Minggu, 10 Juli 2011

Sinopsis Autumn's Concerto Episode 20



Guang Xi menemui Tuo Ye di dalam penjara. Tuo Ye menolak mentah-mentah tawaran Guang Xi untuk menjadi pengacaranya. Ia bahkan meminta Guang Xi tak mengganggu Chi Xin. Ia tetap ngotot bahwa ia yang telah membunuh Fang Ge. 

Guang Xi pantang menyerah. Ia malah curiga ada sesuatu yang tengah disembunyikan Tuo Ye.
"Aku yang telah membunuhnya. Aku tak perlu menjelaskan karena ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Mengatakan sesuatu tak akan mengubah apapun. Kecuali kau ingin aku berbohong dan mengatakan aku bukan pembunuhnya," ucap Tuo Ye berusaha menghilangkan kecurigaan Guang Xi.
"Kau benar. Tapi aku tak menyangka kau menggunakan banyak tenaga. Selain luka fatal yang peroleh di lehernya, Hua Feng Fang (Fang Ge-red) juga mendapatkan banyak luka di belakang telinganya. Tampaknya ketika kau memukulinya, kau benar-benar ingin membunuhnya," pancing Guang Xi.
"Dia layak mati. Sudahkah kau selesai bertanya? Aku bisa pergi sekarang?" sahut Tuo Ye tajam.
Tuo Ye hendak pergi. Guang Xi segera menahannya.
"Aku berjanji pada Xiao Le untuk membantu membebaskanmu. Aku tak ingin melihat Xiao Le sedih karena Da Zai-nya seorang pembunuh. Aku juga tak ingin melihat Bibi Hua yang biasanya ceria, hancur karena mengkhawatirkanmu."

Mendengar ucapan Guang Xi, Tuo Ye mulai mencemaskan keadaan ibunya. Guang Xi memberitahu Bibi Hua sekarang dijaga oleh Mu Cheng. Tuo Ye bersyukur karena ada Mu Cheng. Api cemburu mulai menyelimuti Guang Xi. Tuo Ye bisa merasakannya. Ia berharap Guang Xi tak salah paham. Guang Xi menyangkal perasaannya sendiri. Ia merasa hubungannya dengan Mu Cheng sudah berakhir. Ia malah memberitahu betapa pentingnya Tuo Ye bagi Mu Cheng. Ia sekali lagi meminta Tuo Ye mau menerima bantuannya.
"Mengapa kau bersedia membantuku? Apa karena ibuku yang memintanya atau karena Mu Cheng?" tanya Tuo Ye.
"Sudah kukatakan sebelumnya. Karena aku berjanji pada Xiao Le," tandas Guang Xi.
Tuo Ye tampak berpikir. Akhirnya ia menyetujui tawaran Guang Xi.


Gary heran bagaimana Guang Xi membujuk Tuo Ye sehingga mau menerima bantuannya. Guang Xi menjawab dengan santai jika ia hanya bertanya mengenai luka di belakang telinga Fang Ge. Setelah itu Tuo Ye langsung mengakui itu adalah perbuatannya. Gary semakin heran.
"Masalahnya adalah tidak ada luka dibelakang telinganya."
"Artinya?"
"Dia berbohong," jawab Guang Xi.
"Berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, menutupi kebenaran apa yang terjadi biasanya untuk membatalkan tanggung jawab hukum atau menyembunyikan sesuatu. Tapi Hua Tuo Ye tidak terlihat seperti sedang mencoba melarikan diri dari tuduhan. Apa motifnya?" tanya Gary bingung. 
"Ini yang perlu kita pecahkan. Hanya ada 4 orang dalam TKP. Hua Tuo Ye tak bersedia mengatakan kebenaran dan Hua Feng Fang masih belum sadar. Hanya tersisa anak buah Hua Feng Fang, Yang Tian Fu dan Hua Chi Xin sebagai saksi. Tapi kesaksian Yang Tian Fu jelas berpihak pada Hua Feng Fang. Yang lebih aneh adalah Hua Tuo Ye melarang kita menemui Hua Chi Xin. Aku pikir kunci dari kasus ini adalah Hua Chi Xin," Guang Xi mulai mendapatkan titik terang.
Gary langsung tahu kemana mereka harus memulai menyelidiki kasus ini. Guang Xi tak mau gegabah. Ia ingin Chi Xin keluar dari Panti Rehabilitasi dulu baru mereka menginterogasinya lagi. Ia menyarankan Gary untuk mengumpulkan barang bukti dan menemukan celah dari hasil penyelidikannya.

Selain mengumpulkan barang bukti, mereka juga mulai mengenali Tao Da Ye yang akan bertugas sebagai Jaksa Penuntut. Tao Da Ye tak bisa dianggap sebelah mata. Reputasinya sebagai Jaksa Penuntut perlu di perhitungkan. Dia banyak memenangkan kasus di pengadilan. Karena kehebatannya, dia mendapat gelar algojo di dunia hukum.


Selagi Guang Xi berusaha mencari bukti-bukti untuk membela Tuo Ye, Jaksa Tao juga melakukan hal yang sama. Ia bersama asistennya pergi ke TKP dimana Tuo Ye melenyapkan barang bukti. Jaksa Tao heran mengapa Tuo Ye membuang barang bukti, jika akhirnya Tuo Ye malah mengakui perbuatannya. Asistennya memberikan informasi mengenai hubungan Tuo Ye dan Fang Ge yang diwarnai dendam satu sama lain. Jaksa Tao menyimpulkan motif Tuo Ye membunuh Fang Ge adalah untuk membalas dendam.


Direktur Fang berkunjung ke desa Hua Tian. Xiao Le sangat senang menyambut kedatangan neneknya. Xiao Le mengajak neneknya ke dalam kamarnya. Mereka melihat foto-foto yang dibawa Direktur Fang saat mereka berjalan-jalan ke pantai. Mu Cheng masuk dan mengajak mereka makan malam.

Mu Cheng menghidangkan nasi sapi kesukaan Xiao Le. Karena lapar Xiao Le makan duluan. Mu Cheng mengingatkan Xiao Le pada ajaran Keluarga Liang nomor 8.
"Ketika kita makan dengan orang dewasa. Aku boleh makan setelah mereka mulai makan," jawab Xiao Le patuh.
Xiao Le mengaku sangat lapar dan minta dukungan neneknya. Direktur Fang menasehati Xiao Le untuk menuruti ucapan ibunya. Mu Cheng tersenyum karena sikap Direktur Fang tak lagi ketus.

Selesai makan, Direktur Fang membantu Mu Cheng membawakan piring kotor ke tempat cuci piring. Direktur Fang prihatin saat melihat Mu Cheng menambahkan air ke botol sabun cuci piring yang habis alih-alih mengisinya dengan sabun baru. Ia mengomentari kehidupan Mu Cheng yang sulit. Mu Cheng tersenyum. Ia berkata bibinya yang mengajarinya untuk berhemat. Tiba-tiba Direktur Fang meminta maaf. Mu Cheng tertegun. 
"Aku pernah mengatakan bahwa kau tak diajari orang tuamu dengan baik. Tapi setelah melihat Xiao Le, aku rasa orang tuamu pasti mengajarimu dengan baik. Jadi itulah mengapa Xiao Le sangat pengertian," ucap Direktur Fang tulus.
Mu Cheng terharu karena Direktur Fang mulai bisa menerima dirinya. Direktur Fang berkata melihat senyum riang Xiao Le membuatnya teringat masa kecil Guang Xi yang tak pernah bahagia. Direktur Fang menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa harus banyak belajar dari Mu Cheng. Mu Cheng terlihat sungkan. Ia  berkata tak ada orang lain yang lebih mencintai Guang Xi dibandingkan ibunya sendiri. Direktur Fang mengakui semua kesalahannya selama ini. Baik pada Mu Cheng, Guang Xi bahkan Yi Qian. Karena ulahnya mereka semua tak bahagia. Mu Cheng tak pernah menyalahkan Direktur Fang. Ia yakin Direktur Fang melakukan hal itu untuk menyelamatkan hidup Guang Xi. Justru perpisahannya dengan Guang Xi membuatnya kuat dan tak menyerah pada hidup.

Direktur Fang meminta Mu Cheng tak menyerah dengan pernikahannya. Ia berharap Mu Cheng berusaha lebih keras lagi.
"Aku tak mau menyerah. Tapi Guang Xi sudah menganggapku seperti orang asing. Aku sungguh tak tahu bagaimana mendekati dia lagi sekarang," keluh Mu Cheng.
Tiba-tiba Xiao Le bangun. Ia langsung menghampiri Mu Cheng dan Direktur Fang.
"Bukankah dekat seperti ini?" Xiao Le mendongak pada Mu Cheng. Lalu ia menarik lengan Mu Cheng dan menggandeng lengan Direktur Fang juga.
"Nenek, bukankah ini dekat?"
Mu Cheng tertawa geli. "Liang Xiao Le, kau menguping pembicaraan orang dewasa lagi!"
"Siapa suruh kalian mengatakan hal yang tak jelas. Bukankah ini sangat mudah. Dan namaku Ren Xiao Le," sahut Xiao Le. Mu Cheng dan Direktur Fang tak dapat menahan senyum melihat kelucuan Xiao Le. 

Direktur Fang jongkok dan mengusap rambut Xiao Le.
"Baiklah Ren Xiao Le. Kau harus menjadi Cupid dan membantu ayah dan ibumu. Dan jangan biarkan Mu Cheng menyerah."
Xiao Le mengangguk patuh.


Guang Xi mendatangi Chi Xin untuk menginterogasinya lagi. Chi Xin mengaku tak ingat kejadian malam itu dengan detail. Ia hanya mengingat Fang Ge yang berdarah dan Tuo Ye memegang candleholder. Chi Xin tampak frustasi. Ia berusaha keras mengingat-ingat kejadian malam itu sampai memukuli kepalanya sendiri. Guang Xi meminta Chi Xin tak usah memaksakan diri. Chi Xin sangat mengkhawatirkan Tuo Ye. Ia terus-terusan memegangi kalung jimat yang dipakainya. Ia bertanya pada Guang Xi apakah ia bisa menyelamatkan Tuo Ye jika bisa mengingat semua kejadian malam itu. Guang Xi tak mau memaksa Chi Xin. Ia memilih menyelesaikan interogasi dan pergi tanpa mendapatkan hasil.

Guang Xi meminta pendapat Gary mengenai sikap Chi Xin. Gary berkata banyak saksi mata yang setelah mengalami kejadian yang mengerikan tak dapat menggambarkan kejadian yang mereka alami dengan akurat. Gary menilai Chi Xin mengalami trauma. Guang Xi menangkap ada sesuatu yang aneh. Sedari tadi ia terus memperhatikan Chi Xin yang terus-terusan memegangi kalung jimatnya. Ia menyuruh Gary memanggil seorang psikiatris. Mereka tak punya waktu banyak. Guang Xi yakin Chi Xin adalah saksi kunci.


Guang Xi membawa Chi Xin terapi. Dr. Chen menginformasikan pada Guang Xi bahwa Chi Xin mengalami trauma yang mendalam. Itulah mengapa Chi Xin tak bisa mengingat kejadian penting malam itu karena secara tak sadar ia mengurung kenangan yang tak ingin diingatnya. Kasus ini disebut sebagai Psychogenic Amnesia.
"Jika dia kehilangan memorinya, apa ada kemungkinan dia akan mengingatnya kembali? Apa ada cara untuk membantunya cepat sembuh?" tanya Guang Xi.
Guang Xi mulai cemas karena besok sudah memasuki sidang perdana. Dr. Chen sendiri tak yakin dengan kesembuhan Chi Xin secepat yang diinginkan Guang Xi. Ia akan berusaha membantu dengan memonitori gelombang otak Chi Xin dan memberikannya pengobatan.

Guang Xi memberikan informasi mengenai kalung jimat yang dilihatnya sangat penting bagi Chi Xin. Ia berharap kalung itu bisa membantu proses penyembuhannya. 
"Memori dia yang terkunci adalah kunci dari kebenaran. Aku hanya bisa bertaruh dengan itu. Jika perkiraanku benar, mungkin aku sudah tahu apa yang disembunyikan Hua Tuo Ye. Sekarang aku hanya perlu potongan puzzle terakhir dari Chi Xin. Dr. Cheng tolong lakukan apapun untuk memulihkan ingatannya," pinta Guang Xi. Dr. Cheng mengangguk.


Hari Persidangan Pertama.
Sebelum memasuki ruang persidangan Guang Xi bertemu dengan Jaksa Tao diluar. Mereka saling berjabat tangan dan memuji kehebatan satu sama lain. 
Guang Xi menghubungi Dr. Chen. Dr. Chen mengabarkan belum ada perkembangan dari Chi Xin. Tanpa saksi kunci, artinya Guang Xi harus berjuang keras membela Tuo Ye hanya dengan bukti-bukti yang dimilikinya.

Mu Cheng menghampiri Guang Xi untuk memberinya semangat. Guang Xi kembali menunjukkan sikap dinginnya. Mu Cheng tak peduli. Ia berterimakasih karena Guang Xi mau membantu Tuo Ye. Guang Xi tetap berpendirian ia melakukan hal ini semata-mata hanya untuk kebahagiaan Xiao Le.

Persidangan dimulai.
Semua orang memasuki ruang sidang. Jaksa Tao memandangi Guang Xi dengan kepercayaan diri penuh. Tuo Ye digiring memasuki ruang sidang. Bibi Hua menatap putranya dengan miris.

Hakim mempersilahkan Jaksa Tao membacakan dakwaanya.
"Tanggal 18 Januari tersangka Hua Tuo Ye untuk membalas dendam pada korban Hua Feng Fang menusukkan benda tajam ke leher Hua Feng Fang yang menyebabkan pembuluh darahnya pecah dan membuatnya koma. Niat Hua Tuo Ye membunuh sangat jelas. Berdasarkan hukum Nomor 271, kami ingin mendakwanya dengan tuduhan pembunuhan. Sebelum tersangka ditangkap, dia mencoba melarikan diri. Jadi aku minta tersangka dikenakan hukuman yang lebih berat."
Lalu Jaksa Tuo menunjukkan daftar bukti-bukti kejahatan Tuo Ye. Hakim bertanya pada Tuo Ye apakan dia mengaku bersalah. Tuo Ye terdiam. Ia menoleh pada ibunya. Bibi Hua menggelengkan kepala memohon agar Tuo Ye tak mengakuinya.
"Aku mengaku salah," ucap Tuo Ye lirih. Bibi Hua menatapnya tak percaya.
Hakim meminta Guang Xi mengajukan pembelaan atas dakwaan Jaksa Tao. Guang Xi berdiri.
"Meskipun klien-ku mengakui kejahatannya. Tidak ada sidik jari yang ditemukan di dalam barang bukti. Dengan demikian, itu tak dapat membuktikan bahwa terdakwa adalah orang yang melukai korban. Aku berpendapat tak ada bukti yang kompeten dalam kasus ini. Klien-ku hanya melakukan pertahanan diri." sangkal Guang Xi. "Berdasarkan hukum Nomor 23, aku minta pengurangan atau membebaskannya dari tuduhan."

Persidangan terus bergulir. Jaksa Tao memunculkan saksi pertama, Yang Tian Fu. Jaksa Tao memberikan beberapa pertanyaan pada Yang Tian Fu. Ia membenarkan bahwa Hua Tuo Ye mencoba membunuh Fang Ge dengan motif balas dendam. Dari jawaban saksi, Jaksa Tao menyimpulkan Tuo Ye melakukan pembunuhan terencana. Bin Zai langsung melayangkan protesnya. Hakim memukul palu. Bin Zai langsung bungkam.
Guang Xi mencoba mematahkan kesaksian Yang Tian Fu. Malam itu Tuo Ye datang dengan membawa uang 1 juta NT untuk membebaskan Chi Xin. Anak buah Fang Ge melakukan pengecekan tubuh dan tak menemukan senjata pada Tuo Ye. Dengan ragu Yang Tian Fu membenarkan penyataan Guang Xi. Setelah mendapatkan uang, tenyata Fang Ge berbuat curang dengan menolak membebaskan Chi Xin. Bahkan Fang Ge menggunakan Chi Xin untuk mengancam Tuo Ye. Yang Tian Fu mulai panik. Mulanya ia mengelak, tapi setelah mendapat teguran Hakim, ia langsung mengakuinya. Guang Xi tersenyum. Ia segera mematahkan tuduhan Jaksa Tao. Tuo Ye datang kesana tanpa senjata dan bertujuan untuk membebaskan Chi Xin. Apa yang terjadi dengan Fang Ge adalah sesuatu yang tak disengaja.
Jaksa Tao langsung mengajukan keberatan. Satu minggu sebelumnya Tuo Ye sudah mendatangi Fang Ge. Tuo Ye sudah menaruh dendam karena tangannya dilukai oleh Fang Ge. Tuo Ye tak membawa senjata, tapi ia bisa melukai Fang Ge dengan candleholder. Jelas ini adalah pembunuhan terencana. Di kursinya Guang Xi mencoba menahan diri.

Mu Cheng sebagai saksi berikutnya di munculkan. Guang Xi yang pertama kali di beri kesempatan menginterogasi Mu Cheng. Mu Cheng menceritakan kejadian setelah pembunuhan terjadi. Saat mendapat telepon dari Bin Zai, ia langsung pergi menemui Tuo Ye. Ia membutuhkan waktu 2 jam untuk datang kesana. Jika Tuo Ye berniat melarikan diri, tentu tak akan selama itu. Guang Xi menyinggung hubungan mereka berdua.
"Setahuku, kau dan Tuo Ye tak ada hubungan. Mengapa kau masih ingin membantunya?"
"Itu karena Tuo Ye sangat banyak membantuku. Sebanyak apapun aku tak mungkin sanggup membayarnya sepanjang hidupku. Anakku didiagnosa menderita Diabetes tipe 1. Lima tahun lalu aku melahirkannya seorang diri. Jika tak ada Tuo Ye yang membantuku, mungkin aku dan anakku tak akan bertahan sampai sekarang. Walaupun aku tak tahu apa yang terjadi dengan insiden itu, Hua Tuo Ye yang aku kenal adalah orang yang berhati baik dan tak pernah melakukan perbuatan buruk."
Mendengar pengakuan Mu Cheng membuat Guang Xi terluka. Dari apa yang dikatakan Mu Cheng, Guang Xi akhirnya tahu posisi Tuo Ye di hati Mu Cheng.

Jaksa Tao kembali mempertanyakan hubungan Mu Cheng dan Tuo Ye. Mu Cheng berkata sudah mengenal Tuo Ye selama 7 tahun. Saat itu Tuo Ye tengah melarikan diri dari kejaran dari geng Fang Ge karena memutuskan keluar dari geng-nya. Mu Cheng tak yakin Tuo Ye sanggup membunuh seseorang.
"Dalam penyelidikanku, hubunganmu tak hanya dekat dengan terdakwa. Sejauh yang aku tahu kau bahkan ragu saat akan menikahinya. Bolehkan aku bertanya mengapa kau dan terdakwa membatalkan pernikahan?" tembak Jaksa Tao.
Mu Cheng menghela nafas. Ia tak menyangka kehidupan pribadinya harus dibuka di depan umum.
"Ada beberapa alasan. Aku menikahi ayah biologis anakku. Yaitu....Pengacara Ren Guang Xi," ucap Mu Cheng ragu-ragu.
"Jadi terdakwa pernah menjadi tunanganmu dan pengacara yang membelanya adalah suamimu sekarang?" tanya Hakim. Mu Cheng mengiyakan.


Jaksa Tao langsung menyambar. Ia serasa mendapat angin segar dengan menyudutkan Mu Cheng. Ia berpendapat Mu Cheng menjadi saksi karena ingin membantu suaminya dan mantan tunangannya. Ia meminta Hakim menggugurkan kesaksian Mu Cheng. Lalu ia menunjukkan senjata yang di pakai Tuo Ye yang ditemukan di sungai. Tuo Ye sengaja melenyapkan sidik jarinya dan berniat melarikan diri. Jaksa Tao meminta Tuo Ye di hukum dengan hukuman yang seberat-beratnya. Bibi Hua dan Bin Zai langsung protes.


Chi Xin masih dalam proses terapi. Ia ketakutan dan minta pulang. Ia benar-benar mengalami traumatik. Dr. Chen mendekat.
"Jimat keberuntunganmu sangat cantik. Kau selalu memakai itu?"
Chi Xin merespon. Ia membuka kalungnya. Dengan bersemangat Chi Xin bercerita bahwa ia mendapatkan kalung itu di kuil untuk Tuo Ye. Tanpa kalung itu, ia dan Tuo Ye tak mungkin bisa melarikan diri dari Fang Ge. Dr. Chen merebut kalung jimat itu. Chi Xin langsung histeris. Ia kembali mengingat penyiksaan yang dialaminya.
"Chi Xin, apa kau tahu siapa yang sebenarnya membunuh Fang Ge?"
"Aku tak tahu...Aku tak tahu..." rintih Chi Xin. "Aku hanya melihat Fang Ge banyak mengeluarkan darah. Selain itu aku tak ingat yang lainnya. Aku tak bisa mengingat apapun. Jangan memaksa aku. Tolong berhenti memaksaku..."

Dr. Chen kebingungan. Ia menarik Chi Xin bangun. Chi Xin histeris mengira kalung jimatnya akan diambil. Ia melempar tangan Dr. Chen yang tak sengaja menumpahkan cangkir ke lantai. Melihat cangkir itu, memori Chi Xin terpancing. Akhirnya ia dapat mengingat sesuatu.

Flash Back
Chi Xin menjerit histeris melihat perkelahian antara Fang Ge dan Tuo Ye. Fang Ge berusaha menusuk Tuo Ye dengan belatinya. Beruntung hanya kalung jimat di leher Tuo Ye yang kena dan jatuh di depan Chi Xin. Meja di dekat mereka juga terbalik dan menumpahkan semua isinya termasuk candleholder yang jatuh menggelinding ke arah Chi Xin. Tuo Ye berusaha keras menghindari tusukan Fang Ge. Sampai akhirnya ia tersudut di lantai. Tuo Ye berusaha menggapai candleholder lainnya yang ada di dekatnya. Melihat Tuo Ye yang hampir mati, tiba-tiba Chi Xin bangkit. Reflek ia mengambil candleholder itu dan menusukkannya ke leher Fang Ge.

Chi Xin ketakutan. Ia menangis sambil memegangi kalung jimatnya. Dr. Chen menenangkan Chi Xin.
"Aku ingat semuanya sekarang," isak Chi Xin.


Kembali ke Persidangan. Guang Xi sudah putus asa.
"Hua Tuo Ye, ekspresi cemberutmu dan sikap tak kooperatifmu membuatku sama sekali tak ingin membelamu. Senjata yang digunakan hanya ada bekas darah dan tak ada sidik jari. Ini tak berguna," Guang Xi membuang berkas-berkas miliknya. "Ketika anak buah Fang Ge datang, dia hanya melihat kau memegang candleholder. Dia sebenarnya tak melihat kau mencoba membunuh Fang Ge. Kesaksiannya tak berpengaruh. Korban masih koma di rumah sakit. Tidak ada cara untuk membawanya datang dan membuat kesaksian. Aku percaya hakim pasti juga merasa terganggu."

Hakim kesal melihat sikap Guang Xi.
"Jaksa Pembela, tolong perhatikan tingkah lakumu," kecamnya.
"Jadi ada 4 orang disana; Hua Feng Fang, Hua Tuo Ye, Hua Chi Xin dan Yang Tian Fu semuanya adalah tersangka. Kemungkinan kau melakukan kejahatan hanya 25 persen. Ada banyak hal yang menguntungkanmu, namun kau tetap mengaku bersalah. Aku benar-benar tak memahamimu. Tidak bisakah kau melihat berapa banyak integritas Jaksa Keadilan Tao ini? Kau mengakui salah dengan sangat mudah. Jika kebetulan hal itu menyebabkan kesalahan hukum, bukankah reputasi mulianya hancur di tanganmu? Dapatkah kau mempertanggungjawabkannya?"
"Ren Guang Xi, apa yang kau bicarakan? Apa yang kau inginkan?" sahut Tuo Ye.

Hakim juga kurang paham maksud perkataan Guang Xi. Ia meminta Guang Xi menjelaskan intinya.
"Meskipun aku tak tahu mengapa terdakwa mengakui kesalahannya. Aku masih berpendapat bahwa Hua Feng Fang merasa bersalah dan melakukan bunuh diri. Atau anak buahnya memutuskan untuk melawan pemimpin mereka dan membunuhnya kerena mereka ingin menjadi pemimpin dalam geng mereka sendiri. Atau mungkin Hua Chi Xin ketakutan dan membunuh Hua Feng Fang."
Mendengar nama Chi Xin disebut-sebut, Tuo Ye langsung naik pitam. Ia terlihat sangat melindungi Chi Xin.
"Aku yang membunuhnya. Dia tak ada hubungannya dengan kasus ini."
"Ini aneh. Mengapa kau tak mengatakan hal itu tak ada hubungannya dengan Fang Ge atau hal itu tak ada hubungannya dengan anggota geng. Tapi kau mengatakan kasus itu tak ada hubungannya dengan Chi Xin. Itu karena kau tahu bahwa Hua Chi Xin kehilangan memori yang sangat penting dari insiden malam itu. Jadi kau menyembunyikan kebenaran dan bersikeras mengaku salah. Hanya ada satu kemungkinan. Dan itu adalah kau melindungi Hua Chi Xin," seru Guang Xi berapi-api.
"Tidak mungkin. Apa yang dikatakannya tidak benar. Fang Ge dibunuh olehku. Aku yang membunuhnya," sangkal Tuo Ye lantang.
Suasana menjadi ribut. Hakim segera memukul palunya. Ia memperingati Guang Xi dan Tou Ye untuk mengontrol emosi masing-masing. Guang Xi menyakinkan Hakim bahwa Chi Xin adalah pembunuh yang sebenarnya dan Tuo Ye tak bersalah. Tou Ye tetap ngotot bahwa ia yang bersalah. Ia bahkan mendepak Guang Xi sebagai pengacaranya.
"Bukankah aku sudah mengakui salah? Mengapa aku masih belum dikurung? Apa yang kalian tunggu?" Tuo Ye kembali membuat keributan.
Tiba-tiba pintu terbuka. Chi Xin masuk bersama Dr. Chen.
"Tidak. Apa yang Pengacara Ren katakan benar. Aku yang berusaha membunuh Hua Feng Fang," seru Chi Xin tersengal-sengal. Tuo Ye syok melihat kedatangan Chi Xin yang tak terduga. Semua yang hadir dalam persidangan juga tampak terkejut. 

Emosi Tuo Ye naik.
"Diamlah. Jangan katakan apapun!" Hardiknya keras. "Siapa yang menyuruhmu datang. Aku tak butuh kau menjadi saksi untukku. Cepat kembali. Mengapa kau masih disini!"
Chi Xin tak mengindahkan seruan Tuo Ye. Perlahan ia berjalan masuk. 
"Berhentilah berbohong. Tak seharusnya kau mengaku salah untukku," ucap Chi Xin.
Tuo Ye lemas. Ia hanya bisa menunduk sedih. Pengorbanannya selama ini untuk melindungi Chi Xin sia-sia. Chi Xin malah dengan lantang mengakui perbuatannya.

Guang Xi mengenalkan Chi Xin dan Dr. Chen. Guang Xi meminta Dr. Chen menjelaskan apa yang terjadi dengan kondisi Chi Xin.
"Hua Chi Xin adalah pasienku. Aku sudah selesai memberinya pengobatan dan membantunya mengembalikan memorinya dari insiden itu. Aku dapat menjamin semua yang dikatakan oleh Chi Xin dalam persidangan ini adalah benar."
Kini tiba giliran Chi Xin memberikan kesaksian.
"Pengacara Ren curiga bahwa aku kehilangan semua memoriku dari insiden itu dan aku tak bisa mengingat memori yang paling penting. Jadi dia meminta Dr. Chen untuk merawatku. Baru hari ini aku bisa mengingat semua kejadian itu. Benar, aku adalah orang mencoba membunuh Fang Ge. Waktu itu, aku melihat Fang Ge akan menusuk Tuo Ye. Jadi sebelum Tuo Ye dilukai oleh Fang Ge..." Chi Xin menerawang, mengingat kembali peristiwa malam itu.
"Itu aku. Aku mengambil candleholder lainnya dan menusuk Fang Ge. Waktu itu aku benar-benar ketakutan jika Fang Ge sampai melukai Tuo Ye dan aku tiba-tiba melihat candleholder lainnya jatuh ke arahku. Aku tak berpikir apapun sebelum mengambil candleholder dan bergegas menuju Fang Ge. Ketika aku kembali sadar, Fang Ge sudah ambruk ke lantai. Jadi itulah mengapa saat itu aku mengira Tuo Ye yang membunuh Fang Ge."

Mata Chi Xin berkaca-kaca, tapi ia lega akhirnya bisa mengungkapkan kebenaran. Ia meminta Tuo Ye segera dibebaskan dari jerat hukum dan dinyatakan tak bersalah. Tuo Ye juga tak kuasa menahan tangis. Ia tak sanggup menatap wajah Chi Xin.

Sebagai bukti, Dr. Chen membawakan laporan medis kesehatan Chi Xin. Ia menjelaskan kondisi Chi Xin disebut dengan PTSD, Post Traumatic Stress Disorder (baca Ep. 1). Chi Xin menderita PTSD karena kekerasan yang diterimanya dari Fang Ge. Selain itu, Chi Xin juga dicekoki drugs secara berkala yang mengakibatkan kecanduan. Dr. Chen merasa beruntung karena Guang Xi bisa melihat gejala yang dialami oleh Chi Xin. Ia menyimpulkan orang-orang yang menderita Psychogenic Amnesia, khususnya Chi Xin dalam kasus ini sama sekali tak berniat membunuh seseorang. Chi Xin bertindak diluar kesadarannya. Ditambah lagi karena pengaruh drugs yang dikonsumsinya yang membuatnya kehilangan kontrol.
Chi Xin menangis. Ia meminta maaf pada Tuo Ye. Bibi Hua tertegun. Di sisi lain, ia senang Tuo Ye terbukti bukanlah seorang pembunuh. Di sisi lain, ia harus menghadapi kenyataan bahwa anak gadisnya yang telah melakukan pembunuhan.

Tuo Ye kembali menitikkan air mata. Ia tak sangggup melihat penderitaan yang harus diterima Chi Xin lagi. Ia marah pada Guang Xi. Tak seharusnya Chi Xin mengingat hal-hal mengerikan seperti itu lagi. Menurutnya lebih baik Chin Xin melupakan kejadian itu. Dalam kasus ini Chi Xin adalah korban. Tuo Ye hanya ingin melihat Chi Xin bahagia.
Guang Xi tak bisa membenarkan tindakan Tuo Ye yang rela menggantikan posisi Chi Xin. Chin Xin setuju dengan ucapan Guang Xi. Jika Tuo Ye sampai di penjara, sepanjang hidupnya pasti akan merasa bersalah.
"Tanpa kau disampingku, aku tak akan bahagia," isak Chi Xin.
Ruang sidang penuh haru. Bibi Hua menangisi nasib kedua anaknya.

Sebagai penutup persidangan, secara resmi Jaksa Tao membebaskan Hua Tuo Ye dari segala dakwaan. Tapi ia menuntut Hua Chi Xin dimasukkan ke dalam tahanan untuk membayar perbuatannya. Guang Xi langsung membela Chi Xin. Ia berpendapat Chi Xin hanya berusaha membela diri. Dan lagi Chi Xin juga datang untuk mengakui perbuatannya. Ia memohon pada Hakim dan Jaksa untuk mempertimbangkan keputusan mereka. Ia juga meminta Jaksa Tao untuk menyelidiki catatan kejahatan Fang Ge.

Hakim memutuskan Chi Xin tetap ditahan dan meminta Jaksa Penuntut melakukan investigasi ulang atas kasus ini. Chi Xin pasrah saat hendak digiring oleh petugas polisi. Tuo Ye mencabut kancing jasnya dan bergegas menghampiri Chi Xin.
"Chi Xin, jangan takut. Aku tak akan pernah meninggalkanmu lagi," janji Tuo Ye. Lalu ia menyerahkan kancing jasnya dan meminta Chi Xin menjahitnya nanti setelah keluar dari penjara.
"Jangan khawatir. Saat aku kembali, aku akan lebih dewasa lagi. Menjadi lebih pengertian dan menjadi adik yang tak perlu kau cemaskan." Chi Xin berusaha tegar.
"Ingat, kau harus segera kembali. Aku dan ibu akan menunggumu di rumah."


Jaksa Tao menemui Guang Xi seusai persidangan. Ia memberi selamat pada Guang Xi. Ia penasaran dan bertanya mengenai kejelian Guang Xi menangkap tanda-tanda PTSD pada Chi Xin. Guang Xi tersenyum. Lalu menjawab jika dirinya juga pernah mengidap PTSD. 


Tuo Ye berterimakasih atas bantuan Guang Xi. Ia juga memohon agar Guang Xi bersedia menolong Chi Xin. Guang Xi berjanji akan secepatnya membawa mereka kembali ke desa Hua Tian. Tuo Ye menjabat tangan Guang Xi sebagai ucapan terimakasih. Guang Xi berkata seharusnya ia yang mengucapkan terimakasih atas kebaikannya pada Mu Cheng dan Xiao Le. Guang Xi meminta Tuo Ye menjaga mereka seperti 6 tahun lalu. Ia menjelaskan hubungannya dengan Mu Cheng sudah berakhir. Dari awal sampai akhir mereka hanya saling menyakiti satu sama lain. Guang Xi merasa hanya Tuo Ye yang dapat memberikan kebahagiaan dan masa depan yang cerah untuk Mu Cheng.
 

Guang Xi hendak pergi. Tuo Ye segera menahan langkahnya. Ia meminta Guang Xi berpikir, jika Mu Cheng memilihnya mengapa selama 6 tahun ini ia selalu mengabaikannya dan selalu mengatakan pada Xiao Le bahwa ayahnya adalah makhluk luar angkasa. Tuo Ye berkata dari awal sampai akhir Mu Cheng hanya mencintai satu pria yaitu Guang Xi. Tuo Ye membeberkan bahwa 6 tahun lalu Mu Cheng pergi karena Direktur Fang yang menyuruhnya meninggalkan Guang Xi dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa Guang Xi. Saat itu Direktur Fang menerima tawaran rumah sakit Direktur He untuk menjalankan pengobatan proton guna penyembuhan kanker otak yang diidap Guang Xi. Sebagai imbalannya Guang Xi diminta menjadi menantunya, sehingga Direktur Fang menyingkirkan Mu Cheng yang dirasa sebagai penghalang.
Guang Xi malah marah setelah mendengarkan penjelasan Tuo Ye. Ia menganggap Mu Cheng bodoh dan egois. Ia tetap keras kepala mengumumkan perpisahan mereka.
"Aku sudah mengatakan perpisahan dan dia juga menerima akhir ini. Ini fakta yang aku lihat. Pilihan terakhirnya bukan aku." 
Guang Xi cepat-cepat pergi dengan alasan Bibi Hua menanti mereka.


Bibi Hua menangis lega sambil memeluk Tuo Ye. Namun ia juga mengkhawatirkan nasib Chi Xin. Guang berjanji akan membantu semampunya. Dengan latar belakang kekerasan yang dialami Chi Xin, sepertinya tak sulit untuk melepaskannya dari jerat hukum. Kekhawatiran Bibi Hua berkurang.


Bibi Hua sangat berterimakasih pada Guang Xi dan mengundangnya makan bersama. Bibi Hua yang tak tahu permasalahan antara Guang Xi dan Mu Cheng mengusulkan makan bersama di rumah Mu Cheng. Guang Xi segera menghindar dengan mengatakan masih banyak pekerjaan untuk mempersiapkan persidangan Chi Xin. Mu Cheng tahu yang dihindari Guang Xi adalah dirinya. Bibi Hua tetap memaksa. Besok ia akan menunggu kedatangan Guang Xi dan Gary ke desa Hua Tian. Guang Xi segera berpamitan tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Mu Cheng. Mu Cheng hanya menatapnya dengan pasrah. Guang Xi masuk ke dalam lift. Mereka saling bertatapan sampai pintu lift tertutup.



Note: Episode 20 aku potong ya disambung ke Episode 21 (episode terakhir). Soalnya durasi di Ep. 21 cuma sedikit, paling sekitar 30 menitan sedangkan durasi untuk Ep. 20 panjang banget. Nulisnya juga udah pegel, hehe...
Thanks ya yang udah mau setia nunggu....

4 komentar:

  1. aku suka ma piku paling pertama, lucunya mereka... btw, tadi siang aku ada perlu ke bank... deket salah satu toko Hp ada yang mirip Guang Xi, bedanya yang aku lihat lebih tirus mukanya, haha sampe 2 kali noleh aku... sayangnya dia lagi liat ke arahku juga, jadi malu pgn mastiin laginya...

    BalasHapus
  2. Hahaha...ai neh ada2 ja deh. Masa Vaness Wu jln2 smpe ke Indonesia. Tuh cowo pasti ngira ai kesemsem ma tampangnya yg keren.

    BalasHapus
  3. ampir tiap hri aku mampir k blog ini,nungguin sinopsis Romance Town kluar,tp g kluar2,ayo donk Wi...lnjutin sinopsisnya,aku stia menunggu lho...

    BalasHapus
  4. oemedetou akhirnya projectnya kelar muhaha, aza2 fighting :)

    BalasHapus

Comment