Minggu, 05 Juni 2011

Sinopsis Romance Town Episode 3



Soon Geum berteriak penuh sukacita setelah berhasil memenangkan undian lotre sebesar 14 milyar Won. Ia datang ke makam ibunya untuk berterima kasih. Tak hanya itu saja, ia bahkan memberi penghormatan pada semua makam disana dan berulang kali mengucapkan terima kasih. Tak sengaja Soon Geum bertemu dengan Young Hee. Young Hee sedang berziarah ke makam kakek dan ayahnya. Ia heran melihat tingkah Soon Geum.
Secara tiba-tiba Soon Geum menarik bunga yang terselip di telinga Young Hee dan menyelipkannya ditelinganya sendiri.

Soon Geum berkata menjadi gila setelah Gun Woo memecatnya. Young Hee menatap Soon Geum dengan pandangan lain. Kemudian senyumnya merekah.
"Aku baru menyadari ternyata kau cantik, Ahjumma."


Gun Woo mulai bekerja di kantor ayahnya. Ia meminta ayahnya untuk melimpahkan proyek investasi kepadanya. Tuan Kang sepertinya masih meragukan kemampuan putranya. Nilai investasinya tak main-main mencapai triliyunan. Tuan Kang malah menceramahi Gun Woo panjang lebar. Gun Woo hanya berkata ingin menjadi seperti ayahnya, malahan ingin melebihi ayahnya.


Hyun Joo membersihkan kamar mandi. Tak sengaja ia meninggalkan cincin mutiaranya disana. Oh Boon Ja, mistress/madu Tuan Jang masuk ke kamar mandi (ternyata di Korea ada poligami juga). Ia menemukan cincin Hyun Joo. Ia mengira itu cincin miliknya dan langsung memakainya. 

Boon Ja keluar. Ia minta dibuatkan teh oleh Hyun Joo. Saat melihat cincin di jari Boon Ja, Hyun Joo baru menyadari cincinnya hilang. Ia buru-buru ke kamar mandi mencari cincinnya. Hyun Joo semakin yakin cincin yang dipakai Boon Ja adalah miliknya karena tak menemukan cincinnya disana.

Boon Ja minum teh bersama istri pertama Tuan Jang, Kim Soon Ok (manggilnya Nyonya Jang aja ya) sambil menonton TV. Boon Ja iri saat melihat mutiara di cincin Nyonya Jang.
"Mutiaramu sangat besar seperti anggur. Milikku hanya sebesar lubang hidung," komentar Boon Ja sambil menatap cincinnya. Boon Ja langsung sadar bahwa cincin yang dipakainya bukan miliknya karena ukurannya malah lebih besar dari milik Nyonya Jang. Ia buru-buru menutupi jarinya.

Nyonya Jang penasaran lalu menyambar tangan Boon Ja. Ia kesal karena kalah saing. Boon Ja mengutarakan keheranannya melihat ukuran mutiara di cincinnya menjadi besar.
"Apa karena menyerap air dan tumbuh menjadi lebih besar? Cincinku hanya sebesar lubang hidung," ucap Boon Ja bingung. Nyonya Jang hanya diam saja menahan marah. Boon Ja ketakutan Nyonya Jang akan menjual cincinnya.


Hyun Joo keluar rumah dengan keadaan marah. Tuan Jang mengikutinya. Ternyata Hyun Joo mendapatkan cincin itu dari Tuan Jang. Ia marah karena Tuan Jang membelikan cincin yang sama untuk ketiga wanitanya. Tuan Jang membujuk Hyun Joo agar tak marah lagi, tapi Hyun Joo tak menghiraukannya dan malah melengos pergi.


Joo Won mendatangi kediaman Young Hee. Da Kyum memberitahunya bahwa Young Hee tak ada di rumah. Joo Won mengabaikan ucapannya. Seperti tuan rumah, Joo Won mulai memeriksa kebersihan setiap ruangan, mengecek masa expired makanan di kulkas, dan membenahi tempat tidur Young Hee. Da Kyum memandangnya sebal tanpa berkomentar apa-apa. Setelah tugas pengontrolan selesai, Joo Won melenggang pergi tanpa berbicara sepatah katapun pada Da Kyum.


Nyonya Kang stress melihat tumpukan piring kotor yang menggunung. Kang San menghampirinya dengan wajah belepotan (kasian gak ada yang ngurus).
"Aku lapar, nenek..." ucap Kang San sambil menarik baju Nyonya Kang.
"Jangan panggil aku nenek," hardik Nyonya Kang tanpa peduli pada perut kelaparan Kang San dan malah pergi.
Kang San menangis dan memanggil-manggil Soon Geum.


Hyun Joo baru pulang belanja. Tanpa sengaja kantung belanjaannya sobek. Semua sayurannya di dalam kantung itu tumpah ke jalanan. Hyun Joo memunguti sayurannya satu-persatu. Nyonya Kang keluar dengan wajah kesal. Hyun Joo meminta tolong Nyonya Kang agar membantunya. Bukannya membantu, Nyonya Kang malah dengan sengaja menginjak telur Hyun Joo dan pergi tanpa rasa bersalah. Hyun Joo kesal. Ia menggerutu sendiri mengatai Nyonya Kang. Nyonya Kang yang belum jauh mendengar ucapannya. Ia berbalik dan langsung menampar pipi Hyun Joo.

Hyun Joo syok. Ia tak menyangka Nyonya Kang tega menamparnya.
"Katakan....Kenapa kau menamparku?" tuntut Hyun Joo.
"Apa aku temanmu? Pantaskah aku memunguti telur-telur itu bersama seorang pembantu? Orang yang bekerja di rumah orang lain seharusnya tahu posisi mereka. Siapa kau bisa melakukan itu? Bagaimana bisa kau memerintahku melakukan ini dan itu?" sembur Nyonya Kang.
Hyun Joo yang terlanjur emosi menantang Nyonya Kang berkelahi. Ia kembali mengata-ngatai Nyonya Kang. Amarah Nyonya Kang mendidih. Ia mengambil telur dan memecahkannya di kepala Hyun Joo.
"Bagaimana dengan kau? Berapa lama kau menjadi pembantu rumah tangga?"

Hyun Joo tak mau kalah. Ia melumuri kepala Nyonya Kang dengan tomat. Mereka adu mulut dan saling jambak-jambakan rambut.
Secara kebetulan Da Kyum dan Soo Jung melihat perkelahian itu. Mereka bergegas mendekat dan berusaha memisahkan mereka berdua.

Baik Hyun Joo maupun Nyonya Kang tak ada yang mau mengalah. Mereka saling dorong satu sama lain. Da Kyum dan Soo Jung sampai kewalahan. Jareu Rin datang dengan wajah bingung. Ia ikut membantu melerai perkelahian itu.

Soo Jung tampak membela Nyonya Kang. Ia berteriak marah pada Hyun Joo dan menyuruhnya meminta maaf. Tapi tanpa yang lain sadari bahkan Nyonya Kang sendiri, Soo Jung ikut menjambak rambut Nyonya Kang, menjatuhkannya dan menusukkan hak sepatu ke punggung Nyonya Kang.
Tuan Hwang yang baru pulang melihat perkelahian itu bersamaan Tuan Jang yang keluar dari rumahnya. Mereka kaget dan segera mendekat. Tuan Hwang membantu Nyonya Kang bangun. Para pembantu terkejut dengan tindakan heroik Tuan Hwang. Sedangkan Hyun Joo diselamatkan oleh Tuan Jang. Mata para pembantu kembali terbelalak lebar.

Akhirnya perkelahian selesai. Mereka dibawa masuk dengan tatapan heran dari ketiga pembantu.
"Mana yang lebih penting? Apa Madam Trophy menang atau unnie Hyun Joo yang menang? Apa dia berencana untuk mengalahkan Nyonya sekarang?" tanya Jareu Rin.
"Mereka sangat beruntung memiliki pria yang menyelamatkan mereka setelah berkelahi seperti itu," komentar Soo Jung. Da Kyum dan Jareu Rin mengangguk setuju.

Lalu mereka mulai memunguti sayuran milik Hyun Joo yang berceceran di jalanan. Sambil memunguti sayuran, Soo Jung menceritakan otak devil-nya yang berhasil mengerjai Nyonya Kang. Da Kyum dan Jareu Rin langsung tertawa keras.


Hyun Joo berlari masuk ke kamarnya tanpa menghiraukan seruan Tuan Jang. Ia menarik fotonya bersama kedua anak lelakinya dan menangis sesenggukan.


Sementara itu Tuan Hwang mendudukkan Nyonya Kang yang tampak syok di sofa. Nyonya Kang merasa sangat malu. Ia meminta Tuan Hwang melupakan kejadian ini dan menganggapnya tak pernah ada. Tuan Hwang mengangguk mengerti. Ia menyelipkan sapu tangannya di tangan Nyonya Kang.


Hyun Joo keluar dari kamarnya. Tuan Jang terlihat sangat mengkhawatirkannya. Hyun Joo meminta maaf. Ia juga berkata akan menjual cincin pemberian Tuan Jang dan akan mengirimkan uang penjualan cincin itu untuk orang tua dan anak-anaknya.


Soo Geum datang ke tempat penukaran lotre. Seorang ahjussi yang merupakan teman ayahnya ternyata bekerja disana. Ia mengenali Soon Geum dan menyapanya. Ia mengira Soon Geum datang kesana mencarinya untuk meminjam uang. Soon Geum panik. Ia takut ahjussi itu memberitahu ayahnya yang gila uang bahwa ia memenangkan lotre dalam jumlah besar. Ahjussi itu memberitahu Soon Geum bahwa ayahnya baru saja pergi. Mendengar hal itu, Soon Geum bergegas keluar mencari ayahnya.

Soon Geum berhasil menemukan ayahnya. Ia membawa ayahnya ke sebuah kedai. Ayahnya makan dengan sangat lahap. Soon Geum miris melihat penampilan ayahnya yang tinggal kulit dan tulang.
"Kau suka uang atau Go-Stop (permainan kartu Korea), ayah?" tanya Soon Geum.
"Aku lebih suka Go-Stop," jawab ayahnya.
"Kenapa?"
"Itu cara yang menyenangkan untuk menghasilkan uang," jawab ayah Soon Geum enteng tanpa rasa bersalah.
Soon Geum menarik nafas kesal. "Lalu, kau lebih menyukai aku atau Go-Stop?"
"Aku menyukaimu," jawab ayahnya cepat.
"Jadi jika aku memintamu berhenti bermain Go-Stop, bisa kan?"
Ayah Soon Geum jelas saja menolak. Soon Geum marah-marah.

Ayah Soon Geum mengambil dompet Soon Geum. Soon Geum pasrah karena mengira ayahnya akan mengambil uangnya lagi. Tapi ternyata ayahnya menyelipkan beberapa lembar uang ke dalam dompetnya. Ia baru menang judi. Tanpa sengaja ayah Soon Geum melihat kupon lotre disana. Soon Geum kaget. Ia langsung merampas kupon lotrenya dari tangan ayahnya. Ayah Soon Geum malah menasehati Soon Geum, jika judi Go-Stop itu lebih banyak peluang untuk menangnya.

Soon Geum sudah putus asa menghadapi kelakuan ayahnya. Ia mengajak ayahnya ke rumah sakit. Menurutnya kecanduan ayahnya pada judi merupakan penyakit yang harus diobati. Ayah Soon Geum tetap saja bebal. Ia berjanji akan berhenti judi jika sudah memenangkan uang banyak. Soon Geum kembali mengamuk. Tiba-tiba dua orang pria di meja sebelah  menggoda Soon Geum. Tak terima anaknya dilecehkan, ayah Soon Geum menendang salah seorang dari pria itu. Mereka terlibat perkelahian dan membuat keributan di kedai itu. Sebentar saja ayah Soon Geum sudah kalah. Ia dihajar habis-habisan sampai berdarah-darah. Soon Geum segera melarikan ayahnya ke rumah sakit.


Tuan Kang mengajak Gun Woo dan Young Hee minum bersama. Gun Woo minum beberapa teguk soju sekaligus. Young Hee sampai terheran-heran. Ia mengingatkan Gun Woo tak bisa minum.

"Ayahku tak tahu hal-hal seperti ini. Dia tak pernah memperhatikanku," sindir Gun Woo pada ayahnya.
"Kau mengatakan ingin hidup seperti aku? Kau membuat beberapa tuntutan besar. Maka kau hanya hidup seperti yang aku lakukan saat seusiamu," ucap Tuan Kang.
Gun Woo tak paham pada ucapan ayahnya. Tuan Kang menunjuk Young Hee.
"Young Hee, jelaskan kau hidup pada usiamu sekarang?"
Young Hee bengong. Ia juga tak paham kemana arah pembicaraan Tuan Kang.
Tuan Kang tertawa "Maka kau hanya hidup sepertiku ketika aku berumur 30 tahun. Young Hee, apa sekarang kau dapat hidup dengan umur 55 tahun sepertiku?"
"Apa yang kau suka ketika berumur 30 tahun, ayah?" tanya Gun Woo mulai paham.
"Kau akan tahu besok," jawab Tuan Kang lalu pergi dengan meninggalkan rasa penasaran untuk Gun Woo dan Young Hee.


Young Hee bingung dengan sikap Tuan Kang. Ia menganggap Tuan Kang telah mengkhianati Gun Woo. Setelah Kang San 'dipaksa' untuk menjadi putra Gun Woo, ada hal buruk apa lagi?
"Hyung, apa aku juga akan mengkhianati anakku nantinya," tanya Gun Woo menerawang.
Young Hee hanya tersenyum. Ia malah bertanya bagaimana Gun Woo bisa menjadi kurus.
"Aku lebih serius tentang hal itu daripada belajar. Dan itu jauh lebih melelahkan daripada belajar. Tidak peduli berapa banyak kesulitan dan kecerdasan yang aku masukkan ke dalam pikiranku, jika beratku tetap 150 kg, semua orang yang aku tahu tanpa kecuali selalu melihatku seperti alien, tertawa dengan ukuran tubuhku, mengabaikanku, memandang ke bawah, dan bergosip tentangku.  Itu jelas ... Terutama ayahku."
"Aku pengecualian," timpal Young Hee.
"Hanya nenek pengecualian. Mengapa aku harus membebaskanmu? Orang yang benar-benar tulus padaku adalah nenek. Apapun yang terjadi aku harus menemukan nenek dan mempekerjakannya kembali."

Young Hee berkata pembantu di rumah Gun Woo cantik juga. Gun Woo mengingatkan Young Hee, jika Soon Geum masih muda. Gun Woo berkomentar pedas, Soon Geum hanya merusak hidupnya dengan menjadi pembantu. Young Hee tak habis pikir, jika Gun Woo diet apa mulutnya menjadi kotor?


Gun Woo mampir ke supermarket untuk membeli minuman kaleng. Ia mendapat telepon dari seseorang yang menginformasikan nomor telepon nenek. Gun Woo kebingungan karena tak memegang kertas.

Sementara itu Soon Geum berjalan masuk ke dalam supermarket. Ia merenung memikirkan biaya rumah sakit ayahnya. Soon Geum teringat kupon lotrenya. Ia tersenyum lega dan mengambil kupon lotrenya. Tiba-tiba Gun Woo merampas lotre itu dan mencatat nomor telepon nenek di belakang lotre itu. Soon Geum hanya bisa terbelalak kaget.

Ia berteriak minta lotrenya dikembalikan. Ia mencoba merampas lotre dari tangan Gun Woo, tapi Gun Woo langsung menjauhkan lotre itu dari jangkauannya.


Tuang Kang pulang ke rumah. Saat menyalakan lampu, ia hampir kena serangan jantung mendapati istrinya duduk dalam kegelapan sambil memegangi sapu tangan Tuan Hwang yang masih kotor. Tiba-tiba Nyonya Kang meminta mobilnya diganti. Tanpa pikir panjang Tuan Kang langsung mengabulkan permintaan istrinya. Nyonya Kang minta kartu kredit tanpa limit. Lagi-lagi Tuan Kang menuruti kemauannya.
"Kau tak tahu bagaimana mengatakan 'tidak' sekali saja?"
Nyonya Kang terlihat kecewa. Selama ini, ia selalu senang dimanjakan kemewahan oleh suaminya. Tapi ia baru sadar uang tak selamanya bisa menghadirkan kebahagiaan. Apalagi disaat dirinya sedang terluka, ia butuh sandaran dan butuh seseorang yang mau mendengar keluh kesahnya. Tuntuntan terakhir Nyonya Kang meminta Soon Geum kembali dipekerjakan.


Soon Geum masih saja berebut kupon lotre dengan Gun Woon. Tinggi Soon Geum yang 'seadanya' tak mampu menjangkau tangan Gun Woo yang teracung ke atas. Soon Geum sampai melompat-lompat berusaha meraih lotrenya.

Gun Woo mulai mengejek Soon Geum. Soon Geum kesal. Ia menginjak kaki Gun Woo yang reflek membungkuk. Soon Geum segera merampas lotrenya dan langsung kabur.
Gun Woo mengejar Soon Geum dengan lari terpincang-pincang. Soon Geum hampir bertabrakan dengan Young Hee yang hendak masuk ke dalam. Gun Woo berteriak pada Young Hee untuk mengejar Soon Geum. Young bergegas mengejar Soon Geum. Sementara itu, sambil menahan sakit Gun Woo mencoba mengingat-ingat nomor telepon nenek.

Young Hee berhasil menangkap Soon Geum. Soon Geum memohon agar Young Hee melepaskannya.
"Jika kau membiarkanku pergi, aku akan memberikanmu tanduk rusa," bujuk Soon Geum.
"Tanduk rusa tak cocok untukku," Young Hee menolak penawaran Soon Geum.
"Aku kelinci kecil. Jika kau membiarkanku pergi, nanti aku akan memberikan hatiku," janji Soon Geun sambil memohon-mohon. Young Hee akhirnya melepaskan Soon Geum.


Soon Geum mendatangi para sahabatnya mencari pinjaman uang. Dari keempat sahabatnya tak ada yang bisa membantunya. Soon Geum tampak kecewa. Tapi Jareu Rin sempat memberikan kartu nama Kyo Capital, tempat peminjaman uang yang ia temukan di sofa milik bosnya.


Soon Geum mendatangi tempat itu. Dengan takut-takut Soon Geum masuk ke dalam. Di dalam tidak ada orang. Melihat suasananya saja membuat Soon Geum semakin merinding. Ia mengurungkan niatnya untuk meminjam uang dari rentenier.

Soon Geum buru-buru keluar. Secara bersamaan seorang pria hendak masuk ke dalam. Soon Geum yang mendorong pintu duluan membuat dahi pria itu terbentur dan jatuh.

Soon Geum terkejut dan segera meminta maaf. Soon Geum kembali terkejut saat mengenali pria itu adalah Tuan Hwang. Tuan Hwang yang melihat Soon Geum tak kalah kagetnya. Soon Geum mengira Tuan Hwang datang kesana juga bertujuan untuk meminjam uang. Tiba-tiba saja darah segar mengucur dari dahi Tuan Hwang. Soon Geum panik.
"Apa kau dipukuli oleh rentenier?" tanya Soon Geum (haha...padahal Soon Geum sendiri yang buat dahinya Tuan Hwang berdarah). Tuan Hwang malah bengong. Ia seakan tak merasakan dahinya berdarah cukup banyak. Soon Geum mengumpat dan memaki-maki rentenier yang telah memukuli Tuan Hwang.

Soon Geum memberi Tuan Hwang saputangan untuk menutupi lukanya. Soon Geum menyatakan simpatinya. Tuan Hwang kikuk. Ia mengajak Soon Geum pergi mencari tempat pinjaman lain. Saat mereka hendak pergi, 4 orang berbadan besar datang.
"Presiden..." ucap mereka kompak sambil memberi hormat pada Tuan Hwang.

Soon Geum syok mendengar kata Presiden dan langsung sadar bahwa Tuan Hwang bukan berniat meminjam uang disana melainkan pemilik tempat itu. Tuang Hwang yang dari awal ingin menutupinya dari Soon Geum tampak pasrah sambil menatap anak buahnya. Anak buah Tuan Hwang berteriak histeris saat melihat dahi bosnya berdarah. Soon Geum semakin ketakutan.

Soon Geum menunduk ketakutan ditatap 5 pasang mata dihadapannya. Ia duduk berhadap-hadapan dengan Tuan Hwang. Sedangkan anak buah Tuan Hwang berdiri berjejer di belakang bosnya. Tuan Hwang memakan permen lolipop sambil menunggu Soon Geum buka suara. Tapi Soon Geum benar-benar dicekam rasa takut. Tuan Hwang mengerti ketakutan Soon Geum. Ia membagikan lolipop pada anak buahnya dan menyuruh mereka kembali bekerja.

"Masih takut?" tanya Tuan Hwang. "Aku juga takut orang-orang di 1st Street tahu aku melakukan pekerjaan ini sebagai mata pencaharianku. Nona, kau tahu apa rasanya takut, kan?"
Soon Geum semakin ketakutan. Ia berjanji akan merahasiakan hal ini dari semua orang. Tuan Hwang meminta Soon Geum memanggilnya ahjussi. Lalu ia bertanya mengapa Soon Geum sampai mendatangi rentenier untuk meminjam uang. Ia menyarankkan Soon Geum meminjam saja ke bank.
"Aku tak punya jaminan. Apalagi kartu kredit. Alasanku datang kesini karena orang tuaku."
Tuan Hwang bingung. Mana mungkin ia bisa memberikan pinjaman tanpa jaminan apapun. Soon Geum menawarkan kupon lotrenya.
"Berapa banyak yang diterima pemenang lotre?" Tuan Hwang bertanya pada anak buahnya.
"14 milyar won," jawab Soo Geum cepat.
"Berapa yang kau dapat setelah dikurangi pajak 33 %?"
"9,5 milyar," Soon Geum kembali menjawab cepat tanpa bantuan alat hitung. Anak buah Tuan Hwang yang memegang kalkulator membenarkan hitungan Soon Geum.
Kesepakatan dibuat. Soon Geum akan menerima uang sebesar 9,5 milyar. Tuan Hwang berbaik hati dengan menambahkan 500 juta won. Jadi total yang di dapat Soon Geum 10 milyar won.


Tuan Hwang membawa Soon Geum ke bunker tempat penyimpanan uang-uangnya. Mereka masuk ke salah satu bunker. Di dalam sana ada berdus-dus uang yang terbungkus rapi (inget sama Gringgots, Bank Sihir di Harry Potter). Tuan Hwang membuka satu dus itu dan memperlihatkan isinya yang pada Soon Geum. Soon Geum hampir pingsan karena seumur hidupnya baru melihat uang sebanyak 10 milyar won.


Di rumah Gun Woo berusaha menghubungi nomor nenek berdasarkan ingatannya. Ia kesal karena telah banyak nomor yang dicoba, tak ada satupun yang tersambung ke ponsel nenek. Gun Wo teringat pada Soon Geum. Ia menghubungi Soon Geum dari nomor telepon Soon Geum yang masih ia simpan. Soon Geum tak mengangkat teleponnya. Gun Woo berteriak marah.


Masih di bunker, Soon Geum terbengong-bengong memandangi uang-uangnya sedang dihitung. Panggilan dari Gun Woo tak diindahkannya. Gun Woo terus saja menghubunginya. Tak mau ada yang mengganggu, Soon Geum me-reject telepon Gun Woo.

Penghitungan akhirnya selesai. Tuan Hwang menyerahkan kunci bunker itu dan meminta kupon lotre dari Soon Geum.
"Kau punya uang sekarang. Hiduplah dengan bahagia. Hiduplah dengan bangga," nasehat Tuan Hwang. Soon Geum tersenyum dengan mata berbinar-binar.


Tuan Kang mencabut semua fasilitas yang ada pada Gun Woo. Ia juga menyetujui keinginan Gun Woo untuk menangani proyek investasi di perusahaannya. Ia menantang Gun Woo yang ingin hidup sepertinya.
"Coba hiduplah seperti aku. Ketika aku berusia 30 tahun. Berjuanglah dengan baik, Gun Woo!" seru Tuan Kang pada putranya.
"Aku mempunyai kepercayaan diri," ucap Gun Woo tegas.


Ayah Soon Geum bangun. Ia menggeledah tas Soon Geum untuk mencari kupon lotre. Tentu saja ia tak menemukan lotre itu di dompet Soon Geum. Ayah Soon Geum kembali mengingat-ingat angka-angka yang tertera di lotre itu. Ia curiga putrinya telah memenangkan undian lotre.


Soon Geum membelanjakan uang pertamanya di supermarket dengan membeli sikat gigi dan odol. Sementara itu Da Kyum cs datang ke rumah sakit untuk menjenguk ayah Soon Geum. Mereka melewatkan Soon Geum yang tengah menerima telepon di lobby hotel.
Di dalam kamar pasien, Hyun Joo dan Soo Jung malah mengajak ayah Soon Geum berjudi Go-Stop. Da Kyum kesal melihat kelakukan mereka. Sedangkan Jareu Rin yang bertugas mengawasi di pintu terlihat gelisah.

Seorang suster datang untuk mengecek. Jareu Rin segera memberi peringatan. Mereka bergegas memberesi kartu-kartu itu dengan memasukkannya ke bawah selimut. Tapi sialnya, ayah Soon Geum tak sempat menyembunyikan kartu yang ada di tangannya. Suster itu kebingungan saat ayah Soon Geum sama sekali tak mau membuka kepalan tangannya.

Setelah suster pergi, mereka tak kapok melanjutkan judi lagi. Kali ini yang datang Soon Geum. Mereka tak sempat menghindar. Sudah bisa di duga Soon Geum langsung mengamuk. Ia membuang semua kartu-kartu itu dan menghujani mereka dengan tatapan tajam. Ia sudah muak dengan kelakuan ayahnya. Hyun Joo meminta ayah Soon Geum memaklumi emosi putrinya yang sedang labil karena baru saja berhenti dari pekerjaannya. Soon Geum langsung membantahnya. Ia tak ingin ayahnya tahu, terlebih lagi uang 10 milyar yang baru didapatnya. Tak mau ayahnya bertanya macam-macam, Soon Geum mengusir pergi teman-temannya.

Da Kyum dan Jareu Rin menyalahkan Hyun Joo dan Soo Jung yang telah membuat ulah sehingga membuat Soon Geum marah.


Ayah Soo Geum menyerahkan amplop berisi uang. Uang itu dibawa teman-teman Soo Geum untuk biaya perawatannya. Soon Geum merasa bersalah pada teman-temannya. Ayah Soon Geum menyinggung masalah kupon lotre. Soon Geum langsung tegang. Ayah Soon Geum seakan dapat membaca pikiran putrinya yang takut uangnya akan diambil olehnya. Soon Geum meyakinkan ayahnya bahwa ia tak berhenti dari pekerjaannya. Ayah Soon Geum tetap saja tak percaya pada ucapan putrinya. Ia heran mengapa Soon Geum masih di rumah sakit jika masih bekerja menjadi pembantu.


Indra penciuman ayah Soon Geum memang dilatih untuk membaui uang. Ia masih yakin jika Soon Geum memenangkan lotre itu. Untuk memastikan berapa uang yang di dapat putrinya, ia menghubungi temannya. Dari temannya, ia tahu bahwa pemenang pertama mendapatkan uang sebesar 14 milyar won. Mendadak ayah Soon Geum terkena serangan jantung.


Soon Geum kebingungan mencari tempat tinggal. Ia duduk di halte bus dengan wajah frustasi. Ponselnya berbunyi. Kang San menghubunginya yang diprakarsai oleh Nyonya Kang. Soon Geum sangat senang mendengar suara Kang San yang terus-terusan memanggilnya. Dari seberang sana, Nyonya Kang mengajari Kang San untuk membujuk Soon Geum kembali. Tapi Kang San cuma berkata Ahjumma....Ahjumma....berulang kali (lucu banget liat Kang San).


Sepulang dari rumah sakit, Da Kyum cs pergi ke toko make-up. Mereka masing-masing tampak sibuk mencoba sample make-up disana. Hyun Joo tertarik dengan lipstik merah darah. Soo Jung juga naksir lipstik warna pink, namun tak berniat membelinya. Ia berasalan tak ada penghuni rumah yang akan melihatnya, jadi untuk apa memakai lipstik (baru sadar Soo Jung doang yang majikannya gak pernah keliatan). Tanpa Soo Jung tahu, Hyun Joo mengambil pilihan lipstik-nya.


Da Kyum cs berjalan dibawah bunga sakura yang bermekaran. Hyun Joo memberi kejutan untuk Soo Jung dengan membelikannya sebuah lipstik. Soo Jung terlihat sangat senang.


Soon Geum 'menjenguk' uang-uangnya. Dengan hati-hati, ia masuk ke bunkernya. Soon Geum mengeluarkan satu dus uangnya. Lalu memeluk uang-uangnya dengan tertawa bahagia. Kesenangannya berhenti sebentar saat mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan ayahnya telah menghilang.


Ayah Soon Geum pergi ke supermarket dimana spanduk pemenang pertama lotre dipasang. Ia yakin angka-angka di spanduk itu cocok dengan lotre milik Soon Geum. Setelah itu ia mendatangi rumah Keluarga Kang untuk memastikan sendiri keberadaan Soon Geum disana. Nyonya Kang yang membukakan pintu untuknya. Tanpa basa-basi ayah Soon Geum langsung bertanya apa Soon Geum telah berhenti bekerja. Nyonya Kang menjawab tidak.


Tak jauh dari sana, dengan tergesa-gesa Soon Geum berlarian menuju rumah Keluarga Kang. Ayahnya harus melihatnya ada disana. Gun Woo baru pulang dari kantor dengan mobilnya. Ia melihat Soon Geum dan mensejajari langkahnya. Soon Geum  tak mengindahkannya. Ia seakan tak sadar mobil Gun Woo berjalan disampingnya. Gun Woo kesal dan menghentikan mobilnya dengan mendadak di depan Soon Geum.
Soon Geum syok. Hanya memandang Gun Woo dengan nafas ngos-ngosan. Tiba-tiba Gun Woo tersenyum. Soon Geum mencium gelagat tak baik. Perlahan-lahan mencoba melarikan diri. Serta merta Gun Woo menarik kerah bajunya.
"Sibuk?"
"Ya, sedikit," jawab Soon Geum pias.
"Kemana kau akan pergi?"
"Ke rumahmu."
"Naiklah," pinta Gun Woo. Soon Geum reflek menggeleng. "Kau bilang kau sibuk. Mobil ini lebih cepat daripada berlari."

Akhirnya Soon Geum pasrah. Ia dibawa Gun Woo naik ke mobilnya. Mereka sampai di depan rumah. Soon Geum melihat ayahnya ada di disana bersama Nyonya Kang dan Kang San. Ia berteriak-teriak memanggil ayahnya. Gun Woo bukannya berhenti, malah terus menjalankan mobil menjauhi rumahnya. Soon Geum baru sadar Gun Woo tengah 'menyandera'-nya.

"Bensinnya sudah habis? Mengapa remnya tak bekerja? Berapa nomor nenek?" Gun Woo sengaja tak mau menurunkan Soon Geum dan malah mengajaknya berputar-putar. Soon Geum hanya memejamkan mata dengan pasrah.
"Aku tak dapat mengingat nomornya dan aku tak bisa mengontak orang yang memberiku nomor itu. Apa kau tahu bagaimana perasaanku?" ancam Gun Woo. Ia tak mau berhenti berputar-putar sampai Soon Geum memberikan kupon lotre itu padanya.

Soon Geum mendapat SMS dari teman-temannya: Kau mengejar kami keluar, tapi sebenarnya uang itu dari Kang Gun Woo. Dia pasti merasa bersalah karena menendangmu keluar. Menyebut itu pesangon dan membawanya pada kami.
Soon Geum memandang Gun Woo tak percaya. Ia tak mampu berkata-kata. Hanya berulang kali memanggil nama Gun Woo. Gun Woo kembali memaksanya memberikan nomor telepon nenek. Lalu ia menghentikan mobilnya. Mengajak Soon Geum bermalam di dalam mobil sampai Soon Geum menunjukkan nomor telepon nenek. Gun Woo mengambil selimut. Merendahkan kursi mobil dan memejamkan matanya untuk tidur.

"Apa kau sangat menyukai nenek?" tanya Soon Geum melihat usaha Gun Woo yang sangat gigih mencari keberadaan nenek. Gun Woo diam saja.
"Meskipun dia hanya seorang pembantu?"
"Tentu saja," sahut Gun Woo. Lalu kembali melanjutkan tidurnya.
"Bagaimana dengan aku? Aku juga seorang pembantu seperti nenek. Aku juga merasa tak adil dipecat begitu saja. Bagaimana dengan aku?" paksa Soon Geum.
Gun Woo membuka matanya. "Aku menyukaimu dan membencimu."
Soon Geum terkejut. Ia tak mengerti. "Jadi kau mengatakan menyukaiku atau membenciku?"
"Kau serius?" tanya Gun Woo. Soon Geum mengangguk.
"Cobalah buat aku jatuh cinta padamu?"

3 komentar:

  1. Lanjutkan!! hehee _ fighting \\n_n//

    BalasHapus
  2. Ska bgt ma recapannya Dewi,panjang tp runtut,jd jls,ditunggu klanjutannya..jngn lma2 ya..,,hehe..SEMANGAT!!!

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Comment