Selasa, 11 Januari 2011

Ketika Cinta Datang

Ide Cerpen bisa dateng dari mana aja. Kalo buatku seh biasanya dari film-film yang ku tonton. Tiba-tiba aja imajinasi bermunculan di kepala. Bahkan sudah jadi cerita yang utuh, tapi butuh kerja keras buat dituangin ke dalam sebuah tulisan (kebanyakan lupa apa yang mau ditulis, hehe...). Ini salah satu cerpen mini yang kubuat setelah nonton Coffee Prince.
KETIKA CINTA DATANG

Inspirasi dari Coffee Prince.

Dia mengenalku sebagai seorang pria. Dia tak pernah tahu bahwa aku ini seorang wanita. Aku benar-benar seorang wanita yang berpenampilan seperti seorang pria. Dengan rambut pendek dan selalu mengenakan t-shirt dan jeans. Tapi sekarang hal ini jadi masalah untukku. Saat aku mulai berdebar-debar jika ada disampingnya. Saat aku tak tahan untuk selalu mencuri pandang ke wajahnya yang sempurna. Bisakah tiba-tiba aku mengatakan padanya bahwa aku ini seorang wanita?

Gadis bodoh. Dari pertama kali bertemu aku sudah tahu bahwa ia seorang wanita. Kalau saja dia tak bodoh mungkin aku akan sangat heran sekali mengapa ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang pria. Heh, bagaimana mungkin seorang pria takut pada kecoa, cacing, tikus dan hal-hal menggelikan yang seharusnya tak ditakuti oleh pria. Oke, aku bisa memaklumi pria yang fobia pada tikus atau kecoa. Tapi dia, terlalu banyak yang ditakutinya. Bagaimana bisa pria bisa hidup dengan banyak fobia. Hanya wanita yang menjerit keras saat aku menyodorkan cacing di depan matanya. Tapi akhir-akhir ini mengapa aku selalu memimpikannya. Aku tak pernah berhenti memikirkannya. Dan yang lebih aneh, di mataku ia terlihat sangat cantik. Aku rasa aku sudah gila. Bagaimana mungkin gadis seperti itu bisa membuatku jatuh cinta. Aku yakin bukan aku saja yang menganggapku sudah gila.  
****
“Hey, bisakah kau makan dengan pelan-pelan!” seru Joe pada El. El bergumam tak jelas dengan mulut penuh makanan. Joe hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya dan kembali meneruskan makan siangnya.
“Dasar gadis bodoh…” komentarnya sambil mengaduk nasi-nya.
Secara tiba-tiba El tersedak. Ia menyemburkan makanan di mulutnya ke atas meja dan mulai terbatuk-batuk. Joe serta merta menyambar gelas di depannya dan menyerahkannya pada El. El meminum air dengan terburu-buru.
“Apa kubilang…” hardik Joe keras.
“Iya…kau bilang apa barusan?” tanya El was-was.
“Makan pelan-pelan…”
“Bukan…” El menggelang.
“Yang mana?” Joe seakan tak sadar dengan ucapan terakhirnya.
“Gadis bodoh…” ucap El tak sabar.
Joe tertegun sesaat lalu ia tertawa mengingat komentarnya tadi. Ia memandang El tajam. “Mau sampai kapan kau menyembunyikan hal itu dariku?”
“A-apa..?” jawab El gugup.
“Dari semuanya hanya selera makanmu saja yang bisa dibilang mirip seorang pria. Ckckck, aku tak mengerti bagaimana bisa kau makan sebanyak ini?”
El memberenggut. “Sejak kapan kau tahu? Aku tak pernah bermaksud berbohong padamu? Aku…”
“Sttt…aku tak mau dengar apa-apa darimu.” potong Joe.
“Kau tahu, bagaimana aku tak makan banyak jika aku tak perlu membayar makanan yang ku makan." jawab El enteng.
Joe menatap El tak percaya. El tersenyum penuh kemenangan.
"Baiklah, aku berjanji akan mengajakmu makan disini setiap malam minggu.” ucap Joe.
“Apa…hanya malam minggu? Aku berharap kau mengajaku kesini tiap hari.”sahut El. Lalu tiba-tiba ia menyadari sesuatu dan langsung menutup mulutnya. Ia memandangi Joe yang tersenyum penuh arti di depannya. Lalu wajah El mulai memerah tomat.

1 komentar:

  1. hehe, bnr2 pendek......bedanya disini si cowok bisa "mikir" kejanggalan El sbg cowok.
    kalo CF kan dia sempet frustasi krena nyangka suka ma cowok, haha

    BalasHapus

Comment