Selasa, 26 Juli 2011

Secret Agent Miss Oh (My Country Calls/Call of The Country) Episode 7

Ha Na berjalan mengendap-endap dengan perlahan menuju pintu keluar. Tiba-tiba Do Hoon bangun dan menarik lengan Ha Na. Ha Na syok karena tertangkap basah.


Jin Hyuk tak bisa tinggal diam. Ia bangun dan hendak menyusul Ha Na ke Isong. Eun Seo berusaha mencegah Jin Hyuk. Ia khawatir Jin Hyuk ikut tertangkap. Jin Hyuk tetap membulatkan tekadnya untuk pergi menyelamatkan Ha Na. 


Do Hoon menarik lengan Ha Na.
"Kemana kau akan pergi?"
Ha Na menjawab akan ke toilet dengan wajah ketakutan. Do Hoon meracau tak jelas. Sepertinya ia mabuk berat. Ha Na ingin kabur, tapi Do Hoon malah menariknya ke sofa. Setelah itu merebahkan kepalanya di pangkuan Ha Na. Ha Na makin pias. Ia berusaha membebaskan diri, namun Eun Seo menyuruhnya jangan bergerak. Eun Seo takut Do Hoon sadar dari mabuknya.


Jin Hyuk masuk ke Isong. Ia menyamar sebagai driver yang dipesan Do Hoon. Selagi security mengkonfirmasikan kedatangannya lewat telepon, Jin Hyuk berpura-pura hendak ke toilet.


Ha Na masih berkutat dengan Do Hoon. Do Hoon belum sadar akan keberadaan Ha Na yang tengah menyusup ke kantornya. Ia malah terlihat nyaman tidur di pangkuan Ha Na.


Eun Seo dan Joon Min terlihat sangat tegang menyaksikan situasi Ha Na yang terjebak dengan Do Hoon. Eun Seo bertanya apakah Ha Na bisa keluar. Ha Na berusaha memindahkan kepala Do Hoon, tapi ia takut Do Hoon bangun. Ia benar-benar membutuhkan bantuan.
 

Tiba-tiba Do Hoon bersuara. Ia kembali meracau tak jelas. 
"Aku tak suka hari hujan. Aku selalu merasa seseorang akan meninggalkanku. Aku juga tak suka hari berangin. Aku selalu merasa seseorang akan masuk. Kau seharusnya tak meninggalkanku, Oppa ini!"
"Benar-benar seperti frase tua dari tahun 80-an," ejek Ha Na. 
Lalu ia mencoba berusaha membebaskan dirinya lagi dan BERHASIL. Ia segera keluar. Eun Seo dan Joon Min menghembuskan nafas lega.

Ha Na berjalan keluar. Telepon di meja kerjanya berbunyi. Ha Na segera mengangkat telepon itu karena  takut Do Hoon terbangun. Telepon itu dari security yang hendak mengkonfirmasikan kedatangan driver. Ha Na berkata driver itu dipanggil untuknya. Jin Hyuk muncul dan langsung menutup mulut Ha Na. Ia mengingatkan Ha Na agar tak bersuara. Lalu segera mengajaknya meninggalkan Isong. Agar security tak curiga, Jin Hyuk keluar terlebih dahulu. Ha Na menyusul kemudian.


Di Safe House Jin Hyuk, Eun Seo dan Joon Min langsung mendiskusikan masalah tadi. Mereka berkesimpulan Do Hoon saat itu mabuk berat, namun tak menutup kemungkinan akan menyadari kedatangan Ha Na. Mereka mempertimbangkan setiap kemungkinan jika Do Hoon akan menyelidiki latar belakang Ha Na. Jin Hyuk berkata akan membantu Ha Na membuat alasan mengenai kedatangannya ke Isong. Setelah itu ia pergi mencari Ha Na dengan tatapan cemburu dari Eun Seo.


Ha Na ada di kamarnya. Ia masih syok. Jin Hyuk masuk. Ia menyuruh Ha Na tidur karena besok harus bekerja lagi. Ha Na menjawab apa Jin Hyuk bisa tidur jika jadi dirinya. Ia bertanya mengenai kejahatan yang dilakukan Do Hoon. Dari awal investigasi Ha Na tak pernah mendapat informasi apapun mengenai hal itu. NIA memang sengaja merahasiakannya dari Ha Na. Jin Hyuk juga berpendapat sama bahwa Ha Na belum waktunya tahu. Ha Na tidak puas dengan jawaban Jin Hyuk. Ia masih takut jika investigasi ini sampai bocor. Jin Hyuk menegaskan tentu saja itu akan menjadi masalah besar untuk Ha Na maupun NIA.

Ha Na mulai mengira-ngira kejahatan yang sudah dilakukan Do Hoon. Jin Hyuk meminta Ha Na tak membicarakan masalah itu lagi. Ia malah memberi Ha Na obat tidur. Berharap Ha Na tidur nyenyak. Ha Na senang Jin Hyuk perhatian padanya.
"Apa kau memiliki perasaan khusus untukku atau hubungan khusus?" tanya Ha Na ge-er.
"Kadang-kadang, saat kita bersama. Kau bisa bersantai dengan pengawalmu dan berbicara sesuka hatimu," jawab Jin Hyuk. Ha Na meminta Jin Hyuk lebih spesifik lagi. Sesuatu yang spesial. Sesuatu yang belum pernah ditemui sebelumnya. 
"Partner yang menyerahkan partner-nya untuk bertahan hidup sendiri. Partner yang menggagalkan operasi karena uang." jawab Jin Hyuk (Jin Hyuk jujur banget seh, hehe...).
"Selain itu. Pikirkan yang lebih positif," ucap Ha Na penuh berharap. Jin Hyuk tampak berpikir. Ha Na hopeless ternyata Jin Hyuk membutuhkan waktu cukup lama untuk menemukan kebaikan dalam dirinya. Kesimpulannya memang tak ada, hehe...


Pagi hari semua agent berkumpul di Safe House untuk melihat reaksi Do Hoon terhadap Ha Na. Mereka semua tampak tegang.


Di mejanya Ha Na tak kalah tegang. Ia bersiap diri saat mengetahui Do Hoon sudah datang. Tak lupa ia menyemprotkan parfum sesuai anjuran Do Hoon tempo hari.
Do Hoon masuk ke ruangannya. Ha Na menyambutnya dengan senyuman lebar. Do Hoon tak menunjukkan reaksi apapun terhadap Ha Na. Tampaknya ia melupakan kejadian semalam. Ia hanya meminta dibawakan air minum.

Ha Na membawa air putih ke meja bosnya. Do Hoon memandangi gelas air minumnya dengan tajam. Tampaknya Ha Na  baru saja melakukan kesalahan. Benar saja untuk urusan minum saja, Do Hoon sangat memperhatikan penggunaan gelas. Ia menjelaskan panjang lebar jenis-jenis gelas yang harus digunakan. Air putih yang diminumnya pun tak boleh sembarangan. Seharusnya Ha Na sudah bisa mempelajari kebiasaan bosnya dari catatan yang ditinggalkan sekretaris terdahulu.

Setelah membacakan schedule-nya, Do Hoon menyuruh Ha Na pergi. Ha Na yang penasaran menyinggung kejadian tadi malam.
"Orang seperti Direktur tak punya masalah setelah mabuk, kan?" tanya Ha Na.
Diluar dugaan, Do Hoon malah marah mendengar pertanyaan Ha Na. Ia merasa tersinggung. Ia berkata ketika mabuk tak mungkin mengganggu orang lain disekitarnya. Sebelum Ha Na pergi, Do Hoon menugasinya untuk men-translate trend penjualan pelelangan AS selama periode 2010 dan minta laporannya segera.

Tak mau bersusah payah mengerjakan tugas dari Do Hoon, Ha Na melimpahkannya pada Joon Min. Joon Min mengeluh. Ha Na tak mau tahu. 

Do Hoon keluar dari ruangannya. Ia menyerahkan selembar dokumen dan meminta pendapat Ha Na. Ha Na mendekatkan kertas itu ke arah receptornya agar Se Mi dan Joon Min bisa memberikan jawaban untuknya. Se Mi kebingungan karena kurang jelas menangkap isi dari dokumen itu, sedangkan Joon Min hanya tertawa geli disampingnya. 

Do Hoon menarik kertas itu dan meminta Ha Na mengoreksi dokumen itu. Ha Na mulai gugup dan salah tingkah. Ia sama sekali tak memahami isi dari dokumen itu. Sedangkan Se Mi sama sekali tak membantu. Akhirnya Ha Na merebut kertas itu dan menjawab asal jika dokumen itu perlu dibuat ulang karena terlalu rumit. Ia juga meminta Do Hoon jangan sembarangan membubuhkan stempel. Do Hoon mengernyit. Dokumen itu hanya berisi daftar donasi jadi tak perlu stempelnya. Ha Na masih bisa berkelit. Ia meminta Do Hoon mengirim email saja jika mendapat dokumen yang serupa agar ia bisa memeriksanya dulu dengan hati-hati. Do Hoon mengangguk patuh. Selepas Do Hoon pergi, Ha Na baru bisa menarik nafas lega. 


Ha Na pulang dengan dijemput Jin Hyuk. Jin Hyuk sedang bad mood karena ulah rivalnya, Leader Tim 2 di NIA (lupa namanya) yang selalu mencari gara-gara dengannya. Untuk menghilangkan bad mood-nya, Ha Na mengajak Jin Hyuk ke taman hiburan. Disana mereka bermain sepuasnya. Jin Hyuk yang awalnya tegang, mulai mencair menikmati setiap wahana bersama Ha Na. 

Terakhir mereka mencoba permainan menembak. Jin Hyuk yang sudah terbiasa memegang senapan sama sekali tak menemui kesulitan saat menembak targetnya. Semua tembakannya kena sasaran dengan tepat. Ha Na sampai terbelalak dan bertepuk tangan untuknya.

Setelah itu giliran Ha Na unjuk kebolehan. Ha Na beraksi dengan senapan laras panjang dengan bola sebagai pelurunya. Target sasarannya boneka. Kali ini Ha Na yang lebih mahir dari Jin Hyuk. Ia menembak boneka-boneka itu dengan mudah. Sedangkan semua tembakan Jin Hyuk meleset. Jin Hyuk keki, apalagi Ha Na mengakhiri permainan dengan hadiah boneka berukuran besar.

Ha Na menyerahkan bonekanya pada Jin Hyuk. Ia meminta Jin Hyuk memberikan boneka itu untuk ibunya (mau dibilang baik sama calon mertua). Jin Hyuk heran.
"Bukankah kau tidak menyukaiku? Aku tidak memberimu hadiah uang dan aku tidak membantumu mendapatkan kembali pekerjaannmu."
"Itu karena hanya kau orang yang kupercaya di dalam tim ini," jawab Ha Na.
"Jangan terlalu percaya. Karena itu seperti yang pernah kau katakan, semua orang bertindak untuk kepentingannya sendiri."

Jin Hyuk mulai membuka diri. Ia bercerita karena mendiang ayahnya seorang polisi, makanya ia bekerja menjadi agent di NIA. Ha Na terpukau. Ia tak mengira ayah Jin Hyuk seorang polisi seperti dirinya. Jin Hyuk langsung menyanggah jika ayahnya buka tipe polisi seperti Ha Na.
"Dengan gaji rendah, bekerja selama 24 jam dan tanpa masa depan, ibumu pasti sangat lelah dan kesepian. Tak mudah menjadi polisi yang baik. Haruskah aku pergi menghibur ibumu suatu hari nanti?" pinta Ha Na (tetep usaha...)
"Tak perlu," sahut Jin Hyuk. "Terimakasih, stressku sudah hilang."
Ha Na senyum-senyum. Ia kembali mengingatkan satu permintaannya yang sudah dijanjikan Jin Hyuk setelah investigasi berakhir. Jin Hyuk baru ingat.
"Itu mungkin sulit bagi seseorang mengatakannya keluar, tetapi mungkin mudah untuk seseorang yang mendengarnya," ucap Ha Na malu-malu.
Jin Hyuk hanya memandangi Ha Na dengan bingung.


Para petinggi NIA meeting. Mereka meminta informasi  internal dari investigasi Yayasan Isong. Eun Seo menjelaskan bahwa tim-nya telah memanfaatkan komputer dari Departement Kesekretariatan Isong untuk menyadap seluruh informasi dari jarak jauh. Selain itu mereka telah menempatkan kamera tersembunyi di ruang Direktur Isong, Han Do Hoon yang tersambung secara nirkabel dan selalu terpantau.


Jin Hyuk menduga Han Do Hoon menggunakan pameran seni untuk mengangkut obat-obatan terlarang. Jadi mereka fokus untuk memantau setiap gerak-geriknya di dalam Isong. Mobil Do Hoon sendiri sudah dipasang alat pelacak.
"Apa bukti bahwa Han Do Hoo terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang?" tanya Deputi Direktur Lee masih sangsi dengan keterlibatan Han Do Hoon.
"Kami masih dalam tahap awal investigasi..." sahut Eun Seo.
Deputi Direktur Lee memotong. Ia mengomel karena tim-nya belum mendapatkan hasil apa-apa setelah memakan banyak waktu dan biaya. Ia meminta pertanggungjawaban Eun Seo sebagai Leader Tim.


Tim 1 Dinas Perhubungan Internasional kembali ke kantor dan mulai bekerja keras lagi untuk menuntaskan investigasi. Jin Hyuk mendapat telepon dari ibu Ha Na. Ibu Ha Na tampaknya tengah mendapat kesulitan. Jin Hyuk diminta datang menemuinya. Sin Gi Joon kesal. Investigasi mereka lebih penting dari segalanya. Ia meminta Jin Hyuk tetap di kantor dan dia sendiri yang akan pergi mengurus Ahjumma yang disebutnya tak tahu diri.


Ibu Ha Na ada di kantor polisi setelah terlibat perkelahian dengan Ahjumma penyewa rumah. Penampilannya semrawut dengan hidung berdarah. Begitu juga dengan si Ahjumma (baru sadar nie Ahjumma yang jadi  Nyonya Jang di Romance Town).

Sin Gi Joon datang. Ibu Ha Na malah lebih senang Sin Gi Joon yang datang. Ia memamerkan jabatan Sin Gi Joon di NIA pada si Ahjumma.

Sin Gi Joon segera menutup mulut ibu Ha Na. Si Ahjumma tak percaya Sin Gi Joon bekerja di NIA. Ia malah menghina penampilannya yang seperti pengangguran.
"Pengangguran? Itu keterlaluan!" seru Sin Gi Joon tak terima. 

Ibu Ha Na menceritakan asal muasal perkelahian mereka. Ibu Ha Na tak terima jika Ahjumma berencana pindah tempat tinggal, padahal jendela dan wallpaper sudah diperbaiki sesuai permintaannya. Sin Gi Joon mencoba menengahi pertengkaran mereka. Ahjumma malah meradang. Ia tak suka Sin Gi Joon ikut campur dan kembali menghinanya.
"Jika kau bekerja di NIA, aku bekerja di Blue House. Kau pikir aku akan terkesan dengan itu!" Teriak Ahjumma sambil menyudutkan Sin Gi Joon. Ibu Ha Na mematung melihat kebringasan Ahjumma.


Jin Hyuk dan Eun Seo datang ke Safe House. Joo Min dan Se Mi menginformasikan jika mood Do Hoo sedang buruk. Terlihat sejak pagi setelah ia menerima telepon. 


Ha Na masuk ke ruangan Do Hoon. 
"Apa kau pernah mengatakan pada ayahku tentang schedule-ku?" sembur Do Hoon.
"Dia bertanya padaku kegiatanmu sore ini. Jadi aku mengatakan padanya kau tak punya schedule sore ini."

Do Hoon menatap Ha Na tajam.
"Apa kau membaca dokumen serah terima?" tanyanya berang. "Sepenuhnya, tak boleh memberitahu orang lain schedule-ku."
"Dia bukan orang lain. Dia ayahmu," Ha Na membela diri.
"Karena Sekretaris Kim, aku harus tinggal dengan anak-anak yatim piatu sepanjang sore dan mencoba membuat mereka senang," sungut Do Hoon.
"Kau dan ayahmu akan mengunjungi panti asuhan? Itu sungguh bagus."
Do Hoon mengamuk. Baginya hal ini masalah besar. Ha Na bingung. Jika tak bersedia pergi cukup menolak saja. Dalam keluarga apa harus berbohong?
Do Hoon memberi applause. "Sangat menyentuh. Jadi karena kami keluarga, aku seharusnya jujur?"
"Jika aku menyinggungmu, aku minta maaf," Ha Na mulai takut.
"Keluar!" Do Hoon mengibaskan tangannya. Ha Na terdiam. "Kau tak mengerti? Kau dipecat!"
Ha Na syok. Begitu juga dengan agent NIA di Safe House yang sedari tadi memantaunya. Mereka tak mengira akan terjadi hal seperti ini. Joon Min mengatakan mereka hanya bisa memantau komputer yang digunakan Ha Na, tidak untuk yang lain. Mereka juga belum bisa menyadap notebook milik Han Do Hoon. Jin Hyuk berpikir cepat. Ia meminta Ha Na tetap tenang dan berbicara hati-hati dengan Do Hoon. Eun Seo menyambar clip on. Ia menyuruh Ha Ha memohon pada Do Hoon.  

Ha Na mendekati Do Hoon.
"Mengapa kau belum pergi? Cepat kemasi barang-barangmu!"
Ha Na mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
"Kau mungkin terlahir dari keluarga bahagia dan tak pernah punya pengalaman buruk. Jadi tak seharusnya kau membicarakan masalah keluarga orang lain. Jujurlah pada anggota keluarga? Kata-kata seperti itu aku juga bisa berkhotbah. Aku dapat memaafkan sekretarisku yang membuat kesalahan. Tapi aku tak dapat memaafkan sekretarisku yang mencoba mengajariku. Keluar!"

Eun Seo panik. Ia tak rela investigasi mereka gagal di tengah jalan. Ia segera membuat perintah.
"Terserah apa yang akan kau lakukan. Memohon, meminta maaf, menangis, atau apalah...Bukankah ini keahliamu?" serunya pada Ha Na.

Ha Na memandang Do Hoon lalu berjalan ke sampingnya. Kemudian tanpa di duga Ha Na berlutut memohon pengampunan. Do Hoo terkejut.

Jin Hyuk dan lainnya juga tak menyangka Ha Na mau merendahkan diri seperti itu. Jin Hyuk tak bisa tinggal diam. Ia mencoba mencari akal.
"Berapa nomor telepon Museum Sungai Kuning China?"

Ha Na mulai meminta belas kasihan. Bukannya kasihan Do Hoon malah kesal. Ia meminta Ha Na berdiri. Ha Na tak mau.
"Jika aku menyerah seperti ini berarti semua cita-citaku akan lenyap seperti asap. Aku sungguh-sungguh akan bekerja keras disini," mohon Ha Na.
"Kau pikir aku akan memaafkanmu jika kau melakukan ini? seru Do Hoo berang.
Telepon kantor berbunyi. Do Hoon mengangkatnya. Ia kebingungan karena diseberang sana menggunakan bahasa China. Do Hoon tak mengerti sama sekali.

Lalu ia meminta Ha Na menjawab telepon itu.
"Dari siapa?" tanya Ha Na.
"Aku tak tahu. Dia berbicara dalam bahasa China."
"Hah, China..." Ha Na panik, karena ia juga tak bisa berbahasa China. "Aku baru saja dipecat."
"Ayo bicarakan hal itu nanti setelah kau menjawab telepon ini!" bujuk Do Hoon.
"Tidak. Aku baru dipecat beberapa saat yang lalu," Ha Na pias.
Do Hoon terus memaksa. Ia khawatir telepon itu dari donatur.
"Tidak, aku sudah dipecat. Bagaimana bisa aku menjawab telepon bisnis sekarang?" elak Ha Na yang semakin ketakutan.

Do Hoon terus saja memaksa bahkan sampai memohon. Ia menyodorkan gagang teleponnya pada Ha Na. Ha Na mendengar suara Jin Hyuk. Ternyata telepon itu dari Jin Hyuk. Jin Hyuk meminta Ha Na berpura-pura menjawab telepon itu agar Do Hoon kembali percaya padanya. 

Ha Na tak langsung mengambil gagang teleponnya. Ia mengajukan perjanjian.
"Aku akan menjawab untukmu. Setelah itu, aku dapat melanjutkan pekerjaanku, kan?"
Tanpa pikir panjang Do Hoon setuju. Bahkan ia sudah melupakan apa yang tadi diucapkannya.
"Kau janji? Jika kau berubah pikiran, aku akan mengatakannya pada Ketua Han Tae Shik," ancam Ha Na.
Do Hoon mengangguk. Meminta Ha Na segera menjawab telepon itu. 

Ha Na bangun dan menjawab telepon itu.
"Hallo...Apa kabar? Terimakasih...." ucap Ha Na dalam bahasa China seadanya.
Do Hoon tertawa senang.

Joo Min menatap layar monitor tak percaya.
"Dia melakukannya hanya dengan 3 kata China!" 
(Bwahaha...Ha Na bener2 payah!)
Se Mi memberitahu hal yang harus dikatakan Ha Na begitu menutup telepon. Jin Hyuk meminta Ha Na segera menutup sambungan telepon, takut Do Hoon curiga karena Ha Na hanya mengulang 3 kata itu, haha...

Ha Na menatap Do Hoon dengan wajah kalem.
"Barang seni akan datang bulan depan."
Do Hoon manggut-manggut dan tersenyum puas. Ha Na pamit, kembali ke meja kerjanya. Sebelum pergi Ha Na sempat-sempatnya menasehati Do Hoon mengenai kunjungannya ke panti asuhan. Do Hoon tak lagi marah. Ia menerima nasehat Ha Na dengan tersenyum.

Di luar Ha Na memuji hasil kerjanya dengan menunjukkan dua jari membentuk huruf V ke depan kamera. Semua agent menghela nafas lega. Eun Seo segera membuat perintah agar mereka bertindak cepat dengan menyadap notebook milik Do Hoon. Ia memuji tindakan penyelamatan Jin Hyuk. Jin Hyuk tak merespon. Ia malah pergi keluar.


Jin Hyuk menjemput Ha Na pulang. Ha Na kelaparan dan ingin banyak makan. Jin Hyuk kesal karena Ha Na  masih bisa memikirkan makan padahal mereka baru saja terhindar dari situasi genting. Ha Na tersinggung. Rasanya yang bisa dilakukannya adalah  memohon. Padahal investigasi ini juga penting baginya. Jabatannya di kepolisian bergantung dari kesuksesan investigasi ini.
  

Ha Na pulang dengan sambutan hangat dari Joon Min dan Se Mi. Joon Min berbaik hati memijat pundaknya, sedangkan Se Mi mengambilkan air minum.

Eun Seo meminta maaf karena sikapnya tadi terkesan berlebihan. Ha Na memakluminya.

Di dalam kamar Ha Na menghubungi ibunya. Ibunya mengadu jika Ahjumma penyewa rumah telah pindah. Ha Na jelas terkejut.


Sin Gi Joon masih bersama Ibu Ha Na. Ia menemaninya minum-minum. Ibu Ha Na masih terlihat kesal. Tak ada Ahjumma penyewa rumah, ibu Ha Na malah mengajak Sin Gi Joon bertengkar karena sedari tadi Sin Gi Joon selalu memanggilnya Ahjumma. Ia mengejek Sin Gi Joon yang keceplosan bilang masih tinggal di kontrakan. 


Karena mengkhawatirkan ibunya, Ha Na pulang. Jin Hyuk memergoki kamar Ha Na yang kosong. Ia bergegas menyusul Ha Na ke rumahnya. Ha Na terlelap di pangkuan ibunya. Ia tampak letih. Jin Hyuk datang saat Sin Gi Joon tengah memasak lengkap dengan memakai celemek. Jin Hyuk terkejut melihat pemandangan tak biasa itu. Sin Gi Joo juga tampak malu. Ibu Ha Na menyambut Jin Hyuk dengan ramah bahkan memanggilnya menantu. Jin Hyuk langsung protes. Ibu Ha Na berkata jika ia sedang bergurau.

Ibu Ha Na mengajak Jin Hyuk makan bersama.
"Gi Joon, disana ada beberapa ikan kering. Masak itu juga," pinta Ibu Ha Na.
"Gi Joon? Sejak kapan hubungan kalian menjadi seperti ini?" Raut wajah Jin Hyuk bertambah heran.
"Tidak, tidak..." sanggah Gi Joon buru-buru. Ia hendak protes namun ibu Ha Na mengancam akan memberitahu bahwa ia tinggal di rumah kontrakan. Untuk menjaga gengsi, mau tak mau Sin Gi Joon patuh.

Ibu Ha Na menuangkan soju untuk Jin Hyuk. Jin Hyuk menolak karena ia harus menyetir. Ibu Ha Na memaksa. Ia bilang Ha Na bisa menggantikannya menyetir. Akhirnya Jin Hyuk meneguk segelas soju. Ketika ibu Ha Na menyinggung tenaga putrinya yang diperas untuk bekerja keras,  Jin Hyuk kembali meneguk soju.  
  
Ibu Ha Na menceritakan mengenai kehidupannya dan Ha Na. Ayah Ha Na meninggal saat Ha Na masih SMP. Sejak itu, Ha Na tak pernah mendapat uang saku lagi. Saat teman-temannya memakai gaun bagus, Ha Na malah tak punya sama sekali. Saat orang-orang kuliah, Ha Na tak sanggup karena tak ada biaya. Ha Na bekerja setiap malam demi mengumpulkan uang untuk biaya kuliah. Ibunya merasa tak berguna. Bukannya membantu putrinya malah menghilangkan uang itu karena ditipu oleh seseorang.
"Melihat Ha Na bekerja membanting tulang membuat hatiku sedih. Kami berdua hanya ingin tinggal di tempat yang hangat selama musim dingin. Jadi kita tak perlu memakai jaket tebal di dalam rumah. Kami hanya ingin tinggal di sebuah apartment dengan air panas untuk mencuci baju dan piring," ucap ibu Ha Na dengan nada sedih. Sin Gi Joon ikut trenyuh.
Ibu Ha Na meminta Jin Hyuk memperlakukan Ha Na dengan sedikit baik. Walaupun banyak orang yang  menilai Ha Na tak tahu malu, tak punya hati nurani, tapi baginya Ha Na adalah putri yang baik. 


Jin Hyuk terbangun. Ia sudah ada di dalam mobil. Ha Na menyetir di sampingnya. Jin Hyuk meminta maaf karena terlalu banyak minum. Ha Ha berkata akan mengantar Jin Hyuk sampai ke rumah.
Ha Na menanyakan hubungan Jin Hyuk dan Eun Seo. Karena mabuk Jin Hyuk mudah membagi perasaannya dengan Ha Na.
"Aku menunggunya setelah dia meninggalkanku. Aku berpikir dia mengingatku. Aku menunggunya kembali. Tapi kenyataannya setelah dia kembali, semuanya berbeda dari sebelumnya. Aku tak tahu apakah aku yang berubah atau Choi Eun Seo yang berubah. Aku berpikir dia hanya perlu kembali dan kami akan seperti dulu. Tapi kenyataannya setelah dia kembali, tak ada yang kembali seperti dulu."


Ha Na terpaksa menggendong Jin Hyuk yang tengah mabuk. Saat membuka pintu Ibu Jin Hyuk kaget melihat putranya dalam gendongan seorang wanita.

Mereka membawa Jin Hyuk ke kamar. Ibu Jin Hyuk kesal dengan memukul putranya karena kelakuannya yang memalukan sampai mabuk berat. Ia berterimakasih pada Ha Na.

Ha Na terkesan dengan isi kamar Jin Hyuk. Ia tersenyum senang saat melihat boneka pemberiannya masih ada. Ia mulai beramah-tamah pada 'calon mertua' nya.


NIA mulai menyelidiki Geun Bae. Dia terlihat melakukan pertemuan rahasia dengan pengacara Joo Soo Young. Tim 2 ikut memberi bantuan dengan membuntuti Geun Bae. Sin Gi Joon menduga Geun Bae akan melakukan kontak dengan Do Hoon. Jika hal itu terjadi posisi Ha Na bisa terancam. Eun Seo berencana mengirim agent untuk menggagalkan pertemuan mereka. Sin Gi Joon menyerahkan semuanya pada Eun Seo. Lalu ia mempertanyakan Jin Hyuk yang belum datang.


Jin Hyuk menuruni tangga menuju meja makan. Ibunya bertanya mengenai Ha Na dan hubungannya dengan Jin Hyuk. Jin Hyuk meluruskan jika Ha Na seorang polisi. Ibunya mengomel karena Jin Hyuk kurang serius dalam mencari pasangan.
"Jika bukan seorang agen, lalu seorang polisi. Takdirku..." gumam Ibu Jin Hyuk kesal.


Do Hoon tengah mempersiapkan galerinya untuk pameran lukisan yang akan segera di gelar. Ia meninjau langsung kesana bersama Ha Na. Do Hoon menuntut kesempurnaan. Ia tak mau ada kesalahan. Jika pegawainya melakukan kesalahan, tak segan-segan akan dipecatnya. Lalu ia mendapat telepon dan segera menjauh dari Ha Na.

Se Mi memerintahkan Ha Na untuk mengikuti Do Hoon. Ha Na protes. Saatnya untuk bertindak hati-hati. Ia takut Do Hoon memecatnya lagi.
"Aku perlu menyelesaikan kasus ini dan segera menikah sebelum perutku membesar. Tolong cepatlah!" seru Se Mi kesal.
"Hamil sebelum menikah bukan sesuatu yang harus dibanggakan, sungguh!" sindir Ha Na. 

Do Hoon berbicara serius di telepon.
"Kau bilang pengacara Joo Soo Young....Universitas Yo In?"


Ha Na bersiap-siap pulang. Do Hoon masuk dan mengira Ha Na mengorupsi jam kerja. Ha Na segera menunjukkan jam di ponselnya. Sudah lewat 10 menit dari jam pulang kantor. Do Hoon hanya mengangguk dan mengingatkan Ha Na agar memakai pakaian yang pantas untuk acara pameran lukisan besok. Ia tak mau Ha Na mempermalukannya nanti. 


Eun Seo memberi transmitter baru berupa seuntai kalung pada Ha Na. Kalung itu sudah ditanami kamera dan mic. Kegunaannya untuk menguping percakapan orang lain. Alat itu sangat efektif menangkap suara lebih dari satu orang.


Do Hoon mulai mengevaluasi penampilan Ha Na. Do Hoon yang gila kesempurnaan kurang puas dengan penampilan Ha Na. Matanya jeli menangkap sesuatu yang mengganggu. Ia mengkritik kalung Ha Na yang dilihatnya sebagai barang murahan. Ia meminta Ha Na melepas kalungnya. 


Do Hoon mengajak Ha Na ke toko perhiasan dan membelikan Ha Na sebuah kalung dan sepasang anting-anting berlian. Se Mi dan Joon Min panik. Ia meminta Ha Na mencari akal agar Do Hoon tak membuang kalung transmitter-nya. 


Ha Na yang ahli berbohong mengatakan bahwa kalung itu pemberian dari mendiang ayahnya. Do Hoon tetap pada pendirian membuang kalung itu.

Se Mi dan Joon Min kalang kabut. Tanpa transmitter itu mereka tak bisa memantau Ha Na lewat monitor maupun mendengar percakapan Ha Na dengan orang lain.


Sementara itu, Jin Hyuk dan Sin Gi Joon tengah melacak lokasi pertemuan antara Geun Bae dan Do Hoon. Se Mi menghubungi Jin Hyuk dengan melaporkan bahwa mereka kehilangan kalung transmitter yang berarti kehilangan kontak pula dengan Ha Na. Jin Hyuk perlu turun tangan. Ia meminta Se Mi melacak keberadaan Do Hoon dari alat pelacak yang terpasang mobilnya. 


Do Hoon merubah tujuan. Awalnya mereka hendak pergi acara pameran lukisan di galeri miliknya. Namun secara tiba-tiba Do Hoon minta diantar ke Universitas Yo In untuk menghadiri Pameran Barang Antik Semenanjung Korea. Ha Na jelas panik. Ia tak punya kontak dengan agent NIA karena kalungnya dibuang oleh Do Hoon. Receptor di telinganya tak berfungsi lagi. Ia meminta mereka kembali kantor dulu. Ponselnya tertinggal di kantor. Do Hoon jelas menolak. Waktu mereka telah habis di toko perhiasan tadi. Ha Na langsung diam. Lalu ia bertanya apa perhiasan itu diberi cuma-cuma. Do Hoon bilang tidak. Ha Na harus mengembalikannya besok. Ha Na langsung cemberut. 
Do Hoon meminta maaf mengenai kalung pemberian ayah Ha Na yang dibuangnya. Ia bertanya kapan ayah Ha Na meninggal. Ha Na bilang ketika SMP. Do Hoon merasa senasib. Ha Na langsung menduga Han Tae Shik bukanlah ayah kandung Do Hoon. Do Hoon meluruskan ibunya yang sekarang ibu tiri.


Eun Seo kehilangan jejak Geun Bae. Dari alat pelacak terlihat Geun Bae mengikuti arah Do Hoon. Jin Hyuk menebak akan ada pertemuan antara Do Hoon dengan Geun Bae. Ia dan Eun Seo segera menyusul mereka.


Ha Na dan Do Hoon sampai di Universitas Yo In. Ha Na memarkir mobil sembarangan. Ha Na mengenal kampus itu, karena dulu ia kuliah disana. Universitas Yo In merupakan universitas khusus bagi calon polisi dan agent NIA. Do Hoon agak heran karena Ha Na mengerti hal-hal semacam itu.

Do Hoon bertemu dengan tamu-tamu VIP. Ha Na bertugas memberikan informasi tentang mereka. Do Hoon mengingatkan Ha Na semua informasi itu harus benar. Ha Na meyakinkan Do Hoon bahwa tak akan ada kesalahan.

Satu persatu Do Hoon menyapa relasinya. Dari belakang Ha Na memberikan semua informasi yang diperlukannya. 


Geun Bae sampai juga di Universitas Yo In. Ia mencari mobil Do Hoon dengan catatan plat nomor yang dimilikinya. Melihat banyak mahasiswa memakai seragam polisi, Geun Bae ketakutan.


Jin Hyuk berhasil mengontak Ha Na lagi. Receptor yang dipakainya sudah diperbaiki. Ia menginformasikan bahwa Geun Bae ada disana. Jin Hyuk menyuruh Ha Na menghindar dengan berpura-pura sakit kepala. Ha Na segera memainkan aktingnya. Ia meminta izin mencari udara segar di luar. Tanpa mendengar persetujuan Do Hoo, Ha Na bergegas pergi.


Jin Hyuk dan Eun Seo sampai. Mereka membagi tugas. Eun Seo bertugas mencari Geun Bae sedangkan Jin Hyuk mencari Ha Na.


Do Hoon mencurigai Ha Na. Tanpa diketahui, ia mengikuti Ha Na dari belakang. Sementara itu, Geun Bae turun dari mobil karena ingin buang air kecil. Tanpa diduga ia berpapasan dengan Eun Seo. Geun Bae yang mengenali Eun Seo langsung ambil langkah seribu. Eun Seo berlari mengejarnya. Dari arah berlawanan Ha Na tengah mencoba kabur. Tanpa sengaja ia dan Geum Bae bertabrakan. Mereka sama-sama terkejut. 

Melihat ada Ha Na dan Eun Seo di tempat bersamaan, Geun Bae mengira sedang di jebak. Ia kembali kabur. Eun Seo menyuruh Ha Na secepatnya pergi tanpa berhenti mengejar Geun Bae. Ha Na bergegas bersembunyi. Dari arah belakang Do Hoon muncul menepuk pudak Ha Na. Ha Na syok. Ia panik Do Hoon akan memergoki Geun Bae bersama Eun Seo.


Merasa tak ada jalan lagi untuk kabur, Geun Bae berani menantang Eun Seo. Eun Seo menendang Geun Bae yang langsung jatuh tersungkur. Mereka terlibat baku hantam. 

Do Hoon menyadari ada keributan di dekat mereka. Reflek, Ha Na menyudutkan Do Hoon ke tembok. Do Hoon ketakutan. 
"Apa yang kau lakukan?"
Ha Na bingung apa yang harus diperbuatnya. Dalam pikirannya adalah Do Hoon tak boleh melihat keberadaan Geun Bae disana.


Eun Seo dan Geun Bae masih baku hantam. Eun Seo belum berhasil melumpuhkan Geun Bae. 


Do Hoon masih penasaran dengan keributan yang didengarnya. Ha Na menarik wajah Do Hoon. Tak tahu cara lain, Ha Na nekat mencium Do Hoon. Ia mulai mendekati wajah Do Hoon hendak menciumnya. Do Hoon semakin jengah. Ia segera melepas tangan Ha Na.
"Apa yang kau pikirkan?" serunya.
"Aku bermaksud mendekatimu," jawab Ha Na.
Do Hoon memutar tubuh Ha Na dan gantian menyudutkannya ke tembok.
"Sekretaris Kim, siapa yang mengirimmu?" tanya Do Hoon curiga.
Ha Na terperangah sambil memandang Do Hoon dengan wajah pias.

7 komentar:

  1. So Hoo ni yang jadi direktur di baby faced ya?... disini dia agak chubby....

    BalasHapus
  2. kok So Hoo???, maksudku Do Hoon, muhaha... salah ketik

    BalasHapus
  3. Gpp ai, kepleset dikit, hehe...
    Belum smpt nonton Baby face, jg gak tahu.

    BalasHapus
  4. unnie....
    kapan kelanjutan secret miss oh dilanjutkan...
    ceritanya makin seru,aq suka...
    unnie semangat... >,<

    BalasHapus
  5. sinopsis selanjut.x kpn bs keluar lg...

    BalasHapus
  6. diterusin Dong please.btw mau Tanya kenapa sekarang blognya ga bisa diliat

    BalasHapus
  7. Mianhae kalo kelamaan. Secret Agent Miss Oh lagi aku kerjain. Tp pelan-pelan ya, hehe...
    @harsya: Gak bisa diliat gimana ya? Kalo buka dari kompie or ponsel?

    BalasHapus

Comment