Ji Wook mengikuti Hye Won sampai ke instalasi kanker. Perasaannya semakin tak menentu setelah melihat papan nama bertuliskan Lee Yeon Jae di samping pintu kamar yang dimasuki Hye Won. Ji Wook memberanikan diri masuk ke dalam kamar itu. Sebuah suara mencegah langkah Ji Wook. Eun Suk muncul tepat sebelum Ji Wook masuk.
"Kang Ji Wook," panggilnya.
Ji Wook menoleh. "Lee Yeon Jae yang tinggal disini adalah Lee Yeon Jae yang aku kenal, kan?"
"Bagaimana bisa kau datang kesini?" tanya Eun Suk.
"Aku benar, kan?" ulang Ji Wook.
"Ayo bicara diluar," elak Eun Suk.
"Jawab aku dulu. Atau haruskaH aku membuka pintu ini dan menemukannya sendiri?" paksa Ji Wook.
Eun Suk diam saja. Ji Wook tak mau menunggu lagi. Ia hendak membuka pintu, Eun Suk langsung mencengkram tangan Ji Wook.
Hye Won membawakan bubur untuk Yeon Jae. Hye Won menyarankan Yeon Jae berterus terang mengenai penyakitnya pada Ji Wook. Yeon Jae memberitahu jika hubungannya dan Ji Wook telah putus.
"Kenapa?" Hye Won terkejut.
"Aku rasa sebelum dia tahu aku mengidap kanker, kami seharusnya putus," ucap Yeon Jae lirih.
"Bukankah kau menyukainya?"
"Aku tak bisa menyakitinya karena keegoisanku. Setelah aku mati, orang itu akan sangat menderita," ucap Yeon Jae. Yeon Jae menatap sedih ke arah bunga pemberian Ji Wook. Ia meminta Hye Won membuangnya.
Ji Wook berbicara diluar dengan Eun Suk.
"Bagaimana kondisinya? Apa dia disini untuk melakukan operasi?" tanya Ji Wook.
"Aku tak tahu bagaimana bisa kau kesini, tapi sebaiknya kau cepat pergi," pinta Eun Suk.
"Katakan padaku. Aku perlu tahu," seru Ji Wook memaksa.
"Orang yang ada di dalam adalah Lee Yeon Jae yang kau kenal," ungkap Eun Suk akhirnya.
Ji Wook syok. "Apa itu kanker?"
"Semua yang aku katakan padamu seharusnya kau mendengarnya langsung dari Lee Yeon Jae. Jika kau tidak yakin, jangan bertanya tentang apapun dan kita selesaikan disini. Lagipula kalian sudah putus," sungut Eun Suk.
Ji Wook pergi. Ia benar-benar syok.
Di rumah Ji Wook merenungkan semua sikap dan ucapan Yeon Jae mulai dari pertemuan pertama mereka. Tanpa Ji Wook sadari Yeon Jae selalu membicarakan kematian. Ji Wook merasa frustasi.
Pagi hari Ji Wook kembali ke rumah sakit. Yeon Jae tengah duduk dibangku taman sambil menelepon ibunya. Ketika Yeon Jae hendak masuk, Ji Wook muncul. Yeon Jae tertegun.
"Bagaimana kondisimu saat ini? Jangan bohong padaku. Katakan yang sejujurnya," todong Ji Wook.
Mata Yeon Jae berkaca-kaca. Yeon Jae tak mengira Ji Wook tahu dengan sendirinya.
"Ini kanker," ucap Yeon Jae tersendat.
Ji Wook kembali syok mendengarnya langsung dari mulut Yeon Jae. "Jadi ini alasanmu ingin putus? Sudah berapa lama kau tahu?"
Yeon Jae membisu.
"Aku bertanya padamu kapan kau tahu!" teriak Ji Wook.
Yeon Jae masih diam saja.
"Jangan katakan padaku kau tahu sebelum kau bertemu denganku?" Ji Wook hampir menangis. Sedangkan airmata Yeon Jae sudah tumpah.
"Kau benar," jawab Yeon Jae lirih.
"Kau tahu, tapi kau masih ingin mengejarku? Lalu mengapa kau merubah hatimu sekarang? Meskipun kau tahu bahwa kau mengidap kanker, kau ingin dekat denganku? Jatuh cinta padaku? Tapi sekarang mengapa kau seperti ini terhadapku? Kenapa? " tuntut Ji Wook.
"Aku tak punya banyak waktu. Tiga atau empat bulan. Tidak, mungkin kurang dari itu. Sanggupkah kau menanggung beban sepertiku? Jadi seharusnya kau pergi sekarang!" sahut Yeon Jae.
Airmata Ji Wook tumpah. "Jika kau bersikap seperti ini, seharusnya kau jangan mendekatiku. Seharusnya kau katakan padaku jauh sebelum aku merasa begitu mencintaimu."
"Aku juga tak pernah berpikir akan berubah seperti ini," balas Yeon Jae.
"Kau benar-benar sangat kejam. Aku benci diriku sendiri karena menyukaimu," sesal Ji Wook. Perlahan Ji Wook pergi. Yeon Jae hanya bisa menangisi kepergian Ji Wook.
So Kyeong meminta persetujuan ayahnya untuk tetap mempertahankan Ji Wook. So Kyeong merasa Ji Wook pria yang tepat untuknya. Walaupun Ji Wook tahu mengenai masa lalunya dengan mantan pacarnya, tapi Ji Wook tak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk memutuskan pertunangan.
Eun Suk masuk ke ruangan Yeon Jae. Yeon Jae tengah melamun. Yeon Jae terguncang setelah pertemuannya dengan Ji Wook. Yeon Jae mengabaikan sarapan dan makan siangnya. Eun Suk datang untuk membujuknya makan.
"Jika aku tahu hal ini akan terjadi, aku akan mengambil foto," ucap Yeon Jae menerawang. Airmatanya kembali tumpah. "Orang itu datang kesini dan aku mengatakan kebenarannya. Sekarang, semuanya telah berakhir."
Eun Suk merenungkan penderitaan Yeon Jae. Eun Suk bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh wanita yang diam-diam disukainya.
Eun Suk mengajak Ji Wook bertemu diluar. Eun Suk meyakinkan Ji Wook jika sebenarnya Yeon Jae tak ingin berpisah dari Ji Wook. Eun Suk memberitahu kondisi Yeon Jae sangat rentan. Yeon Jae ingin Ji Wook ada disampingnya. Tapi sayang Ji Wook tak menanggapi permintaan Eun Suk dengan baik. Ji Woo menebak Eun Suk menyukai Yeon Jae, sehingga bersedia mencampuri urusan pribadi pasiennya. Seperti ketika di fan meeting Junsu, 25 tahun cinta yang tak terbalas.
"Kenyataannya dia mengidap kanker, kau tak bisa menerimanya?" ktitik Eun Suk.
"Sejujurnya, aku tak pernah berpikir aku punya keberanian untuk tinggal bersama wanita yang sekarat," jawab Ji Wook.
"Bukankah kau menyukai Yeon Jae sehingga kau memutuskan pertunanganmu? Bisakah kau dengan mudah menarik lagi hatimu hanya dalam waktu sehari?" tanya Eun Suk.
"Aku menyesalinya. Jika aku tahu sebelumnya, aku tak akan cukup bodoh memutuskan pertunangan. Mengencani wanita selama 3-4 bulan, terlalu banyak yang kukorbankan. Aku tak percaya diri sanggup bersama orang yang kucintai. Aku hidup seperti tak akan ada yang terjadi dalam hidupku selanjutnya. Kau memiliki posisi yang lebih baik untuk menjaganya. Kau seorang dokter serta pria yang mencintai Lee Yeon Jae," putus Ji Wook.
Ji Wook melangkah pergi. Eun Suk mencegahnya.
"Apa kau tulus? Apa kau benar-benar menginginkannya?"
Ji Wook terdiam. Ia tak menjawab pertanyaan Eun Suk dan memilih pergi.
Eun Suk masih belum puas. Ia mengejar Ji Wook."Lebih baik kau jangan muncul di depan Yeon Jae lagi. Aku rasa kau tak pantas berada disamping Yeon Jae," seru Eun Suk emosi.
Ji Wook tertegun.
Ji Wook kembali ke rumah. Ia sangat frustasi dan melarikan diri dengan mabuk-mabukan (kebiasaan jelek orang Korea nih). Ji Wook menangisi perpisahannya dengan Yeon Jae.
Yeon Jae sudah diizinkan pulang. Eun Suk menghampiri Yeon Jae. Wajah Yeon Jae masih pucat. Yeon Jae sudah tak punya semangat hidup. Yeon Jae kembali tersenyum ketika tiba-tiba Hee Joo muncul. Seperti biasa Hee Joo menyapa Yeon Jae dengan riang, tapi tersenyum malu-malu ketika melihat Eun Suk.
Yeon Jae dan Hee Joo berbicara diluar. Hee Joo memberitahu unnie-nya bahwa dirinya telah membuat pengakuan cinta pada Eun Suk.
"Semua karena kau unnie. Aku melihat buku daftar keinginanmu, benar-benar sangat bagus," ucap Hee Joo.
"Aku juga sudah menyelesaikannya beberapa," ucap Yeon Jae.
"Lalu bagaimana hasilnya?" tanya Yeon Jae penasaran.
"Bagaimana apanya? Ditolak langsung, tentu saja," jawab Hee Joo dengan nada riang. Hee Joo tak terlihat patah hati.
Yeon Jae tertawa.
"Jangan tertawa. Aku akan terus mencoba sampai dia menyukaiku." Hee Joo pantang menyerah. "Setelah pengobatan ini, aku akan kembali ke Filipina. Bertemu ibuku."
Yeon Jae mengelus rambut Hee Joo dengan sayang. "Adikku, kau selalu ceria," puji Yeon Jae.
"Ini adalah pesonaku," ucap Hee Joo bangga sambil mengibaskan rambut.
Yeon Jae meminta Hee Joo masuk. Setelah itu Yeon Jae membuka buku daftar keinginannya, nomor 14. Mendapatkan maaf dari S.
Yeon Jae menemui Hye Won. Yeon Jae mengungkapkan niatnya mencari Guru SMU mereka. Hye Won heran dengan niatan Yeon Jae yang tiba-tiba mencarinya. Hye Won malah sewot. Ia meminta Yeon Jae tak usah mencarinya. Yeon Jae bertanya mengenai lanjutan hubungan Hye Won dengan pacarnya. Akhirnya Hye Won menerima lamaran pacarnya. Yeon Jae ikut senang.
Hee Joo berpapasan dengan Eun Suk. Eun Suk mengajak Hee Joo berbicara. Eun Suk sudah tak marah pada Hee Joo mengenai kartun web yang dibuatnya.
"Omo, haruskah kita pergi kencan?" ucap Hee Joo.Eun Suk tertawa.
"Apa yang harus kutunjukkan? Karena kanker, aku tak bisa melakukan apa yang aku inginkan. Saat emosi seseorang di titik terendah, apa yang harus kita lakukan?" Eun Suk curhat mengenai perasaannya, tanpa menunjuk nama Yeon Jae langsung. Eun Suk bingung bagaimana harus bersikap di depan Yeon Jae.
"Rasa kasihan dan simpati harus dihindari. Orang itu akan merasa sedih. Mengatakan, apa yang harus kulakukan? Apa yang akan kau lakukan? Hal ini akan semakin membuatnya marah. Saat itu ketika aku tahu aku tak bisa kuliah, temanku datang dan berkata, kau sangat kasihan. Apa yang harus kau lakukan? Bersemangatlah! Ketika aku mendengar mereka mengatakan itu, aku merasa sangat frustasi. Mengatakan hal itu hanyalah kata-kata penghibur dari teman-teman. Seorang temanku berkata, ketika kau melihat kue di jalan, hal itu akan membangkitkan selera makanmu. Jadi aku membelinya. Itu untukmu. Hanya mengatakan itu."
"Jadi maksudmu aku harus membeli kue?" tanya Eun Suk polos.
Hee Joo langsung menggeleng. "Bukan itu yang aku maksud. Seperti orang normal biasanya. Seperti tak terjadi apa-apa. Orang itu seharusnya diperlakukan seperti itu. Misalnya kencan buta," ucap Hee Joo penuh harap.
Eun Suk pergi menjemput Yeon Jae. Eun Suk mengajak Yeon Jae pergi ke kelas Tango. Eun Suk menagih janji Yeon Jae yan sudah bersedia menjadi partnernya pada perayaan ulang tahun rumah sakit. Eun Suk mengingat nasehat Hee Joo untuk memperlakukan Yeon Jae layaknya orang normal.
Veronica dan Ramses mengajari beberapa gerakan Tango. Eun Suk sudah mulai relaks. Tak segugup saat mengawali kelas Tango. Malahan Yeon Jae yang konsentrasinya terganggu. Beberapa kali Yeon Jae melakukan kesalahan.
Presiden Kang mendatangi Ji Wook. Ji Wook absen dari ke kantor tanpa kabar. Presiden Kang mengira putranya sakit. Presiden Kang kesal ternyata Ji Wook sedang mabuk-mabukan.
"Apa kau ada masalah dengan wanita itu? Apa kalian putus?" Presiden Kang langsung bisa menerkanya.
Ji Wook bangun dari tempat tidur. "Tak apa-apa," jawabnya. Ji Wook enggan menceritakan masalahnya.
Presiden Kang menasehati Ji Wook panjang lebar. Ji Wook kesal. Suasana hatinya belum sepenuhnya membaik. Ji Wook meminta ayahnya meninggalkannya sendirian. Ji Wook benar-benar patah hati. Sepeninggal Presiden Kang, Ji Wook masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower dan membasahi sekujur tubuhnya dengan air. Ji Wook terpuruk di lantai.
Yeon Jae masih saja terlihat melamun. Bayangan Ji Wook yang tiba-tiba muncul dan menari Tango bersamanya berputar di kepala Yeon Jae. Eun Suk hanya memandangi Yeon Jae dalam diam. Eun Suk tak berani mengganggu lamunan Yeon Jae.
Eun Suk bernostagia dengan mengajak Yeon Jae ke sekolah TK mereka. Yeon Jae tersenyum ketika Eun Suk bertanya apa Yeon Jae masih mengingat tempat itu.
"Bagaimana kau bisa ingat? Kau kan hanya bersekolah 2 tahun disini?" tanya Yeon Jae.Eun Suk tertawa (belakangan ini Eun Suk udah banyak ketawa). "Tentu saja aku ingat."
"Kenapa? Apa karena insiden poop itu?" ledek Yeon Jae.
Eun Suk kembali tertawa. "Ada sesuatu di dalam hatiku selama 25 tahun. Aku ingin mengatakannya padamu sekarang. Untuk saat itu...Terima kasih. Terimakasih karena kau memberikan sweater yang kau pakai dan mengikatkannya ke pinggangku. Jika tidak, aku tak akan bisa pulang ke rumah."
"Sweater itu, aku baru saja memakainya. Menyedihkan sekali," ingat Yeon Jae.
"Aku mencucinya. Tapi aku tak berani mengembalikannya padamu. Aku yakin kau tak akan mau memakainya lagi," terka Eun Suk.
Yeon Jae tertawa. "Sejak itu, kau menjadi teman terbaikku. Benar-benar mengagumkan."
Eun Suk senang akhirnya Yeon Jae sudah bisa tertawa. Eun Suk mengajak Yeon Jae lomba lari. Karena sewaktu mereka TK, Yeon Jae selalu tertawa melihat lari Eun Suk yang lamban.
Setelah hitungan 1, 2, 3... mereka mulai berlomba. Awalnya Eun Suk memimpin, tapi Eun Suk sengaja menjatuhkan dirinya sehingga Yeon Jae yang memenangkan perlombaan. Yeon Jae meloncat-loncat kegirangan. Eun Suk memberi applause.
Yeon Jae dan Eun Suk duduk sambil mengobrol. Yeon Jae bercerita beberapa hari yang lalu ia ingin pergi ke sekolah SMU. Yeon Jae ingin meminta maaf pada seseorang, tapi sayangnya Yeon Jae tak bisa menemukan orang itu. Yeon Jae tak tahu bagaimana menghubunginya.
"Kau ingin aku membantumu menemukannya?" ucap Eun Suk.
"Bagaimana caranya?" tanya Yeon Jae bingung.
"Berikan ponselmu," pinta Eun Suk.
Eun Suk menggunakan fasilitas ponsel untuk menemukan orang-orang yang terhubung dengan Yeon Jae selama masa SMU. Yeon Jae cukup memasukkan ID dan passwordnya.
Ji Wook pergi ke makam ibunya. Ji Wook meletakkan rangkaian bunga di atas makam ibunya.
"Saat ini, apa yang harus kulakukan? Aku takut. Aku takut seseorang akan pergi seperti Ibu. Aku benar-benar takut. Orang itu mengidap kanker," ratap Ji Wook sambil menangis.
Setelah kembali dari makam, Ji Wook menyambangi rumah Yeon Jae. Ji Wook tak mau putus dengan Yeon Jae. Ji Wook meminta Yeon Jae kembali padanya.
"Jika kau putus denganku karena kau mengkhawatirkanku, itu tak perlu. Penyakit apa yang kau miliki, berapa banyak sisa waktumu, aku tak peduli. Aku ingin bersamamu," ucap Ji Wook.
"Tapi aku tak ingin bersamamu," balas Yeon Jae.
"Kenapa?"
"Kau akan hidup setidaknya 50 tahun lebih. Jadi seharusnya kau mencari seseorang yang akan hidup denganmu sepanjang hidupmu," tolak Yeon Jae.
"Bagaimana denganmu? Kau hanya akan sengsara."
"Paling bagus, aku punya waktu 3 atau 4 bulan."
Ji Wook tetap tak mau menyerah.
"Bukankah dulu kau bilang, sebelum kau mati kau ingin berkencan denganku? Jadi tidak bisakah kita berkencan sampai saat itu?" paksa Ji Wook.
"Aku tak mau. Aku tak mau kau melihatku bertambah sakit dan lemah. Jadi sebaiknya kau cepat pergi," pinta Yeon Jae. Yeon Jae berbalik badan dan melangkah masuk.
"Saranghae....Saranghae...," isak Ji Wook.
Yeon Jae berhenti. "Cintamu padaku terlalu berlebihan dan terlalu berat."
Yeon Jae melangkah pergi. Ji Wook menangis. Yeon Jae duduk di balik pagar. Ia tak kuasa menahan tangis.
Presiden Kang memberitahu So Kyeong jika hubungan Ji Wook dan Yeon Jae telah berakhir. Presiden Kang meminta So Kyeong mencari Ji Wook. Ia yakin Ji Wook sedang membutuhkan seorang penghibur saat ini.
Ji Wook pergi ke bukit. Ji Wook mengirim pesan untuk Yeon Jae.
Aku pergi ke bukit. Aku mengubur kembali cincin itu. Sampai kau menerimanya, aku tak akan mengambilnya. Tidak sulit untuk menunggu 20 tahun, hingga 100 tahun lagi tak akan lebih sulit. Tapi jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Yeon Jae menangis membaca pesan Ji Wook.
So Kyeong menghubungi Yeon Jae. Mereka bertemu. So Kyeong mempertanyakan status hubungan Ji Wook dengan Yeon Jae.
"Bukankah kalian putus?" tanya So Kyeong.
"Dia yang memberitahumu?" Yeon Jae balik bertanya.
"Jadi benar? Dulu kau bilang kau tak akan menyerah. Kau benar-benar konyol. Mencuri tunangan orang lain dan membuatnya memutuskan pertunangan. Tapi putus dengan cepat."
"Kenapa? Jadi sekarang kau komplain? Bukankah ini yang kau inginkan?" sahut Yeon Jae.
"Kau benar-benar ingin balas dendam padaku? Kau tak mencintai Ji Wook? Tapi itu karena aku, kan?" tuduh So Kyeong.
Yeon Jae tak mau repot-repot menyangkal. Membenarkan ucapan So Kyeong mungkin lebih mudah menjauhkan Ji Wook darinya. "Ya, seharusnya seperti itu."
"Sangat sulit dipercaya." So Kyeong tertawa miris. "Kang Ji Wook sangat menyedihkan. Bagaimana bisa dia mencintai seseorang sepertimu?"
"Kau benar. Dia sangat menyedihkan. Jadi jaga dia dengan baik. Aku pikir kalian berdua cocok. Untuk Kang Ji Wook, kau adalah pasangan yang sempurna. Kau punya banyak uang, muda dan cantik. Selain itu kau juga sehat."
"Hanya itu yang ingin kau katakan?"
"Tidak. Ada lagi. Milikilah putra dan putri yang mirip dengan Kang Ji Wook dan hiduplah dengan sangat lama."
"Apa?" So Kyeong bingung dengan arah pembicaraan Yeon Jae.
"Inilah yang ingin aku katakan." Yeon Jae mengakhiri pertemuan mereka. Ia langsung pergi.
Eun Suk mulai bisa bersikap ramah pada pasiennya. Seorang kakek yang disapa Eun Suk agak terkejut. Selama ini Eun Suk terkenal dingin pada setiap pasien-pasiennya. Bahkan Eun Suk pernah mendapatkan kasus tak menyenangkan yang menganggap Eun Suk lah penyebab kematian seorang pasien koma.
Eun Suk berjalan di koridor. Eun Suk teringat gerakan tarian Tango. Secara tak sadar Eun Suk mempraktekkan gerakan tarian itu. Eun Suk langsung teringat dimana ia berada. Untung saja koridor sepi. Tak seorangpun ada disana. Merasa aman, Eun Suk mulai berlatih lagi. Eun Suk berlatih dengan serius sambil memejamkan mata.
Begitu membuka mata, Hee Joo dan suster sudah berdiri di depannya. Hee Joo mengacungkan jempolnya, sementara suster memandangi Eun Suk dengan mimik aneh. Ternyata bukan mereka berdua saja yang memergoki Eun Suk. Ada pasien yang lain juga. Eun Suk langsung pergi sambil menahan malu.
Hee Joo sempat berteriak. "Dokter, kau sangat keren."
Semakin dekat tanggal pertunjukan, Eun Suk dan Yeon Jae mulai memperbanyak latihan. Veronica dan Ramses secara khusus mengajari mereka.
Ji Wook makan malam denga para staff. Mereka membicarakan program Wando Tour dan berharap program baru mereka sukses. Hye Won menyarankan seharusnya mereka merayakannya bersama Yeon Jae, karena ide Wando Tour berasal dari Yeon Jae. Na Ri dan Manager Noh langsung menolak. Ji Wook hanya diam saja. Hye Won meminta Ji Wook menelepon Yeon Jae. Melihat situasi yang sudah tak menyenangkan, Kepala Bagian Yoon berkata jika Yeon Jae sedang sibuk latihan Tango untuk pertunjukan ulang tahun rumah sakit. Semua orang heran. Terlebih Kepala Bagian Yoon bisa mengetahui hal itu. Kepala Bagian Yoon buru-buru mengelak. Tak ada staff yang tahu jika Kepala Bagian Yoon merupakan mengajar Tango.
Ji Wook pulang dalam keadaan mabuk. Ji Wook diantar seorang driver. Karena mabuk secara tak sadar Ji Wook minta diantar ke rumah Yeon Jae. Sudah terlanjur kesana, Ji Wook turun dengan sempoyongan. Ji Wook menatap rumah Yeon Jae dengan sedih. Ibu Yeon Jae yang baru pulang melihat Ji Wook. Ia mempersilahkan Ji Wook masuk. Namun Ji Wook menolak. Setelah berpamitan, Ji Wook segera pergi.
Ibu Yeon Jae buru-buru masuk memberitahu putrinya bahwa Ji Wook baru saja datang dalam keadaan mabuk. Yeon Jae menyangkal jika Ji Wook mencari dirinya. Mungkin Ji Wook salah alamat. Ibu Yeon Jae tak percaya. Yeon Jae tak ingin membicarkan Ji Wook lagi. Ia beralasan lelah dan ingin istirahat. Ibu Yeon Jae kesal dan ujung-ujungnya meminta putrinya segera mencari pekerjaan baru.
Akhirnya Yeon Jae menemukan alamat mantan Guru SMU-nya. Yeon Jae mendapat informasi dari teman-teman SMU-nya. Yeon Jae menghubungi Eun Suk. Yeon Jae sedang menuju alamat gurunya.
Alamat yang di dapat Yeon Jae adalah sebuah toko roti. Yeon Jae melihat mantan Pak Gurunya dari balik kaca tengah sibuk menata kue. Yeon Jae memberanikan diri masuk ke dalam.
"Aku...Apa kau mengingatku?" tanya Yeon Jae pelan.
Pak Guru terdiam melihat kedatangan Yeon Jae. Beliau malah pergi. Yeon Jae langsung mencegahnya.
"Guru..."
"Aku berharap kau pergi. Aku tak ingin melihat wajahmu," usir Pak Guru. Yeon Jae tertegun dengan reaksi Pak Guru.
Yeon Jae mencari Eun Suk. Yeon Jae menceritakan penolakan dari Pak Guru.
"Sepertinya dia tak ingin memaafkanku. Eun Suk, mengapa kita bekerja sangat keras? Waktuku berjalan dengan cepat. Mengapa kita bekerja sangat keras?" ucap Yeon Jae sedih.
"Hal terakhir yang kau katakan padaku, aku pikir aku sendirian di dunia ini. Ketika aku mengikuti seorang kakek menari Tango. Hal itu sangat membuatmu nyaman. Hari ini, apa kau pikir aku adalah Kakek itu?"
Eun Suk mengalungkan lengannya ke pundak Yeon Jae. Yeon Jae menyenderkan tubuhnya dan menangis di bahu Eun Suk.
So Kyeong mentraktir Ji Wook makan malam. So Kyeong datang untuk menghibur Ji Wook yang sedang patah hati. So Kyeong memberitahu jika dirinya telah mengetahui hubungan Ji Wook dan Yeon Jae telah berakhir.
"Pasti kau dengar dari ayahku," terka Ji Wook.
"Aku dengar dari Lee Yeon Jae. Dia bilang kalian berdua putus dan dia sengaja melakukannya. Sepertinya kau belum membuang perasaanmu. Cepatlah selesaikan itu. Dia dekat denganmu jelas tidak tulus," ucap So Kyeong.
Ji Wook termenung. Lalu Ji Wook segera memacu mobilnya dalam keadaan marah. Ji Wook pergi ke rumah sakit untuk mencari Yeon Jae. Malam ini Yeon Jae perform di perayaan ulang tahun rumah sakit.
Eun Suk dan Yeon Jae menunggu giliran tampil. Eun Suk terlihat demam panggung.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Yeon Jae.
"Ah, ya," jawab Eun Suk gugup. "Tidak...Aku ingin melarikan diri. Apa yang harus kulakukan?"
Yeon Jae tertawa. "Kau bilang kau akan menjadi kakek?"
"Kakek? Apa aku sudah setua itu? Kenapa?" Eun Suk protes.
Yeon Jae tertawa lagi dan menyemangati Eun Suk.
Tibalah giliran Eun Suk dan Yeon Jae perform. Mereka menampilkan tarian Tango dengan sempurna. Tubuh mereka menyatu membentuk gerakan tarian yang indah. Mereka mendapat banyak applause dan pujian dari penonton.
Ji Wook tiba di rumah sakit. Ji Wook masuk ke ruang pertunjukan. Ji Wook melihat perform Yeon Jae dan Eun Suk di atas panggung. Di matanya jelas tersirat api cemburu.
Seusai perform, Eun Suk dan Yeon Jae berjalan keluar gedung. Ji Wook mengikuti mereka. Eun Suk khawatir Yeon Jae merasa lelah. Yeon Jae berkata walau lelah, tapi perasaannya sangat bagus dan puas.
Ji Wook mendekat.
"Lee Yeon Jae-sshi, kau pikir siapa kau?" seru Ji Wook murka.Ji Wook langsung mengusir Eun Suk pergi. Eun Suk jelas menolak.
"Tak apa-apa, Eun Suk," sahut Yeon Jae. Eun Suk terpaksa menjauh.
Ji Wook menatap Yeon Jae tajam.
"Untuk terakhir kalinya aku bertanya padamu. Apa yang kau inginkan? Apa kau berharap aku meninggalkanmu? Jawab aku!" seru Ji Wook.
"Hmm, ya benar." Yeon Jae menahan tangis.
"Akhirnya kau berkata itu tak berhasil? Baiklah, sesuai keinginanmu. Aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Aku tak akan pernah melihatmu lagi," putus Ji Wook.
Ji Wook berlalu pergi. Yeon Jae menatap punggung Ji Wook yang semakin menjauh dengan linangan airmata. Eun Suk hanya membisu menatap Yeon Jae menangis.
Ji Wook berlalu pergi. Yeon Jae menatap punggung Ji Wook yang semakin menjauh dengan linangan airmata. Eun Suk hanya membisu menatap Yeon Jae menangis.
baca ini serasa rerun Soaw lagi.... **ah, andai Ji Wook itu CSW** wkwkwkwk teteeeeppp.....
BalasHapusAi neh masih aja berkhayal CSW. Hahaaa....
BalasHapusWaaaa..... Keren ceritanya...
BalasHapusEun Suk nya itu yang main di Dream High bukan c???
Ga keliatan mukanya =(
=( Huaa... jadi pengen tau kelanjutannya.....
Lagi.... lagi... lagi....
(baca sinopsis tu bikin ketagihan kek makan chiki ya....)
Keren sinopsisnya, jadi sering meneteskan air mata pas membacanya =D
ia ....:)
HapusEun Suk itu yg bermain di Dream High 1 perannya di stu jdi Kang Oh Hyuk ..
unnieee akting mu selalu keren dimana pun...
BalasHapus(n n)
sebenernya klo diliat cocok/serasi nya, yeon jae cocok dng en suk.....dari segi umurnya
BalasHapus