Sabtu, 11 Juni 2011

Sinopsis Romance Town Episode 4


Gun Woo menyandera Soon Geum di mobil dalam upayanya mendapatkan nomor telepon Nenek Choon Jak yang ia tulis di tiket lotre milik Soon Geum. Bagi Gun Woo, nenek adalah segalanya.
"Bagaimana dengan aku? Aku seorang pembantu dan aku juga ditendang keluar dengan tidak adil seperti nenek. Bagaimana denganku?" tuntut Soon Geum menanyakan nasibnya yang tak jauh berbeda dari nenek.
"Aku menyukaimu dan membencimu," ucap Gun Woo.
"Kau bilang menyukaiku? Atau membenciku?" tanya Soon Geum bingung.
"Apa kau serius?" tanya Gun Woo balik.
"Ya." Soon Geum mengangguk.
"Coba rayu aku..."
Soon Geum tertegun. Lalu mulai salah tingkah dan merasa udara di mobil jadi panas. Gun Woo berkomentar udara malam ini sangat dingin bagaimana bisa Soon Geum berkata sebaliknya. Soon Geum menutup matanya, malu.

Sebuah mobil masuk ke 1st Street. Tuan Hwang ada di dalam mobil itu sambil memegangi tiket lotre yang tadinya milik Soon Geum. Ia menukar tiket itu dengan uang tunai 10 Milyar Won. Tuan Hwang membalik kupon itu dan menemukan sederet nomor telepon. Ia melewati mobil Gun Woo. Soon Geum yang melihat Tuan Hwang meminta tolong dengan mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil. Tuan Hwang menoleh namun tak merespon. Ia terus melaju pergi dengan mobilnya.

Soon Geum menunduk. Ia terkejut saat mendengar sebuah ketukan di kaca jendela disamping kursi Gun Woo. Tuan Kang beserta Nyonya Kang dan San memandangnya dengan heran. Gun Woo menaikkan kursinya. Mereka bertambah heran melihat Soon Geum dan Gun Woo bersama dalam satu mobil.


Soon Geum dibawa ke dalam rumah Keluarga Kang. Soon Geum duduk di lantai dan meminta pekerjaannya kembali. Gun Woo langsung memprotes. Tuang Kang angkat tangan. Ia mengancam akan mengusir Gun Woo jika menolak kehadiran Soon Geum. Gun Woo tetap pada pendiriannya untuk membawa nenek kembali ke rumah Keluarga Kang.

Tuang Kang menengahi dengan berkata Soon Geum akan bekerja sampai Gun Woo berhasil menemukan nenek Choon Jak. Tuan Kang meminta pengertian dari Gun Woo. Mereka membutuhkan Soon Geum untuk mengasuh San.
"Ketika kau berhasil menemukan nenek, aku akan mengepak koperku dan pergi tanpa sepatah katapun," janji Soon Geum.
"Kau bisa mengatakan ini?" sembur Gun Woo.
"Aku juga punya harga diri. Ini sangat tidak adil. Dia sangat tercela. Dia bahkan tak menginginkan aku kembali bekerja. Tapi aku tidak dapat pergi karena San. Aku ingin melihatnya. Jadi walaupun ini melukai harga diriku, aku ingin tinggal. Tolong biarkan aku bekerja lagi disini, Presiden." pinta Soon Geum. Ia juga memohon pada Nyonya Kang yang jelas-jelas menginginkan Soon Geum kembali.
Keputusan telah final. Soon Geum diterima kembali bekerja di kediaman Keluarga Kang. San senang Ahjumma telah kembali. Ia memeluk Soon Geum. Di dekatnya, Gun Woo menatapnya dengan pandangan benci.


Hal pertama yang dilakukan Soon Geum setelah kembali bekerja adalah menghubungi ayahnya yang masih di rumah sakit. Dari awal ia menyembunyikan statusnya yang kaya mendadak. Bukannya tak mau menjadi anak yang berbakti, tapi Soon Geum khawatir jika ayahnya tahu, maka ia akan menghabiskan uangnya di meja judi.


Kediaman Keluarga Jang. Boon Ja datang tergopoh-gopoh ke kamar Nyonya Jang. Ia membawa 2 buah cincin mutiara. Yang satu berukuran besar, yang satunya lagi kecil. Ia memperlihatkannya pada Nyonya Jang.
"Lihat, cincin milikku tidak pernah sebesar ini. Cincinku hanya sebesar lubang hidung," seru Boon Ja.
Nyonya Jang menatapnya sebal. Boon Ja baru sadar bahwa ukuran cincinnya sama seperti milik Nyonya Kang. Reflek ia segera menyembunyikan cincinnya dan memperlihatkan cincin yang satunya lagi dengan ukuran lebih besar.

"Darimana kau dapatkan itu?" tanya Nyonya Jang tajam.
Boon Ja berkata seharusnya pertanyaan itu ditujukan pada Tuan Jang. Ia menemukan cincin itu di ruangan Tuan Jang kemarin. Ia bertanya wanita mana lagi sekarang? Apa wanita itu berasal dari 1st Street? Atau gadis bar? Boon Ja terus saja mencerocos. Tubuh Nyonya Jang bergetar menahan marah.


Pagi hari Gun Woo melakukan jogging. Di jalan ia berpapasan dengan Joo Won. Mereka saling tersenyum satu sama lain.


Tuan Jang menonton TV dengan diapit kedua istrinya. Ia tampak risih. Boon Ja sudah terlelap disampingnya. Tuan Jang membetulkan kepala Boon Ja yang menyender di lengannya. Tuan Jang hendak mengganti chanel TV, tapi dilarang oleh Nyonya Jang. Saat hendak bangun, Nyonya Jang juga melarangnya.
"Jika matamu berkelana lagi dari Boon Ja dan aku, kami akan menjadikanmu mumi," ancam Nyonya Jang dengan tajam.
"Aku tidak bisa mendapatkan bahkan seteguk air saat aku ingin?" tanya Tuan Jang takut-takut.
"Ya. Kau bahkan tak diizinkan buang air kecil dari seteguk air itu dimanapun."
Tuan Jang menelan ludah. 


Hyun Joo belanja ke pasar. Ia membeli beberapa seafood segar.


Nyonya Kang masuk ke dapur. Tapi ia tak menemukan Soon Geum disana. Nyonya Kang menahan kesal sambil berjalan menuju kamar Soon Geum. Di dalam Soon Geum masih damai dalam tidurnya. Nyonya Kang berkacak pinggang dan berteriak membangunkan Soon Geum. Soon Geum kaget dan segera bangun. Nyonya Kang mengomel panjang lebar. Omelannya beruntun tanpa jeda. Soon Geum yang masih mengantuk berusaha fokus mendengarkan celotehan majikannya.

Setelah Nyonya Kang pergi, Soon Geum ambruk lagi di tempat tidurnya. Ia mulai stress dan heran mengapa dirinya mau bekerja lagi menjadi pembantu. Padahal ia sudah punya uang banyak. Soon Geum berteriak semua gara-gara ayahnya. Soon Geum menutup kupingnya saat mendengar omelan Nyonya Kang lagi di luar.
"Aku lapar. Tolong masakan nasi, Ahjumma," suara Gun Woo mengagetkan Soon Geum. Ia segera bangun. Gun Woo sudah berdiri di depan pintunya.
"Apa yang kau lakukan dengan tiket itu?" Gun Woo mulai berusaha lagi.
"Aku sudah tak punya lagi," ucap Soon Geum memelas.

Gun Woo melengos pergi. Tapi segera berbalik setelah Soon Geum mengatakan tahu dimana tiket lotre itu. Gun Woo berjongkok di depan Soon Geum.
"Apa kau mendapatkan tempat pertama? Kedua? Atau ketiga?"
Gun Woo berulang-ulang mendorong dahi Soon Geum dengan jarinya.

Soon Geum marah dan tersinggung.
"Kau menghinaku karena aku seorang pembantu?" Soon Geum menepis tangan Gun Woo. "Atau kau menghinaku karena aku tak punya uang? Jika bukan itu, apa karena kau tak berpendidikan?"
"Ketiga-tiganya," jawab Gun Woo enteng.
"Jika aku punya uang lebih banyak darimu, apa kau akan menghinaku? Dapatkah kau menghinaku?"
"Apa kau benar-benar tak punya kepercayaan diri? Kau mencoba membeli kasih sayang dengan uang? Jadi berapa banyak yang kau punya? Berapa? Aku benci bagaimana keras kepalanya kau. Dan kau tak menghormati orang tua dan malah kembali. Harga dirimu yang hampir tak ada sangat memuakkan."
Gun Woo terus saja mencela Soon Geum. Ia menuduh Soon Geum hanya memanfaatkan  San agar dirinya diterima kembali bekerja. Soon Geum hanya bisa menelan ludah.


Hyun Joo mendatangi rumah sahabat-sahabatnya untuk mengirimkan seafood segar yang baru dibelinya di pasar. Semua sahabatnya sangat senang mendapat kiriman itu.


Hyun Joo juga menghidangkan masakan istimewa untuk Keluarga Jang. Tuan Jang memuji sup gurita buatan Hyun Joo. Hyun Joo sangat tersanjung. Namun ada satu kesalahan fatal yang tak luput dari mata Nyonya Jang dan Boon Ja. Hyun Joo memasak sup gurita tanpa kantung tintanya. 

Nyonya Jang berkomentar alasannya memakan sup gurita karena kantung tintanya. Boon Ja ikut mengomeli Hyun Joo.
"Kau tidak belajar di sekolahmu?"
"Kau berdua lulusan SMU, tapi dia lulusan universitas khusus. Dari Seoul pula," seru Tuan Jang membela Hyun Joo.
Nyonya Jang dan Boon Ja menatap suaminya dengan pandangan curiga. Tuan Jang langsung menutup mulutnya karena keceplosan omong. Hyun Joo pergi dengan senyum kemenangan.


Gun Woo pergi ke kantornya dengan mobilnya yang mulai kehabisan bensin. Ia teringat ulah ayahnya yang menarik semua fasilitasnya gara-gara ia menantang ingin menjadi seperti ayahnya. Belum sampai di kantor, mobilnya sudah mogok. Terpaksa ia mendorong mobilnya mencari pom bensin.

Walhasil Gun Woo telat sampai kantor. Ia langsung bergabung di ruang meeting. Tuan Kang menerapkan kedisiplinan dengan meminta Gun Woo membayar denda 10.000 won permenit untuk setiap keterlambatannya.

Tuan Kang menengadahkan tangannya meminta uang dari Gun Woo.
"Sekarang?" tanya Gun Woo yang hendak duduk. Gun Woo mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan selembar 10.000 won pada ayahnya.
"10.000 won untuk setiap orang," ucap Tuan Kang setelah menerima uang dari Gun Woo. Gun Woo syok. Mau tak mau ia membagi-bagikan uangnya pada semua orang di ruang meeting pagi itu.


Soon Geum datang ke bunker-nya untuk mengambil uangnya. Soon Geum kurang menyukai bau ruangan itu. Tiba-tiba ada suara dari luar yang membuatnya terlonjak kaget.

Ternyata Tuan Hwang yang datang. Tuan Hwang tak habis pikir Soon Geum masih mau bekerja menjadi pembantu setelah mendapatkan uang banyak. Soon Geum hanya tertawa kecil. Mereka saling berjanji untuk menyimpan rahasia masing-masing.
Soon Geum berkomentar bahwa ruangan itu bau. Ia bertanya bau itu berasal darimana.
"Apa kau pernah mencium bau uang? Ketika pegawai bank mencium tangan mereka setelah selesai bekerja, mereka berkata mereka bau sesuatu yang busuk. Itu adalah bau uang. Orang-orang tak tahu tentang ini karena mereka tak mengumpulkan sebanyak ini. Tetapi sebenarnya uang bau busuk."
"Bahkan jika baunya seperti bau busuk, aku masih suka aromanya."
Mereka tertawa bersama. Soon Geum mulai curhat mengenai ayahnya. Tuan Hwang tak bisa membantu. Ia tak mau campur tangan.


Gun Woo frustasi. Ia mulai protes pada sikap ayahnya. Ia berbicara empat mata dengan ayahnya di atap gedung.
"Apa alasanmu tiba-tiba melakukan hal ini padaku?" tanya Gun Woo marah.
Tuan Kang meminta Gun Woo mencari jalan sendiri untuk kembali ke posisinya semula. Ia memberitahu Gun Woo bahwa San sudah di bawah registry-nya (Tuang Kang sudah mengakui San anaknya). Ia juga bersedia menerima ibu asuh (nenek) Gun Woo lagi. Jadi ia tak mau mendengar Gun Woo mengancamnya dengan hal-hal seperti itu.
"Ini tes yang kau berikan padaku. Lakukan apa yang kau mau. Apapun itu! Setidaknya ekspresikan cintamu pada putramu dengan uang. Apa kau pikir aku takut karena hal seperti ini?"
"Apa kau tahu apa yang paling kutakuti di seluruh dunia ini? Uang..." ucap Tuan Kang. Lalu ia melangkah mendekati Gun Woo dan berbisik di dekat kupingnya. "Kau...jangan membuatku takut, Gun Woo."
Tuan Kang pergi meninggalkan Gun Woo yang terpaku ditempatnya.


Soon Geum menyedot debu di daerah tangga. Nyonya Kang datang dengan membawa sapu tangan milik Tuan Hwang. Ia meminta Soon Geum mencuci saputangan itu. Soon Geum mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Namun apes kakinya terpeleset dan jatuh dari tangga.

"Apa kau baik-baik saja," tanya Nyonya Kang tanpa berniat menolong Soon Geum.
"Ya, aku baik-baik saja, Madam," rintih Soon Geum menahan sakit. Punggungnya serasa remuk.


Soon Geum melanjutkan pekerjaannya dengan membersihkan isi kulkas. Sesekali ia mengusap punggungnya yang nyeri. Soon Geum berusaha mengabaikan rasa sakit itu. Ruang perpustakaan Gun Woo telah menantinya. Soon Geum mengelap setiap sudut rak buku. Setelah itu ia mengepel lantai. Baru saja mulai, punggungnya semakin sakit. Akhirnya Soon Geum menyerah. Ia menemperkan koyo dan rebahan sebentar di meja Gun Woo.

Soon Geum membayangkan hal-hal indah untuk menghabiskan uangnya. Ia membayangkan lulus kuliah dengan nilai A semua. Ia juga membayangkan mentraktir semua teman-temannya di restoran mewah.


Da Kyum memasak kepiting pemberian Hyun Joo. Ia menghidangkan sup kepiting untuk makan malam Young Hee. Young Hee tak sabar mencicipi masakan Da Kyum. Ia menggigit daging kepiting yang masih panas. Tak sengaja kuah sup itu menyemprot ke dahi Da Kyum. Da Kyum berteriak kesakitan sambil memegangi dahinya. Young He meminta maaf dan bergegas mengambil salep. Ia membantu Da Kyum mengoleskan salep itu ke dahinya. Da Kyum mulai grogi. Ia salah tingkah dengan perhatian Young Hee.


Soo Jung bepapasan dengan Gun Woo diluar. Ia menyinggung masalah uang pemberian Gun Woo untuk biaya pengobatan ayah Soon Geum di rumah sakit. Dari Soo Jung, Gun Woo tahu bahwa Soon Geum mengetahui perihal uang itu. Ia malah marah pada Soon Geum yang dianggapnya sebagai pengkhianat. Ia mengatai Soon Geum pembantu yang arogan. Soo Jung tersenyum senang karena tahu Soon Geum telah kembali bekerja di rumah keluarga Kang.


Karena kelelahan, Soon Geum tertidur di lantai perpustakaan. Gun Woo masuk. Lalu membangunkan Soon Geum dengan kakinya. Soon Geum tak terusik sama sekali. Gun Woo terus saja berteriak membangunkannya. Akhirnya Soon Geum membuka matanya juga. Begitu melihat Gun Woo, ia langsung duduk. 

Gun Woo mulai menceramahinya panjang lebar. Soon Geum diam dengan pasrah mendengarkan omelan Gun Woo. Soon Geum beralasan kelelahan setelah melakukan banyak bekerja tadi pagi. Setelah puas memarahi Soon Geum, Gun Woo menyuruhnya membeli koyo. Bukannya segera melaksanakan perintah Gun Woo, Soon Geum malah mengikuti Gun Woo masuk ke kamarnya. Ia mengulurkan tangannya meminta uang. Gun Woo menatap Soon Geum dengan kesal. Kemudian mengeluarkan dompetnya. Gun Woo semakin kesal saat melihat uangnya tinggal selembar. Ia mengurungkan niatnya membeli koyo.

"Beri aku uang?" Soon Geum terus memaksa;
"Bukankah kau punya uang," jawab Gun Woo.
"Uang apa?" tanya Soon Geum bingung.
"Apa kau sudah menggunakannya? Berapa biaya rumah sakit?"
Soon Geum mengerti. Lalu ia bertanya Gun Woo meminjamkannya atau memberikan uang itu untuknya. Gun Woo menjawab ia memberikan uang itu. Soon Geum tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Gun Woo menyuruh Soon Geum segera pergi dari kamarnya.


Soon Geum pergi ke apotek membeli koyo. Young Hee juga ada disana. Ia berniat membelikan obat untuk Da Kyum. Young Hee bertanya apa Soon Geum sakit. Soon Geum tak menjawab, ia hanya memperlihatkan koyo yang baru dibelinya. Young Hee langsung tahu koyo itu untuk Gun Woo.
"Kapan kau memberikan hatimu untukku?" tanya Young Hee. Soon Geum bingung. Ia teringat janjinya pada Young Hee saat minta dibebaskan dari kejaran Gun Woo dulu. Soon Geum tersenyum dan berkata secepatnya.
Tiba-tiba Young Hee memegang dahi Soon Geum dan membandingkannya dengan dahinya sendiri. Soon Geum segera menepis tangan Young Hee. Ia berkata baik-baik saja. Young Hee mengerti lalu jalan menuju pelayan apotek meminta salep. Soon Geum hendak keluar, tapi dicegah oleh Young Hee yang mengajaknya pulang bersama.


Soo Jung menghubungi Da Kyum cs. Ia mengumpulkan semuanya di luar rumah untuk mengumumkan kabar penting. Ia ingin memberi tahu bahwa Soon Geum telah kembali. Namun urung dilakukannya karena Soo Jung sendiri belum yakin benar. Da Kyum cs jadi marah. Da Kyum berkata Soon Geum juga mengirim SMS meminta mereka semua keluar, tapi orangnya malah tak kelihatan.

Tiba-tiba Jareu Rin melihat Soon Geum berjalan bersama Young Hee. Ia memberitahu teman-temannya. Mereka langsung memanggil Soon Geum. Soon Geum menoleh. Mereka berlarian lalu saling berpelukan. Da Kyum cs sangat senang melihat Soon Geum telah kembali. Mereka menyambut gembira kedatangan Soon Geum. Young Hee hanya tersenyum lebar melihat tingkah mereka.


Pagi-pagi Gun Woo sudah uring-uringan. Mobilnya tak bisa dipakai karena sudah kehabisan bensin. Dengan kesal ia menendang mobilnya, tapi langsung menyesal karena kakinya yang malahan sakit.


Soon Geum mengirim SMS untuk Tuan Hwang. Ia bertanya apa tiket itu masih ada. Tuan Hwang berbohong jika tiket itu sudah tak di tangannya lagi.


Young Hee minun teh bersama Joo Won. Da Kyum melihat Joo Won dengan pandangan sebal. Joo Won mengomentari hubungan Young Hee dan Da Kyum yang seperti teman. Young Hee yang tengah serius membaca koran tak memperhatikan ucapannya. Ia hanya menjawab iya untuk semua pertanyaan Joo Won.


Joo Won kesal. Ia meminta Young Hee memecat Da Kyum.
"Jangan merendahkannya. Jangan membicarakannya dibelakangnya. Jangan datang menginspeksi ketika aku tak ada dengan berakting seperti kau ibuku," ucap Young Hee tanpa mengalihkan matanya dari koran.
"Dia mengatakan semuanya padamu?" tanya Joo Won tak percaya.
Young Hee tertawa. "Apa kau rubah? Dia hanya  keluarga. Ke-lu-arga," terang Young He.
"Dia tidak benar," Joo Won membela diri.
"Apa kau tahu berapa lama kita berpisah? Kita generasi yang sama. Apa aku pencuri?"
Joo Won tak menjawab, malah melengos. Young Hee melemparkan korannya.
"Apa kau menyukaiku?" tembak Young Hee. Joo Won langsung menyangkalnya. "Sebelum kau dekat Gun Woo."
"Dia seorang ayah sekarang," Joo Won menyangkal menyukai Gun Woo juga.
"Jika Gun Woo bukan seorang ayah, apa kau lebih menyukainya?"
"Dia tidak sepertimu yang mudah membuat senang seorang gadis. Dia tidak mata keranjang. Dia bagus dijadikan seorang suami. Dia bahkan kehilangan berat badan."
"Oh...Lalu kau mencoba untuk mendapatkan Gun Woo," komentar Young Hee.
"Apa kau tidak menyukaiku?" tanya Joo Won.
"Tidak."
"Lalu kenapa?"
"Karena Gun Woo bukan seorang ayah."
Joo Won terkejut mendengar pernyataan Young Hee.


Simpanan uangnya di dompet semakin menipis, Gun Woo nekat meminjam uang ke bank walaupun bunganya sangat tinggi. Lalu ia membeli saham dengan uang itu.


Soon Geum juga pergi ke bank untuk menabung. Ia menghitung uangnya di depan teller. Ia hanya tersenyum saat teller mengomentari uangnya sangat banyak.


Setelah itu Soon Geum pergi ke rumah sakit. Ia mengeluh jika punya rumah sebesar rumah majikannya, ia juga tak mau membersihkannya sendiri. Pinggangnya sudah hampir patah. Ia rebahan disamping ayahnya. Ayahnya bertanya apa Soon Geum sakit. Soon Geum malah marah. Ia menyindir ayahnya, dirinya sakit karena ulah seseorang. Ayah Soon Geum berkomentar jika ucapan Soon Geum sama seperti ibunya. Lama-lama Soon Geum akan ketularan kebiasaan buruk ibunya.
"Memangnya kenapa dengan ibu?"
"Setiap hari selalu berkata tak ada uang. Tak punya uang. Ketika aku pulang ke rumah, aku melihatnya benar-benar pintar menyembunyikan uang disana-sini. Dasar pembohong."
Soon Geum hanya diam saja mendengar ucapan ayahnya. Ia takut ayahnya juga tahu ia berbuat sama seperti ibunya.


Soon Geum pergi ke kontrakan baru Yoon Shi Ah. Ia tak tega melihat Shi Ah dan Ji Min tinggal rumah kecil yang sangat sederhana.
Soon Geum berjalan ke arah gedung apartemen yang menjulang tinggi dan berharap keluarganya dapat tinggal disana. Lalu ia menelepon Tuan Hwang.
"Ahjussi, harapanku adalah membeli rumah."
"Itu harapan semua orang yang hidup di Korea," jawab Tuan Hwang.
"Itulah sebabnya aku mengatakan ini. Aku melanjutkan pekerjaanku sebagai pembantu karena aku tak ingin ayahku sampai tahu. Tapi apa tak masalah jika aku membeli rumah tanpa dia tahu? Selama aku tak tinggal disana."
"Mengapa kau bertanya padaku?" tanya Tuan Hwang.
"Ini adalah harapan mendiang ibuku. Membeli rumah sendiri. Jika aku membeli rumah, ibu akan menyukainya juga. Aku sangat merindukannya. Karena aku, ibuku bekerja menjadi pembantu sepanjang hidupnya sampai dia mati. Dengan uang ini, aku ingin dia bahagia." Soon Geum mulai terisak.
Di seberang sana Tuan Hwang kebingungan mendengar tangis Soon Geum. Ia meminta Soon Geum tak menangis. Tapi Soon Geum terus saja menangis dan menyesali kepergian ibunya yang terlalu cepat. Masih banyak yang belum ia beri untuk ibunya. Semasa hidupnya, ibunya tak pernah hidup layak.


Tuan Hwang kewalahan. Ia mulai kesal karena Soon Geum tak mau berhenti menangis. Ia terus membujuknya, tapi tangis Soon Geum malah makin keras. Kesabaran Tuan Hwang habis. Ia membanting ponselnya ke meja. Sambungan telepon terputus. Sambil masih menangis, Soon Geum menghubungi Tuan Hwang lagi.
"Apa lagi? Kenapa kau meneleponku?" teriak Tuan Hwang.
"Presiden Yong," sahut suara diseberang.
Tuan Hwang melihat layar ponselnya. Kemudian matannya beralih pada saputangan biru yang tergeletak di atas mejanya. Kali ini Nyonya Kang yang menghubunginya.


Gun Woo menghadang Soo Jung di luar rumah.
"Apa kau berkata bahwa aku orang yang memberikan uang itu...Atau kau mengatakannya padanya bahwa aku meminjaminya uang itu?" tanya Gun Woo perlahan.
Soo Jung memandang Gun Woo dengan curiga. Ia menduga Gun Woo menyukai Soon Geum. Tentu saja Gun Woo mengelak.
"Apa kau menginginkan uangmu kembali?" terka Soo Jung lagi. Kali ini ia menatap Gun Woo dengan pandangan mencela.  


Gun Woo minum-minum di halaman rumah Young Hee. Ia menceritakan soal pinjaman uangnya ke bank pada Young Hee. Young Hee menganggapnya gila karena berani meminjam uang dari bank untuk membeli saham. Gun Woo berkata bisa menjual sahamnya sewaktu-waktu. Ia mulai mengeluhkan penderitaannya. Ayahnya tak memberinya gaji. Bahkan ia tak punya uang untuk naik bus.


Gun Woo ingin bertanya sesuatu. Young Hee mengira Gun Woo hendak meminjam uang. Gun Woo kesal dan mengumpat. Young Hee tak terima. Ia memiting kepala Gun Woo.
"Hey, mulutku memang murah, tapi tak semurah saham milikmu," sungut Young Hee.
Mereka mulai berkelahi dan tak ada yang mau mengalah.


Tuan Kang dan Tuan Hwang mengadakan pertemuan rahasia. Tuan Kang mengetahui bahwa pemenang lotre menjual tiket lotrenya pada Tuan Hwang. Ia meminta Tuan Hwang menjualnya padanya. Ia melakukan penawaran 11 milyar won. 


Soon Geum sedang menyetrika baju. Tapi bukan pakai setrika, bentuknya kayak roll cat tembok. Gun Woo pulang dalam keadaan mabuk. Bajunya kotor dan banyak rumput yang menempel. Soon Geum mengembalikan uang Gun Woo. Gun Woo tak mau menerima uang itu. Ia malah marah dan keukeuh berteriak memberikan uang itu untuk Soon Geum. Soon Geum mengucapkan terimakasih atas kebaikan Gun Woo.

Gun Woo berjalan sempoyongan mengambil sebotol soju di meja. Lalu meminumnya dan menumpahkan isinya ke lantai. Soon Geum menatap Gun Woo dengan kesal sambil mengelap lantai.
Gun Woo berjalan masuk ke kamarnya. Soon Geum baru menyadari banyak rumput yang menempel di baju Gun Woo.


Soon Geum menyusul Gun Woo ke kamarnya. Gun Woo sudah terlelap tidur tanpa mengganti bajunya. Jiwa pembantu Soon Geum menuntunnya untuk membersihkan rumput yang berceceran di ranjang dan di baju Gun Woo. Tapi sialnya roll yang dipakainya menyangkut di rambut Gun Woo. Gun Woo sedikit terusik. Pelan-pelan Soon Geum menarik roll dari rambut Gun Woo. Soon Geum menghela nafas lega karena berhasil menarik roll-nya tanpa membangunkan Gun Woo.

Tiba-tiba saja Gun Woo berbalik dan langsung memeluknya. Mengira Soon Geum bantal guling. Soon Geum panik. Berusaha membebaskan dirinya. Merasa gulingnya hidup, Gun Woo membuka matanya. Ia kaget mendapati Soon Geum dalam dekapannya. Soon Geum kembali membebaskan dirinya dari jepitan tangan Gun Woo.

Gun Woo terlentang dengan menarik tubuh Soon Geum.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya tajam tanpa melepaskan Soon Geum.
Soon Geum berusaha bangun, tapi Gun Woo mengunci tubuhnya.
"Aku bertanya apa yang kau lakukan disini sekarang?" ulang Gun Woo.
Soon Geum salah tingkah. Ia menjalankan roll-nya di baju Gun Woo. "Seperti yang kau lihat...."
"Apa sekarang kau sedang mencoba merayuku? Kau kembali untuk melakukan ini?"
Soon Geum tertegun.
"Kau ingin merayu putra dari keluarga kaya?" tuding Gun Woo.
Soon Geum terluka. Matanya berkaca-kaca. Ia menepis tangan Gun Woo dan langsung pergi tanpa suara.


Soon Geun minum soju seorang diri di dapur. Ia merasa terhina dengan perlakuan Gun Woo barusan.
"Apa dia benar-benar berpikir aku lucu," gumam Soon Geum.

Sementara itu Gun Woo merenung di kamarnya. Ia diam saja tanpa ekspresi. Sepertinya menyesali perlakuan kasarnya pada Soon Geum.


Soon Geum berniat mewujudkan impiannya dan ibunya. Ia membawa setumpuk uang ke agen properti. Soon Geum menatap brosur bergambar gedung apartemen. Ia tersenyum bahagia karena impiannya untuk memiliki sebuah rumah sendiri sebentar lagi akan terwujud.


Suami istri Kang tampaknya akan pergi berlibur. Tinggal Gun Woo dan Soon Geum di dalam rumah bersama San. Soon Geum tengah mencuci piring. Di dekatnya Gun Woo makan sambil memperhatikannya terus. Gun Woo mengkhawatirkan Soon Geum yang wajahnya sangat pucat. Ia bertanya apa Soon Geum sakit. Soon Geum menggeleng lemah. Gun Woo juga menawari obat yang dibeli Soon Geum tempo hari. Tapi Soon Geum menolak.


Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, Soon Geum memilih pergi ke kamar Da Kyum. Di luar ia bertemu dengan Young Hee. Melihat wajah pucat Soon Geum, Young Hee langsung tahu bahwa Soon Geum sakit. Soon Geum berkata hanya kurang tidur. Ia bertanya apa Young Hee punya obat penghilang rasa sakit. Young Hee menempelkan telapak tangannya di kening Soon Geum dan menyadari Soo Geum terserang demam.


Soon Geum masuk ke kamar Da Kyum. Unie-unienya sedang makan nasi campur. Soon Geum tak ikut bergabung. Ia langsung menarik kasur lipat dan merebahkan tubuhnya yang sudah letih. Soo Jung bergegas memeriksa tubuh Soon Geum. Hyung Joo menyelimutinya. Mereka tampak mengkhawatirkan Soon Geum dan ingin membawanya ke dokter. Soon berkata baik-baik saja dan meminta mereka semua meneruskan makan. Hyun Joo menyuruh Soon Geum tidur. Lalu mereka kembali makan sambil mengobrol. Soon Geum mulai terlelap.


Young Hee mengambil obat dan air putih. Ia bingung obat yang diambilnya obat demam atau obat tidur.


Di dalam kamar Da Kyum cs membuat keributan. Awalnya mereka hanya mengobrol biasa. Obrolan menjadi panas. Mereka saling mencela dan berteriak. Dengan lirih Soon Geum meminta mereka tak saling bertengkar. 


Mendengar keributan di dalam kamar Da Kyum, Young Hee mendobrak pintu dengan marah. Ia mengambil baskom nasi dan melemparnya keluar. Ia marah-marah karena mereka membuat keributan di dekat orang sakit. Da Kyum cs ketakutan dan berkumpul di sudut kamar. Soon Geum juga ikut ngeri.

Young He menyuruh Da Kyum cs minggir. Ia menghampiri Soon Geum lalu menggendongnya. Soon Geum terkejut. Sebelum keluar ia memperingati Da Kyum cs jika membuat keributan lagi tak akan mengizinkan rumahnya dijadikan tempat perkumpulan lagi.

Di pintu Gun Woo sudah menghadangnya. Ia mengernyit melihat Soon Geum dalam gendongan Young Hee. Wajahnya terlihat tak senang. Soon Geum hanya memejamkan matanya.
"Minggir!" teriak Young Hee keras. Lalu ia membawa Soon Geum keluar diiringi tatapan bengong dari Da Kyum cs dan Gun Woo.

2 komentar:

  1. akhirnyaaa...yg ditunggu2 kluar jg sinopsisnya,ditunggu ep 5nya,jngn lma2 ya Wi...ttp SEMANGAT!!!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Comment