Sabtu, 11 September 2010

Autumn's Concerto Episode 5

Guang Xi pingsan setelah berdebat dengan Ibunya dan Direktur He. Ia dibawa ke rumah sakit. Direktur Fang syok saat mendengar ternyata Guang Xi mempunyai tumor di otaknya. Sementara itu Mu Cheng dirumah tengah sibuk memasak untuk Guang Xi. 
Guang Xi sadar dari pingsannya. Ia melihat arlojinya dan langsung teringat janjinya pada Mu Cheng. Ia hendak pergi tapi ibunya mencegahnya dan bertanya sejak kapan Guang Xi sering meminum obat sakit kepala dan tidak memberitahunya. Guang Xi menjawab ibunya pasti tidak akan peduli dan kepala sakit jika habis bermain hoki.
"Apa kamu tahu di dalam otakmu tumbuh sebuah tumor?" Direktur Fang memberitahu Guang Xi. Guang Xi kaget dan tidak percaya. Mereka menemui dokter. Dokter menjelaskan tentang penyakit yang di derita Guang Xi dan menyarankan operasi namun tingkat keberhasilannya sangat kecil hanya 15%. Operasi adalah jalan satu-satunya untuk menyembuhkannya. Guang Xi hanya punya waktu beberapa bulan jika tidak melakukan operasi. Jika operasi berhasil kemungkinan juga bisa mengalami kebutaan, hilang ingatan, hilang kesadaran dan hal-hal lain yang tak terduga (duh, kasian banget seh Guang Xi). Guang Xi terpukul mendengar penjelasan dari dokter. Ia tidak mau mati. Ia berlari keluar dari ruangan dokter. Ibunya mengejarnya. Guang Xi terus berlari ke jalan sampai hampir ketabrak mobil.
Mu Cheng mulai gelisah menunggu Guang Xi yang tak kunjung datang. Ia menelepon Guang Xi, tapi langsung dimatikan oleh Guang Xi. Di jalan Guang Xi menangisi nasibnya. SMS dari Mu Cheng pun tak dibalasnya.

Direktur Fang marah-marah pada para dosen kedokteran Sheng De karena tak bisa membantunya dalam menangani kasus putranya. Para dosen tetap menyarankan operasi adalah jalan satu-satunya. Guang Xi datang dan memutuskan tidak mau di operasi. Ibunya berusaha membujuknya. Guang Xi malah marah.
"Sakit kepalaku ini mulai ada setelah ayah mati. Dari dulu hanya ada bayangan kepergian ayah. Aku mohon jangan membuatku tambah pusing. Aku benar-benar sangat ingin lepas darimu dengan tumor yang pantas mati ini,"  teriak Guang Xi lalu  pergi. Direktur Fang mulai menangis, tapi ia berusaha tampak tegar.   

Keesokan harinya Guang Xi pergi ke kampus. Ia ke kantin dengan dua orang temannya. Mu Cheng senang melihat Guang Xi dan menghampirinya.
"Apa ada masalah? Kemarin tak ada apa-apa, kan? Aku sudah menunggumu semalaman. Aku juga meneleponmu, tapi kamu tak menjawab."
"Memangnya kenapa? Kamu siapa aku?" Guang Xi menjawab sinis. Mu Cheng bingung melihat perubahan sikap Guang Xi bgitu juga dengan kedua temannya.
"Bukannya begitu. Aku kan sudah berjanji padamu."
"Akh, benar. Aku berjanji makan malam denganmu. Tapi maaf, kemarin dijalan aku bertemu dengan beberapa wanita yang lumayan seksi. Jadi aku pergi ke hotel sampai pagi. Aku memang orang yang seperti ini terhadap wanita cuma tertarik 3 menit. Persidangan sudah selesai. Aku sudah tidak ada perasaan apa-apa terhadapmu. Hubungan kita sudah berakhir." Guang Xi lalu beranjak dari kursinya. Mu Cheng menahan lengan Guang Xi, tapi lalu melepaskannya. Guang Xi menegaskan bahwa pernyataan cintanya diruang sidang adalah bohong. Ia tak mungkin menyukai wanita seperti Mu Cheng. Mu Cheng berkaca-kaca mendengar ucapan Guang Xi. Dengan menahan tangis ia mengucapkan terimakasih  atas bantuan Guang Xi padanya dan memberikan kotak bekal  untuk Guang Xi. Guang Xi sebenarnya juga sedih. Ia hanya berpura-pura membenci Mu Cheng. Mungkin karena merasa umurnya nggak panjang lagi dan nggak mau membuat Mu Cheng sedih maka ia berusaha menjauhi Mu Cheng .
Bahkan ia tega membuang  kotak bekal dari Mu Cheng ke tempat sampah. Kedua teman Guang Xi berusaha menghibur Mu Cheng dan mengatakan kalau Guang Xi hari ini memang aneh. Lalu Mu Cheng bilang akan kembali kerumah bibinya dan mencoba mencari pekerjaan di pasar ikan lagi.

Direktur Fang sedang bersedih di ruang piano. Pangacara Lin datang mencarinya. Ia curhat bahwa tidak ada dokter yang mau mengoperasi Guang Xi karena tingkat keberhasilannya sangat kecil. Pangacara Lin memberikan sebuah buku  yang memberikan informasi mengenai teknik pengobatan tumor terbaru. Di Taiwan hanya rumah sakit Huan Yu (milik Direktur He) yang baru menjalankan metode pengobatan ini. Direktur Fang merasa ada harapan untuk Guang Xi dan artinya ia harus meminta bantuan pada Direktur He.

Guang Xi melampiaskan kesedihannya dengan mabuk-mabukan di diskotek. Ia bermesraan dengan wanita disana. Kedua temannya heran melihat sikap Guang Xi yang aneh belakangan ini. Guang Xi bertanya pada Jacko apakah ia menyesal mengenal Guang Xi dan bagaimana kalau ia mati. Jacko menjawab tidak, tapi jika Guang Xi mati ia tidak akan merindukan Guang Xi yang seperti ini. "Kami akan merindukan Guang Xi yang membantu Liang Mu Cheng membersihkan kesalahan dan ada tujuan hidup." Guang Xi marah nama Liang Mu Cheng disebut-sebut dan mengacam temannya untuk tidak menyebut nama itu lagi. Jacko semakin heran dengan perubahan sikap Guang Xi dan membuat Guang Xi semakin emosi. Guang Xi kembali mengingatkannya untuk tidak menyebut nama Mu Cheng lagi, tapi Jacko malah memberitahu Guang Xi bahwa Mu Cheng kembali ke rumah bibinya lagi sementara Paman A Chai masih menjadi buronan. Dan Mu Cheng sekarang harus bekerja di pelabuhan . Guang Xi berkelahi dengan Jacko. Lalu ia keluar tepat saat terdengar suara petir. Guang Xi kembali teringat kata-kata Jacko dan mulai mencemaskan Mu Cheng. Lalu ia memutuskan pergi mencari Mu Cheng.

Mu Cheng sedang bekerja menurunkan ikan di kapal. Cuaca terlihat mendung. Bosnya menyuruhnya menyimpan jaring ikan karena sebentar lagi turun hujan.
Guang Xi mencari Mu Cheng di rumahnya. Tentu saja dia tak menemukan Mu Cheng disana. Guang Xi kembali memacu mobilnya ke arah pelabuhan. Mu Cheng tengah menarik jaring ikan di kapal, tapi  jaringnya tersangkut dan saat menariknya Mu Cheng malah tercebur ke laut. Mu Cheng berusaha naik ke darat dan berteriak minta tolong. Tapi tidak ada yang mendengar. Saat ia sudah kehabisan tenaga dan hampir tenggelam, ia teringat perkataan Guang Xi jika ia dalam bahaya ia harus menyebut nama Guang Xi 3 kali maka Guang Xi akan datang menolongnya.
"Ren Guang Xi tolong aku..."
Guang Xi sampai di pelabuhan dan mulai panik sambil berteriak memanggil Mu Cheng. Ia menghubungi ponsel Mu Cheng tai tak ada jawaban. Guang Xi menyisiri kapal dan ia terkejut melihat Mu Cheng tenggelam. Ia segera menceburkan dirinya menolong Mu Cheng. 
Guang Xi membawa Mu Cheng ke mobilnya dan berusaha menyadarkan Mu Cheng.
Mu Cheng membuka matanya dan berkata lemah "Guang Xi, ini benar-benar kamu? Kamu pernah memberitahuku jika aku memanggil Ren Guang Xi kamu akan datang menolongku. Kamu benar-benar sudah datang."
Guang Xi menatap Mu Cheng dengan sedih "Tidak apa-apa." Lalu ia memeluk Mu Cheng. Mu Cheng menangis dipelukan Guang Xi.
Guang Xi menyelimuti Mu Cheng yang kedinginan. Ia berusaha menghangatkan tubuh Mu Cheng yang menggigil. Guang Xi mengambil kotak P3K. Mengobati kaki Mu Cheng yang terluka.
"Bagaimana kamu bisa datang?" tanya Mu Cheng. Guang Xi terdiam lalu ia menurunkan kaki Mu Cheng dan akan pergi, tapi Mu Cheng mencegahnya.
"Jangan pergi dulu. Kamu belum menjawab pertanyaanku. Aku tanya mengapa kamu bisa muncul ditempatku bekerja?"
Guang Xi tidak menjawab juga. Ia malah pergi keluar. Mu Cheng mengejarnya. "Apa berbohong pun kamu juga tidak bisa mengatakannya. Atau aku ajarkan bagaimana cara mengatakannya?" Mu Cheng mulai marah. Guang  Xi tetap berpura-pura tidak peduli pada Mu Cheng. Mereka bertengkar.
"Anggap kita tidak pernah bertemu," putus Guang Xi. 
"Sudah terlambat. Aku sudah jatuh cinta padamu," jawab Mu Cheng berani.
"Kamu jangan seperti ini. Aku tidak bisa melindungi seseorang selamanya. Aku tidak bisa melakukannya," ucap Guang Xi sedih. Mu Cheng terus memaksa Guang Xi mengaku. Ia mengingatkan semua kebaikan Guang Xi yang terus-terusan menolongnya.
"Jika kamu ingin menolakku. Tolong berikan satu alasan yang tulus. Aku bisa terima." Mu Cheng memohon. 
Dengan suara terbata menahan tangis akhirnya Guang Xi mengaku "Aku sudah hampir mati. Aku menderita tumor otak. Cuma sisa satu bulan." Mendengar itu Mu Cheng cuma bisa diam saja. Sepertinya ia terlalu syok sampai tak bisa bilang apa-apa. "Kamu jangan sia-siakan waktu bersama orang sepertiku," ucap Guang Xi sambil pergi. Mu Cheng menahannya lalu mencium bibir Guang Xi. 
"Ini adalah alasan yang paling lemah menolak wanita yang pernah kudengar," ucap Mu Cheng kemudian mencium kening Guang Xi. "Ren Guang Xi kamu ini bodoh..."
Lalu mereka berpelukan dan berciuman lagi. Dan sudah bisa ditebak mereka berakhir di tempat tidur (ih, Guang Xi sakit2 juga...). 

Pagi hari Mu Cheng terbangun dalam pelukan Guang Xi. Ia tersenyum bahagia lalu menyentuh wajah Guang Xi  dengan jarinya. Guang Xi terbangun. Kembali mencium Mu Cheng. Mu Cheng bertanya dimana letak tumor itu. Guang Xi menunjuk di belakang kepalanya.
"Sudah sangat dalam. Ajaib kan? Sudah 8 tahun. Dia ternyata sudah ada di otakku begitu lama. Apa kamu takut?" tanya Guang Xi. Mu Cheng tersenyum. Ia mengusap letak tumor dikepala Guang Xi lalu menciumnya.
Mu Cheng menjawab, "Mengapa aku harus takut. Dia sebenarnya sama sepertiku, tanpa peringatan. Tunggu waktu menyadarinya, perasaan terhadapmu lebih dalam dari yang kamu pikirkan. Guang Xi, yang harus kamu usir pergi adalah itu bukan aku."
"Kamu lebih berani dari yang aku pikirkan," ucap Guang Xi
Mu Cheng membujuk Guang Xi agar mau menjalankan operasi. Guang Xi memberitahu walaupun menjalankan operasi tingkat keberhasilannya hanya 15%. Mu Cheng meminta Guang Xi jangan menyerah dan bertahan hidup demi dirinya. Dia mengibaratkan seperti permainan kartu. Semua pemain mempunyai kesempatan menang. Mereka kembali bermesraan, tapi tiba-tiba bel rumah berbunyi (ganggu aja neh). Guang Xi memakai bajunya dan keluar membukakan pintu. Ternyata ibunya yang datang. Mu Cheng menyusul keluar dan kaget saat melihat Direktur Fang berdiri di pintu. Guang Xi terlihat dingin melihat kedatangan ibunya (Kalo di kita pasti panas dingin ya kalo ketauan lagi nginep ama cewek. Bisa2 digebukin tuh ma emaknya).
"Untuk apa datang kesini?" tanya Guang Xi sinis.
"Aku tidak ingin bertengkar denganmu. Ada hal yang ingin aku rundingkan denganmu mengenai masalah operasi."
"Aku terima. Aku terima semua pengobatan. Permainan belum berakhir. Aku masih mau taruhan satu kali lagi. Kapan boleh melakukan operasi?"
"Aku akan cepat mengaturnya." Direktur Fang terlihat senang tapi ia berusaha menjaga ekspresinya di depan Guang Xi (jaim banget seh ini ibu sama anaknya). Guang Xi tak peduli. Ia malah bilang mau operasi karena Mu Cheng. Ia menggenggam tangan Mu Cheng dan semua hal mengenai pengobatan Mu Cheng harus tahu.

Guang Xi membawa Mu Cheng ke rumah. Di ruang tamu Mu Cheng menemukan foto Guang Xi saat masih kecil yang tengah memegang piala. Ia memandangi foto Guang Xi dengan tersenyum. Direktur Fang datang dan ia memberitahu Mu Cheng foto itu diambil ketika Guang Xi berumur 7 tahun saat mendapatkan juara dalam pertandingan. Kemudian Direktur Fang curhat pada Mu Cheng. Ia sangat sedih. Mu Cheng berusaha menghiburnya dengan memegang pundaknya. Direktur Fang malah marah.
"Jauhkan tanganmu yang kotor, " ucapnya sambil memandang Mu Cheng dengan tajam. Mu Cheng segera menurunkan tangannya. Bukan itu saja Direktur Fang terang-terangan bilang tidak menyukai Mu Cheng. Keberadaan Mu Cheng disini agar Guang Xi mau dioperasi. Bahkan dia juga memberi Mu Cheng selembar cek. Mu Cheng dimintanya menjaga Guang Xi seperti perawat pada pasiennya. Dengan tega ia bilang Mu Cheng tidak pantas berdampingan dengan Guang Xi (arggh...dasar orang kaya selalu seenaknya menindas yang lemah). Mu Cheng  tak  menerima uang itu. Ia mengembalikan cek itu dan menaruhnya di sofa.
"Direktur Fang, aku janji akan memenuhi permintaanmu, tapi bukan karena cek itu. Seperti yang kamu bilang kita mempunyai tujuan yang sama berharap Guang Xi terus hidup dengan baik. Aku rela melakukan apapun asal bisa disamping Guang Xi. Walaupun aku tak menyukai caramu, tapi aku tahu kamu menyayangi Guang Xi. Maka aku bisa memahaminya." Mu Cheng berpamitan pergi. Guang Xi selesai mandi dan menanyainya. Direktur Fang cepat-cepat menyembunyikan cek itu. Ia memberitahu Guang Xi besok mulai medical check-up di rumah sakit dan menyuruh Mu Cheng pulang karena pasti ia juga kelelahan. Setelah Mu Cheng pergi, ia memberi buku mengenai teknik pengobatan tumor terbaru pada Guang Xi. Setelah tahu hanya rumah sakit milik Direktur He yang mempunyai teknik pengobatan terbaru ini Guang Xi langsung menolaknya. Guang Xi tetap ingin menjalankan operasi. Ia tahu pasti Direktur He menolongnya dengan pamrih. Ia bisa menebak tujuan Direktur He adalah berharap ia bersama dengan putrinya Yi Qian. Ia dan ibunya berdebat. Guang Xi menegaskan bahwa Mu Cheng lah gadis yang ia cintai. Lalu ia pergi meninggalkan ibunya.

Mu Cheng kembali ke rumahnya. Ia berbicara dengan foto ayahnya. Ia bilang bahwa dirinya sudah menemukan kebahagiaan bersama Guang Xi dan meminta ayahnya mendoakan keselamatan untuk Guang Xi. Lalu ia memeluk foto ayahnya.

Guang Xi mulai menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Mu Cheng mendampinginya. Dokter mengambil cairan sumsum tulang belakang Guang Xi (Ampun deh, ngeri banget liat jarumnya panjang banget). Guang Xi terlihat kesakitan. Mu Cheng hanya bisa mendekap mulutnya melihat Guang Xi menahan sakit dari luar.
Setelah selesai dokter menyerahkan perawatan pada Mu Cheng. Mu Cheng merapikan baju Guang Xi yang masih kesakitan dan membantunya berbaring. Mu Cheng sedih melihat keadaan Guang Xi tapi ia berusaha untuk tegar di depan Guang Xi. 
Guang Xi muntah-muntah setelah menjalani kemoterapi. Mu Cheng dengan setia membantunya dengan memberikan tisu. Membersihkan sisa muntahan di tangan dan mulut Guang Xi. Pemeriksaan berikutnya di kepala Guang Xi (nggak tahu namanya apa). Mu Cheng menunggu di kursi ruang tunggu. Ia ketiduran. Keliatannya sangat kelelahan (Kasian...Sering kan kita liat orang yang nunggu orang sakit biasanya ikutan sakit juga). Guang Xi keluar dengan kursi roda bersama seorang suster. Suster itu hendak membangunkan Mu Cheng, tapi dilarang oleh Guang Xi. Guang Xi bangun. Menyelimuti Mu Cheng dan menyandarkan kepala Mu Cheng di bahunya. Mu Cheng mengigau. "Guang Xi maaf..." Guang Xi sedih mendengarnya dan berkata harusnya ia yang meminta maaf.

Guang Xi hendak mencukur kumis, tapi tiba-tiba ia mengalami tremor saat memegang pisau cukur. Tangannya gemetaran dan tak bisa memegang pisau cukur dengan baik. Guang Xi mencoba memegangi tangan kanannya yang terus gemetaran dengan tangan kirinya. Tapi tetap tangannya bergetar sendiri. Dengan kesal ia membuang pisau itu. Di luar  Mu Cheng terlihat khawatir. Ia masuk.
"Aku benar-benar bodoh. Hal kecil seperti ini juga tidak bisa melakukan dengan baik," keluh Guang Xi. Dengan lembut Mu Cheng menyuruh Guang Xi duduk dan membantunya mencukur kumis. Mu Cheng minta diajari cara mencukur kumis pada Guang Xi. Dengan sedikit bercanda Guang Xi berjengkit sakit. Mu Cheng meminta Guang Xi jangan menakutinya. 
  
Kemudian Guang Xi memeluk pinggang Mu Cheng dan menangis. Mu Cheng membelai kepala Guang Xi dan ikut menangis (jadi pengen ikut nangis liatnya). Tapi Mu Cheng tak mau larut dalam kesediahan. Ia segera mengusap air matanya dan membantu mencukur lagi.

Mu Cheng menemani Guang Xi tidur. Ia memberikan rekaman suara piano di Hp agar Guang Xi bisa tidur. Guang Xi mulai memejamkan mata. Mu Cheng memandangi wajah Guang Xi dengan tersenyum dan ikut merebahkan kepalanya disisi tempat tidur sambil menggenggam tangan Guang Xi.
Direktur Fang masuk ke kamar. Mu Cheng langsung terbangun.


Sumber gambar : Google, Iurgnotmis


1 komentar:

Comment