Rabu, 24 Agustus 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 3





Yeon Jae menguntit Ji Wook yang secara kebetulan berlibur juga ke Jepang. Takut kepergok, Yeon Jae berlari menghindar dengan menaiki salah satu yacht. Tanpa disangka Ji Wook mengikutinya dan mengejutkan Yeon Jae karena mengenalnya. Yeon Jae tak menyangka pegawai rendahan sepertinya dirinya dikenal oleh Kepala Direktur.
Yacht yang ditumpangi mereka tiba-tiba berlayar. Yeon Jae kehilangan keseimbangan dan oleng. Reflek Ji Wook segera menangkap tubuh Yeon Jae. Insiden itu membuat wajah mereka saling berdekatan. Yeon Jae terpesona melihat ketampanan Ji Wook.

Tenyata dugaan Yeon Jae salah. Ji Wook mengira Yeon Jae adalah tour guide-nya. Ji Wook datang ke Jepang untuk melakukan percobaan atas idenya meluncurkan paket wisata murah guna kepentingan Line Tour. Yeon Jae ingin menjelaskan kesalahpahaman diantara mereka, namun melihat ketampanan Ji Wook tiba-tiba saja ia mengurungkan niatnya.

Ji Wook kurang menikmati perjalanan lautnya. Ia mengajak Yeon Jae segera kembali ke dermaga. Berlayar bagi Ji Wook tak ada yang dilihat kecuali lautan dan udara. Semakin lama berlayar hanya semakin mahal biaya sewa yang harus mereka bayar. Yeon Jae tak sependapat, itulah mengapa mereka harus menikmati perjalanan karena tak setiap saat mereka bisa berlayar dengan yacht.

Ji Wook masuk ke dalam yacht. Yeon Jae menikmati udara lautan. Teringat pekerjaan barunya sebagai tour guide, Yeon Jae menyusul Ji Wook ke dalam. Yeon Jae mendapati Ji Wook terlelap di kamar. Kesempatan ini digunakannya untuk mengagumi wajah ganteng Ji Wook. Bertemu dengan Ji Wook secara tak terduga, Yeon Jae merasa hidupnya tak terlalu buruk. Ia meminta maaf pada Miss Lee, tour guide Ji Wook yang sebenarnya.


Miss Lee asli terlihat kebingungan di dermaga. Dandanannya aneh banget dengan bandana besar plus eyeliner tebal. Ia menghubungi agen travel karena belum bertemu dengan Ji Wook. Agen travel segera menghubungi Ji Wook untuk konfirmasi.


Ji Woo terbangun karena ponselnya berbunyi. Yeon Jae segera bersembunyi. Telepon itu bukan berasal dari agen travel. Dari nada bicara Ji Wook yang terlihat enggan, sepertinya Sang Woo yang menghubunginya. Ji Wook kesal karena Sang Woo ikut ke Jepang hanya untuk mengawasinya atas perintah Presiden Kang.

Yeon Jae dan Ji Wook kembali ke dermaga. Ji Wook bertanya apa lagi yang harus mereka lihat. Yeon Jae gelagapan. Ponsel Ji Wook berbunyi lagi. Kali ini dari agen travel. Ji Wook belum menyadari telah salah mengenali orang. Ia malah menegaskan sudah bertemu dengan Miss Lee. Disampingnya Yeon Jae terlihat panik.


Di rumah sakit, suster dan dokter magang sibuk membicarakan Eun Suk yang mirip dengan salah satu tokoh kartun web. Mereka yakin karakter dokter yang berperangai buruk dalam cerita komik itu adalah Eun Suk. Salah satu dari mereka membela Eun Suk yang tak seburuk tokoh kartun itu. Mendadak Eun Suk muncul. Tak mau kena semprot mereka menyembunyikan hal itu dari Eun Suk.
Bersama 4 dokter magang, Eun Suk mulai mengontrol pasien-pasiennya. Eun Suk terkenal dengan sikapnya yang dingin. Menangani pasiennya pun ia tak menghilangkan sikapnya itu. Tak ada sikap ramah yang seharusnya mencitrakan seorang dokter. Bahkan tanpa tedeng aling-aling mengucapkan kata-kata kejam mengenai kondisi pasiennya. Hampir semua pasien tak menyukainya. 


Seorang pasien wanita mengejar Eun Suk di koridor. Hanya wanita muda itu yang terlihat mengagumi Eun Suk. Terakhir Eun Suk mengecek pasien Kim Yoo Soon yang koma. Melihat tak ada harapan hidup, dengan gampangnya Eun Suk menyarankan kepada suaminya untuk membawa istrinya pulang. Tuan Kim mengejar Eun Suk. Ia tak mau menyerah dengan kondisi istrinya. Eun Suk mengingatkan bahwa istrinya telah dirawat selama 8 tahun dan tak ada kemajuan sama sekali. Tuan Kim tak peduli walaupun harus menunggu selama 20 tahun. Ia memohon agar Eun Suk bersedia meneruskan pengobatan untuk istrinya. Eun Suk tetap pada pendiriannya. Delapan tahun waktu yang cukup untuk menyerah.


Yeon Jae dan Ji Wook pergi menonton pertunjukkan kesenian. Setelah itu Yeon Jae membawa Ji Wook melihat pohon Kajimaru. Dalam bahasa Korea pengucapan Kajimaru terdengar seperti 'jangan pergi'. Yeon Jae membuat lelucon dengan kata-kata itu. Ji Wook hanya tersenyum simpul dan malah melengos pergi. Yeon Jae mampir ke toko es krim. Di Okinawa terkenal dengan sweet potato ice cream. Yeon Jae menyarankan Ji Wook untuk mencobanya. Ji Wook kurang berminat. Ia berpikiran datang ke Jepang untuk bekerja bukan untuk makan.
"Bukankah kau membuat gagasan apa yang bagus untuk liburan? Bagaimana kau bisa tahu tanpa mencobanya? Kau harus mencobanya, memakannya dan melihat apakah hal-hal itu cukup menyenangkan untuk orang lain." Yeon Jae memberi masukan. Ia ngotot mentraktir Ji Wook es krim.


Miss Lee tak sabar menunggu Ji Wook. Ia kembali menghubungi agen travel dan mulai mengomel. Agen travel kebingungan karena tadi Ji Wook mengaku telah bertemu dengan Miss Lee. 


Ji Wook kembali dihubungi oleh agen travel. Kali ini Ji Wook yang kebingungan. Ia menoleh pada Yeon Jae dan kembali menegaskan telah bertemu dengan Miss Lee. Yeon Jae ketakutan. Tiba-tiba saja seorang pria tak dikenal menabrak Ji Wook dan menjatuhkan ponselnya. Ji Wook memungut ponselnya dan baru sadar dompetnya telah raib. Pria itu telah mencopet dompetnya. Yeon Jae hendak mengejar pencopet itu. Ji Wook segera menyambar tangannya.
"Apa yang kau lakukan? Tak apa-apa. Hanya ada card dan uang didalamnya," cegah Ji Wook.
"Jadi kau membiarkan pencopet mengambil barang milikmu seperti itu?" seru Yeon Jae tak terima.

Yeon Jae nekat mengejar pencopet itu. Mau tak mau Ji Wook ikut mengejarnya. Yeon Jae berteriak memanggil pencopet itu. Si pencopet terus berlari tanpa memperhatikan jalan di depannya. Akibatnya ia menabrak seseorang yang tengah mengangkut kardus. Yeon Jae menyerbu. Ia memukuli pencopet itu dan meminta dompet Ji Wook dikembalikan. Pencopet itu berusaha kabur hingga membuat Yeon Jae terjatuh. Ji Wook muncul. Yeon Jae segera menyuruh Ji Wook mengejar pencopet itu tanpa mempedulikan dirinya yang terluka.

Yeon Jae tertatih-tatih mencari kemana arah si pencopet kabur. Tanpa disangka si pencopet berlari ke arahnya. Yeon Jae mencopot sepatunya dan melemparkannya pada si pencopet. Namun lemparannya meleset dan malah mengenai pelipis Ji Wook yang berlari di belakang si pencopet. Ji Wook ambruk sambil meringis kesakitan. Yeon Jae syok lemparannya salah sasaran. Ia bergegas mendekati Ji Wook.
Si pencopet merasa aman. Tak terduga Tuan Murakawa menghadangnya. Murakawa adalah pria botak dengan tato gambar kartun yang pernah bertemu dengan Yeon Jae ketika salah kamar di hotel.
"Menyingkirlah. Ini teritori Inagawa!" Ancam pencopet itu.
"Yakuza Tokyo," ucap Murakawa tanpa rasa takut.
Mereka terlibat perkelahian. Pencopet itu memilih mundur dan kabur. Murakawa mengambil dompet Ji Wook yang terjatuh lalu melemparkannya pada Ji Wook. Kemudian ia pergi tanpa berbicara sepatah katapun.

Ji Wook kesakitan sambil memegangi pelipisnya yang terluka. Yeon Jae merasa bersalah.
"Apa sangat sakit?" tanyanya.
"Lalu apa ini seharusnya tak sakit?" jawab Ji Wook kesal.
Yeon Jae hendak menyentuh luka di pelipis Ji Wook. Ji Wook mengelak. Merasa letih Ji Wook berencana mengakhiri perjalanan mereka hari ini dan dilanjutkan esok hari. Yeon Jae memohon agar mereka pergi ke satu tempat lagi. Ia memegangi perutnya yang keroncongan.
Yeon Jae mengajak Ji Wook makan di salah satu restoran yang terkenal di Okinawa. Yeon Jae menyodorkan es batu untuk mengompres pelipis Ji Wook. Ji Wook yang tahu Yeon Jae terluka mengunakan es batu itu untuk mengompres lengan Yeon Jae. Mereka memesan sepiring Ikasumi Yakisoba. Sejenis mie yang tampilan warnanya hitam karena tinta cumi-cumi (mirip jajangmyun). Ji Wook tertawa melihat mulut Yeon Jae yang menghitam. Yeon Jae mengira Ji Wook tertawa karena mendengar nama mie itu yang terdengar lucu. Ia malah membuat beberapa lelucon. Ji Wook semakin tertawa keras. Yeon Jae baru sadar mulut dan gigi Ji Wook menghitam.
"Jadi kau tertawa karena mulutku?" gerutu Yeon Jae.
"Apa kau berpikir aku tertawa karena leluconmu?" tanya Ji Wook balik.


Hye Won di transfer untuk menggantikan posisi Yeon Jae. Manager mengeluh karena berharap pegawai yang menggantikan Yeon Jae seharusnya lebih muda. Hye Won hanya menghela nafas kesal. Manager menyuruh Kepala bagian, Yoon Bong Sil menunjukkan meja kerja untuk Hye Won. Insiden tak sengaja terjadi. Kepala Bagian Yoon melihat strapples di kursi yang hendak di duduki Hye Won. Reflek ia mengambil stapples itu tepat bersamaan Hye Won mendaratkan tubuhnya. Hye Won syok karena mengira mendapat pelecehan seksual.


Yeon Jae dan Ji Wook melanjutkan perjalanan mereka ke sebuah pantai. Yeon Jae meluapkan kegembiraannya dengan berlarian ke arah pantai. Ji Wook melihat karang dengan lubang di tengahnya. Iseng ia mengintip karang itu. Tiba-tiba Yeon Jae muncul di arah seberang. Ji Wook tak dapat menahan senyum. Yeon Jae menghampiri Ji Wook dan memberinya seekor keong. Lalu ia berlari lagi ke arah pantai. Ji Wook tertawa melihat tingkah Yeon Jae.


So Kyeong bertemu dengan kakak lelakinya. Hubungan mereka kurang harmonis. Kakaknya tahu So Kyeong selalu bermasalah dengan pria. Ia memperingatkan So Kyoeng agar berhati-hati dengan Ji Wook.


Yeon Jae dan Ji Wook kembali ke hotel. Yeon Jae berniat memberitahu Ji Wook bahwa dirinya bukanlah Miss Lee, tour guide Ji Wook yang sebenarnya.
"Mungkin aku bukan Miss Lee yang kau pikir."
"Apa maksudmu?" tanya Ji Wook tak mengerti.
Yeon Jae hendak menjelaskan, tapi tiba-tiba Miss Lee yang asli muncul. Ia langsung menyapa Ji Wook dan mengaku kesulitan menghubungi Ji Wook.
"Siapa kau?" tanya Ji Wook bingung.
"Aku yang seharusnya menjadi tour guide-mu hari ini. Lee Joo Yung," jawab Miss Lee.
Yeon Jae tegang. Ji Wook bertambah bingung karena di hadapannya ada 2 orang yang mengaku sebagai Miss Lee. Yeon Jae menjelaskan bahwa dirinya bukan Miss Lee yang ingin ditemui Ji Wook.
"Lalu mengapa kau pergi denganku hari ini?" tuntut Ji Wook pada Yeon Jae.
"Aku tak punya kesempatan untuk menjelaskan...." Yeon Jae kebingungan memberikan alasan. "Aku terlalu senang. Tapi sebenarnya aku juga Miss Lee. Lee Yeon Jae."
Miss Lee mengomeli Yeon Jae. Ia curiga Yeon Jae punya motif jahat terhadap Ji Wook. Ia menuduh Yeon Jae sebagai penipu atau orang yang hanya ingin memoroti uang Ji Wook. Tentu saja Yeon Jae menyangkal. Ji Wook menghentikan perdebatan.
"Hentikan! Kita akan bertemu besok disini?" tanyanya.
"Ya. Saat  sarapan jam 8 pagi," jawab Miss Lee.
Ji Wook langsung pergi. Ia jelas marah. Yeon Jae mematung di tempatnya berdiri. Ia tak bermaksud membohongi Ji Wook.


So Kyeong melamun di kamarnya. Ia kembali bernostalgia dengan memandangi fotonya dan mantan pacarnya di dalam ponsel. So Kyeong merasa sudah saatnya melupakan mantan pacarnya yang ternyata hanya memanfaatkan kekayaan keluarganya saja. So Kyeong menghapus semua foto-foto itu. Sepertinya ia mulai memantapkan hatinya menerima pernikahannya dengan Ji Wook.


Yeon Jae menghubungi ibunya. Ibu Yeon Jae masih marah padanya karena pertengkaran mereka tempo hari setelah Yeon Jae menolak perjodohan lewat biro jodoh. Ibu Yeon Jae marah-marah karena Yeon Jae asyik berlibur sementara ia harus mengurusi closet yang mampet.


Yeon Jae berjalan-jalan seorang diri di sekitar hotel. Ia melihat sepasang kekasih tengah berlatih berjalan di altar didalam capel. Yeon Jae merasa iri melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah calon mempelai itu. Murakawa yang menolongnya tadi pagi ternyata juga ada disana sambil menerawang ke arah sepasang kekasih itu. Yeon Jae mendatangi Murakawa. Kesempatan ini digunakan Yeon Jae untuk mengucapkan terimakasih. Murakawa memandang Yeon Jae tanpa ekspresi. Yeon Jae menjadi jengah. Yeon Jae mencoba berbasa-basi mengomentari sepasang kekasih di dalam ruangan itu. Murakawa malah pergi.

Yeon Jae kembali berjalan-jalan di pinggir kolam renang sambil menghitung bintang di langit. Yeon Jae berharap ada bintang jatuh sehingga ia bisa membuat harapan. Yeon Jae syok saat tiba-tiba Ji Wook sudah berdiri di hadapannya.
"Aku minta maaf. Jika aku sudah mengacaukan jadwalmu." Yeon Jae meminta maaf.
Ji Wook sudah tak mempermasalahkan hal itu lagi karena selama tur Yeon Jae menunjukkan tempat-tempat wisata yang menarik.
"Besok kau akan pergi dengannya?" tanya Yeon Jae.
"Tentu saja," jawab Ji Wook cepat.
Yeon Jae memberi masukan. Apa yang dilakukan Ji Wook di Jepang seharusnya bukan semata-mata hanya untuk pekerjaan.
"Tanpa mencobanya...Tanpa bersenang-senang...Bagaimana bisa kau memberitahu orang lain bahwa itu akan menjadi liburan yang baik? Jangan menganggapnya sebagai pekerjaan dan hanya bersenang-senanglah. Cara itu dapat memunculkan ide liburan yang lebih baik. Tur wisata yang kau buat dengan mengambil perjalanan ke Jepang mungkin saja menjadi liburan yang pertama untuk orang lain. Dan untuk yang lainnya sebelum dia mati, mungkin menjadi liburan terakhirnya."
Ji Wook termenung.


Eun Suk dipanggil menghadap Dokter Kepala. Mereka membahas kesediaan Yeon Jae untuk mencoba naturopathic treatment, pengobatan kanker terbaru yang sedang dikembangkan oleh rumah sakit. Eun Suk memberitahu jika Yeon Jae menunda pengobatan. Dokter Kepala meminta Eun Suk menghubungi Yeon Jae dan meyakinkannya untuk melakukan pengobatan segera mungkin.

Di kantornya Eun Suk mencoba menghubungi Yeon Jae. Namun ia teringat perkataan Yeon Jae terakhir kali saat bertemu dengannya. Yeon Jae marah dengan sikap dingin Eun Suk yang kurang peka terhadap perasaannya yang hancur saat itu. Yeon Jae berharap tak ditangani oleh dokter seperti Eun Suk. Kata-kata Yeon Jae mengurungkan niat Eun Suk menghubunginya.


Ji Wook bertemu dengan Miss Lee di lobby hotel. Dandanan Miss Lee masih saja aneh. Ji Wook baru menyadarai dandanan Miss Lee yang nyeleneh. Mereka berencana pergi snorkeling, namun Miss Lee datang dengan dress putih panjang dengan make up berat. Miss Lee enggan ikut menyelam ke laut karena takut cahaya matahari merusak kulitnya.
Yeon Jae lewat. Ia memberi salam pada Ji Wook yang menoleh padanya. Kemudian melangkah keluar. Ji Wook tampak berpikir. Tiba-tiba saja ia membatalkan rencana kepergiannya bersama Miss Lee. Orang seperti Miss Lee rasanya tak cocok menjadi tour guide untuknya.

Ji Wook berlari mengejar Yeon Jae. Di luar Yeon Jae hendak pergi dengan taksi. Ji Wook menerobos masuk ke dalam taksi sebelum Yeon Jae menutup pintu. Yeon Jae jelas terkejut.
"Dibandingkan dengan Miss Lee yang asli, aku pikir akan lebih menyenangkan dengan yang palsu," ucap Ji Wook menjawab wajah kebingungan Yeon Jae.


Yeon Jae dan Ji Wook ber-snorkeling bersama. Setelah itu mereka menikmati hamparan lautan biru yang menakjubkan. Ji Wook menilai Yeon Jae pasti sangat menikmati hidupnya karena apapun yang dilihatnya terlihat menyenangkan.
Yeon Jae membenarkan. "Hidup itu sangat menyenangkan. Aku tak pernah bermimpi hari seperti ini akan terjadi selama hidupku."
"Ada apa dengan hari ini?" tanya Ji Wook.
"Siapa aku...Apa yang terjadi denganku. Hari ini adalah sebuah hari dimana aku tidak akan melupakan semuanya," jawab Yeon Jae.


Eun Suk menyuruh suster menghubungi Yeon Jae untuk mengkonfirmasikan mengenai pengobatan kanker-nya. Namun sayang Yeon Jae tak menjawab teleponnya. Eun Suk meminta suster itu terus menghubungi Yeon Jae sampai berhasil.


Tuan Kim yang istrinya koma kembali memohon agar Eun Suk bersedia meneruskan pengobatan untuk istrinya. Ia bersedia membayar berapapun besarnya biaya pengobatan itu. Eun Suk tetap angkat tangan. Memaksa pasien untuk terus bertahan, Eun Suk merasa tak adil untuk si pasien sendiri. Tanpa diduga Kim Yoo Soon terbangun dari koma-nya. Mereka sama-sama syok dengan keajaiban itu. Namun Eun Suk malah pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun (mulai sebel deh sama tingkah si dokter ini). Kim Yoo Soon langsung ambruk. 


Yeon Jae dan Ji Wook melanjutkan perjalanan mereka dengan mengunjungi capel wedding yang merupakan salah satu tujuan wisata yang terkenal di Okinawa. Yeon Jae dan Ji Wook berkesempatan melihat langsung sepasang kekasih mengikat janji pernikahan di capel itu.

Ji Wook menyaksikan prosesi pernikahan itu dengan serius. Tak sengaja Yeon Jae melihat Murakawa berdiri di luar sambil memandang haru pada kedua mempelai. Sesekali Murakawa mengusap matanya. Yeon Jae menatapnya dengan keheranan.

Setelah acara pernikahan usai, Yeon Jae masih saja memikirkan Murakawa. Ji Wook menahan langkah Yeon Jae. Ia menunjuk rombongan pria yang berjalan ke arah mereka. Salah satu pria itu adalah si pencopet yang tempo hari gagal mencopet dompet Ji Wook. Sepertinya si pencopet itu tengah mengawal bosnya seorang Yakuza. Yeon Jae langsung teringat pada Murakawa. Yeon Jae bergegas menghampiri Murakawa untuk memperingatkannya. Yeon Jae menyuruh Murakawa menghindar. Namun terlambat. Rombongan Yakuza telah mendekat. Selain mengenali Murakawa, si pencopet juga masih mengenali Yeon Jae dan Ji Wook.
"Hey, Murakawa. Aku tak percaya kau datang kembali ke pulau ini," seru sang Yakuza.
"Jangan membuat kekacauan disini. Ada pernikahan disini," balas Murakawa.
"Haruskah aku membuatnya menjadi pemakamanmu?" ancam Yakuza.

Yeon Jae mulai ketakutan.
"Tidakkah kau berpikir lebih baik jika kita kabur sekarang?" saran Yeon Jae pada Ji Wook.
"Kenapa? Kita bukan orang yang membuat masalah disini?" elak Ji Wook.
"Aku pikir lebih baik jika kita kabur," Murakawa setuju dengan saran Yeon Jae.
Ji Wook yang tak mengerti bahasa Jepang bertanya pada Yeon Jae (lupa kasih tahu kalo Yeon Jae fasih berbahasa Jepang). Yeon Jae menerjemahkan ucapan Murakawa.
"Tapi kenapa?" Ji Wook tetap ngeyel.
Tanpa aba-aba Murakawa kabur duluan. Yeon Jae menyusul kemudian. Tinggal Ji Wook yang kebingungan. Rombongan Yakuza mendekatinya dengan wajah garang. Ji Wook langsung mengambil langkah seribu. Mereka saling kejar-kejaran.
"Mengapa kita harus melarikan diri? Apa kita melakukan kesalahan?" teriak Ji Wook dibelakang Yeon Jae.
"Mereka ada di belakang kita. Tak peduli kenapa, lari saja!" seru Yeon Jae terengah-engah.
Murakawa berlari ke arah pantai. Ia naik ke atas boat dan segera menjalankan mesinnya. Ia berteriak memanggil Yeon Jae dan Ji Wook yang masih jauh di belakang. Yeon Jae sempat terjatuh. Untung saja Ji Wook sigap dengan menolongnya. Mereka berhasil naik ke boat. Salah satu dari anak buah Yakuza berhasil mengejar mereka. Ia melompat ke dalam boat. Ji Wook menghajarnya dan menceburkannya ke laut. Yeon Jae terkagum-kagum sambil memberinya applaus.

Akhirnya mereka berhasil melarikan diri. Yeon Jae menarik nafas lega.
"Kemarin pencopet. Hari ini Yakuza. Apa ada orang lain yang memiliki perjalanan seperti ini?" protes Ji Wook.
"Siapa yang tahu akan menjadi seperti ini?" sanggah Yeon Jae.


Eun Suk mendapat panggilan darurat dari kamar pasien Kim Yoo Soon yang tiba-tiba kritis. Eun Suk dan para suster berlarian masuk ke kamar Kim Yoo Soon yang mengalami cardiac arrest (perhentian jantung). Eun Suk segera mengambil tindakan CPR.


Murakawa membawa Yeon Jae dan Ji Wook ke kampung halamannya di Inagaya. Sudah 25 tahun Murakawa meninggalkan kampung halamannya. Kepulangan Murakawa disambut keharuan oleh ayahnya. 

Murakawa bercerita pada Yeon Jae dan Ji Wook jika ia menghilang karena orang-orang di Inagaya mencoba membunuhnya. Murakawa menjadi tertuduh penyebab kematian Shuuske. Murakawa mengaku tak pernah melakukan pembunuhan itu. Ia menyebut kematian Shuuske adalah sebuah kecelakaan. Selama 25 tahun Murakawa melarikan diri ke Tokyo. Alasan Murakawa kembali ke Inagaya karena ingin menyaksikan pernikahan putrinya, Erica. Yeon Jae sibuk menerjemahkan ucapan Murakawa pada Ji Wook. Mengingat putri yang sudah diterlantarkannya membuat Murakawa tak dapat menahan tangis. Yeon Jae menunjukkan empatinya dengan menepuk-nepuk bahunya. Murakawa menyuruh Yeon Jae dan Ji Wook tidur. Ia telah menyiapkan sebuah kamar. Yeon Jae langsung protes.
"Apa tak ada kamar lagi?" tanya Yeon Jae.
'Tidak," sahut Murakawa tajam kemudian berlalu pergi.
Ji Wook mencolek Yeon Jae. Ia bertanya apa yang barusan Murakawa bilang. Yeon Jae menatap Ji Wook dengan jengah.


Dokter Kepala memanggil Eun Suk untuk meminta pertanggungjawabannya atas kematian Kim Yoo Soon. Dokter Kepala khawatir kematian Kim Yoo Soon akan membawa masalah untuk rumah sakit. Kim Yoo Soon meninggal tepat setelah pengobatan dihentikan. Tim dokter tahu penyebab kematian Kim Yoo Soon bukan karena pengobatannya yang dihentikan, namun hal ini akan membuat keluarganya salah paham. Suami Kim Yoo Soon bisa saja menuduh Eun Suk yang telah membunuh istrinya. Eun Suk sama sekali tak memikirkan sejauh itu. Dokter Kepala meminta Eun Suk menenangkan suami pasien.


Tuan Kim terpekur menangis di lantai rumah sakit. Suster memberitahu Eun Suk, Tuan Kim tak mau beranjak dari tempatnya. Eun Suk mendekat. Benar saja begitu melihat Eun Suk, Tuan Kim langsung menuduh Eun Suk sebagai penyebab kematian istrinya. Tuan Kim meradang. Ia menarik kerah baju Eun Suk dan menyudutkannya ke tembok.
"Dia ingin hidup tapi dia mati karena kau. Kau membunuhnya!" seru Tuan Kim kalap.
"Lepaskan aku!" Teriak Eun Suk. "Aku bilang lepaskan aku!"
Eun Suk melempar tubuh Tuan Kim yang langsung jatuh tersungkur ke lantai. Tuan Kim menangis sesenggukan meratapi kematian istrinya dan terus-terusan menyalahkan Eun Suk. Eun Suk mulai kesal.
"Karena seseorang ingin hidup, apa itu berarti setiap orang dapat bertahan hidup? Jika ada kekuatan, dapatkah seseorang hidup selamanya? Jika kau berkata seperti itu, siapapun tak akan mati di rumah sakit ini? Tolong hentikan ini!" Seru Eun Suk tegas.
Eun Suk berbalik. Tanpa disangka semua orang sudah memenuhi lorong dibelakangnya. Baik pasien maupun orang-orang yang tengah berkunjung keluar dari kamar masing-masing setelah mendengar keributan. Eun Suk tercengang. Semua orang rasanya memandangnya sebagai dokter yang kejam, yang tak berperasaan. Eun Suk berjalan melewati mereka dengan menahan malu.


Yeon Jae dan Ji Wook masuk ke dalam kamar mereka. Disana sudah disediakan setumpuk selimut dengan 2 bantal layaknya kamar sepasang suami istri. Mereka langsung merasa tak nyaman dengan situasi di kamar itu. Akhirnya mereka sepakat membagi 2 selimut dan bantal. Mereka mengambil posisi dengan menjaga jarak.
"Kau tak berpikir ini lucu?" tanya Yeon Jae sambil senyum-senyum.
"Apa?" tanya Ji Wook balik.
"Ini seperti film tahun 70-an. Kita pergi untuk bermain. Tapi karena kapal berhenti berlayar, jadi kita tidur di dalam kamar yang sama."
Ji Wook tersenyum.
"Sebenarnya, ketika orang tuaku berkencan. Ayahku membawa ibuku ke suatu tempat dan sengaja membuat kapal mogok. Lalu mereka tidur di dalam kamar yang sama dan melakukan ciuman pertama mereka. Ibuku sepenuhnya jatuh ke dalam trik ayahku. Well, itu adalah cerita ketika aku dikandung malam itu," kisah Yeon Jae.
Ji Wook menatap Yeon Jae lurus. Yeon Jae merasa ada yang salah dengan ceritanya. Ia langsung terdiam. Ji Wook buru-buru keluar untuk mencari udara segar. Sepeninggal Ji Wook, Yeon Jae merasa menyesal telah salah memilih cerita. Di luar Ji Wook baru bisa tersenyum.

Seorang gadis Jepang berdendang dengan memainkan alat musik. Yeon Jae dan Ji Wook menikmati nyanyian itu di tempat terpisah. Setelah nyanyian berhenti Ji Wook kembali ke kamar. Yeon Jae pura-pura tertidur. Ji Wook merebahkan diri di samping Yeon Jae.
Tengah malam Yeon Jae terbangun. Ia berbalik menghadap Ji Wook. Diam-diam Yeon Jae mengagumi wajah sempurna Ji Wook. Ji Wook memiringkan tubuhnya. Yeon Jae semakin leluasa memandangi wajah Ji Wook yang terlelap. Tiba-tiba saja Ji Wook membuka matanya. Yeon Jae terhenyak.
"Kenapa?" tanya Ji Wook.
"Kau bangun," lirih Yeon Jae. Karena malu Yeon Jae segera berbalik dan berpura-pura tidur lagi.


Pagi hari mereka menikmati udara pedesaan sambil berjalan-jalan. Ji Wook bercerita ketika SD, ia pernah tinggal di desa seperti ini. Setiap pagi Ji Wook berjalan kaki menuju sekolahnya seperti jalanan yang mereka lalui sekarang ini. Saat itu Ji Wook mengaku sangat senang ketika pergi ke sekolah. Di jalan ia bisa menangkap capung dan tetesan embun. Ji Wook berkata ada banyak hal-hal menyenangkan di jalanan.
Mereka berjalan menuju pantai. Matahari baru saja terbit. Yeon Jae terperangah melihat pemandangan di pantai itu.
"Ya Tuhan! Akhirnya kita kesini," pekiknya girang. "Aku melihatnya di dalam mimpiku. Aku datang kesini untuk mencari tempat ini. Dan akhirnya aku berhasil."
Saking gembiranya, Yeon Jae langsung menceburkan dirinya ke laut. Yeon Jae merasa mimipinya seperti ramalam untuknya. Kemudian ia teringat sesuatu.
"Apa kau pernah bersekolah di luar negeri?" tanyanya.
Ji Wook mengangguk.
"Ketika kau sekolah di luar negeri, apa kau punya nama Inggris?" tanya Yeon Jae penasaran.
"Willie," jawab Ji Wook.
"Willie?" ulang Yeon Jae. "William?" tanya Yeon Jae penuh harap.
"Tidak, hanya Willie," sahut Ji Wook.
Yeon Jae agak kecewa. Mimpinya meleset sedikit.


Yeon Jae dan Ji Wook berdiri di tengah lubang karang. Yeon Jae bercerita jika keluarganya gemar bepergian, terutama ayahnya. Ji Wook menyarankan Yeon Jae untuk datang lagi kesini bersama orang tuanya. Mungkin saja Yeon Jae akan pergi menggunakan paket wisata dari Line Tour.

"Kau tak mungkin bertemu dengan ayahku. Dia sudah meninggal." Mata Yeon Jae berkaca-kaca. "Kau harus datang kesini dengan orangtuamu suatu hari nanti. Customer pertama dari paket liburan ini mungkin saja orang tuamu?"
"Aku tak mungkin datang kesini dengan ibuku. Dia sudah meninggal."
Yeon Jae terdiam. Mereka memiliki nasib yang sama ditinggalkan orang-orang tercinta.


Hujan mengguyur Inagaya pagi itu. Yeon Jae dan Ji Wook berteduh di bawah pohon rindang. Yeon Jae merasa hujan akan lama berhentinya.
"Kita tak bisa tinggal disini terus," ucap Ji Wook memutuskan berhujan-hujan ria. "Ayo..."
Yeon Jae agak ragu.
"Bukankah kau menyukai hujan saat kau masih kecil? Aku sungguh menyukainya. Keluarlah!" Ajak Ji Wook lagi yang sudah basah kuyup.
Yeon Jae akhirnya keluar. Ji Wook menggandeng tangan Yeon Jae. Mereka berlarian menantang hujan. 


So Kyeong bertemu dengan calon mertuanya, Presiden Kang. Mereka membicarakan masalah kerjasama dua perusahaan antara Line Tour dan Seojin Group. Dari calon mertuanya, So Kyeong baru tahu jika Ji Wook tengah pergi ke Jepang. So Kyeong langsung mengatur ulang jadwalnya.


Yeon Jae dan Ji Wook menonton perlombaan minum bir. Ji Wook tertarik untuk mengikuti lomba itu. Ia juga mengajak Yeon Jae untuk ikut. Para peserta diwajibkan menghabiskan segelas besar bir dalam waktu tercepat. Perlombaan dimulai. Ji Wook dan Yeon Jae saling menyemangati. Baru setengah gelas Ji Wook sudah tak kuat. Ia menyerah. Disampingnya Yeon Jae terus minum tanpa berhenti. Ji Wook ternganga. Ia malah bergantian menyemangati Yeon Jae. Yeon Jae menghabiskan birnya bersamaan dengan kontestan pria. Namun akhirnya juri memutuskan Yeon Jae lah yang memenangkan perlombaan. Yeon Jae dan Ji Wook melompat kegirangan. 


Yeon Jae mendapatkan hadiah sebuah kalung. Ji Wook mengeluh karena hadiah utamanya hanya sebuah kalung. Yeon Jae tak sependapat. Ia menyukai kalung itu. Yeon Jae berusaha memakai kalung itu. Namun karena mabuk, Yeon Jae mengalami kesulitan. Ji Wook menawarkan diri membantu memasangkan kalung itu. Hal itu membuat wajah mereka saling berdekatan. Mereka saling berpandangan dalam diam. Yeon Jae semakin merapat ke wajah Ji Wook. Namun tiba-tiba ia cegukan. Ji Wook juga ketularan. Mereka tertawa geli.


Yeon Jae dan Ji Wook kembali ke hotel. Mereka tampak semakin akrab. Tanpa disadari So Kyeong sudah ada disana. So Kyeong sengaja menyusul Ji Wook ke Jepang. So Kyeong memandangi keakraban mereka dengan pandangan tajam. Yeon Jae dan Ji Wook asyik mengobrol hingga tak menyadari kehadiran So Kyeong.
So Kyeong berjalan ke arah mereka. Ji Wook tengah menakut-nakuti Yeon Jae tentang Yakuza yang mungkin saja ada di hotel. Yeon Jae termakan tipuan Ji Wook. Ia mulai ketakutan.
"Benarkan? Dimana?" serunya panik.
"Disana! Disana!" Tanpa sadar Ji Wook menunjuk ke arah So Kyeong yang tengah berjalan mendekati mereka.
Yeon Jae menoleh ke arah So Kyeong. Ia terperanjat begitu melihat kehadiran So Kyeong.
"Apa yang kalian lakukan berdua?" tanya So Kyeong dengan tatapan bengis.
"Siapa kau?" tanyanya tajam pada Yeon Jae.
Wajah Yeon Jae pias. 

4 komentar:

  1. ditunggu kelanjutannya.....yang Romance Town juga...pokoknya suka sinopsis yg ditls ma Dewi,Semangaaaatt...^_^

    BalasHapus
  2. ceritanya lucu :)
    kutunggu episode 4 Scent of A Woman ,, secepatnya ya :D

    BalasHapus
  3. Enak banget jd yeon jae, udah jalan jalan ke jepang di temenin ji wook yg super ganteng pula. Kenapa ga aku aja ya..*ngiri*

    Riffa^^

    BalasHapus
  4. kok gambarnya gak ke buka sih?

    BalasHapus

Comment