Selasa, 15 November 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 13



Melihat wanita yang dicintainya dalam bahaya, Ji Wook rela meregang nyawa dengan menabrakkan mobilnya guna melindungi Yeon Jae. Yeon Jae langsung tersadar dari lamunannya setelah melihat tabrakan hebat di depan matanya. Ji Wook mengeluarkan banyak darah dibagian pelipisnya. Sebelum kehilangan kesadaran Ji Wook menengadah ke arah Yeo Jae. Yeon Jae syok mengetahui Ji Wook terlibat dalam kecelakaan itu.


Dunia serasa berputar di depan mata Yeon Jae. Yeon Jae menyeret langkahnya di lorong rumah sakit mengikuti  Ji Wook yang di dorong ke ruang ICU oleh beberapa dokter dan suster. Yeon Jae ketakutan membayangkan hal buruk menimpa Ji Wook. Yeon Jae sadar kecelakaan itu bukan tanpa sengaja. Ji Wook melakukannya untuk melindunginya. 
Yeon Jae menyenderkan tubuhnya ke dinding menunggu dokter memberikan pertolongan pertama pada Ji Wook. Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar. Dokter itu memberitahu kondisi Ji Wook. Dari hasil CT Scan Ji Wook tak mengalami luka serius. Kepalanya hanya mengalami gegar otak ringan hingga menyebabkan Ji Wook tak sadarkan diri. Yeon Jae menghela nafas sangat lega dan berterimakasih pada dokter.

Ji Wook dipindahkan ke ruang perawatan. Yeon Jae masuk ke kamarnya. Ji Wook membuka matanya begitu melihat Yeon Jae.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Ji Wook lemah, masih setengah sadar.
"Mengapa kau melakukan itu? Mengapa kau menabrakkan diri? Bukankah kau tahu hidupku hanya beberapa bulan?" tanya Yeon Jae.
"Aku merindukanmu dan meskipun itu hanya beberapa bulan atau beberapa hari, aku ingin melihatmu. Saat kecelakaan itu aku melakukannya tanpa keraguan. Tanpamu aku tak akan bahagia," ucap Ji Wook tulus. Ji Wook kembali terpejam.
Yeon Jae terharu. Airmatanya berhamburan keluar. Apalagi yang harus dibuktikan Ji Wook jika dia benar-benar mencintai Yeon Jae dengan tulus.

Yeon Jae keluar dari kamar Ji Wook. Tiba-tiba Yeon Jae mendengar suara ayahnya memanggil namanya. Yeon Jae menoleh. Disana Yeon Jae melihat ayahnya yang tengah sakit duduk di kursi roda bersama dirinya sewaktu kecil.
"Yeon Jae-ah, maaf ayah tidak bisa selalu ada di sampingmu," ucap ayahnya.
"Jika kau tahu, perlakukan aku lebih baik ketika kau bisa," balas Yeon Jae sambil memeluk ayahnya. Ayah Yeon Jae tersenyum.


Ji Wook kembali membuka mata. Orang yang pertama kali dicari adalah Yeon Jae. Tapi Ji Wook tak menemukan Yeon Jae disana. Di depan matanya hanya ada So Kyeong dan Presiden Kang.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya So Kyeong.
"Bagaimana bisa kecelakaan terjadi pada siang hari? Sebenarnya apa yang terjadi?" Presiden Kang tampak mengkhawatirkan kondisi putranya.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Ji Wook.
"Pihak rumah sakit menghubungiku. Aku sangat cemas," jawab Presiden Kang.
"Lega rasanya melihatmu tak terluka terlalu parah," ucap So Kyeong melihat hanya pelipis Ji Wook yang diperban.
Presiden Kang meminta Ji Wook menginap beberapa hari di rumah sakit untuk pemulihan. Ji Wook menolak. Ia ingin langsung kembali ke rumah.

So Kyeong mengantar Ji Wook pulang. So Kyeong mencoba memberi perhatian pada Ji Wook dengan membuatkan masakan untuknya. Sebagai putri chaebol yang tak pernah turun ke dapur, So Kyeong hanya tahu bagaimana cara membuat omelet. Ji Wook tak perlu mendapat perhatian dari So Kyeong. Ji Wook merasa harus menegaskan hubungannya dengan So Kyeong dan siapa yang ia pilih.
"Kecelakaan itu, aku melakukannya dengan sengaja. Hatiku masih dipenuhi oleh orang itu. Tak ada yang bisa kulakukan. Aku minta maaf untuk itu."
"Aku tahu kau tak bisa melupakannya dengan cepat. Tak masalah bagiku. Kau pasti perlu waktu lebih." So Kyeong tak mau menyerah.
"Tidak. Aku tak bisa mengendalikannya. Ini tak ada hubungannya dengan orang itu. Ini karena aku sendiri." Ji Wook mencoba  melindungi Yeon Jae.
"Jika wanita itu menolakmu, kau tak bisa melakukan apa-apa. Aku akan menunggumu. Setelah pertunangan kita dibatalkan, aku masih ada disampingmu. Ini artinya aku tak akan menyerah dengan mudah."
"So Kyeong," seru Ji Wook.
So Kyeong bangkit. "Jangan katakan itu lagi. Jangan kecewakan aku dan ayahmu lagi. Istirahatlah," seru So Kyeong lalu bergegas pergi. Di luar So Kyeong menangis.


Yeon Jae bermimpi buruk. Kecelakaan yang menimpa Ji Wook masih membayanginya. Yeon Jae terbangun dengan bersimbah keringat. Ponselnya berbunyi. Akhirnya Seonsaengnim menghubunginya.

Sebelum pergi menemui Seonsaengnim Yeon Jae menghampiri ibunya. Yeon Jae membuat pengakuan mengenai rahasia yang selama ini ia simpan. Yeon Jae mengklarifikasi jika Seonsaengnim Kim Deong Yeong tak pernah melakukan pelecehan terhadapnya. Karena tahu Seonsaengnim menyukai ibunya, Yeon Jae marah dan sengaja membuat kebohongan itu. Setelah semua orang telah salah paham pada Seonsaengnim, baru ada kesempatan bagi Yeon Jae untuk mengatakan kebenaran. Diluar dugaan, Ibu Yeon Jae sudah mengetahui kebohongannya.
"Bagaimana kau tahu? Mengapa kau berpura-pura tak tahu?" tanya Yeon Jae.
"Seonsaengnim bilang lebih baik seperti ini. Jika tidak, bagaimana aku bisa? Dia berkata selama dia menghilang, tidak akan ada masalah. Mengapa kau tiba-tiba mengungkit masalah ini? Hatiku terasa sangat berat sekarang," ucap Ibu Yeon Jae.
Yeon Jae hanya bisa menangis, tanpa bisa menjawab pertanyaan ibunya.


Yeon Jae menemui Seonsaengnim. Seonsaengnim sudah mau menerima kedatangan Yeon Jae. Seonsaengnim meminta maaf atas sikap ketusnya selama ini pada Yeon Jae.
"Sepuluh tahun yang lalu setiap hari aku selalu berharap kau akan datang menemuiku. Aku berpikir akan mengatakan padamu tak apa-apa. Tapi kau tak pernah datang. Jadi yang terbaik untukku melupakannya. Tapi sangat tak terduga aku bertemu denganmu lagi," ucap Seonsaengnim.
"Aku minta maaf. Kau pasti benar-benar membenciku," ucap Yeon Jae.
"Kenyataannya, aku lebih membenci diriku sendiri. Itu karena pilihanku sendiri. Aku berpikir itu bagus untuk Soon Jung (ibu Yeon Jae). Aku pikir suatu hari kau dan Soon Jung akan tahu maksudku. Aku salah telah berpikir bahwa pengorbanan atas nama cinta adalah tindakan mulia. Sekarang kembali memikirkan hal itu, aku benar-benar merasa bodoh. Sampai sekarang aku belum menemukan kebahagiaan. Bagaimana kabar Soon Jung?"
"Kau masih menyukai ibuku, kan?" terka Yeon Jae.

Yeon Jae merenungkan obrolannya dengan Seonsaengnim. Jika waktu bisa kembali, Seonsaengnim berkata tak akan menyerah. Seonsaengnim akan berusaha keras sampai Yeon Jae menerima kehadirannya. Yeon Jae teringat Ji Wook. Semua ucapan Ji Wook di rumah sakit. Semua kenangannya bersama Ji Wook. Semua usaha Ji Wook yang tak ingin meyerah dengan hubungan mereka. Semua kata-kata Ji Wook berputar-putar di kepala Yeon Jae.
"Aku merindukanmu. Aku ingin bertemu denganmu. Meskipun untuk beberapa bulan atau beberapa hari."


Ji Wook keluar rumah mengihurup udara malam. Tanpa sengaja Ji Wook melihat bunga krisan pemberian Yeon Jae tertanam di pekarangan rumahnya. Ahjumma yang membersihkan rumah Ji Wook tak membuang bunga itu seperti perintah Ji Wook tempo hari. Ji Wook berjongkok memandangi bunga itu. Ji Wook teringat pada Yeon Jae.

Yeon Jae pergi ke rumah Ji Wook. Yeon Jae sudah tak bisa menahan lagi perasaannya. Tak adil jika penyakit kankernya menjadi penghalang cintanya dengan Ji Wook. Yeon Jae berhenti di depan pintu pagar rumah Ji Wook. Yeon Jae menatap rumah Ji Wook tepat ketika Ji Wook bangkit. Mereka saling menoleh bersamaan. Ji Wook berjalan mendekat. 
"Aku hampir lupa. Setelah aku mendapatkan kanker, aku menulis daftar keinginan. Sebelum aku mati, aku ingin melakukan apapun yang ingin kulakukan. Aku tidak mempunyai pemikiran seperti itu. Selama bertahun-tahun, pemikiran seperti itu tak pernah terpikirkan. Berharga, bermakna dan kebahagiaan. Aku ingin menghabiskan waktu seperti itu. Jadi aku tak akan menyesalinya nanti. Tapi itu membuatmu sangat tidak beruntung. Aku pikir kau terlalu egois. Karena itu sangat menyakitkan."
"Selama kecelakaan, aku berpikir satu hal. Mungkin aku bisa mati sebelum kau. Malam ini mungkin aku kena serangan jantung. Mungkin aku juga bertemu kecelakaan lalu lintas besok pagi. Jika itu terjadi, kau akan menyesal. Akan lebih baik untukku menjaga wanita bernama Lee Yeon Jae." Mata Ji Wook berkaca-kaca.
"Jika waktu itu datang. Aku akan menyesalinya. Mengapa aku tidak disisi Kang Ji Wook," ucap Yeon Jae. 

Ji Wook membuka pintu pagar. Ji Wook dan Yeon Jae saling berjalan mendekat. Mereka berpelukan. Cinta mereka akhirnya kembali menyatu malam itu.
"Terimakasih kau telah kembali kepadaku," tangis Ji Wook. 


Ji Wook pergi menemui Eun Suk untuk menanyakan kondisi Yeon Jae. Eun Suk menceritakan kondisi Yeon Jae yang sebenarnya pada Ji Wook. Sel kanker di tubuh Yeon Jae telah menyebar dan tak bisa dikontrol lagi. Operasi maupun terapi kanker tak akan membantu penyembuhan. Ji Wook bergetar mendengarkan penjelasan Eun Suk. Ji Wook menahan diri agar tak menangis, tapi matanya sudah berkaca-kaca. Yang terburuk kemungkinan hidup Yeon Jae kurang dari 3 atau 4 bulan.
"Sekarang yang Yeon Jae butuhkan adalah orang yang dicintainya dan orang itu adalah Kang Ji Wook. Sebagai dokter, Kang Ji Wook kau bisa melakukannya untuknya," pinta Eun Suk.
Ji Wook tak menjawab. Ia berpamitan.


Eun Suk menghubungi Yeon Jae. Eun Suk memberitahu bahwa Ji Wook baru saja datang. Eun Suk bersyukur sekarang Yeon Jae memiliki Ji Wook di sisinya. Eun Suk harus berlapang dada menerima Ji Wook telah kembali bersama Yeon Jae.


Ji Wook pergi ke rumah Yeon Jae. Ji Wook mendapat cuti kerja. Ia mulai mengeluh sakit kepala, sakit bahu dan sakit leher pada Yeon Jae. Yeon Jae mempersilahkan Ji Wook masuk ke dalam. Yeon Jae membiarkan Ji Wook melihat isi kamarnya, sementara itu ia mengambil buah. Kembali ke kamar, Yeon Jae mendapati Ji Wook sudah terlelap di atas ranjangnya. Yeon Jae mendekat. Memandangi wajah tampan Ji Wook ketika tertidur. Dengan takut-takut Yeon Jae menyentuh lengan Ji Wook. Ji Wook langsung membuka matanya.

Ji Wook merentangkan tangannya meminta Yeon Jae berbaring disebelahnya. Yeon Jae ragu-ragu, namun akhirnya membaringkan kepalanya di atas lengan Ji Wook. Mereka terlihat kikuk. Lalu Ji Wook menarik Yeon Jae ke dalam pelukannya. Ji Wook tersenyum senang.


Eun Suk melamun. Eun Suk mulai meragukan pilihan profesinya sebagai dokter oncology. Eun Suk curhat pada temannya. Walaupun ia sudah berusaha memberikan pengobatan yang terbaik, masih banyak pasien yang meninggal di tangannya. 


Hee Joo meminta izin pada Eun Suk untuk melakukan penerbangan ke Filipina. Hee Joo ingin menemui ibunya disana. Eun Suk jelas melarang. Mengingat kondisi tubuh Hee Joo yang tak memungkinkan. Hee Joo tetap memaksa. Ia memohon agar Eun Suk menelepon ayahnya untuk memberi izin. Eun Suk menolak. Hee Joo mulai menangis. Ia sangat berharap bertemu dengan ibunya.
"Aku mungkin akan mati sebelum bertemu dengannya." Hee Joo terus memohon sambil terisak. Eun Suk diam saja.
"Aku membencimu, Dokter!" seru Hee Joo kemudian berlari pergi.
Eun Suk makin stress. 


Ji Wook makan malam dengan para staff-nya merayakan kesuksesan program Wando Tour. Kepala Bagian Yoon masih mencoba mencari perhatian Na Ri. Kepala Bagian Yoon menyukai Na Ri. Mereka membicarakan masalah kecelakaan yang menimpa Ji Wook. Ucapan Na Ri menyerempet ke masalah pertunangan. Ji Wook enggan menjawabnya. Ia mengalihkan pembicaraan, menyarankan mereka pindah ke tempat karaoke. Ji Wook menyuruh Hye Won mengajak Yeon Jae. Bagaimanapun juga Yeon Jae adalah penggagas Wando Tour.

Ji Wook dan staff Line Tour bersenang-senang di tempat karaoke. Na Ri dan salah satu staff wanita menari dan menyanyi di atas panggung. Kepala Bagian Yoon sampai menganga melihat penampilan Na Ri. Yeon Ja datang. Ji Woo tersenyum menyambut kedatangan Yeon Jae. Sebaliknya, Manager Noh tampak tak senang. Ia langsung maju ke panggung memamerkan suara sumbangnya, hehe... Manager Noh berniat macam-macam dengan mendekati Yeon Jae. Yeon Jae sampai ketakutan. Ji Wook cukup menatap wajah Manager Noh untuk memperingatkannya. Manager Noh langsung kembali ke atas panggung.

Ji Wook belum mendapat giliran bernyanyi. Tak seorang staff pun yang berani mempersilahkan Ji Wook bernyanyi.
"Tak ada seorangpun yang memintaku menyanyi?" tanya Ji Wook.
"Kami hanya mengira kau tak suka," kilah Kepala Bagian Yoon.
Lalu semua staff beramai-ramai meminta Ji Wook menyumbangkan suaranya.
"Baiklah jika semua orang ingin aku bernyanyi. Aku akan bernyanyi," ucap Ji Wook senang. LOL.
Ji Wook naik ke atas panggung. "Jika aku memiliki seseorang yang kucintai, aku berharap menyanyikan  lagu ini bersamanya."
Na Ri dan temannya terlihat ke-GR-an. 
"Lee Yeon Jae, kemarilah," ajak Ji Wook.
Secara tak langsung Ji Wook mengakui hubungan asmaranya dengan Yeon Jae. Pengakuan Ji Wook jelas membuat para staff terkejut. Mereka tak menyangka Ji Wook dan Yeon Jae berpacaran. Hanya Hye Won yang tersenyum senang. Yeon Jae tak kalah syok. Ia hanya diam saja sampai Ji Wook sendiri yang mendekat dan menariknya ke atas panggung. Yang hampir jantungan adalah Manager Noh, haha...
Ji Wook berduet dengan Yeon Jae. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Kilasan-kilasan masa lalu mereka kembali berputar. Saat-saat berduka bagi mereka telah usai. Kini mereka hanya ingin mengisi sisa waktu dengan kebahagiaan.


Sedikit demi sedikit Yeon Jae telah menyelesaikan 20 daftar keinginan terakhirnya. Tanpa Yeon Jae tahu ternyata Ji Wook telah menyimpan daftar keinginannya di dalam ponsel. Diam-diam Ji Wook membantu Yeon Jae mewujudkan daftar keinginannya. Ji Wook membuka 20 daftar keinginan Yeon Jae di ponselnya. Ia tersenyum melihat list no. 10-Bernyanyi bersama orang yang dicintai.


Di kamarnya, Yeon Jae menandai list no. 10 dengan icon smile. Merasa sudah mendapatkan maaf dari Seonsaengnim, Yeon Jae juga memberikan smile untuk list no. 14.


Daftar no. 13-Membiarkan ibu menikah lagi. Maka dari itu Yeon Jae pergi menemui Seonsaengnim dan memberikan alamat tempat kerja ibunya. Rasanya hanya Seonsaengnim yang pantas mendampingi ibunya. Yeon Jae merestui mereka.


Yeon Jae diundang bertemu dengan Dokter Kepala di rumah sakit. Dokter Kepala secara langsung berterimakasih atas donasi yang diberikan Yeon Jae. Ia juga berterimakasih atas pertunjukan Tango yang dipersembahkan Yeon Jae dan Eun Suk. Yeon Jae telah membuka mata banyak pasien kanker. Nyatanya kanker tak menghentikan semangat seseorang. Berkat Yeon Jae banyak pasien kanker yang bersemangat belajar tarian Tango. Dokter Kepala ingin mengajak Yeon Jae makan malam, namun Yeon Jae menolak. Ia sudah membuat janji dengan Ji Wook.

Yeon Jae bercerita pada Eun Suk bahwa Seonsaengnim telah memaafkannya. Walau begitu masih ada satu hal yang membebani hatinya. Yeon Jae belum memberitahu ibunya mengenai penyakit kankernya. Hal inilah yang paling ditakuti Yeon Jae.
"Jangan merasa bersalah. Sakit bukanlah suatu kejahatan," hibur Eun Suk.
"Aku tak punya keberanian untuk mengatakanya pada ibu. Ketika waktunya tiba, seharusnya aku punya keberanian untuk mengatakan itu."
Eun Suk tersenyum. Yeon Jae berpamitan. Eun Suk berbalik, Hee Joo sudah ada di belakangnya. Eun Suk membawa Hee Joo ke ruangannya. Hanya melihat tatapan mata Eun Suk pada Yeon Jae, Hee Joo bisa menebak jika Eun Suk menyukai unnie-nya.
"Apa yang membawamu kesini?" tanya Eun Suk mengganti topik pembicaraan.
"Ibuku sudah datang. Dia bilang dia bermimpi. Jadi dia secara khusus datang melihatku. Kami pergi ke bioskop dan taman hiburan. Tak buruk, kan?" Hee Joo berseri-seri.
Eun Suk mengangguk.
"Waktu itu aku meluapkan emosiku pada Dokter. Jadi aku ingin menceritakan hal ini padamu. Tapi aku kesal, apa sebenarnya yang membuatmu menyukai Yeon Jae unnie? Dia tua dan mempunyai kanker."
"Hee Joo..." seru Eun Suk.
Hee Joo nyengir. "Kesalahanku, cancel itu."
Obrolan mereka terputus ketika Eun Suk mendapat panggilan dari Dokter Kepala.


Eun Suk menghadap Dokter Kepala. Eun Suk mendapat rekomendasi M.D Anderson lagi. Dulu Eun Suk pernah mendapat rekomendasi, tapi sayang kepergiannya ke Texas terganjal kasus kematian pasien koma. Keluarga pasein menyalahkan Eun Suk hingga citra Eun Suk menjadi buruk. Pihak rumah sakit terpaksa meng-cancel keberangkatannya dan menggantinya dengan dokter lain. Tapi sepertinya Eun Suk sudah tak berminat lagi. Ada Yeon Jae yang ingin diselamatkannya. Eun Suk meminta waktu untuk berpikir.


Di Line Tour para staff wanita bergosip mengenai hubungan asmara antara Ji Wook dengan Yeon Jae. Tentu saja mereka tak percaya begitu saja. Menurut mereka Ji Wook tak sepadan dengan Yeon Jae. Obrolan mereka terdengar oleh Direktur Kim.

Direktur Kim langsung menyampaikan gosip itu pada Presiden Kang. Presiden Kang kesal karena Ji Wook kembali menjalin hubungan dengan Yeon Jae bahkan sampai memproklamirkan pada para sfaff Line Tour. Direktur Kim menduga ketika Line Tour sempat kolaps adalah ulah Ji Wook. Direktur Kim khawatir gosip itu akan terdengar oleh Seojin Group dan mengancam Line Tour lagi.

Presiden Kang stress berat. Ia segera bertindak dengan menyuruh sekretarisnya mencari latarbelakang dan informasi mengenai Yeon Jae.


Janji makan malam dengan Yeon Jae, Ji Wook sibuk mencari resep masakan. Ji Wook berniat memasakkan makanan yang enak. Ji Wook mencari referensi lewat buku-buku masak dan internet. Merasa waktunya kurang, Ji Wook memundurkan jam makan malamnya dengan Yeon Jae. Yeon Jae yang baru saja menerima telepon dari So Kyeong mengaku tak masalah.

Sebelum pergi ke rumah Ji Wook, Yeon Jae menemui So Kyeong di sebuah kafe. Tentu saja So Kyeong sudah mendengar gosip hangat di Line Tour. So Kyeong juga sudah mendapat pengakuan langsung dari Ji Wook yang tak bisa melepaskan Yeon Jae.
"Saat kau mengatakan kau ingin aku bersama Ji Wook, apakah itu tulus?" tanya So Kyeong.
"Kita benar-benar mempunyai takdir yang kejam. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan," ucap Yeon Jae bingung.
So Kyeong murka. Ia menyiramkan air minumnya ke wajah Yeon Jae. Yeon Jae pasrah.
"Belum lama ini, kau mengatakan sendiri padaku bahwa aku pantas bersama Kang Ji Wook. Tapi pada akhirnya, apa rencanamu? Bagaimana mungkin seseorang bisa sangat menyedihkan? Kau pikir siapa kau?" teriak So Kyeong.
"Karena sesuatu baru saja muncul." Yeon Jae membela diri.
"Tak ada pilihan. Aku benat-benar tak tahu apa tujuan akhirmu. Tunjukkan padaku hasilnya yang kau peroleh. Siapa aku, aku akan membiarkan kau tahu," runtuk So Kyeong.


Ji Wook telah selesai masak. Kini ia sibuk menata meja makan dengan hasil masakannya. Seseorang datang. Ji Wook mengira Yeon Jae datang terlalu cepat. Ternyata Presiden Kang yang muncul dengan kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya.
"Jika kau menyebabkan ayahmu kehilangan muka, setidaknya batasi tingkat kerusakannya. Bagaimana bisa kau melakukannya di depan staff. Kau menyatakan cintamu pada wanita itu, sangat memalukan!" sembur Presiden Kang.



Presiden Kang menyadari Ji Wook tengah menyiapkan makan malam. Presiden Kang bisa menduga jika Ji Wook akan makan malam bersama Yeon Jae. Presiden Kang bertambah murka. Ia melempar nampan ditangan Ji Wook. Tak puas sampai disitu, Presiden Kang hendak membuang semua makanan di atas meja, namun segera dicegah oleh Ji Wook. Presiden Kang langsung menampar Ji Wook.
"Aku memerintahkan pada kalian untuk berpisah. Cepat putuskan wanita itu."
"Tidak. Aku tak bisa. Aku sudah mencoba meninggalkannya. Tapi aku tak bisa. Aku tak bisa meninggalkannya," sahut Ji Wook.
"Apa karena kanker?" tanya Presiden Kang. Ji Wook terkejut ayahnya mengetahui riwayat penyakit Yeon Jae,
"Apa kau tahu prioritas? Wanita itu hanya mampu bertahan hidup selama beberapa bulan. Tidakkah kau memikirkan masa depanmu?"
"Tidak, ayah. Aku bahagia ketika bersamanya." Ji Wook meminta pengertian dari ayahnya.
"Apa yang akan kau lakukan setelah dia meninggal? Aku tak bisa membiarkan satu-satunya putraku menjadi orang yang tak berguna nantinya."
"Tidak, tidak akan. Aku berjanji padamu. Aku tak akan seperti itu," mohon Ji Wook.
"Apakah aku tak mengenalmu? Ketika ibumu meninggal, bagaimana kau berubah."
"Sudah seharusnya seperti itu..." jawab Ji Wook lirih.
"Jadi kau tak bisa memutuskan wanita itu? Baiklah. Jika kau tak bisa menyelesaikannya, biarkan wanita itu yang menyelesaikannya!" Putus Presiden Kang.


Presiden Kang pergi. Ji Wook langsung mengejar ayahnya. Ji Wook tak bisa tinggal diam jika ayahnya mengusik Yeon Jae, terlebih lagi melukainya. Ji Wook bersimpuh di kaki ayahnya, memohon padanya.
"Jangan, ayah. Aku mohon padamu jangan mengganggunya. Ayah, kau tak boleh menyakitinya. Ayah, aku mohon padamu!" Ji Wook menangis tersedu-sedu.
Presiden Kang menutup mata, menahan amarah yang semakin memuncak. Ia tak menyangka putranya rela merendahkan diri demi wanita yang menurutnya tak pantas mendampingi Ji Wook.


Yeon Jae pergi ke rumah Ji Wook. Begitu masuk ke dalam rumah, Yeon Jae mendapati Ji Wook terpekur di lantai sambil menangis. Yeon Jae segera mendekat.
"Ada apa? Ada apa denganmu?" tanya Yeon Jae.
Ji Wook membisu. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang banjir airmata.
"Tolong liat aku," pinta Yeon Jae.
Ji Wook menegakkan kepalanya. Yeon Jae tahu apa yang telah terjadi. Hubungan mereka tentu saja tak semudah yang mereka harapkan. Yeon Jae menghapus airmata di wajah Ji Wook. Ji Wook menatap Yeon Jae dalam diam. Lalu ia menarik Yeon Jae dan menciumnya. And tempat tidur dirasa Ji Wook cukup nyaman untuk melanjutkan ciuman mereka. Sighhh...


Anak gadis pulang pagi tentu saja masalah besar. Ibu Yeon Jae langsung memarahi putrinya begitu Yeon Jae muncul. Ibu Yeon Jae takut Yeon Jae menghilang lagi seperti tempo hari. Yeon Jae tak bisa membuat alasan menginap di rumah Hye Won, karena Hye Won baru saja menikah. Yeon Jae takut-takut menjelaskan jika ia bersama seseorang. Ibu Yeon Jae langsung menebak jika putrinya bersama pria bermobil sport merah. Yeon Jae mengangguk mengiyakan. Ibu Yeon Jae malah kegirangan. Ibu Yeon Jae tak menyangka putrinya akhirnya memiliki kekasih. Mengingat usia Yeon Jae yang tak muda lagi, ibu Yeon Jae menyarankan putrinya 'berinvestasi' dulu agar cepat-cepat dinikahi Ji Wook.


So Kyeong mendatangi Presiden Kang. Tanpa berbasa-basi So Kyeong menyatakan akan membatalkan seluruh kerjasama bisnisnya dengan Line Tour. Tak hanya itu, So Kyeong berniat menarik bantuan dana untuk cabang Amerika. Presiden Kang tampak tak terkejut. Presiden Kang tentu sudah memperhitungkan apa yang akan terjadi dengan perusahaannya. Ia pasrah.
"Kau tak terkejut?" tanya So Kyeong heran melihat wajah tenang Presiden Kang. "Kau tahu mengapa aku bersikap seperti ini, kan? Presiden, kau tahu Ji Wook kembali bertemu dengan wanita itu?"
Preside Kang membisu, tanpa ekspresi.
"Bagaimana bisa kau membiarkan ini terjadi? Bukankah 2 hari yang lalu kau menyarankanku untuk menikahinya? Presiden, bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?" tuntut So Kyeong.
"Aku malu bertemu denganmu," ucap Presiden Kang beralasan.
"Apa kau pikir dengan satu kata itu akan menyelesaikan masalah? Aku tak akan membiarkan ini terjadi. Ji Wook dan wanita itu. Dan kau juga, Presiden," ancam So Kyeong.
"Mereka bilang itu kanker. Wanita itu memiliki kanker," beber Presiden Kang. So Kyeong tertegun. Itulah alasan mengapa Ji Wook tak bisa meninggalkan Yeon Jae. Presiden Kang berniat mengirim Ji Wook ke Amerika.


Presiden Kang memanggil Ji Wook. Tanpa meminta persetujuan Ji Wook sebelumnya, Presiden Kang memutuskan mengirim Ji Wook ke cabang Line Tour di Amerika. Presiden Kang sudah kehabisan akal bagaimana memisahkan Ji Wook dari Yeon Jae. Mengirim Ji Wook ke tempat yang jauh dirasa cara yang paling baik. Tentu saja Ji Wook langsung menolak. 


Berbekal alamat pemberian Yeon Jae, Seonsaengnim pergi menemui ibu Yeon Jae ke tempat kerjanya. Ibu Yeon Jae terkejut melihat kemunculan Seonsaengnim setelah belasan tahun mereka tak berjumpa. Seonsaengnim mengajak ibu Yeon Jae berbincang. Seonsaengnim tak bercerita bahwa Yeon Jae yang memberikan alamat tempat kerja ibu Yeon Jae. Seonsaengnm meminta nomor telepon ibu Yeon Jae dan meminta menunggu telepon darinya.


Tak mau dipisahkan dari Yeon Jae, Ji Wook memilih mengundurkan diri dari Line Tour. Ji Wook rela melepaskan pekerjaannya. Ji Wook hanya ingin bersama Yeon Jae disisa waktunya.


Yeon Jae berniat memasakkan sesuatu yang lezat untuk ibunya. Ibu Yeon Jae membantunya memasak. Semenjak janji Seonsaengnim yang akan meneleponnya, ibu Yeon Jae sibuk memeriksa ponselnya. Yeon Jae menangkap kegelisahan ibunya, namun pura-pura tak tahu.

Benar saja, akhirnya Seonsaengnim menelepon. Ibu Yeon Jae bergegas masuk ke kamar. Ibu Yeon Jae tak mau Yeon Jae sampai tahu. Seonsaengnim mengajak Ibu Yeon Jae kencan minggu depan.  Diam-diam Yeon Jae menguping dari depan pintu kamar ibunya. Yeon Jae tersenyum senang.

Yeon Jae kembali ke dapur. Sebuah ketukan di pintu menandakan rumah Yeon Jae kedatangan tamu. Yeon Jae bergegas membukakan pintu. Betapa terkejutnya Yeon Jae ketika melihat tamu yang datang. Seseorang yang terduga dan tentu saja tak diharapkan kedatangannya.
"Kau tahu siapa aku, kan?" seru Presiden Kang tajam pada Yeon Jae.

2 komentar:

  1. sumpahh baca sinopsis nie bikin mewekk........

    BalasHapus
  2. kok kayanya si guru sama dokter kepala mirip ya?
    apa cuma perasaan doang ya? he3

    BalasHapus

Comment