Sabtu, 19 November 2011

Sinopsis Scent of A Woman Episode 14





Yeon Jae mendapat tamu tak terduga dan tentu saja tak diharapkan olehnya. Presiden Kang berdiri di ambang pintu. Jelas kedatangannya bukan tanpa maksud. Yeon Jae tampak syok.
"Kau tahu siapa aku, kan? Aku tahu tentang masalahmu," ucap Presiden Kang dengan nada mengancam.
Ibu Yeon Jae keluar dari kamar dan menemui mereka berdua. Yeon Jae panik.
"Sepertinya dia ibumu? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan putrimu," ucap Presiden Kang.
Ibu Yeon Jae mempersilahkan Presiden Kang masuk.
"Eomma, kami akan bicara diluar," sahut Yeon Jae cepat. "Masuk dan bicaralah di dalam jika itu bukan hal penting," tambah Yeon Jae, menoleh ke arah Presiden Kang. 

Yeon Jae dan Presiden Kang berbicara diluar rumah. Presiden Kang tahu ketakutan Yeon Jae. Presiden Kang sudah menyelidiki semua informasi mengenai Yeon Jae termasuk ketidaktahuan ibunya mengenai penyakit kanker yang dideritanya.
"Ibumu akan syok jika sampai tahu. Tidak membiarkan orang lain meninggalkanmu. Kau menahan Ji Wook dan tak membiarkan dia pergi. Apa kau gadis yang egois? Apa rencanamu merusak hidup anakku satu-satunya?"
"Tidak seperti itu," sanggah Yeon Jae.
"Apa kau akan berkata bahwa kau mencinta Ji Wook?"
Yeon Jae mengangguk.
"Dalam situasi seperti ini, bagaimana bisa kau jatuh cinta? Kau tak punya banyak waktu hidup. Kau mungkin akan bahagia bersamanya. Tapi bagaimana dengan Ji Wook? Apa kau tak pernah memikirkan perasaannya? Untuk kebahagiaanmu sendiri, kau memilih melihat dia berubah menjadi orang yang tak berguna. Apa kau senang? Segera tinggalkan Ji Wook! Melihat kondisimu, Ji Wook pasti tak akan meninggalkanmu. Jadi kau yang harus memutuskannya," tuntut Presiden Kang.
"Aku minta maaf. Aku tidak bisa putus dengan Ji Wook. Aku tak ingin putus dari Ji Wook." Yeon Jae menolak permintaan Presiden Kang. Yeon Jae sudah pernah mencoba meninggalkan Ji Wook. Nyatanya malah Ji Wook semakin sengsara. Ji Wook bahkan rela mengorbankan nyawanya demi melindungi dirinya. Yeon Jae berlutut di depan Presiden Kang. Ia memohon agar Presiden Kang merestui hubungannya dengan Ji Wook.
"Melakukan ini tak akan mengubah apapun. Aku tak akan menerimamu," seru Presiden Kang marah.
"Aku akan bekerja keras. Selama dia bersamaku, aku akan meyakinkan Ji Wook. Aku akan melakukannya."
"Bahkan jika kau mengatakan itu, apakah kau pikir akan berhasil? Ji Wook sudah menyerahkan surat pengunduran diri. Itu karena dia ingin bersamamu. Karena setiap menit merasa membuang waktu, dia keluar dari perusahaan. Dia sudah bertindak seperti itu. Bayangkan apa yang terjadi jika kau sudah pergi."
"Aku akan meyakinkan dia. Aku akan mengirimnya kembali ke perusahaan. Dan juga setelah aku mati, aku pastikan dia akan hidup bahagia. Aku akan melakukan yang terbaik," isak Yeon Jae.
"Aku tak butuh apapun. Hanya kembalikan dia seperti semula. Jika tidak, aku tak akan memaafkanmu," kecam Presiden Kang.
Presiden Kang pergi. Yeon Jae menangis sesenggukan.


Ibu Yeon Jae gelisah menunggu kepulangan Yeon Jae. Walaupun Yeon Jae mencoba menutup-nutupi, Ibu Yeon Jae tahu jika Presiden Kang adalah ayah dari Ji Wook. Ibu Yeon Jae yakin Presiden Kang baru saja memperingatkan Yeon Jae agar tak menemui putranya lagi. Yeon Jae masih saja mengelak. Mereka hanya membicarakan masalah pekerjaan. Ibu Yeon Jae menasehati putrinya agar jangan menyerah. Orang tua biasanya kalah dari anak-anak mereka.
"Kakek dan nenekmu juga begitu terhadap kami. Tapi akhirnya mereka menerima pernikahan kami."
"Wah, kau mengagumkan," puji Yeon Jae.
"Bagaimana bisa dia membiarkan ayahnya datang dengan cara seperti itu kesini? Seharusnya dia menangani hal ini sendiri," runtuk Ibu Yeon Jae kesal.

Yeon Jae masuk ke kamarnya. Yeon Jae merasa sedih karena hubungannya dengan Ji Wook ditentang oleh Presiden Kang. Sebenarnya Yeon Jae mengerti ayah mana yang rela membiarkan anaknya jatuh cinta pada wanita sekarat. Yeon Jae bukan tak pernah memikirkan hal itu. Jauh sebelum itu, Yeon Jae sudah pernah mencoba meninggalkan Ji Wook. Tapi nyatanya Ji Wook malah lebih menderita.


Melihat tempat tidurnya, Ji Wook teringat kejadian kemarin malam bersama Yeon Jae. Ji Wook segera membuang jauh-jauh pikiran itu dan beralih ke laptop-nya.


So Kyeong mabuk-mabukan di bar. Setelah itu ia pergi ke rumah Ji Wook. Ji Wook menyambut dingin kedatangan So Kyeong. Ji Wook memperingatkan So Kyeong agar tak datang ke rumahnya lagi. So Kyeong mengamuk. Ia menampar Ji Wook.
"Bagaimana bisa kau membuatku begitu menyedihkan? Ketika kalian berdua saling mencintai satu sama lain, aku mencoba untuk berdamai dengan itu tanpa tahu apapun. Bagaimana bisa kau membuatku sekonyol ini? Jika kau sangat menyukainya dan berniat melanjutkan hubungan dengannya, aku akan terus menunggu." So Kyeong tak mau menyerah.
"Im So Kyeong," seru Ji Wook.
"Toh, hidupnya tak akan lama. Aku dengar dari ayahmu. Paling tidak 3 atau 4 bulan."
"Tutup mulutmu!" hardik Ji Wook.
"Waktu akan berlalu dengan cepat. Bukankah aku benar?" ucap So Kyeong sengit.
"Aku benar-benar mengecewakanmu. Sekarang, tolonglah kau pergi!" Ji Wook terlalu lelah meladeni kemarahan So Kyeong. Ia menjauh.
"Aku membenci wanita itu. Aku sangat membencinya," ucap So Kyeong sambil menangis. Ji Wook membisu.


Yeon Jae masih saja memikirkan perkataan Presiden Kang. Ji Wook telah melepaskan pekerjaannya demi dirinya. Yeon Jae tak bisa membiarkan Ji Wook melakukan hal itu. Ji Wook menelepon Yeon Jae. Ji Wook mengajak Yeon Jae ke suatu tempat.


Ji Wook membawa Yeon Jae ke sebuah rumah dengan lingkungan udara yang masih fresh. Ji Wook berencana pindah kesana bersama Yeon Jae. Sayangnya Yeon Jae menolak niat baik Ji Wook. Yeon Jae malah mengajak Ji Wook pergi ke tempat lain.

Yeon Jae mengajak Ji Wook ke panti asuhan. Yeon Jae mengajari Ji Wook cara-cara mengasuh bayi. Kelihatan sekali Ji Wook calon ayah yang buruk, haha... Ji Wook mendapat jatah mengganti popok bayi yang poop. Ji Wook stress berat. 

Begitu juga ketika seorang bayi menangis, Ji Wook tak bisa menghentikan tangisannya. Ji Wook panik dan meminta bantuan Yeon Jae yang sibuk memandikan bayi-bayi lain.
"Kau harus menggendongnya," perintah Ji Wook.
"Tapi dia basah," keluh Ji Wook.
Yeon Jae tertawa. Akhirnya Ji Wook mau juga menggendong bayi itu dan berusaha mendiamkannya. Yeon Jae tertegun memandangi Ji Wook. Tiba-tiba Yeon Jae merasa sedih. Matanya berkaca-kaca. Tak akan terlahir seorang anak dari hubungannya dengan Ji Wook.


Ibu Yeon Jae janji kencan dengan Seonsaengnim. Seonsaengnim datang menjemput ibu Yeon Jae. Kakek penyewa rumah membuat keributan dengan mengejek ibu Yeon Jae yang tahu diri dengan umur yang sudah tua masih saja pergi kencan. Seonsaengnim mengatasi si kakek dan menyapanya dengan ramah.


Ji Wook merasa kelelahan setelah memandikan bayi-bayi di panti asuhan. Padahal Ji Wook hanya memandikan 3 orang bayi. Tapi bagi Ji Wook serasa 30 bayi. Yeon Jae tersenyum.
"Aku ingin tinggal bersamamu sepanjang hari. Hanya kita berdua. Tapi kau benar-benar tak menyukai rumah yang barusan kita lihat?" Ji Wook membahas penolakan Yeon Jae yang tak mau tinggal bersamanya.
Yeon Jae mengaku jika semalam Presiden Kang mendatanginya dan mengatakan mengenai pengunduran diri Ji Wook. Ji Wook terkejut. Ji Wook takut ayahnya melukai Yeon Jae. Yeon Jae membujuk Ji Wook agar kembali bekerja.
"Apa kau tak ingin tinggal bersamaku? Aku merasa setiap menit akan membuang-buang waktu."
"Aku juga merasa begitu. Tapi untukku, ada orang lain yang sama pentingnya selain kau. Ibuku. Aku belum punya keberanian untuk memberitahunya. Untuk sekarang, aku masih ingin menjadi orang normal. Untuk ibuku, untukmu. Tanpa berpikir aku adalah pasien kanker. Tanpa mempunyai pikiran berapa lama lagi sisa waktuku. Hanya hidup seperti orang normal. Karena itu Ji Wook, bisakah kau memperlakukanku seperti orang normal? Sekarang ini aku bahagia," pinta Yeon Jae. Ji Wook mengangguk.


Eun Suk menarik buku Anna of Green Gable milik Yeon Jae. Di dalam buku  itu masih tersimpn foto masa kecil mereka. Eun Suk tersenyum memandangi foto itu.


Eun Suk berencana menerima tawaran rekomendasi rumah sakit ke M.D. Anderson (Cancer Center di Texas). Maka dari itu, Eun Suk meminta rekan kerjanya, Yeong Ju merawat Mal Bok. Eun Suk bilang Mal Bok anjing yang imut, selain suka menggigit dan mengunyah semua barang. Eun Suk sedikit khawatir menyerahkan Mal Bok pada Yeong Ju. Walau kerap membuatnya kesal, Eun Suk menyayangi Mal Bok karena anjing itu pemberian Yeon Jae.


Hee Joo mengenalkan ibunya pada Eun Suk. Ibu Hee Joo memuji Eun Suk yang tampan seperti cerita Hee Joo. Hee Joo langsung menarik ibunya yang berkata terlalu jujur di depan Eun Suk. Hee Joo merasa malu. Eun Suk tersenyum manis.


Sedang jatuh cinta, ibu Yeon Jae gelisah melihat keriput di wajahnya. Yeon Jae masuk ke kamar ibunya. Ia memberitahu bahwa Ji Wook akan berkunjung ke rumah mereka nanti malam. Ibu Yeon Jae langsung panik.
"Mengapa kau baru mengatakannya sekarang? Apa yang harus aku lakukan?" serunya. Jantung Yeon Jae hampir copot.

Ibu Yeon Jae langsung mengajak Yeon Jae berbelanja ke supermarket. Ibu Yeon Jae membeli daging mahal untuk menyambut calon menantunya. Ponsel ibu Yeon Jae berbunyi. Seonsaengnim yang meneleponnya. Ibu Yeon Jae menjauh untuk mengangkat teleponnya. Yeon Jae tersenyum melihat hubungan ibunya dan Seonsaengnim semakin dekat.


Malam hari Ji Wook datang. Ji Wook membawa seikat mawar pink untuk mengambil hati ibu Yeon Jae. Namun ibu Yeon Jae malah bersikap agak dingin padanya. Ji Wook bingung. Ternyata ibu Yeon Jae masih kesal dengan kedatangan ayah Ji Wook tempo hari. Ibu Yeon Jae protes pada Ji Wook.
"Apa kau tak punya kepercayaan diri untuk meyakinkan ayahmu?. Aku tak bisa tinggal diam melihat putriku diperlakukan dengan buruk."
"Aku akan meyakinkan dia," janji Ji Wook.
"Aku dengar kau direktur di Line Tour?" tanya ibu Yeon Jae.
Ji Wook tertegun, tapi langsung membenarkan. Yeon Jae terlihat ingin protes.

Selesai makan malam, Yeon Jae mengantar Ji Wook keluar. Ji Wook cemberut. Yeon Jae meledek Ji Wook yang berbohong mengenai pekerjaan pada ibunya. Padahal Ji Wook seorang pengangguran, tapi malah mengaku sebagai Direktur. 
"Jika ibuku sampai tahu, bagaimana kecewanya dia," ucap Yeon Jae.
Yeon Jae kembali membujuk Ji Wook agar bekerja lagi di Line Tour.

Ibu Yeon Jae menangis sambil memandangi bunga mawar pemberian Ji Wook.
"Eomma, apa kau tak menyukai Ji Wook? Mengapa kau menangis?" tanya Yeon Jae khawatir.
"Aku terlalu bahagia. Kau membawa pacar yang hebat. Aku benar-benar bahagia," jawab ibu Yeon Jae.
"Lalu mengapa kau seperti ini?"
"Jika aku langsung menyetujuinya begitu saja, dia tak akan tahu bagaimana berharganya kau."
Yeon Jae terharu. Ia memeluk ibunya.


Ji Wook merenung. Ia memikirkan kata-kata Yeon Jae. Ji Wook tak mau harga dirinya jatuh di depan calon ibu mertuanya. Ji Wook menelepon seseorang, meminta nasehat bagaimana terlihat bagus di depan ibu kekasihnya.


Entah mendapat nasehat darimana, Ji Wook pergi ke tempat kerja ibu Yeon Jae. Dalam rangka mengambil hati calon mertua, Ji Wook membeli dua buah jaket sebagai hadiah untuk Yeon Jae dan ibunya.


Yeon Jae mendatangi toko roti Seonsaengnim. Yeon Jae ingin menanyakan perkembangan hubungan Seonsaengnim dengan ibunya. Tapi karena sungkan, Yeon Jae beralasan membeli sekotak kue.


Yeon Jae memandangi foto mendiang ayahnya. Yeon Jae meminta restu ayahnya untuk hubungan ibunya dengan Seonsaengnim. Yeon Jae hanya ingin ada orang yang mendampingi ibunya setelah kematiannya. 

Ibu Yeon Jae pulang dengan membawa jaket pemberian Ji Wook. Yeon Jae berpamitan pada ibunya akan pergi beberapa hari untuk perusahaan. Yeon Jae harus kembali ke rumah sakit untuk menjalani terapi anti kanker. Ibu Yeon Jae mengira Yeon Jae akan pergi bersama Ji Wook.

Pagi hari Ji Wook menjemput Yeon Jae. Ibu Yeon Jae terlihat senang melihat hubungan putrinya dengan Ji Wook. Melihat senyuman ibunya, Yeon Jae masih berat memberitahu perihal penyakitnya. 


Presiden Im sudah mendengar kabar mengenai rumor hubungan asmara Ji Wook dengan Yeon Jae. Presiden Im menanyakannya kembali pada putrinya. So Kyeong menangis. Walaupun Ji Wook sudah bersama wanita lain, So Kyeong mengaku tak ingin menyerah.


Yeon Jae tak mau Ji Wook menemaninya selama terapi. Yeon Jae tak ingin Ji Wook melihatnya sebagai pasien. Yeon Jae meminta Ji Wook pergi ke kantor.
"Yang terpenting bagiku sekarang bukan perusahaan atau ayahku, kau jauh lebih penting," ucap Ji Wook.
"Untukku kau adalah orang yang paling penting sekarang. Tapi kau bukanlah seluruh hidupku. Aku masih punya ibu dan juga teman. Dan ada banyak hal yang ingin kukerjakan. Apa kau berharap aku tak meninggalkan apa-apa, selain untukmu? Aku tak suka bahwa aku adalah satu-satunya hal dalam hidupmu. Jika kau menyingkirkan pekerjaanmu dan ayahmu untuk berada di sisiku, aku pikir itu akan membuat hatiku sangat tidak nyaman." Yeon Jae mencoba membuka pemikiran Ji Wook. Yeon Jae tak ingin menjadi prioritas Ji Wook hingga Ji Wook meninggalkan semua kehidupannya yang lain. Yeon Jae tak mau egois mengekang Ji Wook agar berada disampingnya terus.
Yeon Jae turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Ji Wook menyusul Yeon Jae dan memberinya sebuah pelukan.

Tanpa sengaja Eun Suk dan Hee Joo melihat mereka. Eun Suk tak nyaman melihat pemandangan di depannya. Sedangkan Hee Joo tampak kaget karena baru tahu Yeon Jae mempunyai seorang pacar.

Hee Joo marah pada Yeon Jae karena merasa mengkhianati Eun Suk. Hee Joo yang biasanya gembira melihat kedatangan unnie-nya kali ini bersikap dingin. Bahkan menolak kue pemberian Yeon Jae. Yeon Jae bingung dengan perubahan sikap Hee Joo.

Hee Joo menghindari Yeon Jae dengan pergi ke taman. Yeon Jae menyusulnya kesana.
"Hey, apa kau marah padaku? Karena kau tak ingin sendirian? Terakhir kau ingin kita bersama-sama di rumah sakit. Ada apa?" rayu Yeon Jae.
"Aku marah karena Dokter Eun Suk. Bagaimana bisa kau membuatnya sedih?" tuntut Hee Joo.
"Apa maksudmu?" Yeon Jae belum peka bahwa Eun Suk menyukainya.
"Sekarang kau bersikap seperti kau tak tahu apa-apa," kritik Hee Joo kesal.

Setelah Hee Joo, sekarang giliran Yeon Jae yang marah. Yeon Jae merasa marah pada Eun Suk karena diam-diam menyukainya. Bahkan Yeon Jae baru tahu dari orang lain, bukan dari Eun Suk sendiri. Yeon Jae sama sekali tak mendengarkan penjelasan Eun Suk ketika Eun Suk menjelaskan mengenai kemoterapinya. Sikap Yeon Jae membuat Eun Suk bingung.


So Kyeong nekat pergi ke rumah sakit. Niatnya mungkin ingin melabrak Yeon Jae atau kembali mengancamnya. Namun melihat wanita yang paling dibencinya duduk termenung dan tak berdaya, So Kyeong mengurungkan niatnya. So Kyeong malah menangis. Sebesar apapun kebenciannya terhadap Yeon Jae, tapi ia masih punya hati nurani. Bagaimana bisa ia sanggup 'berperang' dengan orang yang tinggal menunggu kematiannya.


Melihat Hee Joo sepanjang hari ditemani oleh ibunya membuat Yeon Jae iri. Yeon Jae juga ingin ibunya mendampingi dan memberinya pelukan hangat. Tapi hal itu tak akan pernah terjadi jika Yeon Jae belum memberitahu ibunya mengenai penyakitnya.


Setelah memikirkan nasehat Yeon Jae sepanjang malam, Ji Wook memutuskan kembali bekerja. Ji Wook menemui Presiden Kang. Presiden Kang heran melihat Ji Wook di kantor.
"Apa yang membawamu kesini? Kau bilang kau ingin bersama dengan wanita itu dan menyerahkan surat pengunduran diri."
"Mengapa kau melakukan itu?" tanya Ji Wook balik. "Aku sudah memohon kepadamu, tapi kau masih pergi mencarinya."
"Dia sudah mengatakannya padamu? Jadi kau datang kesini untuk komplain padaku?" seru Presiden Kang.
"Tidak, aku ingin kembali bekerja. Dia ingin aku kembali bekerja," jawab Ji Wook.
"Dasar anak tak berguna. Jika dia ingin kau mati, apa kau akan pergi?" sembur Presiden Kang.
"Jika itu yang diinginkannya, aku akan melakukannya," tantang Ji Wook.
"Apa?"
"Tapi dia tak menginginkan hal itu. Karena dia ingin aku bahagia."
"Tak perlu banyak bicara. Setelah kau kembali ke perusahaan, siapkan diri untuk pergi ke Amerika," perintah Presiden Kang. Presiden Kang masih tak mau menyerah untuk memisahkan putranya dari Yeon Jae.
"Aku tak bisa pergi dari sisinya," tolak Ji Wook tegas.
"Berapa banyak kejutan yang akan kau berikan padaku? Berapa kali kau ingin aku mengatakan padamu untuk putus darinya agar kau mengerti?" Presiden Kang kembali murka.
"Kau tak perlu bersikap seperti ini lagi. Kau hanya perlu mengalah padaku. Kami tak punya waktu banyak," ucap Ji Wook tenang.
Presiden Kang frustasi menghadapi sikap keras kepala Ji Wook.


Eun Suk dan rekan-rekannya terkejut melihat hasil CT Scan salah seorang pasien mereka. Mereka tak mengira kanker pasien itu semakin mengganas padahal sebelumnya baik-baik saja. Eun Suk tampak khawatir.

Eun Suk pergi ke kamar Yeon Jae. Eun Suk menanyakan kondisi Yeon Jae setelah kemoterapi. Yeon Jae masih bersikap dingin pada Eun Suk. Selama berbicara dengan Eun Suk, Yeon Jae terus-terusan mengetuk-ngetuk buku dengan ujung kukunya. Sebenarnya Yeon Jae kikuk menghadapi Eun Suk setelah mengetahui perasaan Eun Suk padanya. Yeon Jae tak tahu bagaimana harus bersikap di depan Eun Suk. Selama ini Yeon Jae menganggap Eun Suk sebagai teman. Ia pikir Eun Suk pun demikian. Yeon Jae tak mengira ada perasaan cinta yang tumbuh di dalam persahabatan mereka. Eun Suk makin dibuat bingung melihat sikap Yeon Jae. Sedari tadi Hee Joo melirik ke arah Yeon Jae.
Eun Suk beralih menanyakan kondisi Hee Joo. Hee Joo merasa baik-baik saja walau kadang perutnya merasa sakit. Eun Suk meminta ibu Hee Joo keluar bersamanya.

Hee Joo mulai mau mengajak Yeon Jae bicara.
"Sepertinya kondisiku memburuk. Jika berita bagus, dia akan mengatakan pada pasien langsung. Jika berita buruk, mereka akan berbicara pada wali terlebih dahulu. Ini sangat jelas, kan? Tapi kau juga terlalu jelas, unnie?" ucap Hee Joo.
"Apa yang kulakukan?" tanya Yeon Jae tak mengerti.
"Kau bersikap terlalu dingin terhadap Dokter Eun Suk. Itu karena aku, kan? Karena aku mengucapkan kata-kata bodoh itu. Seharusnya aku tak mengatakan itu. Kasihan Dokter Eun Suk," sesal Hee Joo.

Benar dugaan Hee Joo. Kondisinya memburuk. Hasil CT Scan yang Eun Suk lihat tadi adalah milik Hee Joo. Eun Suk meminta maaf karena harus memberitahu kondisi Hee Joo yang sebenarnya. Ibu Hee Joo menangis.

Hee Joo mencari Eun Suk. Eun Suk sedang melamun di bangku samping gedung rumah sakit. Hee Joo mengaku telah memberi tahu Yeon Jae tentang perasaan Eun Suk pada Yeon Jae. Hee Joo sudah ketakutan. Diluar dugaan Eun Suk tak marah. Ia malah tertawa.
"Bagus. Aku merasa lebih baik sekarang. Aku selalu merasa tak nyaman dan itu sulit. Menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Lebih baik mengungkapkan semuanya sekarang. Saat ini," ucap Eun Suk.
"Melihat kau berkata seperti itu, hatiku lebih sakit. Akan lebih baik jika kau marah padaku," ucap Hee Joo sedih.
"Jika aku marah, aku menakutkan. Kau bahkan akan lebih sakit."
Hee Joo tertawa.
"Hee Joo, jika kau ingin meng-upload web-toon, teruskan! Bukankah kau berkata jika itu adalah mimpimu?" ucap Eun Suk. Eun Suk sudah banyak perubahan. Tempramennya yang buruk perlahan telah hilang. Cinta memang bisa mengubah segala hal. 

Eun Suk hendak masuk ke dalam. Hee Joo menahannya.
"Aku punya satu permintaan darimu. Jika aku tak kembali ke rumah sakit, maukah kau menari Tango bersamaku, satu kali saja," pinta Hee Joo hampir menangis.

Eun Suk berdiri di depan Hee Joo. Merentangkan tangannya. Hee Joo meletakkan tangannya pada Eun Suk. Eun Suk membimbing Hee Joo dalam gerakan Tango. Hee Joo terharu. Ia tak kuasa menahan tangis (yang nulis juga T___T). Eun Suk mendekap tubuh Hee Joo.


Yeon Jae mengobrol dengan ibu Hee Joo. Ibu Hee Joo berkata bahwa Hee Joo telah menganggap Yeon Jae seperti kakaknya sendiri. Ibu Hee Joo heran melihat Yeon Jae hanya sendirian di rumah sakit tanpa seorangpun keluarga yang menemani. Yeon Jae berkata bahwa ia mempunyai seorang ibu, tapi ibunya belum tahu mengenai penyakitnya. Yeon Jae takut dengan reaksi ibunya.
"Semakin kau mengulur waktu, semakin kau akan merasa lelah. Jika aku ada di posisi ibumu. Putriku mengalami masalah dan dia tak mengatakannya padaku. Dan aku orang yang terakhir tahu. Bagaimana sedihnya dia."
Yeon Jae merenungkan kata-kata ibu Hee Joo. 

Hee Joo muncul. Sebelum pulang, Hee Joo memberitahu Yeon Jae jika dirinya berhasil berdansa Tango dengan Eun Suk. Yeon Jae tak mau kalah. Ia juga berkata jika Eun Suk menyukainya.
"Unnie, kau sudah mempunyai pacar. Dokter Eun Suk milikku," klaim Hee Joo.
"Baiklah. Sebaiknya kita berdamai." Yeon Jae mengulurkan tangannya. Hee Joo menjabat tangan Yeon Jae.
"Sebenarnya kau memberiku biskuit yang enak." Hee Joo menyesal karena tadi sempat bersikap ketus pada Yeon Jae.
"Lain kali aku akan membelikanmu lagi," ucap Yeon Jae.
Hee Joo tersenyum lalu ia memeluk Yeon Jae.
"Unnie, akan bagus sekali jika kau adalah kakak kandungku. Di kehidupan mendatang, tinggiku akan 170 cm."
"Jangan, 171 cm," ralat Yeon Jae.
"Kau harus kuat ketika mejalani terapi anti kanker. Fighting!!" Hee Joo memberi semangat pada Yeon Jae.
"Kau juga harus bergembira," balas Yeon Jae.


Ibu Yeon Jae pergi menonton ke bioskop bersama Seonsaengnim. Karena terbawa alur cerita film, ibu Yeon Jae sampai menangis. Untung saja Seonsaengnim telah menyiapkan saputangannya.
Ibu Yeon Jae menceritakan mengenai Ji Wook pada Seonsaengnim. Seonsaengnim berkomentar pasti ibu Yeon Jae akan kesepian setelah Yeon Jae menikah. Ibu Yeon Jae hanya tertawa.


Yeon Jae merenungkan perkataan ibu Hee Joo padanya tadi siang. Eun Suk muncul.
"Aku tak tahu apa yang Hee Joo katakan, tapi jangan masukan itu ke hatimu."
Eun Suk menyerahkan buku Anna of Green Gable milik Yeon Jae.
"Seharusnya aku mengembalikan ini padamu 25 tahun yang lalu. Tapi baru kukembalikan sekarang."
"Kenapa? Seharusnya kau menyimpan itu?"
"Aku sudah membacanya berulang kali."
Yeon Jae menerima buku itu.


Eun Suk membawa Mal Bok ke rumah Yeong Ju. Eun Suk memberitahu semua makanan yang dimakan Mal Bok dan cara perawatannya.
"Kim Yeong Ju, apa kau mampu merawat Mal Bok?" tanya Eun Suk. Eun Suk tak rela menyerahkan Mal Bok pada orang lain.


Eun Suk mendapat telepon dari rumah sakit. Hee Joo pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Eun Suk bergegas pergi kesana. Kondisi Hee Joo sangat kritis. Eun Suk segera mengambil tindakan dengan memerintahkan menyiapkan ruang operasi.

Hee Joo sempat membuka matanya. Hee Joo mengulurkan tangannya. Eun Suk menggenggam tangan Hee Joo. Hee Joo tersenyum.

Dokter lain datang. Ruang operasi telah siap. Namun terlambat, Hee Joo terlebih dahulu menutup matanya. Eun Suk panik. Ia memberikan CPR guna memacu jantung Hee Joo. Setelah beberapa kali memberikan kejutan, Hee Joo tak bereaksi sama sekali. Ibu Hee Joo pasrah. Ia merelakan putrinya pergi dan meminta Eun Suk berhenti. Eun Suk bergetar memandangi Hee Joo yang sudah tak bernyawa lagi, melihat ibu Hee Joo menangisi kepergian putrinya. 
Eun Suk keluar dari ruangan berjalan dengan sempoyongan. Untuk pertama kalinya Eun Suk terpukul dengan kematian pasiennya. Eun Suk merasa gagal menjadi dokter.

Eun Suk berjalan di lorong gelap. Ia terjatuh ke lantai. Sebagai dokter seharusnya Eun Suk tak boleh melibatkan perasaanya terlalu dalam terhadap pasien. Namun kehadiran Hee Joo di rumah sakit telah memberi warna di hidupnya. Di saat semua pasien membencinya, Hee Joo selalu tersenyum padanya. Hee Joo dikenalnya sebagai gadis ceria, gadis pemberani  yang tak berputus asa pada penyakitnya. Di hari terakhirnya Hee Joo meninggalkan kenangan manis. Hee Joo menangis terharu hanya karena ia mengajaknya menari Tango. Kepergian Hee Joo sudah pasti membawa kesedihan untuk orang-orang yang mengenalnya.

Bukan Eun Suk saja yang merasa kehilangan Hee Joo. Suster di rumah sakit juga menangisi kepergian Hee Joo. Dari suster itu Yeon Jae baru tahu kabar mengenai kematian adiknya. Yeon Jae pergi ke ruang duka. Yeon Jae menemui ibu Hee Joo untuk menyampaikan belasungkawa. Yeon Jae memandangi foto Hee Joo dengan berlinang air mata. Yeon Jae tak menyangka Hee Joo terlebih dahulu pergi. Ia benar-benar kehilangan sosok seorang adik.


Yeon Jae mencari Eun Suk. Ia menemukan Eun Suk masih terpekur di  lorong gelap. Yeon Jae mendekat, mengusap bahu Eun Suk.
"Eun Suk-ah..."
Eun Suk menangis. "Bertahanlah. Tolong bertahanlah. Aku tak menginginkan apapun. Bagaimanapun, Yeon Jae kau harus hidup."
Yeon Jae kembali menangis. Ia menyenderkan kepala Eun Suk dibahunya. Eun Suk menangis terisak-isak.


Yeon Jae pergi ruangan Eun Suk, namun ruangannya kosong. Yeong Ju lewat. Yeong Ju bercerita belakangan ini Eun Suk bersikap aneh. Eun Suk pernah mengungkapkan penyesalannya menjadi dokter oncology. Ditambah lagi dengan kematian Hee Joo. Tentu saja menjadi pukulan terberat untuk Eun Suk. Padahal Eun Suk mendapatkan rekomendasi ke M.D Anderson lagi. Yeon Ju khawatir dengan absen-nya Eun Suk.

Sebelum pulang, Yeon Jae bertemu dengan ibu Hee Joo. Ibu Hee Joo berkata jika mendiang putrinya telah meng-upload web-toon lagi. Ibu Hee Joo meminta Yeon Jae menyampaikannya pada Eu Suk.

Ji Wook datang menjemput Yeon Jae. Begitu melihat Ji Wook, Yeon Jae langsung berlari dan memeluknya. Ji Wook tersenyum.
"Apa kau sangat merindukanku?" tanyanya. Yeon jae mengangguk.
Yeon Jae meminta Ji Wook mengantarnya ke rumah Eun Suk.


Diantar Ji Wook, Yeon Jae pergi ke rumah Eun Suk. Eun Suk ada di dalam rumah. Ia tampak depresi. Eun Suk hanya duduk termenung di bawah sofa. Ia sudah mengepak semua barang-barangnya. Yeon Jae datang. Eun Suk tak mau membukakan pintu untuknya. Yeon Jae tak meyerah. Ia mencoba menelepon Eun Suk, namun sayang posel Eun Suk tak aktif.

Akhirnya Eun Suk mau juga menemui Yeon Jae. Yeon Jae menyampaikan amanat ibu Hee Joo dengan memberitahu bahwa sebelum meninggal Hee Joo telah meng-upload web-toon lagi. Eun Suk harus melihat itu.

Sepeninggal Yeon Jae, Eun Suk membuka laptop-nya. Eun Suk tak kuasa menahan tangis membaca web-toon milik Hee Joo.
"Aku punya kabar gembira untuk orang-orang yang menyukai web-toon ku. Kyaaa...Hari ini aku berdansa Tango bersama Dokter Eun Suk. Dadanya sangat hangat dan lembut. Dulu sewaktu aku memanggilnya kejam dan kasar, aku membatalkannya. Dokter Eun Suk terlihat keren ketika tersenyum. Aku sangat tersentuh. Aku berharap selain denganku, dia akan tersenyum kepada banyak pasien lain. Hari ini akhir kehidupanku di rumah sakit. Sampai sekarang Hee Joo sungguh, sungguh bahagia. Dan mulai dari sekarang, aku akan melanjutkan kebahagiaan. Jadi kalian semua, Dokter Eun Suk juga, semua orang...berbahagialah!"

Ji Wook mengantar Yeon Jae pulang. Nasehat ibu Hee Joo dan kematian Hee Joo membuat Yeon Jae berpikir harus secepatnya memberitahu ibunya mengenai penyakitnya. Yeon Jae tak bisa menunda lagi. Yeon Jae meminta dukungan dari Ji Wook. Ji Wook menggenggam tangan Yeon Jae.

Mencari tempat yang nyaman untuk membuat pengakuan, Yeon Jae mengajak ibunya pergi berlayar sesuai permintaan ibunya.  Ibu Yeon Jae sangat senang. Yeon Jae mengumpulkan keberaniannya.

Yeon Jae dan ibunya duduk di tepi dermaga. Yeon Jae berkata sangat senang bisa pergi berkencan dengan ibunya. Ibu Yeon Jae tertawa. Tentu saja kencan dengan Ji Wook akan lebih menyenangkan.
"Eomma, aku sangat mencintaimu. Kau tahu itu, kan?"
Firasat ibu Yeon Jae langsung tak enak. "Kenapa?"
"Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu."
"Apa itu? Apa ada yang terjadi antara kau dan Ji Wook?" tebak ibu Yeon Jae.
Yeon Jae menggeleng. Ibu Yeon Jae merasa lega.
"Aku...aku mempunyai kanker. Maafkan aku, Eomma," ucap Yeon Jae dengan berlinang air mata.
Ibu Yeon Jae hanya terpaku memandangi wajah putrinya.

8 komentar:

  1. 2 episode lagi ya wie? punyaku malah masih duduk manis di HD hahahahah :LOL

    BalasHapus
  2. iya tinggal 2 eps lagi. makanya lagi dikebut neh. diusahin secepetnya. nyuri2 waktu di jam kerja, hehehe...

    BalasHapus
  3. sist, salam kenal :)
    aku ngikutin blog nya sist dewi. .
    jadi sukaaaa bgt sama scent of a woman ampe di belain hunting dvd nya kesana kemari juga gara2 baca blog nya sist dewi..

    smangat sist,
    2 episode lagi :)

    BalasHapus
  4. Kereeeennnn ^^,

    BalasHapus
  5. Ka Dewi... Makasih,, dengan sinopsis ini bisa jadi tau cerita2 keren yang dibuat negeri seberang... Oh ya, semangat yang ada dalam cerita sampe loh di sinopsis ini... Makasih banget.. Bakat yang jarang dimiliki banyak orang nich... Teruskan!! Sebarkan ke semua orang bakat ini, biar bisa menginspirasi orang2 untuk jadi lebih baik...
    For all reader... Please don't be a silent reader ya... Karena suara kalian bisa saling share informasi kepada sesama yang lain ^^,

    BalasHapus
  6. @Anonim: Thanks bgt!!! Jadi tambah semangat, hehe...

    BalasHapus
  7. ya ampun nie epi kenap bikin tambah mewek sechh....nie epi yang bikin haru adalh ketabahan hee joo, walapun tau hari itu akan pergi meninggalakn rumah sakit/ninggal masih bisa tersenyum...

    dan untuk En suukk juga....dia baru merasakan arti dari seorang pasieen,,,

    bwt @dewi febriana gomawo telah membuat sinop

    BalasHapus
  8. keren banget nih. kok terjemahannya sama kayak dubbing di indosiar ya? apa indosiar ya yang nyontek. hehehe
    ajarin bahasa korea dong. gomawo >,<

    BalasHapus

Comment