Inspirasi Full House
“Maukah kau menikahiku?”
Tiba-tiba saja seorang pria gila melamarku. Bagaimana aku tak menyebutknya gila jika namanya saja aku tak tahu. Yang aku tahu baru lima menit yang lalu pacarnya baru saja menolak lamarannya dan pergi meninggalkannya. Pria itu memungut cincin yang di buang pacarnya dan tiba-tiba saja menyerahkannya padaku.
***
“Bagaimana?”
“Bagaimana apanya?” aku mulai salah tingkah.
“Tawaranku? Tertulis jelas di kontrak itu.” tunjuknya pada berkas yang ia taruh di atas meja. Aku membuka map berwarna hijau itu dan mulai membaca isinya.
“Kau gila…” seruku setelah membaca isi Kontrak Perjanjian Pernikahan yang di sodorkannya.
“Kau sudah sering mengatakan itu,” ucapnya santai. “Kau tak akan rugi jika menikahiku. Aku bisa melunasi semua hutangmu, menyekolahkan adikmu dan menjamin keluargamu.”
“Kau menyelidikiku?” tanyaku berang.
“Itu sangat mudah untukku. Aku seorang CEO.” ucapnya membanggakan diri.
“Sighh…kau tak perlu memberitahuku. Hanya dengan mengetik namamu saja di internet, Caesar Rayandra, aku langsung mendapat banyak informasi mengenaimu.”
“Ah, ternyata kau juga menyelidiku?” ucap Caesar dengan tersenyum senang.
“Aku…aku hanya ingin tahu pria gila seperti apa kau.” Aku kembali salah tingah dibuatnya. Pria ini sangat pintar menjatuhkan orang.
***
Aku tak percaya aku bisa menikah dengan pria gila ini. Mantra apa yang ia ucapkan sehingga aku bisa menyetujui ajakannya. Aku pasti tertular kegilaannya. Mana mungin dua orang hidup dalam ikatan pernikahan tanpa cinta. Kemana impianku yang ingin menikahi seorang pangeran yang kucintai dan membangun pernikahan yang sempurna. Aku menatap kebaya pengantin putih yang ku kenakan di depan cermin. Ingin rasanya aku berlari dari gedung ini dan membatalkan pernikahanku. Sebelum terlambat, sebelum aku menyesali keputusanku menikahi pria gila itu. Tiba-tiba aku teringat perkataannya…’Kita menikah memang tanpa cinta. Tapi aku tak memungkiri jika diantara kita bisa jatuh cinta nantinya. Aku tak pernah main-main dengan pernikahan ini. Jika dalam satu tahun kau ingin berhenti, aku akan melepasmu. Jadi mari kita tandatangani kontrak ini agar tak ada yang dirugikan dengan pernikahan ini.’
Aku menatap pria gila yang baru saja ku nikahi. Ia tersenyum hangat pada tamu yang menyalaminya. Ugh, suami. Ya, pria gila ini sekarang resmi menjadi suamiku. Akhirnya aku menjadi seorang istri satu jam yang lalu tepat saat kami mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu. Aku tak habis pikir mengapa aku tak kabur saat pria gila ini mulai mengucapkan ikrar pernikahan kami. Padahal jantungku rasanya mau meloncat keluar dan berteriak aku tak mau menikah. Tapi saat aku melihat ibu. Melihat mata tuanya yang teduh rasanya upaya pemberontakanku runtuh. Kakiku terkunci saat masa depan kedua adikku yang cerah tergambar jelas jika aku menikah hari ini. Dengan mata teduhnya ibu tersenyum padaku. Aku luluh dan membiarkan seorang pria gila menjadi suamiku.
Rayandra Caesar, aku mengucapkan nama itu dalam hatiku. Nyonya Rayandra Caesar, aku harus mencoba membiasakan diri dengan menyandang nama itu. Ku lirik lagi wajah Caesar yang nampak bahagia dengan pernikahan ini. Atau ia hanya pura-pura? Tiba-tiba saja ia menoleh padaku dan tersenyum. Akh, mengapa senyumnya terlihat sangat tulus. Detik itu juga aku merasa bisa mencintai pria itu. Hmm, dulu aku berpikir akan menikahi pria yang kucintai. Sekarang mengapa tak ku balik saja, aku akan mencintai pria yang kunikahi. Bukankah cinta bisa datang kapan saja tanpa kita ketahui dan biarkan kuasa Tuhan yang bertindak.
nice story...
BalasHapusBisa di perpanjang?
BalasHapusKok Cimanggu sedikit sih'ceritanya
BalasHapus