku sibuk," sahut Yeon Jae.
"Dan kau punya waktu pergi ke salon dan memotong rambutmu?" sindir Ji Wook.
"Ada yang salah? Apa aku tak boleh pergi ke salon memotong rambutku? Untukku ini sangat penting," seru Yeon Jae marah.
Yeon Jae masuk ke dalam lift. Menatap Ji Wook di depannya dan berkata sebelum pintu lift tertutup "Sudah jelas kukatakan bahwa sebuah permohonan maaf lebih penting dibandingkan uang. Sepertinya orang sepertimu tak bisa mengerti."
Ji Wook mematung.

Ji Wook meminta pertanggungjawaban dari Manager Noh. Kemarin baru saja Manager Noh menjelek-jelekkan Yeon Jae yang dibilangnya tak berguna dan tak mempunyai kemampuan. Sekarang kenyataannya Ji Wook tahu tak ada staff lain yang dapat meng-handdle pekerjaan Yeon Jae. Ji Wook mengambil alih semua pekerjaan itu.

Ji Wook mempelajari berkas-berkas yang disodorkan staff-nya. Ji Wook melihat-lihat brosur tempat wisata yang akan dibuka. Salah satu gambar disana membuat Ji Wook tertarik. Sebuah bukit dengan pohon besar.


Ji Wook makan malam dengan Ayahnya, So Kyeong dan calon mertuanya. So Kyeong mengatakan niatnya menggugat Yeon Jae ke pengadilan. Jelas Ji Wook tak menyukai rencana So Kyeong.

Mengantar So Kyeong ke butik, Ji Wook menyampaikan keberatannya. Ia tak suka dengan cara So Kyeong. Dengan jengkel, Ji Wook meninggalkan So Kyeong. 


Yeon Jae melaksanakan keinginannya yang ketiga. Belajar tarian Tango. Yeon Jae mencari tempat kursus Tango. Dia masuk ke dalam sebuah studio. Disana tampak dua orang pria dan wanita tengah mempertunjukkan tarian tango. Yeon Jae terlihat kagum.

Kening Yeon Jae berkerut karena sepertinya ia mengenali pria itu. Tanpa terduga pria yang disebut Ramses itu adalah Kepala Bagian Yoon. Hanya saja dia memakai wig. Kepala Bagian Yoon kabur begitu melihat Yeon Jae. 

Yeon Jae mengejar Kepala Bagian Yoon. Kepala Bagian Yoon meminta Yeon Jae menyembunyikan identitasnya baik di tempat kerja maupun di studio Tango. Yeon Jae mengerti. Kepala Bagian Yoon dikenal dengan nickname Ramses. Disana ia merupakan pengajar Tango.


Ji Wook mulai mencari informasi mengenai gugatan yang dilayangkan So Kyeong pada Yeon Jae. Ia bertanya pada Sang Woo. Nilai gugatan So Kyeong sebesar 300 juta won. Ji Wook terlihat stress. Tapi lagi-lagi Ji Wook sadar jika itu bukan urusannya.


Ji Wook mendatangi bukit yang sedang dikembangkan untuk menjadi tempat wisata baru. Tepat ditengah bukit itu ada sebuah pohon besar. Ingatan Ji Wook berputar ke masa kecilnya. Ji Wook dan ibunya menanam benda di dalam tanah. Mereka berjanji akan membukanya setelah Ji Wook berusia 20 tahun. Ji Wook berjalan mendekat. Tiba-tiba pohon besar itu menghilang. Ternyata pohon itu hanya ada dalam bayangan Ji Wook saja. Disana hanya ada sebuah hamparan bukit kosong. 

Sohn Byung Ho tinggal di dekat bukit itu. Ji Wook pergi mencarinya untuk meminta persetujuan darinya.
"Sudah kukatakan dengan jelas. Jika kau menginginkan apapun dariku, hanya kirimkan saja rambut keriting kesini," seru Sohn Byung Ho begitu melihat kedatangan Ji Wook.
"Rambut keriting? Apa yang kau maksud Lee Young Jae?"
"Aku sudah mengatakan hal yang sama berulang kali. Aku tak ingin mengatakan apapun denganmu. Pergilah!" usir Sohn Byung Ho.
"Kakek, kenapa harus Lee Young Jae?" tanya Ji Wook tak mengerti.


Manager Noh mengajak Yeon Jae bertemu di Kafe. Manager Noh setuju memberi Yeon Jae bayaran 1 juta won. Yeon Jae menolak, karena yang diinginkan hanyalah permintaan maaf. Yeon Jae ingat daftar keinginan nya nomor ke-2. Yeon Jae ingin Manager Noh meminta maaf untuk semua pelecehan dan kekerasan yang diterimanya selama bekerja di Line Tour.
Yeon Jae dibawa ke kantor. Manager Noh mulai melakukan permintaan maaf seperti keinginan Yeon Jae di depan semua staff. Manager Noh terlihat ragu-ragu lalu dengan terpaksa berdiri di tengah ruangan. Manager Noh mempersembahkan sebuah tarian dengan menjewer kedua kupingnya dan menggoyang-goyangkan bokongnya. Goyangannya membentuk sebuah tulisan Lee Yeon Jae-sshi. Semua staff termasuk Yeon Jae menahan tawa. 

Ji Wook keburu datang sebelum hukuman untuk Manager Noh selesai. Ji Wook menatap tajam ke arah Yeon Jae. Ji Wook memberitahu bahwa dirinya baru saja menemui Sohn Byung Ho. Manager Noh langsung menyudahi hukumannya. Ia merasa masalah mereka dengan Sohn Byung Ho telah selesai.
"Lee Yeon Jae keluarlah!" perintahnya lantang.
"Manager Noh," protes Yeon Jae.
"Kau tak mendengarku. Aku bilang keluarlah! Kau sudah resign, mengapa kau kembali?" seru Manager Noh lagi.
"Apa ada sesuatu diantara kalian berdua?" tanya Ji Wook.
"Ini tentang masalah Sohn Byung Ho. Dia memintaku melakukan tarian spesial, setelah itu dia mau menyelesaikan masalah kita. Aku benar-benar tak punya energi untuk melakukan ini," adu Manager Noh.
"Benarkah? Tapi apa yang harus kita lakukan? Permintaan bodoh yang Lee Yeon Jae buat, sepertinya kau harus melakukannya?" ucap Ji Wook pada Manager Noh.

Manager Noh syok. Ia pikir dirinya sudah terbebas dari hukuman karena Ji Wook secara pribadi telah menemui Sohn Byung Ho. 
"Aku?" tanyanya tak percaya.
"Ya, kau harus melakukannya," jawab Ji Wook.
Yeon Jae menatap Ji Wook. Ia juga tak percaya Ji Wook membelanya.

6 komentar:

  1. akhirnya kluar juga...lma bgt aku nunggunya,ayo Wi ttp semangat!!!!

    BalasHapus
  2. kya.. akhr`a stelah sekian lama nunggu .. keluar juga ... LANJUTKAN !!!

    BalasHapus
  3. episode ke 5 nya udah ada blum????
    di tunggu ya,, dah ga sabar nih pengen tau lanjutan nya

    BalasHapus
  4. ayo donx episode slanjutnya ....mpe tamat...

    BalasHapus
  5. lucu banget cerita...bisa menghibur dikala frustasi karena tugas2 kuliah....
    dilaanjut ya mbak.....:)

    BalasHapus
  6. sangking lamanya jadi lupa, tenyata udah ada episode 4 nya..
    semangat!! lajutin ke episode 5 yaa...
    sumpah penasaran sama episode terakhirnya, kok Yeon Jae nya gk meninggal (kalau gk salah sih!)

    BalasHapus

Comment