Mu Cheng datang ke kedai Bibi Hua untuk meminta kardus bekas. Ia berniat melarikan diri dari desa Hua Tian guna menghindari Guang Xi yang telah mengancam akan mengambil Xiao Le darinya. Ia sekalian berpamitan pada Bibi Hua dan Kepala Desa yang kebetulan ada disana. Bibi Hua tak menyadari Mu Cheng akan pergi meninggalkan desa Hua Tian. Ia tak menghiraukan ucapan Mu Cheng dan malah memberikan serantang sup untuk Xiao Le yang baru keluar dari rumah sakit.
Berita mengenai Guang Xi adalah ayah biologis Xiao Le sudah sampai ke kuping Kepala Desa. Ia memberitahu Bibi Hua yang langsung kaget dan tak percaya. Bibi Hua menghubungkan batalnya pernikahan Guang Xi dan Yi Qian karena masalah ini. Lalu mereka mulai asyik menggosipkan sikap Guang Xi yang begitu perhatian pada Xiao Le selama di Hua Tian. Bahkan Guang Xi bersedia menjadi ayah luar angkasa-nya Xiao Le. Kepala Desa mewanti-wanti agar Bibi Hua tak membocorkan skandal ini pada orang lain. Ia khawatir skandal ini bisa merusak reputasi Mu Cheng. Apalagi Mu Cheng telah membuat skandal sebelumnya dengan hamil dan melahirkan Xiao Le tanpa suami. Bibi Hua mengerti, tapi suara Kepala Desa yang keras sudah membuat pengunjung kedainya mendengar obrolan mereka. Kepala Desa memukuli dirinya sendiri menyadari kebodohannya.
Tengah malam Mu Cheng mengemasi semua barang-barangnya. Xiao Le keluar dari kamarnya. Ia menghampiri Mu Cheng dan bertanya apa yang sedang dilakukan Mu Cheng. Mu Cheng memberitahu Xiao Le bahwa mereka akan pergi jauh dari Hua Tian.
Tuo Ye datang. Ia membawa Xiao Le kembali ke kamarnya. Setelah itu ia menemui Mu Cheng. Tuo Ye tahu Mu Cheng berniat kabur.
"Apa kau ingin pergi bersama Xiao Le? Apa kau berencana bersembunyi selama sisa hidupmu? Selain itu, kemana kau akan pergi?"
Mu Cheng sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Ia ketakutan dan hanya berpikiran untuk melarikan diri agar Xiao Le tetap bersamanya. Tuo Ye marah. Ia merasa tak dianggap oleh Mu Cheng. Mu Cheng seakan tak percaya bahwa ia bisa melindunginya dan Xiao Le.
"Mu Cheng, biarkan aku membantumu. Percayalah padaku," janji Tuo Ye.
"Ini bukan karena aku tak ingin bantuanmu. Guang Xi ingin berjuang untuk perwalian Xiao Le sekarang. Kau butuh uang untuk pergi ke pengadilan. Guang Xi seorang pengacara besar. Dan dia juga ayah biologis dari Xiao Le. Ditambah lagi, sekarang dia sangat membenciku. Aku takut Xiao Le dan aku dipaksa untuk berpisah. Ini antara aku dan dia. Aku akan menyelesaikannya sendirian," putus Mu Cheng.
Tuo Ye berkata masalah ini juga melibatkan dirinya. Guang Xi akan sangat mudah mengalahkan Mu Cheng di persidangan dengan kondisi Mu Cheng yang seorang ibu tunggal dan tak memiliki penghasilan tetap. Mereka harus bisa membuktikan bahwa Xiao Le hidup layak bersama Mu Cheng.
"Bagaiman kita melakukan ini?" tanya Mu Cheng putus asa.
"Nikahi aku..." ucap Tuo Ye.
Mu Cheng tertegun. Tuo Ye mendekat. Ia tahu apa yang barusan diucapkannya terkesan mendadak. Namun, Tuo Ye yakin hanya ini jalan satu-satunya untuk mempertahankan Xiao Le. Mu Cheng masih bimbang. Lama ia memikirkan kata-kata Tu Ye dan akhirnya mengangguk setuju.
Guang Xi bersama Gary, sekretarisnya sibuk mempelajari latar belakang Mu Cheng. Mereka mencari tahu kelemahan Mu Cheng untuk melawannya di persidangan nanti. Ibu tunggal dengan pendapatan rendah ditambah lagi Xiao Le mengidap penyakit diabetes, Guang Xi yakin hal itu sudah cukup untuk mengalahkan Mu Cheng. Gary juga telah memeriksa account bank milik Mu Cheng. Pendapatan yang diperoleh Mu Cheng setiap bulannya tak pernah stabil. Mu Cheng selalu menabung dalam jumlah sedikit.
Tuo Ye menghubungi Guang Xi. Ia meminta Guang Xi datang ke desa Hua Tian untuk membicarakan masalah Xiao Le. Guang Xi marah karena Tuo Ye campur tangan dalam masalah ini.
Setelah menutup telepon Guang Xi meminta Gary menyelidiki latar belakang Tuo Ye, kebiasaan buruknya sampai catatan kejahatannya. Guang Xi menghempasakan dirinya dengan kesal di kursi. Tak sengaja ia menendang kardus berisi teh bunga (bir khas desa Hua Tian) kiriman Bibi Hua. Guang Xi memandang botol bir itu dan tiba-tiba tersenyum lebar.
"Tukang Kebun, kau ingin melawanku? Aku akan bermain denganmu sekarang."
Mu Cheng gelisah menunggu kedatangan Guang Xi. Yuo Ye menggenggam tangan Mu Cheng untuk menenangkannya.
Guang Xi datang. Tanpa basa-basi ia melemparkan surat persetujuan pelimpahan hak asuh atas Xiao Le. Surat itu sekaligus memperjelas hubungan darah Guang Xi dan Xiao Le. Tuo Ye langsung menolak untuk menandatangi surat persetujuan itu. Ia mengumumkan rencana pernikahannya dengan Mu Cheng pada Guang Xi. Mereka yakin akan menang melawan Guang Xi.
Guang Xi tampak tenang. Ia malah merobek surat persetujuan itu. Setelah itu ia mengeluarkan sebuah dokumen lagi. Kali ini dokumen itu berisi catatan kejahatan Tuo Ye 10 tahun lalu yang terlibat perkelahian antar geng dan telah melukai banyak orang. Yuo Ye mati kutu. Guang Xi merasa diatas angin. Semua hal yang dapat menjatuhkan Tuo Ye, ia beberkan satu-persatu. Status kedai milik keluarganya yang dalam cicilan membuat Guang Xi ragu Tuo Ye mampu menghidupi satu keluarga lagi. Ditambah lagi dengan sikap Tuo Ye yang suka mengancam Hua Hong dan ayahnya. Tuo Ye naik darah. Ia hendak memukul Guang Xi, namun segera ditahan oleh Mu Cheng. Gaung Xi malah senang jika Tuo Ye sampai memukulnya. Dengan begitu akan sangat mudah menyeret Tuo Ye ke pengadilan.
Mu Cheng tak bisa tinggal diam lagi. Ia memperingatkan Guang Xi tak bisa bermain-main dengan hukum. Di dalam pengadilan perlu adanya bukti dan bukan ucapan omong kosong. Tuo Ye meminta Mu Cheng tak perlu takut dengan ancaman Guang Xi. Lagi-lagi Guang Xi hanya tersenyum licik.
Ponsel Tuo Ye berbunyi. Diseberang sana suara Bibi Hua terdengar panik. Beberapa polisi mendatangi kedainya karena mendapat laporan mereka telah melakukan tindakan ilegal. Tuo Ye segera mengajak Mu Cheng pulang.
Pihak kepolisian menyita berbotol-botol teh bunga milik Bibi Hua. Mereka menuduh kedai Bibi Hua telah melakukan tindakan ilegal dengan memproduksi minuman alkohol tanpa lisensi. Hal ini menyalahi Undang-Undang Tembakau dan Kontrol Alkohol.
Tuo Ye datang. Polisi malah langsung menangkap Tuo Ye guna proses investigasi lebih lanjut. Bibi Hua memohon-mohon agar Tuo Ye tak dibawa ke kantor polisi. Mu Cheng juga meminta pengertian dari mereka dan mengatakan hal ini hanyalah kesalahpahaman saja. Polisi meminta mereka menyiapkan seorang pengacara atau uang jaminan.
Guang Xi datang tepat waktu. Bibi Hua berteriak kegirangan melihat kedatangannya. Ia menyangka Guang Xi akan membebaskan Tuo Ye dari jeratan hukum.
"Mengapa dia belum di borgol juga?" seru Guang Xi.
Senyum di bibir Bibi Hua mendadak lenyap. Tuo Ye dan Mu Cheng langsung menyadari ini adalah permainan Guang Xi.
Mereka akhirnya tahu bahwa Guang Xi lah yang melaporkan masalah ini pada polisi. Tuo Ye kembali naik darah. Ia ingin menghajar Guang Xi. Petugas polisi menahannya dan segera membawanya pergi.
Bibi Hua mengamuk. Ia menumpahkan semua kemarahannya dengan memukuli Guang Xi. Ia tak menyangka Guang Xi berubah menjadi jahat. Mu Cheng dan Kepala Desa menarik Bibi Hua mundur.
"Ren Guang Xi, sebenarnya apa yang kau inginkan? Mengapa kau membuat kesulitan untuk penduduk desa. Kau sengaja melukai mereka?" teriak Mu Cheng. Kepala Desa juga tak habis pikir mengapa kepribadian Guang Xi tiba-tiba berubah.
"Maaf, ini adalah masalah keluarga antara aku dan Liang Mu Cheng. Ini tak ada hubungannya dengan kalian. Apa yang sekarang aku lakukan adalah membuat wanita yang mengkhianatiku untuk membayar kembali apa yang dia telah perbuat padaku. Selama seseorang bersedia untuk bekerja sama, Tou Ye tidak akan terluka. Aku tak ingin merusak hubungan kita hanya karena satu wantia. Tapi aku harap kalian mengerti bahwa siapa saja yang membantu Liang Mu Cheng berarti melawanku." ucap Guang Xi tegas.
Mu Cheng terbelalak. Ia tak menyangka Guang Xi sangat menaruh dendam padanya. Bibi Hua dan Kepala Desa hanya saling pandang. Selesai memberikan vonisnya, Guang Xi pergi. Mu Cheng meminta maaf da berjanji akan menyelesaikan masalah ini dengan Guang Xi. Lalu ia juga pergi mengejar Guang Xi.
Guang Xi pergi ke rumah Mu Cheng. Guang Xi ingin menemui Xiao Le. Mu Cheng menjadi panik dan berlarian mengejarnya. Guang Xi masuk kerumah dan mengunci semua pintu. Mu Cheng menggedor-gedor pintu minta dibukakan.
Guang Xi menghampiri Xiao Le. Ia marah saat tahu Xiao Le sedang memegang pisau. Ia merampas pisau itu dan bertanya apa Mu Cheng tak pernah melarangnya bermain pisau. Dengan polos Xiao Le menjawab Mu Cheng melarangnya, makanya ia bermain dengan pisau ketika Mu Cheng sudah pergi. Guang Xi melihat wortel yang pernah diukirnya ada di atas meja. Xiao Le menggunakan pisau itu untuk memotong akar wortel dan hendak menanamnya.
Xiao Le berkata tak menginginkan wortel itu lagi karena Guang Xi telah menikah dengan Bibi Cookie (panggilan Yi Qian dari Xiao Le). Guang Xi bertanya mengapa Xiao Le tak minta bantuan Mu Cheng. Xiao Le memberitahu bahwa Mu Cheng melarangnya untuk merindukan Guang Xi. Ia meminta Guang Xi merahasiakan hal ini, jika tidak Mu Cheng akan marah. Emosi Guang Xi menguar.
"Xiao Le, kau tak perlu menanam wortel. Tak apa-apa jika wortel itu mati. Karena Ayah ada disini dan tidak akan menikahi Bibi Cookie. Aku akan tinggal disampingmu." Guang Xi membuat pengakuan untuk pertama kalinya pada Xiao Le. Ia mengusap rambut Xiao Le dengan sayang. Lalu memangku Xiao Le.
Dari luar Mu Cheng memandangi pembicaraan ayah dan anak itu dengan ketakutan.
Guang Xi ingin menebus semua waktunya yang hilang pada Xiao Le. Ia berjanji akan membantu Xiao Le mengerjakan PR, menemani Xiao Le ke acara Family Gathering tiap tahunnya.
"Kau tak perlu mengatakan Miss Xu...Miss Xu lagi, karena Ayah ada disini."
"Tapi aku tak punya ayah," timpal Xiao Le.
"Kau punya," seru Guang Xi keras. "Xiao Le, aku ayahmu. Aku katakan sebelumnya bahwa aku pernah sakit lama. Sakitku membuatku melupakan semuanya termasuk Xiao Le."
"Shhh...Paman Guang Xi, kau boleh berbohong padaku, tapi jangan sampai Mu Cheng tahu. Jika Mu Cheng sampai tahu kau adalah ayahku, dia akan marah besar," bisik Xiao Le.
"Xiao Le, aku tak membohongimu. Aku mengatakan kebenaran. Mulai dari sekarang, kau akan tinggal dengan Ayah. Kita akan hidup bersama selamanya, bukankah itu bagus?" Guang Xi memeluk Xiao Le.
Xiao Le malah melepaskan pelukannya dan turun menghampiri Mu Cheng.
"Mu Cheng, Paman Guang Xi sangat aneh. Dia mengatakan bahwa dia ayah Xiao Le," tanya Xiao Le dibalik kaca pintu.
Kemarahan Guang Xi meledak. Ia bangun membuka pintu dan menyeret Mu Cheng keluar.
"Kau tak mengizinkan Xiao Le memanggilku ayah dan tak mengizinkan Xiao Le merindukanku. Selama 6 tahun ini, aku dan Xiao Le sudah kehilangan terlalu banyak. Apa kau tahu dia sudah berpikiran ayahnya tak akan pernah muncul. Aku tak akan menunggu lama lagi. Aku ingin memilikinya sekarang."
Mu Cheng meminta maaf karena telah melukai Guang Xi. Ia juga meminta Guang Xi melepaskan Tuo Ye. Guang Xi tak peduli. Menurutnya Mu Cheng sendiri yang telah menyeret-nyeret Tuo Ye ke dalam masalah mereka. Ia juga tak peduli dengan rencana pernikahan mereka. Yang diinginkannya hanyalah Xiao Le.
Mu Cheng memohon agar Guang Xi tak mengambil Xiao Le. Ia tak bisa hidup tanpa Xiao Le, begitu juga sebaliknya.
"Kau memohon padaku? Ketika aku memohon padamu untuk tak meninggalkanku, bagaimana kau memperlakukanku? Ketika aku memohon padamu untuk menjawabku, apa balasanmu?" teriak Guang Xi marah. "Kau menginginkan Xiao Le? Bisa...Menikah denganku!" Guang Xi menarik lengan Mu Cheng.
Mu Cheng syok. Ia memandang Guang Xi tanpa berkedip.
Guang Xi menyeringai.
"Jangang salah paham. Aku menikahimu bukan karena aku mencintaimu, tapi karena Xiao Le membutuhkan ibunya. Jangan berpikir kau sangat penting. Xiao Le mempunyai ayah sekarang. Tentu saja dia juga membutuhkan sosok ibu disampingnya. Setelah menikah, kau hanya perlu berpura-pura denganku, menjadi orang tua yang saling mencintai didepannya. Kau sangat pintar berakting, kan?"
Tentu saja Mu Cheng menolak mentah-mentah usulan gila Guang Xi. Guang Xi menyerahkan semua keputusan di tangan Mu Cheng. Jika Mu Cheng menolak, mereka akan bertemu di persidangan. Dan nasib Tuo Ye akan berakhir di penjara. Bagi Guang Xi itu merupakan pekerjaan yang sangat mudah bahkan ia bisa menjebloskan Tuo Ye hari ini juga ke penjara. Guang Xi tak main-main dengan ucapannya. Ia menawarkan bantuan hanya jika Mu Cheng mau datang bersamanya ke Kantor Catatan Sipil besok pagi untuk mencatatkan pernikahan mereka.
Yi Qian menulis e-mail permohonan maaf atas batalnya pernikahannya dengan Guang Xi pada semua teman-temannya. Direktur He turut merasakan kesedihan putrinya, namun yang bisa dilakukan hanya menguatkannya. Yi Qian berencana kembali ke Amerika untuk melanjutkan study-nya. Direktur He mendukung penuh keputusannya. Ia bahkan meminta Yi Qian menemui Guang Xi untuk meminta maaf.
Mu Cheng menemui Bibi Hua. Ia meminta maaf karena membuat Tou Ye masuk penjara. Ia juga menceritakan penawaran Guang Xi untuk menikahinya. Mu Cheng berkata pernikahan ini hanya untuk ajang balas dendam Guang Xi. Ia merasa sangat takut, tapi juga tak mau kehilangan Xiao Le. Bibi Hua menasehati Mu Cheng. Ia tahu sebenarnya Mu Cheng masih mencintai Guang Xi, begitu juga dengan Guang Xi. Mungkin takdir ingin memberikan kesempatan kedua lagi untuk mereka bersatu kembali.
Yi Qian datang ke kantor Guang Xi. Guang Xi terlihat dingin menyambut kedatangan Yi Qian. Selain untuk mengembalikan cincin pertunangan, Yi Qian juga mengabarkan keberangkatannya ke Amerika.
Yi Qian meminta Guang Xi mulai berhubungan baik dengan Mu Cheng. Guang Xi tersenyum kecut. Ia memberitahu Yi Qian bahwa besok ia akan menikahi Mu Cheng. Yi Qian terkejut tak mengira kelanjutan hubungan mereka secepat itu. Guang Xi berkata menikahi Mu Cheng hanya untuk balas dendam. Ia ingin Mu Cheng merasakan sakit seperti yang dulu dirasakannya. Yi Qian tak bisa memahami jalan pikiran Guang Xi yang menjadikan pernikahan hanya untuk balas dendam. Yi Qian berpendapat sebenarnya Guang Xi masih mencintai Mu Cheng dan mengikat Mu Cheng dalam pernikahan karena tak mau kehilangannya sekali lagi. Guang Xi menyangkalnya. Ia menikahi Mu Cheng agar Xiao Le punya ibu.
"Pernikahan seharusnya antara 2 orang yang bahagia berbagi sisa hidup mereka bersama-sama. Bukan seperti yang kau lakukan sekarang ini," nasehat Yi Qian.
Setelah tak ada lagi yang perlu dibicarakan, Yi Qian berpamitan pergi.
"Yi Qian..." panggil Guang Xi. Yi Qian menoleh.
"Terima kasih. Selama 6 tahun itu, aku pernah mencintaimu. Sungguh."
Yi Qian tersenyum miris. Mengusap air matanya yang tak terbendung lagi. "Aku tahu."
Lalu ia melangkah pergi. Berusaha menguatkan dirinya agar tak mengeluarkan air mata lagi. Guang Xi menahan sesak di belakangnya.
Mu Cheng mengatakan pada Xiao Le bahwa Guang Xi adalah ayahnya. Bukannya gembira, Xiao Le malah terlihat murung.
"Mu Cheng, aku sudah lama tahu bahwa Paman Guang Xi adalah ayahku. Mengapa orang dewasa suka membohongi anak kecil?" tanya Xiao Le.
Mu Cheng memangku Xiao Le. Ia berkata bohong karena merasa takut. Xiao Le meminta Mu Cheng tak perlu takut, karena Guang Xi telah berjanji mereka bertiga akan hidup bahagia bersama selamanya.
"Xiao Le, apa kau benar-benar berharap ibu dan ayahmu bersama?" tanya Mu Cheng.
Xiao Le meloncat kegirangan. Ia sangat menginginkan mereka bersama. Mu Cheng berkaca-kaca. Xiao Le bertanya mengapa Mu Cheng tak bahagia. Mu Cheng menggeleng. Ia berkata sangat bahagia karena kadangkala ketika orang dewasa bahagia mereka akan mengeluarkan air mata. Xiao Le mengusap rambut Mu Cheng dengan berkomentar orang dewasa sangat aneh.
Mu Cheng datang ke Kantor Catatan Sipil bersama Xiao Le. Setelah itu Guang Xi muncul bersama Bibi Zhang, pengasuh yang akan menjaga Xiao Le.
Guang Xi duduk disebelah Mu Cheng. Ia menyematkan cincin kawin di jari Mu Cheng dan jarinya sendiri. Guang Xi berkata dengan pedas bahwa ia memakaikan cincin itu untuk mengingatkan Mu Cheng akan statusnya.
"Ingatlah alasanku menikahimu karena kau ibu dari anakmu. Selain itu, kau bukan siapa-siapa," tandas Guang Xi.
Petugas Catatan Sipil memanggil nomor antrian mereka. Guang Xi menyerahkan formulir registrasi.
"Maaf Tuan, kau butuh saksi," ucap petugas itu.
Guang Xi memanggil Bibi Zhang. Tapi petugas itu membutuhkan 2 orang saksi. Guang Xi marah. Ia tak butuh saksi lain. Ia malah menyuruh petugas itu menjadi saksi ke-2. Petugas itu menurut dan memproses registrasi pernikahan.
Mu Cheng menagih janji Guang Xi untuk membebaskan Tuo Ye setelah mereka resmi menikah.
"Setelah menjadi Nyonya Ren, orang pertama yang kau khawatirkan masih tukang kebun itu," cela Guang Xi.
"Kau sudah janji," timpal Mu Cheng.
"Ini sangat familiar. Enam tahun lalu kau pergi berkencan denganku karena tukang kebun itu. Enam tahun kemudian, kau menikahiku masih karena tukang kebun itu."
Mu Cheng menunduk. Petugas Catatan Sipil memandang mereka dengan tatapan aneh. Guang Xi mengeluarkan secarik kertas.
"Pergi ke tempat ini untuk membebaskan kekasihmu, Nyonya Ren," ucap Guang Xi ketus. Lalu ia juga melemparkan kunci rumah baru yang akan ditinggali Mu Chen dan Xiao Le.
Guang Xi berpamitan kerja pada Xiao Le. Ia mencium Xiao Le. Xiao Le juga meminta Guang Xi memberikan ciuman untuk Mu Cheng. Mu Cheng mulai salah tingkah dan berusaha menolak. Guang Xi mendekati Mu Cheng dan langsung mendaratkan kecupan di bibir Mu Cheng. Xiao Le menutup mata.
Mendapatkan ciuman tak terduga, Mu Cheng syok. Ia menatap Guang Xi tajam. Guang Xi menyeringai. Ia meminta Mu Cheng harus terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Semua demi untuk Xiao Le.
Tuo Ye berkata masalah ini juga melibatkan dirinya. Guang Xi akan sangat mudah mengalahkan Mu Cheng di persidangan dengan kondisi Mu Cheng yang seorang ibu tunggal dan tak memiliki penghasilan tetap. Mereka harus bisa membuktikan bahwa Xiao Le hidup layak bersama Mu Cheng.
"Bagaiman kita melakukan ini?" tanya Mu Cheng putus asa.
"Nikahi aku..." ucap Tuo Ye.
Mu Cheng tertegun. Tuo Ye mendekat. Ia tahu apa yang barusan diucapkannya terkesan mendadak. Namun, Tuo Ye yakin hanya ini jalan satu-satunya untuk mempertahankan Xiao Le. Mu Cheng masih bimbang. Lama ia memikirkan kata-kata Tu Ye dan akhirnya mengangguk setuju.
Guang Xi bersama Gary, sekretarisnya sibuk mempelajari latar belakang Mu Cheng. Mereka mencari tahu kelemahan Mu Cheng untuk melawannya di persidangan nanti. Ibu tunggal dengan pendapatan rendah ditambah lagi Xiao Le mengidap penyakit diabetes, Guang Xi yakin hal itu sudah cukup untuk mengalahkan Mu Cheng. Gary juga telah memeriksa account bank milik Mu Cheng. Pendapatan yang diperoleh Mu Cheng setiap bulannya tak pernah stabil. Mu Cheng selalu menabung dalam jumlah sedikit.
Tuo Ye menghubungi Guang Xi. Ia meminta Guang Xi datang ke desa Hua Tian untuk membicarakan masalah Xiao Le. Guang Xi marah karena Tuo Ye campur tangan dalam masalah ini.
Setelah menutup telepon Guang Xi meminta Gary menyelidiki latar belakang Tuo Ye, kebiasaan buruknya sampai catatan kejahatannya. Guang Xi menghempasakan dirinya dengan kesal di kursi. Tak sengaja ia menendang kardus berisi teh bunga (bir khas desa Hua Tian) kiriman Bibi Hua. Guang Xi memandang botol bir itu dan tiba-tiba tersenyum lebar.
"Tukang Kebun, kau ingin melawanku? Aku akan bermain denganmu sekarang."
Mu Cheng gelisah menunggu kedatangan Guang Xi. Yuo Ye menggenggam tangan Mu Cheng untuk menenangkannya.
Guang Xi datang. Tanpa basa-basi ia melemparkan surat persetujuan pelimpahan hak asuh atas Xiao Le. Surat itu sekaligus memperjelas hubungan darah Guang Xi dan Xiao Le. Tuo Ye langsung menolak untuk menandatangi surat persetujuan itu. Ia mengumumkan rencana pernikahannya dengan Mu Cheng pada Guang Xi. Mereka yakin akan menang melawan Guang Xi.
Guang Xi tampak tenang. Ia malah merobek surat persetujuan itu. Setelah itu ia mengeluarkan sebuah dokumen lagi. Kali ini dokumen itu berisi catatan kejahatan Tuo Ye 10 tahun lalu yang terlibat perkelahian antar geng dan telah melukai banyak orang. Yuo Ye mati kutu. Guang Xi merasa diatas angin. Semua hal yang dapat menjatuhkan Tuo Ye, ia beberkan satu-persatu. Status kedai milik keluarganya yang dalam cicilan membuat Guang Xi ragu Tuo Ye mampu menghidupi satu keluarga lagi. Ditambah lagi dengan sikap Tuo Ye yang suka mengancam Hua Hong dan ayahnya. Tuo Ye naik darah. Ia hendak memukul Guang Xi, namun segera ditahan oleh Mu Cheng. Gaung Xi malah senang jika Tuo Ye sampai memukulnya. Dengan begitu akan sangat mudah menyeret Tuo Ye ke pengadilan.
Mu Cheng tak bisa tinggal diam lagi. Ia memperingatkan Guang Xi tak bisa bermain-main dengan hukum. Di dalam pengadilan perlu adanya bukti dan bukan ucapan omong kosong. Tuo Ye meminta Mu Cheng tak perlu takut dengan ancaman Guang Xi. Lagi-lagi Guang Xi hanya tersenyum licik.
Ponsel Tuo Ye berbunyi. Diseberang sana suara Bibi Hua terdengar panik. Beberapa polisi mendatangi kedainya karena mendapat laporan mereka telah melakukan tindakan ilegal. Tuo Ye segera mengajak Mu Cheng pulang.
Pihak kepolisian menyita berbotol-botol teh bunga milik Bibi Hua. Mereka menuduh kedai Bibi Hua telah melakukan tindakan ilegal dengan memproduksi minuman alkohol tanpa lisensi. Hal ini menyalahi Undang-Undang Tembakau dan Kontrol Alkohol.
Tuo Ye datang. Polisi malah langsung menangkap Tuo Ye guna proses investigasi lebih lanjut. Bibi Hua memohon-mohon agar Tuo Ye tak dibawa ke kantor polisi. Mu Cheng juga meminta pengertian dari mereka dan mengatakan hal ini hanyalah kesalahpahaman saja. Polisi meminta mereka menyiapkan seorang pengacara atau uang jaminan.
Guang Xi datang tepat waktu. Bibi Hua berteriak kegirangan melihat kedatangannya. Ia menyangka Guang Xi akan membebaskan Tuo Ye dari jeratan hukum.
"Mengapa dia belum di borgol juga?" seru Guang Xi.
Senyum di bibir Bibi Hua mendadak lenyap. Tuo Ye dan Mu Cheng langsung menyadari ini adalah permainan Guang Xi.
Mereka akhirnya tahu bahwa Guang Xi lah yang melaporkan masalah ini pada polisi. Tuo Ye kembali naik darah. Ia ingin menghajar Guang Xi. Petugas polisi menahannya dan segera membawanya pergi.
Bibi Hua mengamuk. Ia menumpahkan semua kemarahannya dengan memukuli Guang Xi. Ia tak menyangka Guang Xi berubah menjadi jahat. Mu Cheng dan Kepala Desa menarik Bibi Hua mundur.
"Ren Guang Xi, sebenarnya apa yang kau inginkan? Mengapa kau membuat kesulitan untuk penduduk desa. Kau sengaja melukai mereka?" teriak Mu Cheng. Kepala Desa juga tak habis pikir mengapa kepribadian Guang Xi tiba-tiba berubah.
"Maaf, ini adalah masalah keluarga antara aku dan Liang Mu Cheng. Ini tak ada hubungannya dengan kalian. Apa yang sekarang aku lakukan adalah membuat wanita yang mengkhianatiku untuk membayar kembali apa yang dia telah perbuat padaku. Selama seseorang bersedia untuk bekerja sama, Tou Ye tidak akan terluka. Aku tak ingin merusak hubungan kita hanya karena satu wantia. Tapi aku harap kalian mengerti bahwa siapa saja yang membantu Liang Mu Cheng berarti melawanku." ucap Guang Xi tegas.
Mu Cheng terbelalak. Ia tak menyangka Guang Xi sangat menaruh dendam padanya. Bibi Hua dan Kepala Desa hanya saling pandang. Selesai memberikan vonisnya, Guang Xi pergi. Mu Cheng meminta maaf da berjanji akan menyelesaikan masalah ini dengan Guang Xi. Lalu ia juga pergi mengejar Guang Xi.
Guang Xi pergi ke rumah Mu Cheng. Guang Xi ingin menemui Xiao Le. Mu Cheng menjadi panik dan berlarian mengejarnya. Guang Xi masuk kerumah dan mengunci semua pintu. Mu Cheng menggedor-gedor pintu minta dibukakan.
Guang Xi menghampiri Xiao Le. Ia marah saat tahu Xiao Le sedang memegang pisau. Ia merampas pisau itu dan bertanya apa Mu Cheng tak pernah melarangnya bermain pisau. Dengan polos Xiao Le menjawab Mu Cheng melarangnya, makanya ia bermain dengan pisau ketika Mu Cheng sudah pergi. Guang Xi melihat wortel yang pernah diukirnya ada di atas meja. Xiao Le menggunakan pisau itu untuk memotong akar wortel dan hendak menanamnya.
Xiao Le berkata tak menginginkan wortel itu lagi karena Guang Xi telah menikah dengan Bibi Cookie (panggilan Yi Qian dari Xiao Le). Guang Xi bertanya mengapa Xiao Le tak minta bantuan Mu Cheng. Xiao Le memberitahu bahwa Mu Cheng melarangnya untuk merindukan Guang Xi. Ia meminta Guang Xi merahasiakan hal ini, jika tidak Mu Cheng akan marah. Emosi Guang Xi menguar.
"Xiao Le, kau tak perlu menanam wortel. Tak apa-apa jika wortel itu mati. Karena Ayah ada disini dan tidak akan menikahi Bibi Cookie. Aku akan tinggal disampingmu." Guang Xi membuat pengakuan untuk pertama kalinya pada Xiao Le. Ia mengusap rambut Xiao Le dengan sayang. Lalu memangku Xiao Le.
Dari luar Mu Cheng memandangi pembicaraan ayah dan anak itu dengan ketakutan.
Guang Xi ingin menebus semua waktunya yang hilang pada Xiao Le. Ia berjanji akan membantu Xiao Le mengerjakan PR, menemani Xiao Le ke acara Family Gathering tiap tahunnya.
"Kau tak perlu mengatakan Miss Xu...Miss Xu lagi, karena Ayah ada disini."
"Tapi aku tak punya ayah," timpal Xiao Le.
"Kau punya," seru Guang Xi keras. "Xiao Le, aku ayahmu. Aku katakan sebelumnya bahwa aku pernah sakit lama. Sakitku membuatku melupakan semuanya termasuk Xiao Le."
"Shhh...Paman Guang Xi, kau boleh berbohong padaku, tapi jangan sampai Mu Cheng tahu. Jika Mu Cheng sampai tahu kau adalah ayahku, dia akan marah besar," bisik Xiao Le.
"Xiao Le, aku tak membohongimu. Aku mengatakan kebenaran. Mulai dari sekarang, kau akan tinggal dengan Ayah. Kita akan hidup bersama selamanya, bukankah itu bagus?" Guang Xi memeluk Xiao Le.
"Mu Cheng, Paman Guang Xi sangat aneh. Dia mengatakan bahwa dia ayah Xiao Le," tanya Xiao Le dibalik kaca pintu.
Kemarahan Guang Xi meledak. Ia bangun membuka pintu dan menyeret Mu Cheng keluar.
"Kau tak mengizinkan Xiao Le memanggilku ayah dan tak mengizinkan Xiao Le merindukanku. Selama 6 tahun ini, aku dan Xiao Le sudah kehilangan terlalu banyak. Apa kau tahu dia sudah berpikiran ayahnya tak akan pernah muncul. Aku tak akan menunggu lama lagi. Aku ingin memilikinya sekarang."
Mu Cheng meminta maaf karena telah melukai Guang Xi. Ia juga meminta Guang Xi melepaskan Tuo Ye. Guang Xi tak peduli. Menurutnya Mu Cheng sendiri yang telah menyeret-nyeret Tuo Ye ke dalam masalah mereka. Ia juga tak peduli dengan rencana pernikahan mereka. Yang diinginkannya hanyalah Xiao Le.
Mu Cheng memohon agar Guang Xi tak mengambil Xiao Le. Ia tak bisa hidup tanpa Xiao Le, begitu juga sebaliknya.
"Kau memohon padaku? Ketika aku memohon padamu untuk tak meninggalkanku, bagaimana kau memperlakukanku? Ketika aku memohon padamu untuk menjawabku, apa balasanmu?" teriak Guang Xi marah. "Kau menginginkan Xiao Le? Bisa...Menikah denganku!" Guang Xi menarik lengan Mu Cheng.
Mu Cheng syok. Ia memandang Guang Xi tanpa berkedip.
Guang Xi menyeringai.
"Jangang salah paham. Aku menikahimu bukan karena aku mencintaimu, tapi karena Xiao Le membutuhkan ibunya. Jangan berpikir kau sangat penting. Xiao Le mempunyai ayah sekarang. Tentu saja dia juga membutuhkan sosok ibu disampingnya. Setelah menikah, kau hanya perlu berpura-pura denganku, menjadi orang tua yang saling mencintai didepannya. Kau sangat pintar berakting, kan?"
Tentu saja Mu Cheng menolak mentah-mentah usulan gila Guang Xi. Guang Xi menyerahkan semua keputusan di tangan Mu Cheng. Jika Mu Cheng menolak, mereka akan bertemu di persidangan. Dan nasib Tuo Ye akan berakhir di penjara. Bagi Guang Xi itu merupakan pekerjaan yang sangat mudah bahkan ia bisa menjebloskan Tuo Ye hari ini juga ke penjara. Guang Xi tak main-main dengan ucapannya. Ia menawarkan bantuan hanya jika Mu Cheng mau datang bersamanya ke Kantor Catatan Sipil besok pagi untuk mencatatkan pernikahan mereka.
Yi Qian menulis e-mail permohonan maaf atas batalnya pernikahannya dengan Guang Xi pada semua teman-temannya. Direktur He turut merasakan kesedihan putrinya, namun yang bisa dilakukan hanya menguatkannya. Yi Qian berencana kembali ke Amerika untuk melanjutkan study-nya. Direktur He mendukung penuh keputusannya. Ia bahkan meminta Yi Qian menemui Guang Xi untuk meminta maaf.
Mu Cheng menemui Bibi Hua. Ia meminta maaf karena membuat Tou Ye masuk penjara. Ia juga menceritakan penawaran Guang Xi untuk menikahinya. Mu Cheng berkata pernikahan ini hanya untuk ajang balas dendam Guang Xi. Ia merasa sangat takut, tapi juga tak mau kehilangan Xiao Le. Bibi Hua menasehati Mu Cheng. Ia tahu sebenarnya Mu Cheng masih mencintai Guang Xi, begitu juga dengan Guang Xi. Mungkin takdir ingin memberikan kesempatan kedua lagi untuk mereka bersatu kembali.
Yi Qian datang ke kantor Guang Xi. Guang Xi terlihat dingin menyambut kedatangan Yi Qian. Selain untuk mengembalikan cincin pertunangan, Yi Qian juga mengabarkan keberangkatannya ke Amerika.
Yi Qian meminta Guang Xi mulai berhubungan baik dengan Mu Cheng. Guang Xi tersenyum kecut. Ia memberitahu Yi Qian bahwa besok ia akan menikahi Mu Cheng. Yi Qian terkejut tak mengira kelanjutan hubungan mereka secepat itu. Guang Xi berkata menikahi Mu Cheng hanya untuk balas dendam. Ia ingin Mu Cheng merasakan sakit seperti yang dulu dirasakannya. Yi Qian tak bisa memahami jalan pikiran Guang Xi yang menjadikan pernikahan hanya untuk balas dendam. Yi Qian berpendapat sebenarnya Guang Xi masih mencintai Mu Cheng dan mengikat Mu Cheng dalam pernikahan karena tak mau kehilangannya sekali lagi. Guang Xi menyangkalnya. Ia menikahi Mu Cheng agar Xiao Le punya ibu.
"Pernikahan seharusnya antara 2 orang yang bahagia berbagi sisa hidup mereka bersama-sama. Bukan seperti yang kau lakukan sekarang ini," nasehat Yi Qian.
Setelah tak ada lagi yang perlu dibicarakan, Yi Qian berpamitan pergi.
"Yi Qian..." panggil Guang Xi. Yi Qian menoleh.
"Terima kasih. Selama 6 tahun itu, aku pernah mencintaimu. Sungguh."
Yi Qian tersenyum miris. Mengusap air matanya yang tak terbendung lagi. "Aku tahu."
Lalu ia melangkah pergi. Berusaha menguatkan dirinya agar tak mengeluarkan air mata lagi. Guang Xi menahan sesak di belakangnya.
Mu Cheng mengatakan pada Xiao Le bahwa Guang Xi adalah ayahnya. Bukannya gembira, Xiao Le malah terlihat murung.
"Mu Cheng, aku sudah lama tahu bahwa Paman Guang Xi adalah ayahku. Mengapa orang dewasa suka membohongi anak kecil?" tanya Xiao Le.
Mu Cheng memangku Xiao Le. Ia berkata bohong karena merasa takut. Xiao Le meminta Mu Cheng tak perlu takut, karena Guang Xi telah berjanji mereka bertiga akan hidup bahagia bersama selamanya.
"Xiao Le, apa kau benar-benar berharap ibu dan ayahmu bersama?" tanya Mu Cheng.
Xiao Le meloncat kegirangan. Ia sangat menginginkan mereka bersama. Mu Cheng berkaca-kaca. Xiao Le bertanya mengapa Mu Cheng tak bahagia. Mu Cheng menggeleng. Ia berkata sangat bahagia karena kadangkala ketika orang dewasa bahagia mereka akan mengeluarkan air mata. Xiao Le mengusap rambut Mu Cheng dengan berkomentar orang dewasa sangat aneh.
Mu Cheng datang ke Kantor Catatan Sipil bersama Xiao Le. Setelah itu Guang Xi muncul bersama Bibi Zhang, pengasuh yang akan menjaga Xiao Le.
Guang Xi duduk disebelah Mu Cheng. Ia menyematkan cincin kawin di jari Mu Cheng dan jarinya sendiri. Guang Xi berkata dengan pedas bahwa ia memakaikan cincin itu untuk mengingatkan Mu Cheng akan statusnya.
"Ingatlah alasanku menikahimu karena kau ibu dari anakmu. Selain itu, kau bukan siapa-siapa," tandas Guang Xi.
Petugas Catatan Sipil memanggil nomor antrian mereka. Guang Xi menyerahkan formulir registrasi.
"Maaf Tuan, kau butuh saksi," ucap petugas itu.
Guang Xi memanggil Bibi Zhang. Tapi petugas itu membutuhkan 2 orang saksi. Guang Xi marah. Ia tak butuh saksi lain. Ia malah menyuruh petugas itu menjadi saksi ke-2. Petugas itu menurut dan memproses registrasi pernikahan.
Mu Cheng menagih janji Guang Xi untuk membebaskan Tuo Ye setelah mereka resmi menikah.
"Setelah menjadi Nyonya Ren, orang pertama yang kau khawatirkan masih tukang kebun itu," cela Guang Xi.
"Kau sudah janji," timpal Mu Cheng.
"Ini sangat familiar. Enam tahun lalu kau pergi berkencan denganku karena tukang kebun itu. Enam tahun kemudian, kau menikahiku masih karena tukang kebun itu."
Mu Cheng menunduk. Petugas Catatan Sipil memandang mereka dengan tatapan aneh. Guang Xi mengeluarkan secarik kertas.
"Pergi ke tempat ini untuk membebaskan kekasihmu, Nyonya Ren," ucap Guang Xi ketus. Lalu ia juga melemparkan kunci rumah baru yang akan ditinggali Mu Chen dan Xiao Le.
Guang Xi berpamitan kerja pada Xiao Le. Ia mencium Xiao Le. Xiao Le juga meminta Guang Xi memberikan ciuman untuk Mu Cheng. Mu Cheng mulai salah tingkah dan berusaha menolak. Guang Xi mendekati Mu Cheng dan langsung mendaratkan kecupan di bibir Mu Cheng. Xiao Le menutup mata.
Mendapatkan ciuman tak terduga, Mu Cheng syok. Ia menatap Guang Xi tajam. Guang Xi menyeringai. Ia meminta Mu Cheng harus terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Semua demi untuk Xiao Le.
geregetan ma Xiao Le... keren dia dah maen ma Jerry Yan juga... tinggal ma 2 lagi lengkap dia maen ma F4 haha
BalasHapuskeren....keren..banget...seneng banget bacax, poor MC..knapa GX jaht sekli, seandaix dia tau betapa besr pengorbanan MC utk mencintaix, konflikx udah menanjak n tegang banget padahal lum klimax, nahan nafas rasax..love u MC...Love u Dewi, fighting...semangat selalu dinanti kelanjutanx..pleaseeeee...!
BalasHapus-eka kalbar-
numpang comment habis baca sinop, :))
BalasHapusFighting fighting!!
Kereennn suka sama sinopsis dan filmnya
BalasHapus