Jumat, 04 November 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 12




"Lee Yeon Jae....Kau pikir siapa kau?" seru Ji Wook emosional dari arah belakang Yeon Jae.
Yeon Jae dan Eun Suk yang sehabis pentas Tango Dance dalam acara perayaan ulang tahun rumah sakit menoleh. Ji Wook mendekat. Ji Wook yang tak menyukai keberadaan Eun Suk langsung mengusirnya pergi. Tentu saja Eun Suk menolak. 
"Tak apa-apa, Eun Suk," ucap Yeon Jae.
Eun Suk mengalah. Ia menyingkir.
"Aku akan bertanya padamu untuk terakhir kalinya. Apa itu yang kau inginkan? Apa kau berharap aku meninggalkanmu? Jawab aku!!"
"Hmm, ya benar," jawab Yeon Jae tersendat menahan tangis.
"Jadi pada akhirnya, kau mengatakan itu tak akan berhasil? Baiklah, sesuai keinginanmu. Aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Aku tak akan pernah melihatmu lagi," putus Ji Wook.
Ji Wook sudah menyerah dengan hubungan mereka. Ji Wook merasa Yeon Jae sudah tak menginginkan dirinya lagi. Hubungan mereka benar-benar berakhir malam itu. Ji Wook pergi meninggalkan Yeon Jae.

Pertahanan Yeon Jae jebol. Seketika itu juga airmatanya tumpah. Yeon Jae mematung sambil memandangi pungung Ji Wook yang semakin menjauh. Eun Suk membisu disamping Yeon Jae. Tak ada yang bisa diperbuatnya untuk menghentikan tangis Yeon Jae.


Ji Wook masuk ke dalam mobilnya. Ji Wook tak kuasa membendung airmatanya. Berpisah dari orang yang paling dicintainya tentu saja sangat menyakitkan. Ji Wook sudah mengorbankan banyak hal untuk mempertahankan Yeon Jae disisinya, namun tenyata hubungan mereka harus menguap sangat cepat. Kenyataan yang paling menyakitkan Yeon Jae sendiri yang menginginkan hubungan mereka berakhir. Padahal Ji Wook sudah bersedia menerima Yeon Jae dengan segala kondisinya saat ini. Ji Wook tak peduli berapa banyak sisa waktu yang dimiliki Yeon Jae. Ji Wook hanya ingin berada di sisi orang yang paling dicintainya. Namun sebaliknya Yeon Jae tak menginginkan kehadirannya.


Eun Suk menunggu Yeon Jae sampai tenang. Setelah itu, Eun Suk berbicara pada Yeon Jae.
"Apa ini yang kau inginkan? Aku tak mengerti," tanyanya.
"Meskipun aku mencintai ayahku, tapi ada banyak kebencian. Ada banyak kekacauan di rumah. Karena aku terlalu cemas, aku tak bisa pergi ke sekolah. Mengapa ayahku mengidap kanker? Mengapa aku tak mempunyai ayah yang sehat seperti yang lain? Aku benar-benar membenci ayahku. Ketika aku tertawa dan pergi bermain dengan teman-temanku, aku selalu merasa bersalah. Bisakah aku melakukan  ini? Ketika aku makan atau berganti pakaian atau tidur, aku selalu merasa tidak nyaman. Berada di sampingnya, orang itu akan merasa seperti ini. Ia akan berubah menjadi orang yang tak bisa tertawa, tidak bisa makan, tidak bisa tidur setelah aku aku mati. Aku tak bisa membiarkannya menjadi seperti itu."
Eun Suk terdiam, memahami perasaan Yeon Jae. Ternyata Yeon Jae tak mau bersikap egois. Yeon Jae memikirkan orang-orang yang mendampinginya pasti akan menderita terlebih lagi setelah kematiannya.

Eun Suk menawarkan diri mengantar Yeon Jae pulang. Yeon Jae menolak. Untuk saat seperti ini rasanya ia hanya ingin sendirian. Eun Suk hanya menghela nafas.
Yeon Jae berjalan sepanjang jalan sambil melamun. Kenangan bersama Ji Wook kembali berputar di memorinya. 


Yeon Jae sibuk membenahi semua pakaian di lemarinya. Ibu Yeon Jae masuk. Yeon Jae berniat membuang pakaiannya yang tak terpakai.
"Hidup sederhana adalah cara yang terbaik untuk hidup." Yeon Jae memberikan alasan mengapa ia tiba-tiba membersihkan isi lemarinya.
Ibu Yeon Jae mencoba baju milik Yeon Jae. Yeon Jae tak mau ibunya memakai baju bekas miliknya. Ia berniat membelikan beberapa baju baru untuk ibunya.

Yeon Jae membawa ibunya ke sebuah butik. Bukan hanya baju, Yeon Jae juga membelikan sebuah tas cantik untuk ibunya. Ibu Yeon Jae terlihat senang.

Saat mereka hendak pulang, Ibu Yeon Jae tertarik pada sepasang mantel bulu yang dipajang di manekin. Ibu Yeon Jae ingin membelikan mantel itu untuk Yeon Jae. Yeon Jae langsung menolak. Dihitung dari sisa waktunya, tentu saja Yeon Jae tak akan bertemu dengan winter. Yeon Jae memandang mantel itu dengan sedih.


Kembali ke rumah, Yeon Jae merasa waktunya berjalan begitu cepat. Yeon Jae memandang jam di meja kamarnya yang berputar dengan sangat cepat. Yeon Jae tak mau membuang waktunya begitu saja. Masih banyak hal yang belum dikerjakannya, terutama menyelesaikan 20 daftar keinginan terakhirnya.
Yeon Jae pergi ke toko roti milik Seonsaengnim Kim. Yeon Jae memandang Seonsaengnim-nya dari balik kaca etalase. Yeon Jae tak berani masuk. Beberapa penggalan masa lalunya kembali berputar.

Flas Back.
Yeon Jae mengenakan seragam SMU. Di sebuah gang, Seonsaengnim Kim menarik tangan Yeon Jae. Yeon Jae menarik dirinya dengan marah. Ada kilatan kebencian di mata Yeon Jae.

Yeon Jae diinterogasi oleh seorang guru wanita.
"Katakan yang sejujurnya, apakah Guru Kim Dong Min melakukan hal-hal yang tak pantas terhadapmu?"
Yeon Jae membisu.

Hye Won mendekati Yeon Jae.
"Yeon Jae, Guru Kim sudah dipecat. Bukankah itu bagus?" beritahunya.
Yeon Jae kembali membisu.


Seonsaengnim keluar mengantar customernya. Yeon Jae langsung memanggilnya.
"Maaf, Seonsaengnim. Ini semua salahku. Semua adalah kesalahanku..." seru Yeon Jae. "Aku tak bisa menerima kenyataan bahwa Seonsaengnim menyukai ibuku. Itu mengingatkanku pada mendiang ayahku. Oleh karena itu aku ingin memisahkan Seonsaengnim dengan ibuku. Jadi itulah mengapa aku melakukan ini," ungkap Yeon Jae menguak rahasia besarnya selama di SMU. Ternyata bukan pelecehan seksual yang didapat Yeon Jae selama SMU. Yeon Jae menjadikan alasan itu agar Seonsaengnim menjauh dari ibunya. Tentu saja selama ini Yeon Jae memendam rasa bersalah. Disaat usianya tinggal menunggu bulan, Yeon Jae ingin menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka dengan meminta maaf.
"Mengapa kau tiba-tiba mencariku? Selama 16 tahun aku mengubur masa lalu itu dan hidup dengan baik," tanya Seonsaengnim.
"Aku tak bisa menyimpannya lagi. Hal itu membebani hatiku selama ini. Maafkan aku, Seonsaengnim?" mohon Yeon Jae sambil terisak.
Hati Seonsaengnim belum mencair. Ia masih belum bisa memaafkan perbuatan Yeon Jae. Seonsaengnim kembali bekerja setelah seorang customer datang. Yeon Jae pulang dengan hati terluka. Sebuah kata maaf ternyata sulit didapat jika hati seseorang sudah terlanjur tersakiti. Sepeninggal Yeon Jae, Seonsaengnim menoleh ke arah Yeon Jae.


Eun Suk melamun di bangku taman. Hee Joo menghampirinya. Hee Joo memuji pertunjukan Tango Dance Eun Suk dan Yeon Jae kemarin malam.
"Mengapa harus Yeon Jae unnie? Kalian berdua tidak saling main mata selama aku tak ada, kan?" tanya Hee Joo.
"Kami berdua sudah lama saling kenal. Kami teman sekolah," ujar Eun Suk.
"Omo, mengapa kau tak mengatakannya padaku?" Hee Joo terkejut. "Aku iri. Aku benar-benar cemburu. Bagaimana kondisi Yeon Jae unnie sekarang? Kanker kantong empedu. Jenis kanker paling berat."
Eun Suk tak menjawab pertanyaan Hee Joo. Ia memilih pergi. 

Pasien di rumah sakit mulai bersikap ramah pada Eun Suk. Pertunjukan Eun Suk kemarin malam membuat citranya semakin baik di mata para pasiennya. Mereka tak sungkan lagi menyapa Eun Suk. Mereka tak segan memuji Eun Suk. 

Di ruang kerjanya Eun Suk kembali melamun. Sebagai dokter maupun teman terdekat Yeon Jae rasanya Eun Suk tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan hidup Yeon Jae. Eun Suk mulai putus asa.


Eun Suk menemui Yeon Jae di sebuah taman. Yeon Jae tengah melamun. Memandang sepasang kekasih yang tengah berboncengan sepeda. Eun Suk duduk disampingnya.
"Mengapa kau sangat sedih?" tanyanya.
"Semua orang bahagia, mereka terlihat sangat beruntung dan bahagia. Ini semakin dingin, musim gugur pasti sebentar lagi datang. Akan lebih baik jika waktu berlalu dengan cepat sekarang," gumam Yeon Jae.
Eun Suk tak berkomentar apa-apa. Cukuplah menjadi pendengar yang baik. Eun Suk bangkit lalu mengajak Yeon Jae pulang.


Ji Wook bekerja sampai larut malam. Presiden Kang meminta Ji Wook pulang. Presiden Kang mencoba memahami putranya yang sedang patah hati. Ia menyarankan Ji Wook pergi berlibur ke luar negeri. Ji Wook menolak dengan halus.


Ji Wook melarikan diri ke tempat fitness. So Kyeong mencoba mendekati Ji Wook kembali. Ia menyusul Ji Wook kesana.
"Kau tak datang kesini karena aku?" tanya Ji Wook.
"Ini semua hanya untukmu. Bisakah kau memberiku kesempatan lagi? Orang yang kau lihat sebelumnya, bukan hal nyata untukku," jawab So Kyeong jujur.
Ji Wook tak merespon. Ia malah berlalu pergi. So Kyeong tertawa miris.

Ji Wook kembali mabuk-mabukan dengan ditemani So Kyeong. Ji Wook mengabaikan keberadaan So Kyeong. Dia terus minum sampai So Kyeong mencengkram tangannya.
"Apa yang kau inginkan setelah ini? Pernikahan?" tanya Ji Wook. "Bagus. Ayo kita menikah, dalam bulan ini."
So Kyeong menatap Ji Wook tajam.
"Tanggal berapa?" tambah Ji Wook.
"Kang Ji Wook-ssi...." seru So Kyeong.
"Bagaimanapun juga kita akan menikah. Ayo lakukan itu."
So Kyeong tertawa.
"Kau tak berencana kencan denganku atau jatuh cinta padaku, kan? Sepertinya seperti itu..."
"Aku meminta kesempatan lagi, itu benar. Aku pikir kita bisa memulainya lagi. Aku tak tahu mengapa kau seperti ini? Aku tak membencimu. Jadi jangan hanya katakan apa yang kau inginkan. Kau tak punya hak untuk menginjak harga diriku." So Kyeong tersinggung dengan ucapan Ji Wook. Ji Wook termenung sepeninggal So Kyeong.


Yeon Jae memberikan anting-anting miliknya untuk Hye Won. Yeon Jae tahu jika Hye Won sangat menginginkan anting-anting itu. Hye Won sangat senang. Hye Won memberitahu jika ia akan menikah pada akhir bulan ini. Yeon Jae terkejut karena sangat mendadak. Hye Won mengaku jika dirinya sudah terlanjur hamil. Yeon Jae mengucapkan selamat, tapi Hye Won malah tampak sedih. Ia meminta maaf pada Yeon Jae. Hye Won takut pernikahannya melukai Yeon Jae.
"Bisa melihat teman dekatku menikah sebelum aku pergi, aku sangat senang," ucap Yeon Jae.
Hye Won menangis. Ibu Yeon Jae masuk membawakan buah. Ia heran melihat Hye Won menangis.Yeon Jae memberitahu jika Hye Won akan menikah. Ibu Yeon Jae mengucapkan selamat. Ia melirik ke arah Yeon Jae. Tentu saja ibu Yeon Jae juga menginginkan putrinya segera menikah.

Mendengar kabar pernikahan Hye Won, ibu Yeon Jae jadi uring-uringan. Setelah Hye Won pulang, ibu Yeon Jae langsung memarahi putrinya. Ia meminta Yeon Jae juga segera menikah. Tentu saja ia sangat iri dan berharap Yeon Jae yang menikah duluan dibandingkan Hye Won. Ibu Yeon Jae kembali mengungkit masalah pekerjaan. Ia meminta Yeon Jae segera mencari pekerjan dan bertemu dengan seorang pria. Emosi Yeon Jae terpancing. Ia kesal mendengar omelan ibunya.
"Tolong hentikan itu!" teriak Yeon Jae. "Tak seorangpun mengerti. Apa ibu pikir hatiku senang? Hye Won akan menikah. Apa ibu pikir aku hanya bahagia?"
Yeon Jae marah dan masuk ke dalam kamar.
"Itulah mengapa aku katakan kau harus segera menikah! Seharusnya kau ada usaha. Usaha...Aku tak bisa berdiam diri melihatmu seperti ini," teriak Ibu Yeon Jae kesal.
Yeon Jae menangis di dalam kamar.


Ji Wook masih patah hati. Ia terlihat melamun. Ji Wook menyuruh Ahjumma yang membersihkan rumahnya membuang bunga krisan pemberian Yeon Jae. Ji Wook tak mau mengingat Yeon Jae lagi.


Yeon Jae pergi menemani Hye Won mencoba gaun pengantin. Yeon Jae memuji penampilan Hye Won dalam gaun pengantinnya. Hye Won tampak sangat cantik. Hye Won membatalkan rencana makan malam dengan Yeon Jae karena tiba-tiba calon suaminya menelepon dan mengajaknya berkenal dengan anggota keluarga yang lain. Hye Won meminta maaf karena awalnya ia hendak mentraktir Yeon Jae. Yeon Jae memakluminya.

Sepeninggal Hye Won, Yeon Jae memandang gaun pengantin di depan kaca etalase. Mencoba gaun pengantin adalah salah satu keinginannya terakhirnya. Yeon Jae kembali masuk ke dalam. Yeon Jae meminta diri untuk mencoba gaun pengantin.
Yeon Jae memandang dirinya dalam balutan gaun pengantin di depan kaca. Yeon Jae tampak sedih. Pernikahan yang sesungguhnya hanyalah sebuah mimpi untuknya. Yeon Jae meminta mengabadikan dirinya dengan gaun pengantin dalam sebuah foto.


Presiden Kang makan malam dengan Ji Wook dan So Kyeong. Presiden Kang senang mendengar kabar bahwa Ji Wook memulai lagi hubungannya dengan So Kyeong. Presiden Kang ingin mereka segera menikah tanpa bertunangan lagi. Ji Wook marah karena ayahnya selalu ikut campur. Ia tak ingin diatur lagi. So Kyeong juga menyetujui pendapat Ji Wook. So Kyeong ingin hubungan mereka berjalan dengan sendirianya.


Yeon Jae membuka buku 20 daftar keinginannya. Ia berhenti pada nomor 5. Mencoba gaun pengantin. Yeon Jae menempel fotonya dengan gaun pengantin disamping tulisannya. Yeon Jae menangis. Tiba-tiba ia merasa marah. Yeon Jae merobek bukunya menjadi dua dan melemparnya. Rencana pernikahan Hye Won membuat Yeon Jae mulai depresi. Pernikahan adalah sesuatu yang diimpikan semua gadis termasuk Yeon Jae. Di usianya yang sudah tak mudah lagi ditambah dengan kanker yang menggerogoti tubuhnya, Yeon Jae merasa tak punya kesempatan menggandeng seorang pria ke altar pernikahan. Yeon Jae berada di titik terendah dimana semua emosi, tekanan dan rasa sedih menyatu dalam dirinya. Yeon Jae menangis sesenggukan. Melempar semua barang-barang yang ada di depannya.

Yeon Jae keluar kamar. Mengambil sebotol soju dan menenggaknya. Jiwa Yeon Jae yang labil membuatnya tak bisa berpikir jernih. Padahal alkohol jelas sangat berbahaya untuk kesehatannya. Eun Suk sudah berulang kali mengingatkannya agar tak minum alkohol. 

Yeon Jae pergi ke rumah Ji Wook. Yeon Jae bersembunyi di balik pohon tanpa berani mendekati Ji Wook yang baru saja pulang. Yeon Jae hanya bisa menangis.
Ji Wook menaiki tangga. Ia bisa merasakan kehadiran Yeon Jae. Namun sayang, ketika Ji Wook menoleh Yeon Jae sudah menghilang.


Ibu Yeon Jae terheran-heran mendapati dapur dan kamar Yeon Jae berantakan. Yeon Jae pulang. Pandangannya kosong.
"Apa kau yang melakukan ini? Kamar ini sangat berantakan. Apa yang kau lakukan?"
Yeon Jae tak menjawab. Yeon Jae merosot ke lantai. Ibu Yeon Jae mulai khawatir.
"Yeon Jae, ada apa denganmu? Apa kau mabuk?" tanyanya mencium bau alkohol dari tubuh Yeon Jae.
"Aku lelah. Aku sangat lelah, ibu!" Ucap Yeon Jae lirih.
"Aku sangat sedih," ibu Yeon Jae prihatin melihat kondisi putrinya. Ia tahu pasti putrinya bersikap seperti itu karena pertengkaran mereka kemarin.
"Aku minta maaf. Maafkan aku, Bu!'
Ibu Yeon Jae memeluk putrinya. "Pasti kau juga sangat sedih karena Hye Won. Aku yang salah."


Yeon Jae mendapat undangan makan malam dari Kepala Rumah Sakit sebagai ucapan terimakasih karena Yeon Jae telah mendonasikan uang sebesar 50 juta won. Uang itu berasal So Kyeong ketika Yeon Jae dinyatakan tak bersalah dalam kasus pencurian cincin milik Wilson. Daripada menolaknya, Yeon Jae berpikiran menyumbangkan uang itu ke yayasan rumah sakit. Eun Suk menghubungi ponsel Yeon Jae. Yeon Jae tak ada dikamarnya. Ibu Yeon Jae yang mengangkat telepon Eun Suk. Ibu Yeon Jae tak tahu kemana putrinya pergi.


Hye Won mengirim kartu undangan pernikahannya pada Ji Wook. Hye Won bertanya mengenai hubungan Ji Wook dengan Yeon Jae.
"Yeon Jae benar-benar menyukaimu, Kepala Direktur. Bodohnya, dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Kepala Direktur. Kepala Direktur, bukankah kau menyukai Yeon Jae? Itulah mengapa kau membatalkan pertunangan, kan? Tidak bisakah kau tinggal disisi Yeon Jae?" pinta Hye Won.
"Semuanya sudah berakhir," sahut Ji Wook.
"Jadi kau ingin mengakhirinya seperti ini." Hye Won masih bersikeras.
"Ini yang Yeon Jae ingin dan harapkan."
"Tapi Yeon Jae memikirkanmu, makanya dia melakukan itu. Demi kau."
"Aku juga ingin melakukannya. Aku akan melakukan apa yang Yeon Jae inginkan. Keluarlah!" Ji Wook mengakhiri percakapan.


Ibu Yeon Jae menghubungi Hye Won. Yeon Jae tiba-tiba menghilang dan meninggalkan ponselnya. Ibu Yeon Jae mulai khawatir karena beberapa hari yang lalu Yeon Jae bersikap aneh dengan mabuk dan memecahkan pot bunga. Hye Won segera menghubungi Eun Suk. Hye Won pikir Yeon Jae pergi ke rumah sakit. Setahu Eun Suk, Yeon Jae tak ada jadwal pengobatan di rumah sakit. Eun Suk gelisah. Eun Suk menghubungi Ji Wook, berharap Yeon Jae bersamanya. Namun Ji Wook mengatakan tidak. Ji Wook juga cemas.


Yeon Jae kembali berusaha mendapatkan maaf dari Seonsaengnim. Yeon Jae menulis sebuah surat dan menitipkan pada pelayan toko untuk diserahkan pada Seonsaengnim.
Sudah lama aku ingin meminta maaf padamu. Tapi aku tak bisa melakukannya. Itu karena aku tak punya keberanian untuk menatapmu. Hanya ada satu kalimat: Aku minta maaf...
Aku hanya ingin meminta pengampunanmu. Permintaanku pasti terlalu banyak. Tetapi sekarang aku hanya ingin mengucapkan kalimat ini. Kau menyembunyikan kebohongan terbesarku. Terimakasih banyak.

Yeon Jae belum pergi. Ia memastikan suratnya di baca. Setelah membaca surat Yeon Jae, hati Seonsaengnim mulai luluh. Ia segera keluar mencari Yeon Jae. Namun Yeon Jae sudah pergi.


Ji Wook menodar-mandir di dalam kantornya. Ji Wook sangat mencemaskan Yeon Jae. Sementara itu Eun Suk sibuk mencari keberadaan Yeon Jae. Eun Suk mendatangi kelas Tango. Namun disana ia hanya menemukan Ramses dan Veronica. Eun Suk menitip pesan jika Yeon Jae datang segera menghubunginya.

Ji Wook tak bisa tinggal diam lagi. Ia menghubungi Eun Suk menanyakan hasil pencariannya. Yeon Jae belum diketemukan. Ji Wook segera memacu mobilnya mencari Yeon Jae.


Yeon Jae ada di taman dimana ia dan Ji Wook pernah berkencan dan menyaksikan kembang api. Yeon Jae teringat ciuman manisnya bersama Ji Wook. 
Ji Wook tahu dimana keberadaan Yeon Jae. Ji Wook membawa mobilnya kesana. Akhirnya Ji Wook menemukan Yeon Jae. Duduk sendirian dan melamun. Ji Wook menatap Yeon Jae. Perlahan Ji Wook melangkahkan kakinya ke arah Yeon Jae. Mendadak kata-kata Yeon Jae terlintas dikepalanya.
"Aku tak ingin kau ada disampingku. Aku tak ingin kau melihat bagaimana aku mati."
Ji Wook menghentikan langkahnya. Ia mengurungkan niatnya menghampiri Yeon Jae. Setelah memberi tahu keberadaan Yeon Jae pada Eun Suk, Ji Wook memilih pergi.

Eun Suk tak bisa meredam emosinya ketika melihat Yeon Jae. Kecemasannya membuat Eun Suk marah-marah.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan disini? Apa kau tahu bagaimana khawatirnya aku?"
"Bagaimana kau tahu aku disini?"
"Kang Ji Wook yang memberitahuku."
"Sebelumnya dia datang kesini?"
"Jika kau sangat sedih, mengapa kau ingin putus darinya? Jika kau menyukai dia, seharusnya kau mencintai dia dengan terbuka dan tidak seperti ini," runtuk Eun Suk.
"Eun Suk, aku kesini...aku ingin mengakhiri hidupku." Airmata Yeon Jae tumpah.
"Lee Yeon Jae..." hardik Eun Suk mendengar pemikiran picik Yeon Jae.


Eun Suk mengantar Yeon Jae pulang. Ibu Yeon Jae langsung memarahi putrinya. Yeon Jae benar-benar deperesi. Ia sama sekali tak mendengarkan omelan ibunya. Hye Won segera membawa Yeon Jae ke kamarnya. Eun Suk memperkenalkan dirinya pada Ibu Yeon Jae. Ibu Yeon Jae terlihat menyukai Eun Suk.

Hye Won merasa bersalah melihat kondisi sahabatnya. Hye Won merasa rencana pernikahannya yang membuat Yeon Jae depresi.
"Haruskah aku tak menikah? Ini sangat membebani hatiku karena seharusnya aku tak mengatakan akan menikah."
"Tidak seperti itu," ucap Yeon Jae lirih. "Hye Won, aku sedikit lelah. Aku ingin istirahat."


Ji Wook masih ada di taman. Eun Suk menghubungi Ji Wook dan memberitahuYeon Jae sudah pulang ke rumahnya. Eun Suk mengucapkan terimakasih pada Ji Wook atas bantuannya menemukan Yeon Jae.


Hari pernikahan Hye Won tiba. Seluruh staff Line Tour datang. Mereka memuji penampilan Hye Won dengan gaun pengantinnya. Hye Won gelisah karena Yeon Jae tak terlihat diantara tamu undangan. Hye Won bertanya pada rekan-rekan kerjanya. Mendengar nama Yeon Jae disebut-sebut, Manager Noh dan Na Ri langsung pergi. 

Akhirnya Yeon Jae muncul. Hye Won kesal. Ia mengira Yeon Jae tak menghadiri pernikahannya.
"Kau sangat cantik temanku sayang," puji Yeon Jae.
Hye Won terharu. Matanya berkaca-kaca. "Aku memakai anting-anting yang kau berikan padaku."
"Kau pasti akan bahagia dan hidup dengan baik," doa Yeon Jae.
Hye Won menangis.

Upacara pernikahan dimulai. Diluar ruangan Yeon Jae berpapasan dengan Ji Wook yang baru saja datang. Mereka saling bertatapan. Melihat Ji Wook membuat airmata Yeon Jae mudah menggenang. Ji Wook juga berkaca-kaca. Sebelum airmatanya jatuh, Yeon Jae masuk ke ruangan.
Menyaksikan Hye Won mengucapkan janji pernikahan membuat Yeon Jae bahagia sekaligus sedih. Tanpa sadar airmatanya tumpah. Ji Wook berdiri di seberang Yeon Jae. Berulang kali ia menoleh ke arah Yeon Jae. Ji Wook tertegun melihat tangisan Yeon Jae. Tak sanggup menahan kesedihannya, perlahan Yeon Jae mundur. Ia keluar dari ruangan dan pergi. Ji Wook ikut keluar dari ruangan.

Yeon Jae kembali tergucang. Yeon Jae berjalan dengan tatapan kosong. Ia menyeberang jalan tanpa memperhatikan kendaraan sekitar. Ji Wook berhenti di lampu merah. Ia melihat Yeon Jae nekat menyeberang jalan walau ada sebuah mobil melintas di depannya. Di belakang mobil itu, melaju sebuah truk dan mobil hitam. Ji Wook panik. Otaknya segera merespon bahaya sedang mengancam Yeon Jae. Tanpa pikir panjang Ji Wook memacu mobilnya menuju Yeon Jae. Ji Wook nekat memalangi jalan guna melindungi Yeon Jae. Tabrakan keras tak dapat dihindari. Mobil hitam yang melintas langsung menghantam mobil Ji Wook. Mobil Ji Wook ringsek. Yeon Jae mulai tersadar. Perlahan ia menoleh ke arah pengemudi mobil merah. Ji Wook mengangkat kepalanya. Darah segar mengucur dari pelipisnya. Ji Wook jatuh pingsan. Yeon Jae syok begitu mengetahui pengemudi itu adalah Ji Wook (tambahan: nasib pengemudi mobil hitam belum diketahi :D).

4 komentar:

  1. nasib pngmdi mbl htm ga pnting,hehehe....yg pntg lnjutin sinopsisnya,yg ROMANCE TOWN jg donk wi...,pnasaranh ma klnjutannya,FIGHTING !!!

    BalasHapus
  2. kasihan bgt yoon jae :(( ..
    iya nih.. lanjutin recap Romance Town nya ,,

    ___Gomawo___

    from : Grace

    BalasHapus
  3. lanjutin dong sampe kelar ..
    baguus nih ceritanya:)

    BalasHapus
  4. waalhh..alurnya jadi begini,,,,,,

    BalasHapus

Comment