Minggu, 10 April 2011

Autumn's Concerto Episode 9

Mu Cheng masuk ke kamar Guang Xi. Ia membenahi selimut Guang Xi. Tiba-tiba Guang Xi bergerak. Mu Cheng langsung mundur dengan panik. Ia takut Guang Xi bangun. Perlahan ia mendekati Guang Xi lagi.
Mu Cheng melihat cincin yang melingkar di jari Guang Xi. Ia mengira Guang Xi sudah menikah. Ia teringat kembali masa lalunya bersama Guang Xi. Mu Cheng sangat sedih ternyata Guang Xi sudah melupakan dirinya dan kini telah mempunyai kehidupan yang baru. Tanpa sadar air matanya meleleh. Ia segera menepisnya dan keluar dari kamar itu.

Mu Cheng memandangi fotonya bersama Guang Xi dengan sedih. Ternyata ia masih menyimpan foto saat mereka masih berpacaran. Mu Cheng kembali membaca surat yang diberikan Guang Xi sebelum Guang Xi operasi. Ia menangis dan meyakinkan dirinya bahwa sekarang mereka berdua sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Hubungan mereka hanya masa lalu.

Pagi hari Guang Xi bangun dari tidurnya. Ia memandangi sekeliling kamar barunya. Kamar itu penuh dengan mainan. Ia tidur di kamar Xiao Le.

Lalu Guang Xi bangun dan menemui Mu Cheng yang tengah memasak di dapur. Guang Xi memanggil nama Mu Cheng. Mu Cheng yang tengah memotong wortel terlonjak kaget. Ia menahan nafas. Mencoba menjaga emosinya dan bersikap biasa.
Guang Xi tersenyum pada Mu Cheng. Ia bertanya apa Hua Hou (Bos Hua) masih mengganggunya. Akhirnya Mu Cheng tahu bahwa orang yang telah menyelamatkannya adalah Guang Xi. Mu Cheng sedikit heran, berarti kemarin Guang Xi sudah melihatnya. Tapi Guang Xi malah mengatakan hari ini seharusnya pertemuan pertama mereka. Mu Cheng kembali heran dengan perkataan Guang Xi. Secara formal Guang Xi memperkenalkan dirinya. Mu Cheng mengerutkan dahi, semakin tak mengerti dengan sikap Guang Xi.
"Mengapa kau bisa bilang ini adalah pertemuan pertama kita?" tanya Mu Cheng.
"Apa kau mengenalku?" tanya Guang Xi balik. Lalu ia meminta maaf. Guang Xi menjelaskan bahwa 6 tahun yang lalu ia menjalani operasi otak dan mengalami amnesia.
"Bisa dikatakan aku hanya mempunyai ingatan selama 6 tahun  ini. Jika kau mengenalku, aku tak ingat," ucap Guang Xi menjelaskan sikapnya yang terlihat aneh dimata Mu Cheng. Mengetahui kondisi Guang Xi yang tak mengenalnya membuat Mu Cheng hampir tak bisa menahan tangis. Tapi ia berusaha menahannya. Guang Xi kembali bertanya apa Mu Cheng mengenalnya. Mu Cheng langsung menjawab tak kenal dan buru-buru keluar takut tak dapat menahan perasaannya.

Diluar Mu Cheng mencoba menata hatinya. Sambil menahan tangis, ia mengingatkan dirinya sendiri dengan Guang Xi yang amnesia malah bagus untuknya maupun Xiao Le. Sekarang Mu Cheng harus mulai menganggap Guang Xi orang asing.

Sementara di dalam, Guang Xi menggerutu dengan sikap Mu Cheng yang tiba-tiba kurang ramah. Ia memperhatikan sekeliling rumah dan heran mengapa tak menemukan foto ayah disana.

Xiao Le bangun dan berseru minta disuntik. Ia mendekati Guang Xi di meja makan dan masih saja memanggil Guang Xi ayah luar angkasa. Mu Cheng yang mendengar teriakan Xiao Le masuk ke dalam. Ia kembali mengingatkan Xiao Le bahwa Guang Xi bukan ayahnya. Xiao Le akhirnya mengerti. Lalu Mu Cheng masuk ke kamar untuk menyiapkan suntikan untuk Xiao Le.

Xiao Le mengambil nasi sapi dari dalam microwave. Lalu membawanya ke atas meja makan. Ia memberitahu Guang Xi nasi sapi adalah makanan favoritnya. Ia mengatakan akan mentraktir Guang Xi. Tapi yang ada Xiao Le malah memindahkan semua semua wortelnya ke dalam piring Guang Xi sambil mengatakan bahwa wortel itu bagus untuk menambah energi (padahal Xiao Le gak suka wortel, keturunan bapaknya, hehe...). Guang Xi tersenyum melihat ulah Xiao Le. Mu Cheng memanggil Xiao Le untu disuntik. Xiao Le berlari ke kamarnya sambil berpesan pada Guang Xi untuk menghabiskan semua wortelnya.

Guang Xi membuka kotak bekal Xiao Le yang berisi nasi sapi tanpa wortel. Guang Xi tertawa. Ia berkomentar selera makan Xiao Le mirip dengan dirinya.
Guang Xi mendekati ke kamar Xiao Le. Ia melihat Xiao Le yang kesakitan ketika disuntik. Ia merasa trenyuh.


Selesai disuntik Xiao Le memberikan kupon bergambar pada Mu Cheng karena telah membantunya suntik. Mu Cheng menerima kupon itu dengan senang. Tapi Xiao Le tahu perasaan Mu Cheng sedang tidak baik. Mu Cheng memberitahu bahwa paman pengacara tidak cocok tinggal dirumah mereka. Mu Cheng tak dapat mengungkapkan alasannya. Ia berjanji akan mencarikan tempat baru untuk Guang Xi. Xiao Le berkata walaupun ia menyukai Paman Guang Xi, tapi ia tak mau Mu Cheng terlihat sedih. Lalu ibu dan anak itu berpelukan.

Tiba-tiba segerombolan warga desa mendatangi rumah Mu Cheng. Kebanyakan dari mereka para ibu-ibu termasuk Bibi Hua. Ternyata Kepala Desa berniat mencarikan sekretaris untuk Guang Xi. Pantas saja para ibu-ibu itu datang. Mereka menawarkan diri menjadi sekretaris Guang Xi. Kepala Desa meminta Guang Xi memilih salah satu dari mereka. Ibu-ibu itu berebutan agar Guang Xi memilihnya. Mu Cheng dan Xiao Le tertawa melihat tingkah mereka.
Selagi ibu-ibu saling berebut. Mu Cheng menggunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan Kepala Desa. Ia meminta Kepala Desa memindahkan Guang Xi dari rumahnya. Kepala Desa tak mau tahu. Kemarin Mu Cheng sendiri yang bilang tak keberatan. Mu Cheng tak bisa memaksa lagi.
Guang Xi mulai menyeleksi calon sekretrisnya. Ia menerapkan standarisasi minimal SMP. Jika dibawah itu lebih baik mundur. Hampir semua ibu-ibu disana mundur, tinggal tersisa dua orang, salah satunya Bibi Hua. Selanjutnya harus bisa komputer. Kali ini Bibi Hua yang bertahan. Lalu minimal menguasai Microsoft Excel dan PowerPoint. Bibi Hua mati kutu. Ibu-ibu yang lain menyorakinya. Tapi Bibi Hua pantang mundur. Ia mengatakan bisa Facebook. Guang Xi pusing dan membentaknya. Ia mengatakan penduduk desa Hua Tian tak ada yang bisa memenuhi kriterianya. Kepala Desa melirik ke arah Mu Cheng. Lalu ia menawarkan Mu Cheng sebagai sekretaris Guang Xi. Mu Cheng terkejut dan langsung menolak.
"Apa menjadi sekretarisku membuatmu menderita? Jika kau membenciku, paling tidak kau beritahu alasannya?" seru Guang Xi menanggapi penolakan Mu Cheng.
Mu Cheng bingung harus menjawab apa. Kepala Desa maupun ibu-ibu bersamaan meminta Mu Cheng menyutujui usulan ini. Mu Cheng masih menolak dengan memberikan beberapa alasan; ia sibuk, masa panen bunga akan datang, Xiao Le tak ada yang menjaga. Semua orang menjawab dengan kompak akan membantu. Mu Cheng tak bisa lagi menolak dan terpaksa menyetujui. Guang Xi tesenyum penuh kemenangan.
Guang Xi menawarkan diri mengantar Xiao Le ke sekolah. Lagi-lagi Mu Cheng tak dapat menolak. Xiao Le berjalan dengan bergandeng tangan dengan Guang Xi. Mu Cheng mengikuti dari belakang.
Guang Xi bertanya penyakit apa yang diderita Xiao Le sampai harus disuntik. Mu Cheng memberitahu Xiao Le mempunyai penyakit diabetes golongan pertama. Lalu Guang Xi mempertanyakan ayah Xiao Le. Mu Cheng keberatan untuk membicarakan hal ini.
Xiao Le memotong pembicaraan mereka karena ia sudah hampir terlambat. Guang Xi menggendong Xiao Le di pundaknya agar cepat sampai ke sekolah. Tanpa sengaja Guang Xi menyentuh bekas suntikan Xiao Le yang langsung mengeluh sakit. Guang Xi bercerita bahwa dulu ia juga sering disuntik. Tapi sakitnya berbeda dengan Xiao Le, bahkan sampai tak bisa berbicara.
Xiao Le berseru bahwa Guang Xi benar-benar ayahnya karena mereka banyak kesamaan. Mu Cheng langsung menghardik Xiao Le.
"Liang Xiao Le, apa ajaran keluarga Liang yang ke-13?"
"Semua hal harus bisa dilakukan sendiri, tak boleh merepotkan orang lain," jawab Xiao Le lirih. "Paman Guang Xi terimakasih. Kau boleh menurunkan aku?"
Guang Xi menurunkan Xiao Le. Ia meminta Mu Cheng jangan terlalu keras pada Xiao Le. Mu Cheng kembali ketus pada Guang Xi dan menyuruhnya jangan terlalu dekat dengan Xiao Le karena selamanya Guang Xi tak akan menjadi ayah Xiao Le. Setelah mengucapkan hal itu, Mu Cheng terdiam kemudian meneruskan perjalanan.
Mu Cheng mengantar Xiao Le sampai ke depan kelasnya. Xiao Le mengatakan tak ada ruginya jika ayahnya seorang pengacara. Ia meminta Mu Cheng mempertimbangkan hal itu. Mu Cheng pura-pura mendelik pada Xiao Le. Lalu mengantar Xiao Le masuk. Ibu Guru menyapa Mu Cheng. Ia memberitahu bahwa 2 haru lagi akan ada acara gathering keluarga di sekolah. Ibu Guru mengundang murid dan para orang tua untuk hadir.
Guang Xi menunggu Mu Cheng diluar sambil memainkan kaleng bekas. Ia menendang kaleng. Seseorang datang menahan kaleng itu.
"Sedang apa kau disini?" tanya Tou Ye tajam sambil memandang Guang Xi dengan penuh kebencian. Ia juga tahu Guang Xi sudah merekrut Mu Cheng menjadi sekretarisnya. Ia mengira Guang Xi sengaja melakukan itu. Guang Xi membenarkan. Tou Ye marah. Ia mendekat dan langsung menarik kerah baju Guang Xi.
"Baru muncul sekarang, apa yang ingin kau lakukan  pada Mu Cheng? Dengarkan baik-baik, sekarang ini yang menjaga Mu Cheng adalah aku."
"Kau gila. Aku baru mengenalnya!" teriak Guang Xi sambil melempar tubuh Tou Ye.
Tou Ye yang memang belum tahu Guang Xi amnesia, malah semakin marah mendengar ucapan Guang Xi. Ia mengira karena Guang Xi telah menikah jadi berpura-pura tak mengenal Mu Cheng.

Mu Cheng datang tepat waktu. Ia berteriak memanggil Tou Ye. Mu Cheng menceritakan kondisi Guang Xi. Tou Ye mulai mengerti mengapa Guang Xi nggak mudeng sama omongannya tadi. Guang Xi sudah lupa masa lalunya termasuk Mu Cheng. Mu Cheng berkata semua ini telah diatur oleh Tuhan. Tunggu sampai 240 jam semuanya akan kembali normal.

Tou Ye menghampiri Guang Xi. Ia mengatakan dulu mereka satu kampus. Tou Ye beralasan dulu Guang Xi pernah merampas pacarnya, jadi ia kurang suka pada Guang Xi. Lalu ia kembali mengingatkan Guang Xi bahwa ia yang akan menjaga Mu Cheng.

Guang Xi mengajak Mu Cheng bekerja. Mereka berjalan dengan satu payung karena hujan. Mu Cheng agak salah tingkah saat Guang Xi ikut memegang payung. Dari dalam kelas, Xiao Le memberitahu Tang Tang bahwa ibunya tampak serasi dengan ayah luar angkasanya.

Hua Hong yang mendengar obrolan mereka membantah bahwa tak ada ayah luar angkasa. Hua Hong mengajak taruhan Xiao Le jika benar ada ayah luar angkasa, ia meminta Xiao Le membawanya pada acara gathering day nanti. Ia mempertaruhkan robot mainannya. Sedangkan jika Xiao Le kalah, maka Tang Tang harus diserahkan padanya. (haha, obrolan anak2 lucu). Xiao Le meminta Tang Tang tak perlu khawatir karena ia yakin ayah luar angkasa akan datang. Lalu Ibu Guru datang. Ia meminta anak-anak memakan bekalnya. Xiao Le memberitahu Tang Tang bahwa menu makannya nasi sapi tanpa wortel. Ia membuka bekal nasinya dan terkejut saat mendapati tumpukan wortel disana (wkwkwk...). Ibu Guru berseru agar muridnya menghabiskan semua bekalnya tanpa sisa.

Guang Xi dan Mu Cheng mulai bekerja di Balai Desa. warga Desa datang kesana untuk mendiskusikan tanah mereka. Kepala Desa memohon bantuannya. Guang Xi berjanji akan membantu warga desa dan pelayanan masyarakat selama 240 jam dimulai. Bukan hanya mengurusi masalah sengketa tanah, tapi Guang Xi juga  berkewajiban membantu semua masalah warga desa. Warga Desa satu persatu mengungkapkan keluhannya pada Guang Xi. Dimulai dengan Bibi Hua yang mengeluhkan masalah telur ayam (nggak penting banget). Dia juga mengambil kesempatan dengan mencubit Guang Xi karena gemas. Ibu-ibu yang lain juga ikutan. Guang Xi hanya bisa menahan kesal. Mu Cheng menertawakannya dari belakang.

Guang Xi nggak mau pusing. Ia hanya memberikan formulir agar warga desa menuliskan keluhannya disana. Mu Cheng bertugas membagikan formulir itu. Chi Xin juga tak mau ketinggalan. Ia datang dengan pakaian seksi. Guang Xi terlihat jengah. Chi Xin mengadu bahwa ia dituduh sebagai penggoda suami orang karena pakaian terbukanya. Seperti biasa Guang Xi langsung memberikan formulir.
Sampai tengah hari Guang Xi masih saja membagi-bagikan formulir pengaduan. Mu Cheng melihat Guang Xi sudah kelelahan. Bukan hanya lelah, tapi Guang Xi stess. Kepala Desa datang membawakan makan siang. Mu Cheng mengambil jatah makanannya dan duduk di belakang Guang Xi.
"Apa benar kita tidak kenal?" Guang Xi masih penasaran.
"Tidak kenal," ucap Mu Cheng dingin.
Namun Guang Xi tetap berkeyakinan Mu Cheng mengenalnya dan ia merasa familiar dengan Mu Cheng. Mu Cheng kaget. Guang Xi mengira-ngira mungkin mereka pernah satu kampus. Mu Cheng acuh dan malah makan. Guang Xi kembali menggangu Mu Cheng menyangkut Xiao Le. Mu Cheng meminta Guang Xi jangan membicarakan omong kosong. Guang Xi keki. Ia berkilah jika tak mengobrol dengan Mu Cheng, lalu ngobrol dengan siapa. Mu Cheng malah dengan santai menawarkan warga desa (yang tentu saja gak ada yang nolak) untuk teman ngobrol Guang Xi. Lalu Mu Cheng minta waktu istirahat satu jam karena ia harus pulang untuk menyuntik Xiao Le.

Guang Xi tetap berusaha mengorek kehidupan pribadi Mu Cheng. Ia berkomentar pasti Mu Cheng masih menunggu ayah Xiao Le. Lalu ia membuat perkiraan.
"Sekarang umur Xiao Le 5 tahun. Enam tahun yang lalu aku masih kuliah. Waktu itu aku sakit dan menjalani operasi. Setelah itu aku mengalami amnesia. Benar-benar tak ada hubungannya denganku? Aku tak mengerti kau pada orang lain sangat baik, kenapa padaku sangat dingin?"
Mu Cheng yang hendak pergi mendadak berhenti. Ia menoleh pada Guang Xi.
"Setelah operasi berapa banyak kau mengingat masa lalumu?" tanya Mu Cheng was-was.
Guang Xi mendekat. "Aku hanya ingat seorang wanita. Pertama kali kenal, dia sudah mencintaiku. Kami kenal di lapangan hockey. Waktu itu aku masih bermain hockey."
Mu Cheng tersenyum mendengar ucapan Guang Xi. Guang Xi meneruskan ucapannya.
"Setelah itu dia tahu aku sakit. Tapi dia tak peduli, tetap mau menemaniku. Walau presentase hidupku tidak tinggi, dia tetap mau bersamaku. Orang yang barusan kukatakan adalah calon istriku, Yi Qian."
Guang Xi mengatakan Yi Qian adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya sekarang ini. Mu Cheng hampir menangis. Ia pikir tadi Guang Xi membicarakannya. Ia akhirnya tahu Guang Xi baru saja bertunangan. Guang Xi melihat mata Mu Cheng yang berkaca-kaca. Mu Cheng langsung bilang ia tak apa-apa. Guang Xi berkata sebenarnya ia hanya ingin berteman dengan Mu Cheng. Ia heran mengapa Mu Cheng selalu acuh padanya. Mu Cheng menjawab memang sifatnya seperti itu. Lalu ia pergi. Guang Xi memandang kepergian Mu Cheng dengan menggumam bahwa Mu Cheng adalah ibu yang penuh rahasia dan mempertanyakan sifat asli Mu Cheng. Diluar Mu Cheng menangis. Guang Xi benar-benar telah melupakannya.

Tengah malam Mu Cheng memberitahu kamar Guang Xi telah dipindahkan ke gudang. Guang Xi protes. Mu Cheng malah berkata jika Guang Xi keberatan, ia boleh angkat kaki dari rumahnya. Guang Xi terpaksa menerima dan tersenyum kecut. Xiao Le membela Guang Xi.
"Liang Mu Cheng, apa kau lupa ajaran keluarga yang ke-7? Bukankah kau mengajariku supaya berbuat baik pada teman, kan? Dia adalah temanku. Kenapa kau jahat pada temanku?" ucap Xiao Le. Lalu ia meminta maaf pada Guang Xi. Ia juga mengajak Guang Xi makan bersama. Xiao Le pergi mengambil makan malam. Mu Cheng tak bisa mencegah. Guang Xi tersenyum. Dia salut pada Mu Cheng yang telah mengajari Xiao Le dengan baik.
"Sekretaris Liang Mu Cheng, merepotkan semangkuk nasi," ucap Guang Xi kemudian buru-buru mengucapkan terimakasih tanpa memberi kesempatan Mu Cheng bicara.
Mu Cheng kesal dan pindah tempat makan. Guang Xi bertanya pada Xiao Le apa ibunya mempunyai teman pria. Xiao Le menyebut Tou Ye. Tapi ia memberitahu bahwa Tou Ye itu pamannya dan mereka keluarga. Xiao Le mengatakan bahwa Da Zai (panggilan Xiao Le untuk Tou Ye) yang pertama kali menggendongnya saat ia lahir dan membelikan susu untuknya.

Ponsel Guang Xi berbunyi. Direktur He yang meneleponnya. Guang Xi buru-buru keluar untuk mengangkat telepon itu. Direktur He meminta Guang Xi memikirkan cara agar warga desa mau menerima kompensasi dan segera pergi dari Hua Tian. Ia menggunakan masalah pernikahan agar Guang Xi mau menuruti perintahnya.
Tengah malam Guang Xi tak bisa memejamkan matanya. Disamping ia harus menyesuaikan diri dengan tempat tidurnya yang ala kadarnya, Guang Xi juga memikirkan warga desa Hua Tian. Sebenarnya perintah penggusuran warga desa bertentangan dengan hati nuraninya. Guang Xi mengingat semua kebaikan warga desa selama ini padanya.Guang Xi semakin resah.
Guang Xi bangun saat mendengar suara Mu Cheng dan Xiao Le yang juga belum tidur. Xiao Le mengeluh kepanasan karena kipas angin mereka rusak. Mu Cheng membawa kipas itu ke ruang tamu. Ia berniat mencoba memperbaiki kipas itu. Guang Xi masuk. Ia meawarkan diri untuk memperbaiki kipas itu, tapi langsung ditolak dengan ketus oleh Mu Cheng. 

Mu Cheng memilih mengipasi Xiao Le daripada harus mendapat bantuan dari Guang Xi. Mu Cheng mengipasi Xiao Le sambil ngobrol. Dari luar Guang Xi tersenyum mendengar obrolan mereka.

Guang Xi mengumpulkan warga desa di Balai Desa. Ia mengumumkan bahwa warga desa tak mungkin bisa melawan perusahaan Huan Yu. Ia membujuk warga desa untuk pindah dan menerima kompensasi yang dijanjikan Huan Yu sebesar 500 ribu NT. Secara hukum kepemilikan tanah telah berpindah pada Huan Yu. Guang Xi menakut-nakuti dengan mengatakan Huan Yu bisa saja menuntut jika warga desa tetap ngotot tak mau pindah. Warga desa jelas saja menolak. Mereka tetap tak mau pindah. Mereka ribut dan memaki Guang Xi.

Mu Cheng yang sedari tadi diam turun tangan menenangkan warga desa. Lalu berbicara pada Guang Xi. 
"Pengacara Ren, kau diutus ke desa Hua Tian seharusnya kau berdiri bersama kami, bukan seperti sekarang ini meminta kami melepaskan Hua Tian. Jika kau tak bisa membantu kami, tolong tinggalkan desa Hua Tian. Disini kami tak memerlukanmu!" ucap Mu Cheng emosi.
Guang Xi tersenyum lalu mendekati Mu Cheng, "Sekretaris Liang, aku harus jelaskan tiga poin padamu. Pertama, pengacara bukan dewa. Aku hanya bekerja berdasarkan data yang kau berikan."
Lalu Guang Xi mengambil berkas di atas meja dan mengatakan bahwa mereka tak punya bukti yang cukup. Jadi warga desa tak mungkin bisa menang melawan Huan Yu.
"Kedua, kau adalah sekretarisku, tolong kau lakukan saja pekerjaan mencatat. Jangan mengganggu jalannya rapat. Ketiga, sampai sekarang semua orang sangat menghormatiku kecuali kau!" tunjuk Guang Xi berang.
Mu Cheng tak takut. Ia menganggap dirinya juga bagian dari masyarakat Hua Tian dan tentu saja punya hak bicara. 
"Walaupun bukti tidak cukup, juga bisa membuktikan keadilan. Ini adalah arti keberadaan pengacara," seru Mu Cheng tak mau kalah. Hal ini memicu kembali ingatan Guang Xi. Ia merasa pernah mengatakan hal itu sebelumnya.
"Ini bukan kata-kata yang bisa kau katakan. Kau belajar dari mana?"
"Orang yang mengajariku kata-kata ini adalah orang yang sangat jujur dan berani. Walaupun bukti tidak cukup, dia memikirkan cara untuk mencari bukti. Tidak sepertimu, penuh dengan kebohongan. Kau punya hak apa menjadi pengacara."
Guang Xi jelas marah dengan tuduhan Mu Cheng. Ia merasa menyesal datang ke Hua Tian. Di Taipei saja ia dibayar 100 ribu NT perjam. Ia dan Mu Cheng bertengkar. Mendadak Chin Xi datang dengan panik. Ia mengabarkan ada warga desa yang akan bunuh diri. Semua orang berhamburan keluar. Guang Xi kesal. Ia hendak pergi, tapi Chin Xi malah menyeretnya untuk menolong Hua Ye Cai (orang yang mau bunuh diri).

Hua Ye Cai duduk di tengah ladang hendak membakar dirinya dengan bensin. Warga Desa berteriak-teriak mencegahnya. Hua Ye Cai memutuskan bunuh diri karena terlilit hutang. Ladangnya gagal panen dan ia mempunyai hutang yang cukup banyak. Guang Xi datang. Hua Ye Cai menitipkan sebuah surat wasiat untuk anaknya yang ada di kota. Guang Xi malah merobek surat wasiat itu dan meminta Hua Ye Cai menulis ulang surat itu dengan baik.

Guang Xi membawa Hua Ye Cai duduk bersama dan mengajarinya menulis surat wasiat. Hua Ye Cai mengeluh karena membuat surat wasiat ternyata sangat rumit. Sebenarnya ini akal-akalan Guang Xi untuk mencegahnya bunuh diri. Seorang bibi datang membawa makanan dalam panci besar. Ia meminta Hua Ye Cai makan yang banyak sebelum bunuh diri. Kepala Desa juga menasehati Hua Ye Cai. Warga desa yang lain ikut menawarkan bantuan. Mereka bersedia membantu dengan tulus. Hua Ye Cai terharu dengan kebaikan warga desa dan mengurungkan niat untuk bunuh diri.

Melihat kebaikan Guang Xi, sikap Mu Cheng mulai melunak. Awalnya ia curiga Guang Xi mempunyai tujuan lain datang ke desa Hua Tian. Mu Cheng tahu Guang Xi calon suami dari pemilik perusahaan Huan Yu. Guang Xi sedikit terkejut Mu Cheng mengetahui hal ini karena ia sama sekali tak pernah memberitahu siapapun. Mu Cheng berkilah bahwa Tou Ye yang memberitahunya. Lalu ia memohon pada Guang Xi untuk membantu warga desa. Ia berkata Guang Xi ditugaskan ke desa Hua Tian pasti bukan suatu kebetulan, tapi ada maksud tertentu. Guang Xi tampak berpikir.

Guang Xi mengambil surat wasiat Hua Ye Cai. Ia merasa surat wasiat itu tak berguna lagi dan melemparnya ke tong sampah. Mu Cheng tertawa. Ia ingat saat pertama kali mereka bertemu Guang Xi pernah membuang ikannya ke tong sampah. Guang Xi berkata baru kali ini melihat Mu Cheng tertawa lepas seperti itu. Hal ini memicu ingatan masa lalunya. Bayangan Mu Cheng yang tengah tersenyum hadir di memorinya. Guang Xi terdiam dan menatap wajah Mu Cheng. Perlahan Guang Xi mendekati Mu Cheng dengan penasaran. 

3 komentar:

  1. baru ngeh Guang Xi di kerok alisnya, ckckck

    BalasHapus
  2. xiao le nya Lucu, pengen nyubit dech

    Guang i lucu klo jutek:)

    Dewi ditunggu loc lanjutannya :)

    BalasHapus
  3. @ai: masa sih, aku malah gak ngeh.
    @devi: siap meluncur, hehe...

    BalasHapus

Comment