Rabu, 18 Agustus 2010

Autumn's Concerto Episode 3

 

Guang Xi menyelamatkan Mu Cheng yang di culik oleh mantan pacarnya Ai Li dan gengnya. Kemudian Tuo Ye juga datang ikut menolong bahkan dirinya rela dipukuli agar Guang Xi bisa membawa Mu Cheng pergi. Sementara Tuo Ye dipukuli Guang Xi menggandeng tangan Mu Cheng untuk melarikan diri. Mereka naik bus. Tanpa sadar tangan mereka masih bergandengan. Tapi buru-buru mereka lepas.
"Tanganmu tak apa-apa, kan?" tanya Guang Xi.
"Tidak apa-apa," jawab Mu Cheng. "Terimakasih. Saya tak menyangka kamu datang menolong saya." Lalu Mu Cheng melihat kepala Guang Xi yang tadi abis dipukuli masih berdarah. Ia mengambil sapu tangan dan mengelap luka di kepala Guang Xi.
"Maaf. Kalau bukan karena saya, kamu pasti tidak sesial ini."
"Iya, sejak mengenalmu aku sial terus," jawab Mu Cheng
Mu Cheng lalu berdiri karena salah tingah saat Guang Xi mendekati wajahnya. Ia beralasan mau bertanya tujuan bus pada supir. Tapi Guang Xi menahannya. Ia menyuruh Mu Cheng duduk kembali dan ia pindah ke kursi sebelah. Mencari posisi yang enak untuk duduk.
"Aku belum pernah naik bus. Lebih tidak nyaman daripada yang ku bayangkan."
Mu Cheng kaget dan tidak percaya Guang Xi belum pernah naik bus. "Sebenarnya kamu datang dari planet mana sih?"
Guang Xi bercerita. Flash back waktu ia masih kecil di dalam mobil bersama ibunya. "Waktu kecil aku melihat dari jendela mobilku denagan iri pada orang yang ada di dalam bus yang bisa memutuskan sendiri mau pergi kemana."
"Aku malah kebalikannya," ucap Mu Cheng. "Waktu kecil aku paling benci naik bus. Walaupun ngantuk dan lelah aku tak berani tidur di dalam bus." Mu Cheng pernah punya pengalaman ditinggal bibinya pergi saat tertidur di dalam bus. Dari kejadian itu setiap Mu Cheng pergi naik bus ia selalu mencari tempat duduk di dekat jendela. Melihat keluar dan mencatat setiap tempat yang dilewati oleh bus. Dengan begitu ia bisa menemukan jalan pulang jika tidak dapat menemukan bibinya. (kasian ya Mu Cheng ini.)
"Jika kita dari awal sudah kenal baik. Kamu bisa mengajak aku naik bus. Aku bisa duduk disampingmu dan tidak akan meninggalkanmu sendirian."

Turun dari bus Mu Cheng berjalan dengan Guang Xi sambil membicarakan burung yang pernah mereka temukan terluka dan mereka rawat di gereja Sheng De. Lalu Guang Xi menjelaskan saat ia jatuh pingsan di lapangan dulu, ia pikir yang datang dan ia genggam tangannya adalah Mu Cheng.
Tiba-tiba ponsel Guang Xi berbunyi, tapi Guang Xi menyerahkannya pada Mu Cheng.Ternyata SMS dari Yi Qian. Bunyinya: Siang ini jangan lupa kencan kita.
Setelah membaca SMS itu Guang Xi pergi. Sebelum pergi ia menyuruh Mu Cheng datang lagi bermain piano nanti malam.

Pamannya Mu Cheng,  A Cai datang ke rumah Guang Xi mengantar makanan. Pembantu rumah tangga disana bilang Direktur Fang sedang pergi dan akan pulang sampai larut malam. Pamannya A Cai terlihat senang dan menduga Guang Xi juga pasti tidak akan pulang. (kayaknya mau macem2 lagi neh).

Direktur He sedang berada di kantornya bersama Ru Fang Guo,
murid teladan yang pernah membantu Guang Xi mendapatkan nilai ujian. Dia merupakan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari perusahaan milik Direktur He. Direktur He tengah meminta bantuan dari Fang Guo untuk perusahaan Huan Yu miliknya.

Wartawan sedang mewawancarai Manage He dalam pesta peresmian pembukaan Yayasan Amal Perusahaan Huan Yu miliknya. Seorang anak kecil menghampiri Yi Qian dan meminta tolong dirinya untuk mengambil bolanya yang nyangkut di atas pohon. Yi Qian pergi mengikuti anak itu ke lapangan.
 Yi Qian mencoba mengambil bola yang nyangkut tapi pohonnya terlalu tinggi. Tiba-tiba saja Guang Xi datang langsung meloncat dan berhasil mengambil bola tsb. Anak-anak yang melihat bersorak senang.
"Aku kira kamu tidak datang." ucap Yi Qian senang. Lalu ia memberikan bola pada anak-anak itu. Yi Qian bilang anak-anak kecil itu mempunyai penyakit. Ayahnya membuka yayasan ini untuk menolong anak-anak yang mempunyai penyakit khusus. Saat tinggal di Amerika ia sering memantau perkembangan anak-anak itu. Makanya  ia ingin membantu mereka dengan menjadi dokter anak. Lalu Guang Xi bertanya mengapa anak-anak itu tampak senang. 
"Karena aku memberitahu mereka bahwa hari ini ada seorang pelatih akan datang mengajari mereka bermain sepak bola. Ini adalah tujuanku mengundang kamu," jawab Yi Qian.
 Acara peresmian di mulai. Direktur He berpidato di hadapan para wartawan. Ia bilang ia membangun yayasan ini karena puteri tunggalnya Yi Qian pindah dari Amerika untuk melanjutkan study di Taiwan. Selesai berpidato ia menerima ucapan selamat dari Direktur Fang. Mereka melihat Guang Xi dan Yi Qian sangat akrab bermain sepak bola dengan anak-anak. Direktu He bilang orang yang spesial yang pernah dikatakan Yi Qian adalah Guang Xi. Ru Fang Guo berdiri di dekat mereka sambil nguping (kayaknya dia suka sama Yi Qian atau iri sama Guang Xi).
Lalu Fang Guo mendekati Guang Xi dan Yi Qian. Sengaja menghina Guang Xi di depan Yi Qian dengan bilang Guang Xi pembuat masalah sampai pernah berurusan dengan polisi dan aneh bisa datang dalam acara amal seperti ini. Yi Qian malah bilang kalau pengalaman hidup Guang Xi sangat menarik. Guang Xi gantian membalas dan bilang Fang Guo adalah mahasiswa kutu buku yang lumayan. Dulu hanya bisa bersembunyi di dalam buku akhirnya bisa hidup normal.
Guang Xi dan Yi Qian kembali bermain bola. Ia menendang bola mengenai seorang anak laki-laki yang duduk di kursi roda.
Anak itu bilang ia ingin ikut bermain tapi ia tidak bisa menendang bola. Guang Xi menghibur anak itu dan bilang bola bukan hanya bisa ditendang, tapi bisa dimainkan dengan cara lain. Lalu ia mengajari anak itu memutar bola dengan jari. Gadis kecil yang tadi minta tolong bertanya pada Yi Qian apakah Guang Xi adalah teman pria Yi Qian. 
Yi Qian tersenyum dan menjawab. "Apa kamu tahu arti teman pria?"
"Tentu saja saya tahu. Teman pria adalah orang yang bergandengan tangan denganmu." (polos banget ya ucapan anak kecil).
Guang Xi melihat jam tangannya. Ia bilang pada Yi Qian sebenarnya ia ada janji. Ia harus pergi sepuluh menit lagi. Yi Qian menawarkan diri untuk membantu Guang Xi pergi dari sana. Lagi-lagi si Fang Guo nguping (hobi deh kayaknya).
"Kedua mata ibuku sangat hebat. Kamu mau akting seperti apa?"
"Keracuan makanan atau sakit lambung?" usul Yi Qian. Tiba-tiba Guang Xi merasa pusing lalu ia jatuh pingsan. 
Yi Qian berteriak minta tolong. Ibunya dan Direktur He datang. Yi Qian yang mengira Guang Xi sudah menjalankan aktingnya berusaha menenangkan Direktur Fang yang ingin mendekat (padahal Guang Xi pingsan beneran). Fang Guo mengambil kesempatan dengan bilang sepertinya perlu dipanggilkan dokter. Tujuannya sih biar ketahuan Guang Xi bohong.

Mu Cheng datang ke ruang piano. Ia melihat burung yang ia namai Xiao Le dan mengajaknya bicara. Ia datang lebih awal dan sambil menunggu Guang Xi ia memainkan piano untuk Xiao Le.

Dirumah Paman A Cai gelisah sambil melihat jam di dinding. Sudah pukul 7 malam. Ia menyuruh istrinya (tapi kayaknya mereka belum merit deh) Bibi Mu Cheng untuk segera pergi les menari. Setelah istrinya pergi ia cepat-cepat menyusul Mu Cheng di gereja Sheng De. Ia tak tahu kalau istrinya yang sudah curiga mengikutinya dari belakang. 

"Sebenarnya dia punya penyakit apa sampai pingsan. Tolong kalian beritahu saya karena saya penanggung jawab dalam rapat wartawan tadi." Fang Guo menanyai Yi Qian dan Guang Xi yang sedang rebahan di sofa. Ia masih mengira kalau Guan Xi pura-pura pingsan.
Guang Xi "Tenang saja. Ini penyakit lamaku. Hari ini aku lupa membawa obat.
"Kamu hanya pura-pura pingsan, kan? Sekarang saya akan melapor pada Direktur He. Biar dia tahu ada orang yang merusak acaranya."
Yi Qian melarang. Ia tahu bahwa Guang Xi tidak pura-pura. Tadi dokter bilang padanya kalau Guang Xi  kemungkinan mempunyai penyakit dibagian otak, tapi dokter belum bisa memastikan dan menyarankan agar Guang Xi melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Guang Xi bangun dan bilang "Kalau tidak merepotkan beritahu Direktur He bahwa dokter menyuruh saya pulang istirahat." Sebelum pergi ia mengedipkan mata pada Yi Qian.
Ia naik ke mobilnya. Melihat ke arah jam tangannya. Kayaknya ia sudah terlambat janjian sama Mu Cheng. Guan Xi masih merasakan pusing lalu ia meminum obat dan memaksakan diri pergi.

Mu Cheng masih memainkan piano saat mendengar langkah kaki. "Kamu terlambat," ucapnya. Tapi ia sangat terkejut saat yang datang adalah Paman A Cai bukan Guang Xi. "Untuk apa datang kesini?"
Pamannya memberi ia segepok uang. "Ambillah!"
"Ini untuk apa?" tanya Mu Cheng bingung.
"Bukannya uang yang bisa membuatmu membuka baju."
Mu Cheng ketakutan. Ia mengambil tasnya dan hendak pergi. Pamannya menghalangi.
"Setiap hari dengan tuan muda yang bermarga Ren itu datang kesini melakukan apa? Apa kamu pikir saya tidak tahu."
Mu Cheng membela diri. Ia bilang ia tidak melakukan macam-macam yang seperti pamannya bilang. Tapi pamannya tak menghiraukan.
"Kamu jangan mengharapkan tuan muda Ren datang malam ini. Hari ini dia sangat sibuk." Lalu ia menarik tangan Mu Cheng dan menjatuhkannya di sofa. 
Ia berusaha memperkosa Mu Cheng. Mu Cheng menangis dan berteriak minta tolong. Paman A Cai membekap mulut Mu Cheng. Mu Cheng memohon agar pamannya melepaskannya. Paman A Cai tak mau melepaskan Mu Cheng begitu saja apalagi ia mengira sudah di dului oleh orang lain.
Mu Cheng masih memohon-mohon sambil menangis. "Saya adalah puteri yang kamu rawat dari kecil. Saya mohon lepaskan saya." 
Paman A Cai makin beringas. Untung Bibi cepat datang dan berteriak "Kalian sedang buat apa?"
Paman melepaskan Mu Cheng. Ia panik dan salah tingkah. Ia membela diri bahwa Mu Cheng lah yang sedang merayunya dan meminta uang darinya. Lalu ia memungut uang di bawah sofa dan menunjukkan uang yang tadi ia berikan pada Mu Cheng pada bibi.. Bibi percaya ucapannya. Ia sangat marah pada Mu Cheng. "Lelaki di dunia ini begitu banyak . Kenapa mau memilih Paman A Cai?"
Mu Cheng berusaha meluruskan permasalahan, namun bibi tak mau mendengar kata-katanya. Ia malah hendak memukul Mu Cheng. Untung Guang Xi datang tepat waktu menghalanginya. Ia menahan tangan bibinya. Guang Xi melihat Mu Cheng menangis dan tahu apa yang terjadi. Emosinya meledak. Ia langsung menghajar Paman A Cai (ugh, sukur tuh.rasain dasar aki2 ga tau diri). Bibi menghalangi Guang Xi yang nggak mau berhenti memukul Paman A Cai. Ia benar-benar hilang kendali. Security datang mendengar keributan dan berusaha melerai. Ia membawa Guang Xi pergi. 
Guang Xi disidang di ruangan rektor. Ia ditanya kenapa tiba-tiba memukul karyawan Sheng De. Paman A Cai  mukanya babak belur meminta Guang Xi di hukum.
 Ia berkata bohong kalau Guang Xi menyerangnya tanpa alasan hanya karena ia sedang bermain piano bersama Mu Cheng. Ia bilang mau menuntutnya. Mu Cheng diam saja. Mungkin ia syok. Guang Xi kembali kalap mendengar ucapan Paman A Cai yang memutarbalikan fakta. Ia hendak memukul Paman A Cai lagi, tapi dihalangi. Guang Xi berteriak untuk panggil polisi saja. Mu Cheng hendak bicara, tapi bibi menyuruhnya tutup mulut. Suasana jadi ribut. Rektor menengahi dan bilang ia sudah meminta hasil rekaman CCTV. Mendengar itu Paman A Cai ketakutan dan mengajak bibi serta Mu Cheng pulang. Pengacara Guang Xi datang memberi kabar bahwa rekaman CCTV telah hilang. 
Mendengar hal itu Paman A Cai merasa di atas angin. Ia malah berniat minta ganti rugi setelah melakukan visum pada luka-lukanya. Guang Xi marah dan memukul meja.

Bibi menarik Mu Cheng masuk ke dalam rumah dan mengurung Mu Cheng di ruang bawah tangga. Setelah itu ia marah-marah pada Paman A Cai.

Paman masih membela diri dan terus-terusan bilang kalau Mu Cheng yang merayunya. Mu Cheng tertunduk pasrah mendengarnya.
Tidak itu saja paman juga bilang Mu Cheng ingin mengikuti ujian masuk universitas dan pergi dari rumah pastilah butuh uang. Bibi tidak percaya begitu saja. Paman bilang kalau tidak percaya geledah saja kamar Mu Cheng pasti akan menemukan formulir ujian dan ia juga menyembunyikan uang disana. Bibi memeriksa kamar Mu Cheng. Mencari kertas formulir yang dimaksud paman. Mu Cheng masuk ke kamarnya mengambil amplop berisi uang dan formulir yang di cari bibinya. Lalu memberikan pada bibinya.
"Saya memang ingin ikut ujian, tapi saya tidak pernah merayunya. Uang ini saya simpan dari hasil saya bekerja."
Bibinya marah dan bilang Mu Cheng tidak tahu balas budi. Ia mengambil baju-baju Mu Cheng di lemari dan memasukkannya ke dalam tas lalu mengusir Mu Cheng dari rumah. 
Mu Cheng memohon pada bibinya. "Saya ikut ujian karena setelah lulus ingin membawamu pergi. Jangan mengandalkan dia lagi."
Bibinya tak peduli. Ia mendorong Mu Cheng keluar dan melempar tasnya. 
Mu Cheng menangis sambil membereskan baju-bajunya yang berserakan di lantai. Ia mengambil foto keluarganya (Ayah, Bibi dan dia) yang  ikut pecah. Guang Xi datang. Ia mengambil semua barang-barang dari tangan Mu Cheng. "Jangan demi orang yang tak peduli padamu meneteskan air mata." Guang Xi mengusap air mata di pipi Mu Cheng dengan sayang.
Guang Xi membawa Mu Cheng ke rumah kosong milik temannya Jacko yang dipinjamnya. Mu Cheng pamit untuk mandi. Ia menatap ruam merah pada lehernya di kaca wastafel. Ia teringat kembali pada saat pamannya berusaha memperkosanya. Tangannya juga merah-merah. Ia merasa jijik pada dirinya. Lalu menangisi nasibnya dengan sesenggukan.
Ia menyalakan keran air agar Guang Xi tak mendengar suara tangisannya (kasian Mu Cheng. Jadi pengen nangis juga). Sementara di luar Guang Xi tengah membereskan tempat tidur. 
Mengganti seprai dan sarung bantal  lalu mengecek jendela kamar. Selesai mandi mereka duduk di diatas ranjang. 
Guang Xi mulai bercerita.
"Dulu ada seorang putri. Dia ditangkap oleh raja setan. Raja setan bilang walaupun kamu berteriak sampai tenggorokan pecah, tidak ada orang yang akan datang menolong. Terus putri itu berteriak 'tenggorokan pecah'. Kamu tahu siapa yang datang? 'Tidak ada orang' telah keluar. Ada seorang bernama 'tidak ada orang' muncul karena putri berteriak keras 'tenggorokan pecah'. Jadi seperti yang raja setan katakan 'tidak ada orang' muncul. Ia datang menolong putri. Lain kali, jika bertemu bahaya kamu tak perlu berteriak 'tenggorokan pecah'. Asal kamu memanggil Ren Guang Xi 3 kali, aku akan muncul menolongmu." (wah, kalo aku yang panggil beneran bisa muncul gak yah si Guang Xi ini.hehe...) 
Guang Xi membuatkan Mu Cheng susu, tapi setelah kembali ke kamar Mu Cheng sudah terlelap. Ia memandang wajah Mu Cheng yang tertidur. Marah pada dirinya sendiri karena datang terlambat. Dan berjanji peristiwa hari ini tidak akan terjadi lagi.

Pagi harinya saat terbangun, di meja sudah ada sarapan dan ada notes kecil dari Guang Xi. Mu Cheng teringat  pada burung dan buru-buru pergi.
Di kampus semua mahasiswa mendapat pesan. HP mereka bunyi secara bersamaan yang membuat kampus langsung heboh. Gosip langsung menyebar bahwa gadis kantin Liang Mu Cheng ketahuan sedang bermesraan di Sheng De. Tuo Ye yang lewat bingung semua orang membicarakan tentang gadis kantin. Mu Cheng ternyata datang ke kampus. Ia bertemu dengan dua orang mahasiswa yang langsung membicarakan gosip tentangnya. Tuo Ye juga mendapat MMS dengan nama si pengirim: Ratu Gosip. Pesan gambar itu berupa foto Mu Cheng yang tengah bersama pamannya kemarin malam.
HP Mu Cheng berbunyi, seorang mahasiswi melemparkan kertas padanya hanya untuk memastikan bahwa ia adalah gadis kantin yang dimaksud. Mu Cheng belum sadar bahwa dirinya jadi bahan gosip pagi ini. Ia lalu membuka ponselnya dan kaget melihat foto dirinya. Bukan hanya itu saja semua dinding kampus telah ditempeli fotonya. Mu Cheng menyobek semua gambar di dinding. Para mahasiswa mengikutinya dari belakang sambil mengejeknya.
Mu Cheng hanya tertunduk sambil menangis. Tuo Ye datang dan bilang angkat kepalamu. Jika tak bersalah jangan tundukkan kepala. Ia marah-marah dan membela Mu Cheng. Mengusir semua orang pergi.
 Di kantor Direktur Fang sibuk menerima telepon. Ia tengah bersama pengacaranya. Skandal foto Mu Cheng telah sampai padanya. Ia terlihat kesal di sekolahnya bisa terjadi hal seperti ini. Sudah banyak wartawan yang menelepon dan dewan kampus memintanya segera menyelesaikan masalah ini. Direktur Fang meminta pengacara menutup kantin dan mengusir keluarga Mu Cheng pergi. Guang Xi masuk.

Ia keberatan dengan keputusan Ibunya. Ia  yang tahu permasalahan yang sebenarnya menilai ibunya sebagai pimpinan universitas Sheng De yang tidak bisa membedakan benar dan salah. Ia menjelaskan Mu Cheng tak pernah ada hubungan apapun dengan ayah tirinya. Yang benar adalah ayah tirinya sedang berusaha memperkosanya. Ibunya bilang  nama baik Sheng De lebih penting karena Guang Xi ada pada malam itu dan ketahuan memukul ayah tiri Mu Cheng. Mereka berdebat. Pengacara mengusulkan agar mencari kebenaran untuk kasus ini karena gosip sudah kadung menyebar. Tujuannya untuk melindungi citra baik Sheng De. Guang Xi langsung menyanggupinya.

Tou Ye sedang bersama dengan Mu Cheng. Ia menduga foto itu pastilah diambil dari rekaman CCTV dan orang yang menyebar adalah orang yang mencuri rekaman CCTV itu. Ia sedang menyuruh Lin Zai, temannya memeriksa sumber foto itu. Lin Zai datang membawa laptop dan memperlihatkan bahwa yang menyebar foto itu berasal dari IP yang tertuju pada Zhang Ai Li (mantan pacar Guang Xi-red).
Tuo Ye bilang percuma saja membuktikan Mu Cheng tidak bersalah jika mereka tidak bisa mengambil bukti rekaman tsb. Guang Xi datang. Ia optimis walaupun bukti tidak cukup, tapi ia bisa membuktikan kebenaran. Makanya ia mau datang sebagai pengacara. Ia meminta izin Mu Cheng. Sempat memikirkan nasib bibinya, namun akhirnya Mu Cheng mengangguk setuju. Tuo Ye ikut bekerja sama dengan berjanji akan mendapatkan kaset rekaman dari Zhang Ai Li.

Ru Fang Go diam-diam menemui Paman Cai. Ia menawarkan diri menjadi pengacara untuknya dan berjanji akan memenangkan kasusnya.
Ia tahu Guang Xi yang akan menjadi pengacara Mu Cheng. Kayaknya ia dendam pada Guang Xi karena dulu hampir saja dikeluarkan dari kampus karena pernah ketahuan membantu nilai ujian Guang Xi. Dia mengambil kesempatan ini untuk mengalahkan Ren Guang Xi.
Guang Xi mulai bekerja. Ia mengambil buku yang cukup tebal di kolong tempat tidurnya. Bukunya berdebu (ketauan banget gak pernah di baca). Ia mulai mencatat poin-poin penting untuk menjatuhkan Zhou Jin Cai (Paman  A Cai). Ia bekerja sama dengan Jacko dan satu temannya lagi (gak tau namanya) mencari kebiasaan dan berusaha menemukan catatan keburukan Zhou Jin Cai. Mereka mendatangi kantor polisi. Menyelidiki sampai ke tetangga rumah Mu Cheng. Sementara Guang Xi sibuk meneliti beberapa kasus pemerkosaan yang pernah terjadi. Direktur Fang melihat keseriusan anaknya yang selama ini ia tahu cuma bisa bersenang-senang dan bikin masalah.

Fang Guo tengah mengajari Paman Cai berbicara untuk sidang nanti. Tampaknya ia kesulitan mengajari Paman Cai.

Guang Xi memandangi whiteboard catatan kasus Mu Cheng. Belum ada orang yang mau bersaksi untuknya. Mu Cheng datang dan memberinya minum.
"Sekarang kau adalah saksi yang penting untukku. Kau percaya saja padaku. Tak peduli bagaimana caranya aku pasti akan memenangkan peperangan ini." Lalu ia mengajari Mu Cheng berlatih menjadi saksi di persidangan.

Guang Xi mendapat telepon dari Yi Qian yang mengajak bertemu. Mereka bertemu di lapangan basket dan bermain sambil mengobrol. Guang Xi tiba-tiba merasakan kram pada tangannya. Yi Qian yang calon  dokter tahu ada yang tak beres pada Guang Xi langsung memeriksanya dengan meletakkan jari di depan mata Guang Xi dan menyuruhnya melihat dengan gerakan yang sama pada kedua matanya. Benar saja Guang Xi langsung merasakan pusing. Pandangannya menjadi kabur. Yi Qian menyarankan Guang Xi pergi ke dokter memeriksakan keadaannya. Guang Xi menolak dan bilang ia sangat sibuk dan tak punya waktu mengurusi hal lain. Waktunya tersita untuk menghadapi persidangan besok lusa. Yi Qian memberinya sesuatu sebagai hadiah karena ia telah mengajari anak-anak bermain bola di yayasan kemarin. Semacam MP3.
"Ini adalah laporan kedokteran yang saya kumpulkan. Di dalamnya ada pembagian tingkatan pemerkosaan. Mungkin bisa membantu." Guang Xi tampak senang dan berterimakasih pada Yi Qian.

Guang Xi mendatangi rumah Pengacara. Ia tampak ragu-ragu. Pengacara (sampe sekarang masih lom tau nama pengacara Guang Xi) keluar dan membawa Guang Xi ke ruang kerjanya. Memberikan buku-buku yang mungkin bisa membantu Guang Xi.
Guang Xi dan Mu Cheng pergi ke rumah bibinya. Tapi Mu Cheng tak berani masuk takut bibinya masih marah padanya. Guang Xi masuk sendirian dan Mu Cheng menunggu di luar. Bibinya mengira Mu Cheng yang datang dan ia terlihat kesal waktu melihat Guang Xi.
 Guang Xi merayu Bibi agar mau menjadi saksi dalam persidangan Mu Cheng besok. Bibi malah marah-marah dan tak mau menjadi saksi untuknya. Guang Xi kesal ia pergi ke kamar Mu Cheng. Mengambil gambar pintu kamar Mu Cheng yang banyak dipasangi kunci gembok.
 Terus ia mengambil kertas. Menuliskan nomor telepon dan memberikannya pada bibi.
"Jika kamu tersambar petir atau di jalanan melihat seekor anak kambing minum susu. Tiba-tiba memikirkan Mu Cheng yang sangat berbakti padamu dan memutuskan membantunya sekali saja, teleponlah aku." ucap Guang Xi kemudian pergi. Bibi mengejarnya dan memanggil nama Mu Cheng, tapi ia terpaku saat melihat jemuran selimutnya telah rapi di lipat.


Sumber gambar : iurgnotmis.wordpress.com ; celcius-thoughts.blogspot.com

1 komentar:

Comment