"Kau bangun sangat pagi. Pasti karena kau tak terbiasa dengan suasana pedesaan. Ketika Pengacara Ren pertama kali datang kesini juga seperti itu, " sapa Mu Cheng pada Yi Qian.
"Pengacara Ren? Mengapa kau memanggilnya dengan formal sekarang? Bukankah dulu kau selalu memanggilnya Guang Xi, kan?" Yi Qian menatap Mu Cheng tajam.
"Fang Guo menceritakan padaku apa yang terjadi 6 tahun lalu antara kalian berdua. Sebenarnya 6 tahun lalu aku mengenalmu, karena Guang Xi sering bercerita tentangmu. Di matanya kau adalah gadis yang mengagumkan. Dia sangat peduli padamu."
Mu Cheng terharu mendengar ucapan Yi Qian. Tapi berpura-pura tak peduli. Yi Qian tak habis pikir Mu Cheng bisa meninggalkan Guang Xi tanpa perasaan sedikitpun dan malah memilih orang lain. Tak seorang pun tega melakukan hal ini, kecuali tak ada cinta di hati Mu Cheng untuk Guang Xi. Mu Cheng menjawab ketika 2 orang bersama, tentu saja saling mencintai. Namun Mu Cheng melihat tak ada masa depan jika terus bersama Guang Xi yang tengah sekarat.
"Jadi kau membuang Guang Xi dan pergi bersama ayah Xiao Le?" seru Yi Qian marah.
"Jadi kau membuang Guang Xi dan pergi bersama ayah Xiao Le?" seru Yi Qian marah.
"Ya," jawab Mu Cheng.
"Lalu bagaimana dengan ayah Xiao Le? Kau bisa menjadi ibu tunggal dan membesarkan Xiao Le. Tapi kau tidak bisa melalui penderitaan bersama Guang Xi?" tuntut Yi Qian.
Mu Cheng mengatakan kelahiran Xiao Le adalah sesuatu yang tak terduga. Ia sendiri yang memutuskan untuk melahirkan Xiao Le setelah meninggalkan Guang Xi dan datang ke Hua Tian. Tapi untuk hidup Guang Xi diluar kuasanya. Mu Cheng tak bisa memperkirakan Guang Xi akan selamat atau tidak. Yi Qian menjadi marah.
"Ketika kau mengajari Xiao Le untuk mengenalimu dan memanggilmu Ibu. Ren Guang Xi yang kau buang, baru saja sadar dari operasi. Kehilangan semua kemampuan kognitifnya dan seperti anak 5 tahun. Dia merasa ketahutan karena tak mengenali ibunya dan dia tak tahu bagaimana mengucapkan kata 'Ibu'. Ketika kau mengajari Xiao Le berjalan. Ren Guang Xi yang kau buang, sendirian dalam ruang pemulihan. Seorang pria dewasa dengan tinggi 180 cm harus belajar bagaimana cara berjalan dan berbicara. Bahkan dia tak bisa menggunakan sendok. Dia mempelajari semuanya lagi dari awal," ucap Yi Qian berapi-api.
Mu Cheng hanya diam saja. Ia baru tahu penderitaan yang dialami Guang Xi pasca operasi. Yi Qian terus saja menyudutkan Mu Cheng dan membuatnya merasa bersalah. Ia mengatakan bahwa hal yang paling menyedihkan bagi Guang Xi adalah ia tak ingat orang yang telah meninggalkannya.
Tuo Ye datang. Ia membela Mu Cheng. Secara tiba-tiba ia mengggenggam tangan Mu Cheng.
"Guang Xi, Hua Tuo Ye dan ayah Xiao Le...Mereka pria yang kau kencani dalam waktu bersamaan? Bagaimana bisa kau memperlakukan Guang Xi seperti ini?" Yi Qian semakin emosi.
"Ya. Apa yang kau pikirkan benar. Tapi itu sudah tak penting lagi. Sekarang dia memilikimu. Masa lalu adalah sesuatu yang harus dilepaskan. Untuknya, aku hanya kenangan yang buruk. Jadi dia tak perlu mengingatnya."
Mereka sepakat jika Guang Xi tak perlu tahu masalah ini. Tuo Ye juga berkata jika Mu Cheng dan Xiao Le adalah tanggung jawabnya. Lalu Guang Xi muncul. Tuo Ye semakin mempererat genggaman tangannya. Untungnya Guang Xi tak sempat mendengar percakapan mereka.
Guang Xi mengangkut barang-barangnya ke dalam mobil. Ia dan Yi Qian berencana kembali ke Tapiei pagi ini. Yi Qian menghampiri Guang Xi dan memeluknya. Ia berjanji akan melindungi Guang Xi.
Kepala Desa datang bersama Chi Xin untuk menyerahkan hadiah pernikahan dari penduduk desa Hua Tian. Chi Xin langsung masuk ke dalam rumah mencari Tuo Ye.
Di dalam Tou Ye memberanikan diri mengakui perasaannya pada Mu Cheng. Ia meminta izin pada Mu Cheng untuk melindunginya dan Xiao Le. Mu Cheng melihat kesungguhan hati Tuo Ye dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya ia mau membuka hatinya untuk Tuo Ye. Saking gembiranya Tuo Ye tak dapat menahan airmatanya. Ia memeluk Mu Cheng dengan rasa terimakasih.
Tanpa sengaja Chi Xin dan Guang Xi melihat mereka yang tengah berpelukan. Chi Xin tak mampu berkata apa-apa. Selama ini ia tahu pria yang dicintainya mencintai wanita lain. Namun seperti dirinya, Tuo Ye selalu menunggu. Jika penantian Tuo Ye berujung, penantian Chi Xin lah yang sia-sia. Hatinya patah seketika itu juga.
Xiao Le sangat sedih melihat Guang Xi yang akan kembali ke Taipei. Ia seperti tak punya semangat. Ia menangis saat Guang Xi mendekatinya. Guang Xi memberikan alamatnya di Taipei dan berjanji akan mengunjungi Xiao Le.
Xiao Le tak juga menghentikan tangisnya. Ia memeluk Guang Xi dan memintanya untuk tetap tinggal. Guang Xi tak kuasa menahan haru. Ia memberikan gelang pandora-nya pada Xiao Le. Jika Xiao Le merindukannya, Xiao Le cukup mengatakan 'Miss Xu...Miss Xu' pada gelang itu. Lalu Guang Xi memakaikan gelang itu di lengan Xiao Le.
Dengan berat hati Guang Xi masuk ke dalam mobilnya. Saat mobilnya perlahan pergi, Xiao Le berlari mengejarnya sambil menangis dan berteriak memanggil namanya. Guang Xi hanya bisa memandang Xiao Le dari kaca spion dan tak dapat lagi membendung tangisnya.
Sepanjang jalan Xiao Le berteriak agar Guang Xi tak pergi. Mobil Guang Xi semakin menjauh. Tuo Ye berhasil menangkap Xiao Le yang lalu menangis tersedu-sedu di pelukannya (sedih banget sampe ikutan nangis).
Dari dalam rumah Mu Cheng sudah berurai airmata mendengar teriakan Xiao Le. Ia juga merasakan kesedihan yang dialami Xiao Le.
"Ketika kau mengajari Xiao Le untuk mengenalimu dan memanggilmu Ibu. Ren Guang Xi yang kau buang, baru saja sadar dari operasi. Kehilangan semua kemampuan kognitifnya dan seperti anak 5 tahun. Dia merasa ketahutan karena tak mengenali ibunya dan dia tak tahu bagaimana mengucapkan kata 'Ibu'. Ketika kau mengajari Xiao Le berjalan. Ren Guang Xi yang kau buang, sendirian dalam ruang pemulihan. Seorang pria dewasa dengan tinggi 180 cm harus belajar bagaimana cara berjalan dan berbicara. Bahkan dia tak bisa menggunakan sendok. Dia mempelajari semuanya lagi dari awal," ucap Yi Qian berapi-api.
Mu Cheng hanya diam saja. Ia baru tahu penderitaan yang dialami Guang Xi pasca operasi. Yi Qian terus saja menyudutkan Mu Cheng dan membuatnya merasa bersalah. Ia mengatakan bahwa hal yang paling menyedihkan bagi Guang Xi adalah ia tak ingat orang yang telah meninggalkannya.
Tuo Ye datang. Ia membela Mu Cheng. Secara tiba-tiba ia mengggenggam tangan Mu Cheng.
"Guang Xi, Hua Tuo Ye dan ayah Xiao Le...Mereka pria yang kau kencani dalam waktu bersamaan? Bagaimana bisa kau memperlakukan Guang Xi seperti ini?" Yi Qian semakin emosi.
"Ya. Apa yang kau pikirkan benar. Tapi itu sudah tak penting lagi. Sekarang dia memilikimu. Masa lalu adalah sesuatu yang harus dilepaskan. Untuknya, aku hanya kenangan yang buruk. Jadi dia tak perlu mengingatnya."
Mereka sepakat jika Guang Xi tak perlu tahu masalah ini. Tuo Ye juga berkata jika Mu Cheng dan Xiao Le adalah tanggung jawabnya. Lalu Guang Xi muncul. Tuo Ye semakin mempererat genggaman tangannya. Untungnya Guang Xi tak sempat mendengar percakapan mereka.
Guang Xi mengangkut barang-barangnya ke dalam mobil. Ia dan Yi Qian berencana kembali ke Tapiei pagi ini. Yi Qian menghampiri Guang Xi dan memeluknya. Ia berjanji akan melindungi Guang Xi.
Kepala Desa datang bersama Chi Xin untuk menyerahkan hadiah pernikahan dari penduduk desa Hua Tian. Chi Xin langsung masuk ke dalam rumah mencari Tuo Ye.
Di dalam Tou Ye memberanikan diri mengakui perasaannya pada Mu Cheng. Ia meminta izin pada Mu Cheng untuk melindunginya dan Xiao Le. Mu Cheng melihat kesungguhan hati Tuo Ye dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya ia mau membuka hatinya untuk Tuo Ye. Saking gembiranya Tuo Ye tak dapat menahan airmatanya. Ia memeluk Mu Cheng dengan rasa terimakasih.
Tanpa sengaja Chi Xin dan Guang Xi melihat mereka yang tengah berpelukan. Chi Xin tak mampu berkata apa-apa. Selama ini ia tahu pria yang dicintainya mencintai wanita lain. Namun seperti dirinya, Tuo Ye selalu menunggu. Jika penantian Tuo Ye berujung, penantian Chi Xin lah yang sia-sia. Hatinya patah seketika itu juga.
Xiao Le sangat sedih melihat Guang Xi yang akan kembali ke Taipei. Ia seperti tak punya semangat. Ia menangis saat Guang Xi mendekatinya. Guang Xi memberikan alamatnya di Taipei dan berjanji akan mengunjungi Xiao Le.
Xiao Le tak juga menghentikan tangisnya. Ia memeluk Guang Xi dan memintanya untuk tetap tinggal. Guang Xi tak kuasa menahan haru. Ia memberikan gelang pandora-nya pada Xiao Le. Jika Xiao Le merindukannya, Xiao Le cukup mengatakan 'Miss Xu...Miss Xu' pada gelang itu. Lalu Guang Xi memakaikan gelang itu di lengan Xiao Le.
"Sangat menyenangkan jika aku memiliki anak yang pengertian dan lucu sepertimu," ucap Guang Xi sedih.
Dengan berat hati Guang Xi masuk ke dalam mobilnya. Saat mobilnya perlahan pergi, Xiao Le berlari mengejarnya sambil menangis dan berteriak memanggil namanya. Guang Xi hanya bisa memandang Xiao Le dari kaca spion dan tak dapat lagi membendung tangisnya.
Sepanjang jalan Xiao Le berteriak agar Guang Xi tak pergi. Mobil Guang Xi semakin menjauh. Tuo Ye berhasil menangkap Xiao Le yang lalu menangis tersedu-sedu di pelukannya (sedih banget sampe ikutan nangis).
Dari dalam rumah Mu Cheng sudah berurai airmata mendengar teriakan Xiao Le. Ia juga merasakan kesedihan yang dialami Xiao Le.
Guang Xi dan Yi Qian sampai di Taipei. Direktur Fang menyambut kedatangan putranya dengan omelan. Yi Qian membela Guang Xi. Ia berkata akan segera menghadap ayahnya untuk meminta maaf. Direktur Fang tak mau memperpanjang masalah. Ia meminta mereka melupakan kejadian di desa Hua Tian dan fokus pada persiapan pernikahan.
Direktur Fang bertanya pada Yi Qian mengenai perubahan sikap Guang Xi selama di Hua Tian. Ia khawatir ingatan Guang Xi pulih. Yi Qian mengatakan Guang Xi berubah karena kebaikan hati penduduk desa.
Baru beberapa menit kembali ke Taipei, Guang Xi sudah merindukan Xiao Le. Tak sengaja kupon reward pemberian Xiao Le terjatuh. Ia tertawa mengingat kebersamaannya bersama Xiao Le.
Yi Qian masuk ke kamarnya. Ia heran melihat Guang Xi tertawa sendirian. Guang Xi menujukkan kupon itu pada Yi Qian. Yi Qian memuji Mu Cheng yang telah mendidik Xiao Le dengan baik. Menurutnya menjadi single parent tidaklah mudah. Untungnya ada Tuo Ye yang menjaga mereka berdua. Guang Xi sependapat jika Tuo Ye akan menjaga mereka dengan baik seperti 6 tahun yang lalu saat Tuo Ye membawa Mu Cheng ke Hua Tian dalam keadaan hamil. Yi Qian agak terkejut mendengar cerita Guang Xi. Ia teringat ucapan Mu Cheng yang mengatakan Xiao Le adalah hal tak terduga yang terjadi setelah ia meninggalkan Guang Xi. Yi Qian merasa ada sesuatu yang ganjil dan mulai bertanya-tanya siapa ayah Xiao Le. Guang Xi juga tak tahu. Yang ia tahu Mu Cheng tak ingin ada hubungan lagi dengan pria ini, makanya ia pergi ke Hua Tian.
Xiao Le masih bersedih dengan kepergian Guang Xi. Ia bertanya pada Mu Cheng, apa Taipei itu jauh. Mu Cheng menjawab lumayan jauh. Ia kembali bertanya apa Guang Xi akan melupakannya. Mu Cheng tersenyum. Ia mengatakan Guang Xi tak akan melupakan Xiao Le. Jika Xiao Le merindukan Guang Xi, cukup membayangkan wajahnya dan Guang Xi juga akan merasakan hal yang sama.
Xiao Le tak mau Guang Xi pergi seperti ayahnya yang tak pernah kembali. Mu Cheng mengingatkan Xiao Le bahwa Guang Xi bukan ayahnya. Xiao Le tak mau mendengar ucapan Mu Cheng. Ia malah menangis dan menginginkan Guang Xi kembali.
Mu Cheng memegangi dadanya. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, ia juga sangat merindukan Guang Xi.
Tuo Ye pulang ke rumah. Ia membuat pengumuman di depan ibunya dan Chi Xin bahwa Mu Cheng menerima lamarannya. Bibi Hua sama sekali tak senang mendengar kabar ini. Bahkan Chi Xin yang tadi pagi sudah melihatnya sendiri tertegun mendengar pengakuan Tuo Ye. Ia menatap Tuo Ye dengan pandangan kosong. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Malah Bibi Hua yang mulai mengomeli Tuo Ye.
Bibi Hua tak segan-segan memukuli putranya. Ia hanya menginginkan Chi Xin yang menjadi menantunya. Tuo Ye berkata Chi Xin sudah dianggapnya seperti saudara. Bibi Hua marah besar. Ia menyuruh Chi Xin juga menghajar Tuo Ye. Chi Xin mencoba berbesar hati. Ia melindungi Tuo Ye dari amukan Bibi Hua. Bibi Hua yang masih marah mengurung Tuo Ye di dalam kamar.
Malam hari Chi Xin mengetuk jendela kamar Tou Ye. Ia menyiapkan kotak makanan untuk Tuo Ye karena khawatir Bibi Hua tak memberinya makan. Ia menasehati Tou Ye agar tak membuat Bibi Hua marah lagi. Tuo Ye tak menyadari bahwa itu pesan terakhir Chi Xin sebelum ia memutuskan pergi. Malam itu juga Chi Xin pergi diam-diam. Ia membawa jimat keberutungan yang dulu pernah diberikan pada Tuo Ye.
Pagi-pagi Bibi Hua sudah membuat keributan setelah menyadari Chi Xin menghilang. Ia hanya menemukan surat yang ditinggalkan Chi Xin. Bibi Hua berlari ke kamar Tuo Ye dan meminta Tuo Ye bergegas mencari Chi Xin.
Tou Ye yang masih tidur terlihat tak peduli. Ia malah kembali melanjutkan tidurnya. Bibi Hua memaksa Tuo Ye bangun. Tuo Ye kesal. Ia meminta ibunya tak mengkhawatirkan Chi Xin. Ia memperlihatkan surat serupa yang pernah ditulis Chi Xin jika sedang marah. Ia berkata Chin Xin akan kembali jika sudah tak punya uang. Tuo Ye sama sekali tak mau repot-repot mencarinya.
Hal serupa terjadi di rumah Mu Cheng. Ia juga mulai panik saat mendapati kamar Xiao Le kosong. Xiao Le tiba-tiba menghilang. Mu Cheng berlari keluar rumah dan bertemu Tuo Ye yang datang mengunjunginya. Ia memberitahu Tuo Ye bahwa Xiao Le menghilang.
Xiao Le yang berhasil kabur dari rumah menyetop sebuah taksi. Ia meminta supir taksi membawanya ke Taipei untuk bertemu Guang Xi. Awalnya supir taksi menolak, karena ia melihat Xiao Le seorang diri. Xiao Le mengatakan ia punya uang lalu menunjukkan celengannya. Ia memohon pada supir taksi dan bahkan mulai menangis. Supir taksi merasa kasihan dan bersedia mengantar Xiao Le ke Taipei.
Kepala Desa mengumumkan hilangnya Xiao Le ke seluruh penjuru desa. Ia meminta warga desa turut membantu mencari Xiao Le. Sementara itu, Mu Cheng dan Tuo Ye mulai menyisiri tempat-tempat yang mungkin didatangi Xiao Le termasuk sekolah TK Xiao Le. Mu Cheng tampak frustasi setelah pencariannya nihil. Ia mulai menangis mengkhawatirkan keselamatan Xiao Le.
Tang Tang datang menghampiri Mu Cheng. Ia memberitahu bahwa Xiao Le pergi ke Taipei mencari Guang Xi.
Taksi yang ditumpangi Xiao Le sampai di depan kantor Guang Xi. Xiao Le turun. Ia memandang gedung kantor Guang Xi dengan senyuman lebar.
"Paman Guang Xi, aku datang. Miss Xu...Miss Xu..."
Xiao Le bergegas masuk ke dalam gedung. Ia menghampiri security untuk menanyakan keberadaan Guang Xi. Bersamaan dengan itu, Direktur Fang berjalan ke arah luar dan tanpa sadar menjatuhkan beberapa lembar dokumen yang dibawanya. Tanpa diminta Xiao Le memunguti dokumen itu dan mengejar Direktur Fang untuk mengembalikannya. Di luar Direktur Fang tiba-tiba terjatuh dan menjatuhkan semua kertas dokumennya. Dengan sigap Xiao Le kembali membantunya. Xiao Le tersenyum dan menasehati Direktur Fang untuk berhati-hati. Untuk pertama kalinya Direktur Fang melihat cucu kandungnya.
Setelah Direktur Fang pergi, Xiao Le baru menyadari map Direktur Fang tertinggal. Ia berlari mengikuti Direktur Fang.
Guang Xi pergi melihat gedung pernikahan bersama Yi Qian. Dari pertama datang pikirannya sudah tak fokus. Ia beralasan pada Yi Qian bahwa ia kelelahan setelah kembali dari Hua Tian. Yi Qian berusaha memakluminya.
Tiba-tiba ponsel Guang Xi berbunyi. Mu Cheng menghubunginya untuk memberi kabar hilangnya Xiao Le serta kemungkinan Xiao Le mencari Guang Xi berdasarkan alamat yang diberi oleh Guang Xi. Mu Cheng terdengar sangat panik karena ia belum memberi suntik insulin pada Xiao Le. Guang Xi menenangkan Mu Cheng. Ia berkata akan kembali ke kantor untuk mengecek keberadaan Xiao Le disana.
Xiao Le mengikuti Direktur Fang sampai ke toko sepatu. Direktur Fang hendak membeli sepatu karena hak sepatunya patah karena terjatuh tadi. Xiao Le menunggu diluar. Ia mulai kelelahan dan wajahnya pucat. Seorang SPG menghampiri Xiao Le dan menanyakan keadaannya. Direktur Fang mendengar percakapan mereka dan heran melihat Xiao Le ada disana. Ia mendekat. Xiao Le segera menyerahkan map miliknya. Direktur Fang berterimakasih karena Xiao Le mengikutinya hanya untuk mengembalikan map itu. Xiao Le berkata dalam ajaran Keluarga Liang nomor 5 jika kita membantu orang lain akan membuat Xiao Le lebih bahagia. Direktur Fang tersenyum melihat kepolosan Xiao Le.
Xiao Le panik karena ia lupa jalan kembali ke kantor Guang Xi. Untuk membalas kebaikan Xiao Le, Direktur Fang bersedia mengantar Xiao Le kembali kesana. Xiao Le kembali berjalan mengikuti Direktur Fang. Ia merasa semakin kelelahan dan wajahnya semakin memucat. Direktur Fang yang belum menyadari wajah pucat Xiao Le, memintanya untuk bergegas. Tiba-tiba saja Xiao Le menggandeng tangan Direktur Fang. Direktur Fang tersenyum dan membiarkan Xiao Le menggandeng tangannya.
Dua orang anak lewat sambil bermain gelembung sabun. Direktur Fang merasa terganggu saat gelembung sabun itu mengenai bajunya. Xiao Le menarik sapu tangannya dan menyerahkannya pada Direktur Fang. Direktur Fang melihat nama Xiao Le yang tersulam di sapu tangannya yang bergambar pesawat luar angkasa.
"Jadi namamu Liang Xiao Le? Kau menyukai pesawat luar angkasa?"
"Ya," jawab Xiao Le.
Direktur Fang mendapat telepon dari supirnya. Setelah itu ia meminta Xiao Le bergegas mengikutinya. Tiba-tiba pandangan Xiao Le kabur dan ia jatuh pingsan.
Direktur Fang syok melihat Xiao Le yang pingsan dan lututnya berdarah cukup banyak karena membentur tangga. Direktur Fang berteriak panik memanggil supirnya. Ia segera melarikan Xiao Le ke rumah sakit.
Guang Xi sampai ke kantornya. Ia bertanya pada security yang membenarkan ada seorang anak datang kesana. Untuk memastikan bahwa anak itu Xiao Le, Guang Xi memutar rekaman CCTV. Mu Cheng datang dan langsung bergabung bersama Guang Xi mengecek rekaman CCTV.
Akhirnya Xiao Le terlihat di CCTV itu. Tapi Mu Cheng mendadak lemas saat tahu rekaman itu berlangsung 3 jam yang lalu. Mu Cheng kembali panik. Guang Xi menyarankan melaporkan hal ini ke polisi. Ia meminta foto Xiao Le. Sayangnya Mu Cheng tak membawa foto Xiao Le. Tuo Ye memecah kebingungan mereka dengan menyerahkan selembar foto yang selama ini selalu tersimpan di dompetnya.
Direktur Fang membawa Xiao Le ke rumah sakit. Yi Qian langsung mengenali Xiao Le. Mereka bergegas membawa Xiao Le ke UGD.
Yi Qian menghubungi Guang Xi untuk memberitahu keberadaan Xiao Le. Yi Qian menceritakan keadaan Xiao Le yang terluka dan butuh transfusi darah. Sebelum menangani Xiao Le, penting baginya untuk tahu medical record kesehatan Xiao Le. Mu Cheng memberitahu password-nya. Yi Qian tertegun setelah membaca catatan kesehatan Xiao Le. Disana tertulis 28 September 2005 sebagai hari kelahiran Xiao Le.
Mu Cheng, Guang Xi dan Tuo Ye berlarian masuk ke rumah sakit dengan tergesa-gesa. Direktur Fang yang tengah menunggui Xiao Le di depan ruang UGD terkejut melihat sosok Mu Cheng yang datang bersama Guang Xi.
Guang Xi melihat ibunya. Ia heran ibunya ada disana. Direktur Fang tak menjawab. Ia masih syok melihat 'penampakan' Mu Cheng setelah 6 tahun yang lalu berhasil disingkirkannya. Mu Cheng dan Tuo Ye juga tak kalah kaget melihat kehadiran Direktur Fang yang tak terduga. Mereka saling membisu. Tinggal Guang Xi yang kebingungan. Ia menatap ibunya dan Mu Cheng secara bergantian.
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Guang Xi bingung.
Tou Ye lagi-lagi bertindak sebagai sosok pelindung bagi Mu Cheng. Ia memeluk Mu Cheng dan berkata tentu saja mengenal Direktur Fang sebagai pemilik Universitas Sheng De. Akhirnya Direktur Fang membuka suaranya. Ia menceritakan kronologisnya sampai Xiao Le berakhir di rumah sakit.
"Siapa mereka?" tanya Direktur Fang.
"Ini ibu Xiao Le. Nona Liang Mu Cheng. Aku tinggal dirumahnya saat aku di desa Hua Tian." Guang Xi mengenalkan Mu Cheng tanpa tahu mereka telah mengenal sebelumnya. Direktur Fang kembali terdiam.
Tuo Ye segera memotong perbincangan ini dengan menanyakan keadaan Xiao Le. Direktur Fang meminta maaf karena tak tahu riwayat kesehatan Xiao Le dengan penyakit diabetes.
Yi Qian keluar dari UGD. Mereka tampaknya punya masalah dengan persediaan darah yang sesuai golongan darah Xiao Le yaitu B. Yi Qian menyarankan Mu Cheng mencari pendonor darah. Mu Cheng mengatakan golongan darahnya O, namun Yi Qian menolak. Dengan penyakit diabetes tipe I, Xiao Le tak boleh menerima darah langsung dari orang tua mereka.
"Siapa diantara kalian yang bergolongan darah B atau O?" tanya Yi Qian pada Guang Xi dan Tuo Ye.
"Aku B."
"Aku O."
Seru Guang Xi dan Tou Ye bersamaan. Spontan Mu Cheng langsung menjawab bahwa Guang Xi tak bisa mendonorkan darahnya dan sebaliknya mengizinkan Tuo Ye. Yi Qian tertegun. Kecurigaannya selama ini ternyata benar.
Guang Xi mulai melayangkan protesnya pada Mu Cheng. "Golongan darahku B, mengapa aku tak bisa mendonorkan darahku? Aku lebih cocok daripada Tuo Ye. Beri aku alasannya?"
Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Guang Xi. Mereka semua bungkam. Mu Cheng dan Yi Qian hanya saling pandang. Guang Xi berlari ke arah Yi Qian. Ia benar-benar ingin mendonorkan darahnya untuk Xiao Le. Mu Cheng was-was. Ia menggeleng lemah pada Yi Qian agar melarang Guang Xi mendonorkan darah untuk Xiao Le yang merupakan anak kandungnya. Yi Qian mengerti. Ia beralasan Guang Xi pernah mengidap tumor dan melakukan operasi, jadi tak dianjurkan menjadi pendonor darah. Mau tak mau Guang Xi menerima alasan Yi Qian.
Yi Qian membawa Tuo Ye untuk pengambilan darah. Sebelum pergi Mu Cheng memohon pada Yi Qian untuk menyelamatkan Xiao Le. Yi Qian mengangguk. Di belakang Mu Cheng, Direktur Fang menatapnya dengan pandangan penasaran. Sedangnya Guang Xi tampak kecewa karena tak bisa mendonorkan darahnya untuk menyelamatkan Xiao Le.
wah, apa derektur fang bakal luluh liat xiao Le????
BalasHapusakhirnya bisa baca ep 13 jg,,,, d tggu lanjutannya ,,,
BalasHapusdewi, thanks ya udah begadang demi pecinta ac (seperti akyu) tetap semangat dan jaga kesehatan biar bisa ngelanjutin sinopnya
BalasHapus@istib : Ok, makasih jg udah mo ngikutin AC. Gpp deh bela2in begadang, hehe...
BalasHapus@ai: tunggu kelanjutannya di episode mendatang, wkwkwk...
sis, kok saya mau liat sinopsisnya gak muncul gambarnya ya??? yang muncul, tulisannya smua. potongan2 gambarnya gak mmuncul. kalo yang lain gitu jug ga?
BalasHapus