Selasa, 09 Agustus 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 2




Yeon Jae melemparkan surat pengunduran dirinya ke wajah Manager. Semua rekan-rekannya terkejut dengan tindakannya yang berani.
"Apa kau tahu aku bisa memastikan kau tak mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain? Aku bisa membuatmu menjadi pengangguran selamanya!" ancam Manager.
Yeon Jae malah tertawa.
"Selamanya kau bilang? Tak ada lagi yang tersisa untukku!" seru Yeon Jae. Airmatnya berhamburan.

Yeon Jae mantap meninggalkan Line Tour. Ia mengambil tas dan pergi. Sebelum pergi, Yeon Jae menyita tas milik Na Ri. Ia berkata akan mengembalikan tas itu setelah Na Ri melunasi utangnya. Na Ri hanya bisa melongo.


Di luar Yeon Jae berpapasan dengan So Kyeong. Yeon Jae memanggil So Kyeong.
"Wilson pergi begitu saja, aku juga menyesalkan itu. Tapi aku tidak mencuri cincinnya," ucap Yeon Jae lantang.
"Kau tak punya bukti," ucap So Kyeong tajam.
"Kau juga tak bisa membuktikan bahwa aku pelakunya," balas Yeon Jae.
"Apa kau tahu proyek besar-ku rusak karena kau!" seru So Kyeong.

Yeon Jae meledak. Ia bahkan berani menuntut jika So Kyeong masih saja menuduhnya sebagai pencuri. Tentu saja So Kyeong tak takut dengan ancaman Yeon Jae. Ia malah menertawakannya. Emosi Yeon Jae tak tertahan lagi. Reflek ia menampar So Kyeong. Yeon Jae pernah merasakan tamparan So Kyeong. Sekarang mereka impas. So Kyeong mendelik padanya dengan wajah bengis.
"Apa ada sesuatu yang ditulis di suatu tempat bahwa seseorang tak boleh menampar seorang wanita kaya? Apa hanya kau saja yang boleh menampar wajah orang lain? Orang tuaku saja tak pernah memukulku. Aku juga berharga. Kau menjadi kaya karena orang tuamu. Jangan arogan. Kau bahkan tak pernah bekerja keras mendapatkan semua yang kau banggakan. Apa itu sangat membahagiakan?" sindir Yeon Jae.

Tak terima dengan semua ucapan Yeon Jae, So Kyeong hendak melayangkan sebuah tamparan pada Yeon Jae. Yeon Jae dengan cepat menangkis tangan So Kyeong.
"Kemampuan refleksiku cukup bagus, kan? Aku bisa menghindar hari ini karena aku punya pengalaman," ucap Yeon Jae tajam lantas pergi meninggalkan So Kyeong yang hanya bisa menahan geram.

Kepala Bagian, rekan Yeon Jae yang mata duitan sedang mencari uang koinan di bawah dispenser. Saat Yeon Jae lewat, Kepala Bagian memanggilnya dan meminta 100 won. Dengan menahan kesal Yeon Jae memberinya uang koin 500 won.


So Kyeong mengadukan perbuatan Yeon Jae ke Presiden Kang. So Keong meminta calon mertuanya memecat Yeon Jae. Presiden Kang sendiri sudah mengetahui masalah ini. Ia malah tak percaya jika pegawainya melakukan perbuatan pencurian. Beliau menyarankan menuntaskan masalah itu dengan baikk-baik.
"Wanita itu menamparku! Apa perlu alasan lagi?" sembur So Kyeong.

So Kyeong marah pada Presiden Kang yang terlihat jelas tak membelanya. Ia pergi bersamaan Ji Wook masuk kedalam. So Kyeong melengos keluar tanpa mengatakan apa-apa. Ji Wook mencari keterangan dari ayahnya. Presiden Kang meminta pertanggungjawaban Ji Wook sebagai Kepala Direktur.


Ji Wook memerintahkan asistennya Park Sang Woo memanggil Yeon Jae. Sang Woo memberi informasi jika Yeon Jae telah mengundurkan diri.


Yeon Jae pergi ke bank untuk mengambil semua uang simpanannya. Yeon Jae mempunyai 3 rekening yang berbeda. Teller basa-basi bertanya bagaimana Yeon Jae bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
"Jangan menggunakan uang itu, jangan makan, jangan menghabiskannya. Itu saja. Beli baju murah di pedagang kaki lima, hidup hanya dengan 2 pasang sepatu dan makan siang fast food di kafetaria tempatmu bekerja. Kau hanya perlu melakukan itu. Aku bahkan tak mempunyai tas bermerek, tak pernah memimpikan liburan. Itulah bagaimana aku bisa menyimpan semua uang ini," ucap Yeon Jae datar.
"Kau ingin menggunakan semua uangmu?" tanya Teller tak enak hati.
"Aku ingin menikah dalam 2 tahun ini. Membeli mobil. Dan dalam 5 tahun, aku ingin pindah rumah dengan pekarangan di depan rumah. Itulah mengapa aku menunggu. Aku menabung, menabung dan menabung. Ini tak adil. Sangat tak adil." Yeon Jae terisak. Teller menjadi bingung menghadapi Yeon Jae yang tiba-tiba menangis di depannya.


Setelah menumpahkan kesedihannya pada Teller bank, Yeon Jae menghubungi sahabatnya Yoo Hye Won yang bekerja di Line Tour juga tapi beda divisi. Hye Won memarahi Yeon Jae yang tiba-tiba memutuskan resign. Dengan umur Yeon Jae yang sudah 34 tahun akan sulit mendapatkan pekerjaan lagi.


Yeon Jae berencana menghabiskan semua uang tabungannya. Dengan sisa umurnya yang tinggal 6 bulan, Yeon Jae ingin bersenang-senang sebelum mati. Hal pertama yang dilakukan Yeon Jae mentraktir Hye Won di sebuah restoran mewah. Hye Won tak percaya jika Yeon Jae punya banyak uang. Ia menyangka Yeon Jae baru memenangkan lotre.
"Aku tak ingin mati hanya dengan minum soju dan sup odeng," jawab Yeon Jae enteng.
Seorang pelayan datang ke meja mereka dengan membawa daftar menu. Hye Won terperangah saat melihat daftar harganya yang selangit. Begitu juga dengan Yeon Jae yang tak terbiasa datang ke restoran mahal. Hye Won menunjuk menu makanan seharga 339.000 won. Yeon Jae jelas syok melihat harga makanan yang dipesan Hye Won. Hye Won buru-buru bilang bercanda. Lalu ia hanya meminta 2 gelas bir pada pelayan. Di tempat seperti itu, sebotol bir saja dihargai sangat mahal. Saat pelayan hendak pergi, Yeon Jae segera menarik daftar menu. Ia memesan menu yang tadi di pilih Hye Won.
"Kita sudah saling kenal selama 20 tahun, tapi aku belum pernah sekalipun mentraktirmu," ucap Yeon Jae menenangkan Hye Won yang mulai gusar.

Yeon Jae dan Hye Won menikmati makan mewah mereka dengan sebotol bir. Hye Won mendoakan agar masa depan Yeon Jae semakin cerah setelah keluar dari pekerjaannya.

Tak sengaja Hye Won melihat Ji Wook memasuki restoran. Ia memberi tahu Yeon Jae. Seperti pegawai wanita lainnya di Line Tour, Hye Won juga mengagumi ketampanan Sang Direktur. Yeon Jae menatap lurus ke arah Ji Wook. Yeon Jae pun tak mampu menghindari pesona Ji Wook.

Tiba-tiba Yeon Jae berdiri. Ia mulai mabuk. Yeon Jae berniat menghampiri Ji Wook.
"Aku akan merayu pria itu. Aku ingin berkencan dengan seseorang yang kusuka seperti dia sebelum aku mati," ucap Yeon Jae mantap.
Yeon Jae melepas kacamatanya. Dengan percaya diri ia mulai melangkah ke meja Ji Wook. Ji Wook tengah menunggu seseorang. Tak berapa lama ponsel Ji Wook berdering. So Kyeong tengah dalam perjalanan menuju kesana.


Yeon Jae semakin dekat. Ji Wook menoleh ke arahnya. Tanpa kacamata pandangan Yeon Jae agak buram. Ji Wook menoleh ke belakang karena tak yakin Yeon Jae hendak menghampirinya. Tanpa terduga sebuah insiden menghentikan Yeon Jae. Seorang pelayan hotel tanpa sengaja menabraknya saat membawa flaming coctail. Yeon Jae berteriak kepanasan. Ji Wook menyaksikan insiden itu.

Yeon Jae terlihat sangat malu. Ia menutupi wajahnya dan segera berlari ke toilet. Di lorong Yeon Jae berpapasan dengan So Kyeong. Yeon Jae sama sekali tak melihatnya. So Kyeong sekilas menoleh padanya. Hye Won menyusul Yeon Jae ke toilet. Sebagai ganti rugi pihak restoran memberikan voucher menginap gratis satu malam di hotel. Yeon Jae mencela Hye Won yang tampak senang mendapatkan hadiah itu dari kemalangan temannya sendiri. Hye Won mengajak Yeon Jae pulang.


Di tengah jalan Yeon Jae berniat memberitahukan penyakitnya pada Hye Won. Namun ia tampak ragu-ragu. Hye Won mengira Yeon Jae menyesal karena telah berhenti kerja. Ia menyarankan Yeon Jae pergi berlibur. Yeon Jae mengurungkan niatnya memberitahu Hye Won.


Ji Wook bertemu So Kyeong untuk membicarakan insiden tamparan Yeon Jae. So Kyeong datang dengan wajah dingin. Untuk mereda kemarahan So Kyeong, Ji Wook menghadiahinya sebuah clutch merah.
"Apa aku terlihat seperti orang yang menyukai siapa saja memberiku tas bermerek?" So Kyeong sama sekali tak terkesan dengan hadiah Ji Wook.
"Tidak. Tentu saja tidak," sahut Ji Wook.

Ji Wook meminta So Kyeong membuka clutch itu. Di dalamnya Ji Wook telah menaruh dua buah tiket konser VIP. Ji Wook mengaku telah menghabiskan waktu 20 menit untuk mencari hadiah permintaan maaf yang cocok untuk So Kyeong. So Kyeong berkomentar jika tas pemberian Ji Wook lebih baik.
"Jika kau tak menyukainya jangan buang ke tempat sampah. Berikan saja pada pegawaimu!" ucap Ji Wook.


Na Ri mengembalikan utangnya pada Yeon Jae. Mereka bertemu di kafetaria. Yeon Jae tak segan-segan meminta bunga pinjaman. Na Ri memberikan uang tambahan dengan kesal. Ia mengejek dengan umurnya sekarang Yeon Jae tak akan mendapatkan tempat kemanapun pergi. Yeon Jae bersikap masa bodoh. Ia memilih pergi ketimbang meladeni mulut jahil Na Ri.
"Saat kau berusia sepertiku, kau akan merasakan bertemu dengan seseorang sepertimu!" seru Yeon Jae lalu pergi.


Ji Wook presentasi. Biro perjalanan di Korea semakin menjamur. Untuk menghadapi para pesaing, Ji Wook menuangkan idenya mengenai tur paket wisata yang murah dan mudah. Ji Wook telah membidik Jepang sebagai bahan percobaan. Presiden Kang terkesan dengan ide brilian putranya. Semua anggota rapat juga tampaknya menyukai ide Ji Wook. Hanya Direktur Kim yang menentangnya. Dari awal Direktur Kim kurang menyukai kehadiran Ji Wook bergabung di Line Tour.


Ji Wook tak peduli dengan pendapat Direkur Kim. Ia malah berencana pergi ke Jepang. Ayahnya mewanti-wanti Ji Wook jika kepergiannya ke Jepang dalam rangka pekerjaan bukan untuk bersenang-senang. Ji Wook berkata telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Bahkan presentasinya terdengar hebat. Walaupun itu bukan ide dari kepalanya sendiri melainkan ide Sang Woo. Presiden Kang kesal karena sikap masa bodoh putranya. Ji Woo sama sekali tak mempunyai motivasi kerja. Padahal Presiden Kang telah memberikan semua fasilitas mewah untuknya.


Ibu Yeon Jae memaksa Yeon Jae mendatangi biro jodoh. Beliau tak mau putrinya menjadi perawan tua. Di depan agen biro jodoh, ibu Yeon Jae membanggakan putrinya. Yeon Jae bekerja di perusahaan besar walaupun hanya lulusan SMA dengan gaji tinggi. Karena kesal dengan sikap ibunya yang berlebihan, Yeon Jae berkata telah berhenti dari pekerjaannya. Lalu ia berlari keluar. Ibunya jelas syok.

Di luar mereka bertengkar. Ibu Yeon Jae marah karena kenekatan putrinya berhenti kerja disaat umurnya tak lagi muda. Mana ada pria yang mau dengan pengangguran. Yeon Jae berkata tak ingin menikah. Ibunya semakin kesal. Yeon Jae meradang karena ibunya malu memiliki putri yang perawan tua dan pengangguran.


So Kyeong bertemu mantan pacarnya di lobi kantornya Seojin Group. So Kyeong terlihat masih menyimpan perasaan pada mantan pacarnya.
"Sudah lama kita tak bertemu. Apa kau baik-baik saja?" tanya So Kyeong.
Mantan pacar So Kyeong terlihat gelisah. Ia malah bergegas pergi. So Kyung menahan tangannya. Mantan pacarnya berkata jika kehadirannya diketahui oleh ayah So Kyeong nantinya akan menyusahkan mereka berdua.

So Kyeong mendatangi ayahnya dengan keadaan marah.
"Mengapa kau masih mengganggu orang itu?" semburnya.
"Apa yang dikatakan si brengsek itu?" balas Presiden Im.
"Aku sudah mengatakan padamu bahwa kita putus. Aku sudah menuruti semua perintahmu. Aku bergabung di perusahaan dan bahkan bersedia menikah dengan orang yang kau inginkan," So Kyeong tak kuasa menahan tangis. "Jika kau tak bisa menjaga janjimu, aku akan  bersamanya lagi. Aku akan melarikan diri dengannya dimana tak seorangpun bisa menemukan kami!"
Presiden Im tak menjawab. Ia mengeluarkan sebuah kaset rekaman. Rekaman itu berisi suara mantan pacar So Kyeong yang meminta uang 3 milyar pada Presiden Im. Ternyata di belakang So Kyeong, mantan pacarnya diam-diam sering memeras Presiden Im dengan mengancam akan menyebarluaskan foto-foto syur So Kyeong. Presiden Im sudah menerima kiriman foto-foto 'cantik' itu sejak 2007. Presiden Im terpaksa memberinya banyak uang sebagai tutup mulut. So Kyeong syok. Selama ini ia telah salah paham. So Kyeong mengira ayahnya memaksanya putus karena mereka tak sepadan. Tapi ternyata mantan pacarnya memanfaatkan kekayaan keluarganya untuk mengeruk keuntungan. Total uang yang telah diberikan mencapai 20 Milyar.

So Kyeong menghubungi mantan pacarnya. Ia memperingatkan mantan pacarnya agar tak memeras ayahnya lagi. Setelah itu So Kyeong menghubungi Ji Wook. Ia mengajak Ji Wook bertemu di tempat karaoke.


So Kyeong menghilangkan stress-nya dengan minum-minum. Begitu Ji Woo datang, ia meminta Ji Wook bernyanyi untuknya. Ji Wook tak menuruti permintaannya. So Kyeong kesal lalu menelepon seseorang.

So Kyeong memanggil seorang penyanyi, Min Sae Joon. Ia meminta Sae Joon menyanyi. Tapi alih-alih mendengarkan suara merdu Sae Joon, So Kyeong malah mempermainkannya. Ia mengganti lagu seenaknya dan meminta Sae Joon menuruti perintahnya. So Kyeong hanya ingin melampiaskan kemarahannya pada orang lain.

Ji Wook merasa waktunya sia-sia disana. Ia memilih pergi. Sebelum keluar, Ji Wook memberi uang pada Sae Joon untuk mengantar So Kyeong pulang. Sepeninggal Ji Wook, So Kyeong mengusir Sae Joon. Setelah itu ia mengamuk dengan menumpahkan seluruh makanan di atas meja.


Yeon Jae datang ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Eun Suk menyarankan Yeon Jae rutin berkunjung ke rumah sakit tiap 3 minggu sekali. Tahap awal pengobatan Yeon Jae diharuskan menginap selama 5 hari di rumah sakit. Kemarin Yeon Jae mencari informasi mengenai kanker pankreas di internet. Disana dijelaskan untuk kasus penyakit sepertinya sulit mendapatkan kesembuhan. Eun Suk menenangkan ketakutan Yeon Jae. Ia menjelaskan penanganan hanya dengan menggunakan obat-obatan yang tersedia sudah tak efektif lagi. Pihak rumah sakit sendiri sedang mencoba obat eksperimen. Ia berharap Yeon Jae bersedia menjalankan metode pengobatan terbaru. Jika Yeon Jae bersedia akan ada pemotongan biaya pengobatan. Eun Suk yakin hasilnya akan bagus. Yeon Jae sudah menyerah duluan. Ia menolak menjalani pengobatan itu.

Eun Suk kesal dengan sikap Yeon Jae. Ia memaksa Yeon Jae menyetujui pengobatan itu. Ia tak mau mereka membuang-buang waktu.
"Ayahku mati karena kanker. Aku disampingnya dan melihat bagaimana dia melalui pengobatannya. Aku takut. Saat aku mendapatkan kabar menyakitkan bahwa aku benar-benar akan menjadi pasien kanker. Aku sangat ketakutan," ungkap Yeon Jae. Airmatanya tumpah.
"Lee Yeon Jae-sshi, kau sudah menjadi pasien kanker," ucap Eun Suk tegas.
Eun Suk meminta Yeon Jae membuat janji dengannya mengenai tanggal dimulainya pengobatan. Eun Suk tak mau membuang-buang waktunya.
"Choi Eun Suk, apa kau akan mengatakan hal yang sama jika ibumu ada ditempatku dengan kanker? Tidak adakah kata-kata lain yang bisa kau ucapkan pada teman yang kau temui setelah 20 tahun? Bahkan jika aku menerima pengobatan ini, aku tak ingin ditangani oleh dokter sepertimu. Dari yang aku lihat kau tak mempunyai kualifikasi sebagai dokter. Memperlakukan temanmu saja seperti ini, bagaimana kau memperlakukan pasien lain? Pasienmu sangat kasihan. Aku tergoncang dan ketakutan sekarang. Aku merasa bertambah buruk bertemu dengan dokter sepertimu." Yeon Jae berlalu pergi.


Yeon Jae mengunjungi makam ayahnya. Ia menumpahkan kemarahannya pada mendiang ayahnya. Yeon Jae menduga ayahnyalah yang menurunkan penyakit kanker untuknya.
"Ketika seorang putri menikah, semua ayah menggandeng tangannya. Tapi apa yang kau berikan padaku? Aku ingin berkencan. Aku ingin menikah. Aku ingin memiliki seorang bayi. Tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Ini semua kesalahanmu, Ayah! Aku tak akan datang kesini lagi," isaknya.

Setelah agak tenang, Yeon Jae menyadari kesalahannya. Ia meminta maaf pada ayahnya. Yeon Jae tak berani memberitahu ibunya tentang penyakitnya. Ia takut malah ibunya yang akan mati duluan.


Yeon Jae memutuskan pergi liburan ke Jepang. Ia ingin mengunjungi pulau impiannya di Okinawa. Sebelum pergi Yeon Jae merubah total penampilannya. Melepas kacamata, membeli beberapa gaun bermerek dan pergi ke salon kecantikan. Secara drastis penampilan Yeon Jae berubah. Kini ia tampil menjadi wanita yang anggun dan cantik.


Yeon Jae tiba di bandara. Semua mata pria tertuju padanya. Yeon Jae agak jengah. Ia tak terbiasa menjadi pusat perhatian. Tanpa sengaja Yeon Jae terjatuh. Seorang pria tak dikenal dengan sigap menangkap lengannya. Pria itu jelas terpesona dengan kecantikan Yeon Jae sampai-sampai menabrak orang lain karena terus saja melihat ke arah Yeon Jae. Yeon Jae semakin percaya diri.

Yeon Jae menelepon ibunya. Ibunya bekerja di butik di sebuah Mall. Ibu Yeon Jae masih marah padanya semenjak pertengkaran mereka tempo hari. Beliau menjawab telepon dengan ketus saat Yeon Jae memberitahu akan pergi berlibur.


Yeon Jae memesan tiket penerbangan ekonomi ke Okinawa. Namun sayang tiketnya telah habis hanya tersisa untuk kelas pertama. Jadwal penerbangan selanjutnya hanya ada besok pagi. Tak mau menunda waktu liburannya, Yeon Jae mengambil tiket kelas pertama.
Yeon Jae duduk di kursi pesawat dengan canggung. Ia terkesan dengan pelayanan yang diberikan. Ia disuguhi makanan mewah dan sebotol wine. Yeon Jae sangat menikmati penerbangannya.


Yeon Jae sampai di Okinawa. Ia menginap di sebuah hotel. Seorang bellboy mengantar Yeon Jae ke kamarnya. Tanpa disangka kamar itu telah ditempati oleh seorang pria botak dengan wajah garang. Yeon Jae ketakutan. Namun akhirnya tak dapat menahan tawa saat melihat tato di dada pria itu. Tatonya bergambar tokoh kartun.

Pihak hotel meminta maaf pada Yeon Jae karena terjadi kesalahan. Sebagai permintaan maaf Yeon Jae dipersilahkan menempati suite room. Yeon Jae kegirangan saat melihat kamar hotelnya. View-nya langsung menghadap ke laut. Ia merasakan liburan yang sesungguhnya.


Yeon Jae sangat menikmati waktu liburannya. Ia mengelilingi Okinawa dengan mengendarai mobil sendiri. Sepanjang jalan yang dilaluinya adalah hamparan lautan biru. Yeon Jae berjalan-jalan di sekitar pantai. Bermain dengan ombak sambil menikmati sejuknya udara pantai. Setelah itu melihat-lihat cenderamata yang di jual disepanjang pantai. 
Tengah malam Yeon Jae berendam di bathub sambil menikmati segelas wine. 
"Momen seperti ini, mempunyai pria di sampingku alangkah baiknya," gumam Yeon Jae.


Ji Wook dan Sang Woo tiba di Okinawa dalam rangka pekerjaan.  Sang Woo diutus langsung Presiden Kang untuk mengawasi Ji Wook. Mereka mengunjungi travel agent. Pria di agency itu mengatakan bahwa Okinawa mempunyai lebih dari 100 pulau. Akan membutuhkan waktu yang lama jika mengunjungi semua pulau. Sang Woo menyarankan Ji Wook untuk mengunjungi Pulau Honto saja yang menjadi tujuan utama. Ji Wook terlihat tak berminat. Untuk memudahkan perjalanan, mereka mendapatkan seorang tour guide.


Yeon Jae berjemur di pinggir kolam renang. Tanpa terduga ia melihat Ji Wook yang juga menginap di hotel yang sama. Yeon Jae menutupi wajahnya dengan topi lebar yang dibawanya. Penasaran, Yeon Jae berinisiatif membuntuti Ji Wook. 

Ji Wook merasa ada seseorang yang mengikutinya. Reflek ia menoleh ke belakang. Yeon Jae segera berbalik dan berlindung di bawah topi lebarnya. Yeon Jae merasa takdir yang telah mempertemukannya dengan Ji Wook di Okinawa. Ia teingat perkataannya semalam yang menginginkan seorang pria ada di sampingnya. Yeon Jae melompat-lompat kegirangan.


Setelah berganti pakaian Yeon Jae kembali membuntuti Ji Wook. Ji Wook pergi ke dermaga. Ia tengah menunggu seseorang. Yeon Jae berdiri di belakangnya. Yeon Jae segera menyembunyikan wajahnya saat Ji Wook membalikkan badan. 

Ji Wook curiga dengan gerak-gerik Yeon Jae. Yeon Jae ketakutan. Ia berjalan menjauh dan melompat ke atas yacht untuk bersembunyi. Yeon Jae menghembuskan nafas lega karena berhasil menghindar dari Ji Wook. Namun ia terkejut saat Ji Wook tiba-tiba muncul dari arah belakang.
"Nona Lee?" panggil Ji Wook.
Yeon Jae mengangguk-angguk dengan jengah.
"Senang bertemu denganmu. Aku Kang Ji Wook." Ji Wook mengulurkan tangan.
Ragu-ragu Yeon Jae mengulurkan tangannya juga.

Ombak membuat yacht bergoyang. Yeon Jae kehilangan keseimbangan dan tergelincir. Reflek Ji Wook menangkap tubuh Yeon Jae. Mereka saling bertatapan. 

7 komentar:

  1. sinopsis selanjutnya mana???penasaran nihhhhh

    BalasHapus
  2. Di tunggu kelanjutannya....
    semaangaaaattt

    BalasHapus
  3. Ditunggu lanjutanyyyaaaaaa... ^-^

    BalasHapus
  4. lanjutin dong, di tunggu ya.. :D

    BalasHapus
  5. makasih sinop nya... ditunggu bgt lanjutannya ya....

    BalasHapus
  6. Ahahaha....tatoonya keren^^

    BalasHapus

Comment