Rabu, 22 Februari 2012

FanFiction: Kyuhyun, Saranghae...


FF ini aku buat dalam rangka keikutsertaanku dalam quis 2nd Monthsary SparkyuINA (follow twitter acc @SparkyuINA), salah satu fanbase Super Junior. Berhubung yang jadi admin disana temen-temenku, jadi ikutan deh, keke.... Eh, nggak disangka malah menang. FF ini juga udah diposting di WP SparkyuINA.


Prolog

Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata dunia khayalan dari tokoh utama wanita maupun penulis sendiri. Jika ada kesamaan nama tokoh dalam cerita ini harap dimaklumi karena memang disengaja, kekeke...

Cast

Hampir semua tokoh memerankan dirinya masing-masing (syarat bikin FF, para admin diwajibkan diikutsertakan dalam cerita. Maklumlah para admin-nya ketularan ke-narsis-an member Suju, hahaa...). Jika ada yang kurang berkenan dengan sikap dan sifat tokoh dalam cerita, harap hubungi penulis (jika suka, GOMAWOYO :D)

Semua member Suju berperan dalam FF ini.

Cho Kyuhyun
Choi Siwon
Wanti Febrianti (Feby)
Sherly
Yoona SNSD as Im Yoona
Efrie
Hani
Fira
Devi
Risa  & Nisa as the twins (walau dalam dunia nyata mereka tidak kembar, kekeke...)
Henry Suju M as Mas Henry, tour guide
Zhou Mi as Sherly's boyfriend
Jessica SNSD as Feby's cousin
Eunhyuk as Sherly's bias
Leeteuk as Yoona's bias
Heechul, Yesung, Hangeng, Kangin, Shindong, Sungmin, Donghae, Kibum, Ryeowook as Cameo.

****

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi ketika aku tiba di bandara Ngurah Rai. Hari ini aku mendapat job menjadi tour guide untuk turis domestik yang berasal dari Jakarta. Aku dijadwalkan menjadi tour guide mereka selama 4 hari. Tak berapa lama kemudian rombongan yang kutunggu datang. Turis domestik itu berjumlah 20 orang. Sepasang kekasih atau pengantin baru, 5 orang keluarga, 3 orang rekan kerja, suami istri dengan putra mereka kira-kira berusia 5 tahun, seorang pria berumur, dan yang paling mencolok adalah 6 orang gadis. Mereka memakai baju yang sama dengan warna yang sama pula. Diantara rombongan yang lain, mereka yang paling berisik. Aku taksir mereka masih SMU. Sekolah sedang libur. Pasti mereka sudah jauh-jauh hari merencanakan liburan bersama. Aku segera menghampiri Mas Henry, guide yang membawa mereka dari Jakarta. Mas Henry memberikan daftar absensi padaku. Aku memperkenalkan diri pada rombongan yang akan kupandu. Setelah itu aku sibuk mengabsen mereka satu-persatu memastikan tak ada orang yang tertingal. Kemudian aku menggiring mereka ke dalam bus yang sudah disediakan.

Dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap, aku menjelaskan sedikit mengenai Pulau Bali dan jadwal wisata mereka. Walaupun aku bukan asli penduduk Bali, tapi kebudayaan Bali sudah mendarah daging padaku. Aku lahir dan dibesarkan di Bali. Orang tuaku berasal dari Jakarta. Tapi sebelum mereka menikah, mereka sudah tinggal di Bali. Semenjak menikah mereka merintis usaha restoran Bali di Seminyak. Dua tahun belakangan ini mereka tengah mencoba membuka usaha di Jakarta. Praktis, aku kerap ditinggal sendirian. Tak mau kesepian di rumah, aku memutuskan menge-kost bersama teman kuliah sekaligus sahabatku, Sherly.  Aku masih kuliah di Udayana, semester 7. Sudah 1 tahun ini, aku mengambil side job sebagai tour guide. Awalnya aku hanya menggantikan sepupuku, Jessica. Tapi lama-kelamaan aku menikmati pekerjaanku. Bertemu dengan orang-orang baru, memberikan mereka pengetahuan tentang Bali, rasanya menyenangkan. Selama 1 tahun, bukan hanya turis domestik yang kupandu. Aku pernah membawa turis dari Australia, Singapore, Jepang, Dan yang paling berkesan ketika aku memandu turis yang berasal dari Korea Selatan. Aku tak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Aku lumayan fasih berbicara dalam bahasa Korea. Kegemaranku terhadap drama-drama Asia membuatku tertarik belajar Hangul. Kebetulan sekali di kampus aku berteman dengan Yoona. Im Yoona, gadis Korea yang tengah menimba ilmu sastra Indonesia. Aku bertemu dengannya saat di kampus diadakan festival Korea. Yoona bertugas sebagai Ketua Panitia. Sejak itu aku berteman dengannya. Darinya aku mulai menggunakan bahasa Korea sebagai bahasa obrolan kami. Selama ini aku hanya belajar di tempat les, tanpa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari Yoona, hangul ku semakin terasah. Aku belajar banyak darinya dan tentu saja gratis.

****


Jadwal wisata pertama ke pantai Kuta. Orang bilang belum ke Bali jika belum mengunjungi pantai Kuta. Sebelum ke Kuta, kami pergi ke hotel terlebih dahulu untuk menyimpan barang-barang mereka. Perjalanan yang kami tempuh memakan waktu 35 menit. Rombongan turun dan masuk ke dalam hotel. Aku kembali sibuk mengabsen mereka dan membagi kamar untuk tiap-tiap orang. Setelah itu mereka berpisah menuju kamar masing-masing. Setengah jam kemudian aku mengumpulkan mereka. Kami segera meluncur ke pantai Kuta.

Kami tiba di pantai Kuta pukul 10 pagi. Walau terik matahari mulai terasa, tapi tak menyurutkan antusias para rombongan. Mereka sibuk dengan kelompok masing-masing. Ada yang langsung terjun ke pantai, ada yang hanya duduk-duduk di pasir. Aku tertarik pada ke-6 gadis SMU itu. Mereka sibuk melumuri tubuh mereka dengan sunblock sambil asyik mengobrol dan sesekali tertawa cekikikan. Aku mengambil daftar absensi. Baru beberapa jam saja aku sudah mengenal nama-nama mereka; Devi, Fira, Hani, Efrie, serta si kembar Nisa dan  Risa. Melihat penampilan mereka saja, aku dapat menilai jika mereka merupakan gadis-gadis populer di sekolah. Digilai teman-teman pria dan selalu membuat iri teman-teman yang terasing. Aku duduk tak jauh dari mereka. Obrolan mereka yang cukup keras sampai ke telingaku. Mereka sedang membicarakan Super Junior. Yang kutahu tentang Super Junior adalah boyband Korea dengan member seabrek. Walau aku menyukai hal-hal tentang Korea, aku kurang mengikuti perkembangan musik Korea. Aku kurang hafal nama-nama boyband atau girlband dari negeri gingseng itu.  Karena aku berteman dengan Sherly dan Yoona saja, aku tahu sedikit informasi tentang Super Junior. Maka dari itu, jangan coba menanyakan nama ke-13 member padaku. Walaupun yang kutahu jumlah member mereka sekarang sudah berkurang. Persisnya berapa aku kurang tahu. Aku ingat beberapa bulan yang lalu, Sherly datang ke kamarku dengan berlinang airmata. Aku pikir dia putus cinta dari Zhou Mi, pacarnya, cowok keturunan Chinese yang menurut Sherly mirip Eunhyuk. Aku yang sedang berkutat dengan tugas kuliah, langsung menghentikan pekerjaanku dan menutup laptop, siap mendengarkan curhatannya. Biasanya Sherly akan curhat sehari semalam jika putus cinta. Sebagai sahabat yang baik, aku siap mendengarkan keluh kesahnya. Aku mendekati Sherly dan memberinya sekotak tissue. Tapi apa yang meluncur dari bibir mungilnya.

“Heechul wamil. Jadi dia vakum dari Suju selama 2 tahun.”

GUBRAKKK!!!

Makhluk bernama Kim Heechul saja aku tak tahu yang mana. Yang aku tahu hanya Siwon, Eunhyuk dan Leeteuk. Siwon, aku kenal karena aku pernah melihatnya bermain dalam beberapa drama. Harus kuakui, Siwon member paling tampan menurutku. Karena Sherly sangat tergila-gila pada Eunhyuk, aku cukup mengenal namja berambut blonde itu. Di dinding kamar Sherly ada banyak sekali poster Eunhyuk dalam berbagai pose. Jika kamu ingin tahu informasi mengenai Eunhyuk, bertanyalah pada Sherly. Aku jamin, Sherly akan memberikan jawaban 100 persen benar. Sedangkan Leeteuk, jelas karena Yoona menyukai leader Super Junior itu. Kata Yoona, Leeteuk berkharisma dan senyumnya selalu membuat hatinya meleleh.

****


“Eh, cowok itu mirip banget sama Yeppa!” Tunjuk Hani tiba-tiba pada seorang pria yang baru saja melintasi mereka, juga melintasiku. Sekilas aku juga melihat wajah pria itu. Wajahnya memang khas oriental dengan mata sipit.

“Yang bener,” teriak teman-temannya kompak.

“Iya, haha… beruntung banget kalo kita ketemu member Suju disini,” khayal Hani. Yang lain ikut tertawa.

“Eh...eh... mata gue salah nggak, sih? Bukannya itu Donghae?” seru Nisa. Teman-temannya langsung menoleh, begitu juga dengan aku.

“Kyaa…itu kan Leeteuk, Ryeowook, Sungmin!” jerit Risa sambil menunjuk-nunjuk ke arah beberapa pria yang sedang asyik berjemur.

“Shindong, Eunhyuk juga…Itu!!” seru Efrie dan Fira bersamaan.

Para gadis itu langsung berteriak histeris, blingsatan dan buru-buru berlari ke arah sekelompok pria itu. Aku memandangi wajah mereka satu persatu. Benarkah Suju datang ke Indonesia? Dalam rangka apa? Liburan? Konser? Akh, tak mungkin mereka akan konser di Indonesia. Aku tak pernah mendengarnya dari mulut Sherly maupun Yoona. Berita tentang perSUJUan, mereka yang paling update. Aku melihat gadis-gadis itu bersalaman dengan member Suju. Entahlah, aku sendiri kurang yakin. Tapi harus kuakui mereka memiliki wajah rupawan. Mataku segera mencari-cari Siwon, member yang paling ku ingat. Tapi aku tak menemukannya. Lalu aku beralih mencari Eunhyuk. Tiap hari melihatnya di kamar Sherly, pasti aku familiar. Ah, ya…ya… pria yang tengah dipeluk oleh si kembar pasti Eunhyuk. Dan aku juga mengenali Leeteuk yang sedang berbincang dengan  Hani dan Efrie. Mimpi apa gadis-gadis itu bertemu para idola tanpa harus pergi ke Korea atau membayar tiket mahal. Tapi anehnya sedari tadi kenapa tak ada yang menyadari kehadiran mereka. Entahlah. Lagipula aku tak terlalu antusias bertemu dengan mereka. Pada dasarnya aku tak terlalu menyukai mereka. Tapi untuk lagu-lagu mereka, aku acungkan jempol. Aku menyukai lagu-lagu mereka dan kerap mendengarkannya bersama Sherly atau Yoona. Dan ketika aku berulang tahun bulan lalu, Sherly menghadiahiku album Suju terbaru, A-Cha. Jadilah setiap hari aku mendengarkan lagu-lagu mereka. Aku teringat Sherly dan Yoona. Aku segera merogoh tasku mencari ponselku. Aku menekan nomor Sherly, tapi segera ku urungkan niatku. Sherly sedang ada ujian hari ini. Aku yakin dia tak akan pikir panjang menyusulku kesini jika tahu ada idolanya. Begitu juga dengan Yoona. Jika kukabari, sudah pasti dia akan mengajak Sherly. Aku memutuskan tak menghubungi siapa-siapa.

Aku bangkit, menoleh ke arah mereka. Para gadis itu masih asyik bercengkrama dengan member Super Junior. Aku tak berminat menghampiri mereka. Aku malah berjalan berlawanan arah. Mencari turisku yang lain. Siapa tahu mereka butuh bantuan. Aku berjalan sambil sesekali bermain dengan ombak. Tiba-tiba…

BRAKKK!!!

Sesuatu yang keras mengenai kaki kananku. Aku langsung terjatuh. Seketika kakiku berdenyut-denyut. Aku melihat papan selancar di samping kakiku. Ada seseorang yang menabrakku dengan papan selancar. Omo, sakitnya.

“Oh, I’m sorry…” sebuah suara dengan aksen yang sangat kukenal terdengar dari arah belakang.

Seorang pria oriental berdiri di depanku. Pria itu itu cukup tinggi, mungkin sekitar 180 cm. Wajahnya tampan sekali. Rasanya seperti melihat patung dewa yang terpahat sempurna tengah berdiri di depanmu. Kulitnya putih dengan rambut cokelat menutupi dahinya. Pria itu berjongkok di dekatku.

“Are you okay? I’m so sorry!” Tanyanya dengan nada khawatir. Berteman selama 2 tahun dengan Yoona, aku tahu pria ini berasal dari Korea.
Tentu saja tidak. Kakiku semakin sakit. Kulihat sebelah mata kaki kananku memar. Aish, kenapa aku sesial ini. Bukan hanya kakiku yang sakit, tapi celanaku sudah basah terkena air laut. Pria itu mengulurkan tangan, ingin membantuku bangkit. Aku menyerahkan kedua tanganku padanya. Pria itu menarikku bangun. Aku langsung oleng. Sakit sekali. Aku meringis.

“Sorry…sorry…sorry…” ucapnya berulang kali tanpa melepaskan tanganku.

Melihat wajahnya yang penuh penyesalan, kejengkelanku langsung lenyap. Bagaimana mungkin aku memarahi orang yang sudah meminta maaf berulang kali.

“Ne, gwaenchanayo,” jawabku.

“Kau bisa berbahasa Korea?” tanyanya dalam bahasa Korea. Pria itu jelas terkejut. Aku mengangguk. “Apa kita perlu ke rumah sakit? Sepertinya cukup parah?”

“Tidak usah,” Aku segera mengggeleng. Jika aku pergi ke rumah sakit jadwal kerjaku bisa berantakan. Bagaimanapun juga aku harus profesional. Turis ku tak bisa kutinggalkan begitu saja.

“Sungguh? Aku akan mengantarmu?” ucapnya lagi.

Aku mencoba menggerakan kakiku. Nyeri. Tapi aku mencoba memaksakan diri menjejakkan kaki kananku ke pasir dan mencoba menggerakannya lagi. Sepertinya aku masih bisa menahannya. Setidaknya sampai jam kerjaku berakhir hari ini.

“Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja,” ucapku agar pria itu tak terlalu merasa bersalah. Aku mencoba melangkah untuk membuktikan bahwa aku masih bisa berjalan. Aku kembali meringis, tapi aku memaksakan diri berjalan. Pria itu sepertinya tak bisa dibohongi. Wajahnya masih terlihat pias.

“Kyuhyun-ah, kau kemana saja. Ayo, makan siang. Yang lain sudah menunggu!” Seorang pria jangkung berwajah tampan yang sudah sangat kukenal menghampiri kami berdua. Aku terkesima melihat pria itu. Pria itu jauh jauh lebih tampan dibandingkan ketika aku melihatnya di layar TV. Siwon mengenakan kaos putih dan celana pendek.

“Aku baru saja menabrak gadis ini, hyung,” beritahunya.

Aku menoleh ke arah pria yang baru saja menabrakku. Apa pria itu salah satu dari member Super Junior? Kyuhyun, sepertinya aku pernah mendengar namanya. Aku memicingkan mata, mengingat poster Suju ukuran jumbo dikamar Sherly. Ah, aku lupa!

“Omo, bagaimana bisa?” Siwon mendekat.

“Aku tak sengaja. Aku ingin mengantarnya ke rumah sakit, tapi gadis ini bilang dia baik-baik saja.”

“Yeah, I’m fine. Don’t bother,” tegasku lagi. “Apa kau Choi Siwon-ssi?” tanyaku penasaran. Siwon tersenyum lalu mengangguk.

“Ah, benarkah? Senang sekali bertemu denganmu disini?” ucapku.

“Kau benar baik-baik saja?” tanya Siwon ikut khawatir.

Aku mengangguk. “Er…Can I take a picture with you?” mintaku tiba-tiba. Hahaa, ketampanan Siwon telah menyihirku.

Siwon tertawa. “Of course.”

Aku mengambil ponselku. Siwon mengambilnya dan menyerahkannya pada Kyuhyun. Siwon meminta Kyuhyun mengambil foto kami berdua. Siwon berdiri di sampingku lalu merangkul pundakku. Dadaku berdesir hebat. Kyuhyun dua kali mengambil foto kami. Setelah selesai, dia mengembalikannya padaku. Aku berterimakasih pada Siwon.

“Apa kau ingin berfoto bersamaku juga? Mungkin sebagai permintaan maaf?” tawar Kyuhyun.

“Aniyo…tidak perlu. Kamsahamnida,” tolakku sopan. Berfoto dengan Siwon saja sudah cukup untukku. Lagipula aku tak mengenal Kyuhyun, untuk apa aku berfoto bersamanya.
Tawa Siwon langsung meledak. Aku lihat Kyuhyun cemberut.

“Apa kau tak menyesal? Dongsaeng-ku ini paling banyak fans-nya lho,” puji Siwon sambil menepuk bahu Kyuhyun. Kyuhyun makin cemberut.

Aku hanya nyengir lebar. Siwon kembali mengajak Kyuhyun pergi. Sebelum pergi Kyuhyun meminta nomor teleponku. Dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja sampai di rumah. Jika kakiku masih sakit, Kyuhyun memintaku pergi ke rumah sakit, dia yang akan menanggung biayanya. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

****


Jam kerjaku akhirnya selesai juga. Setelah mengantar rombongan turis kembali ke hotel, aku segera meluncur pulang ke kost-an. Aku berjalan tertatih-tatih menuju kamarku. Sherly yang tengah menonton TV menangkapku. Ia segera menghampiriku.

“Feby, kamu kenapa?” tanyanya sambil memperhatikan kakiku yang memar.

“Tadi aku ditabrak orang,” jawabku.

“Ya ampun, nggak punya mata kali ya itu orang. Bisa sampe bengkak begitu.” Sherly jongkok lalu menekan memar di kakiku. Aku langsung menjerit. Kaki kananku memang terlihat bengkak, padahal tadi belum sebesar itu.

“Oops, sorry….” Sherly mendongak sambil nyengir.

“Sakit…” rintihku.

“Udah ke dokter?”

Aku menggeleng.

“Ih, ke dokter aja takut,” komentar Sherly sambil menuntunku masuk ke kamar.

Sherly tahu aku paling ngeri mengunjungi rumah sakit. Entahlah, melihat dokter dengan jas putihnya saja sudah membuatku bergidik.
Sherly mengambil salep memar dan mengoleskannya ke kakiku. Aku meringis. Selagi Sherly mengoleskan salep, aku berpikir untuk memberitahunya tentang pertemuanku dengan member Super Junior yang tak terduga, apalagi aku sempat berfoto dengan salah satu dari mereka.

“Sherly, Kyuhyun itu yang mana ya?” tanyaku.

Tangan Sherly langsung berhenti. Ia menghela nafas. Aku tahu kenapa Sherly bersikap demikian. Sudah berulang kali Sherly mengajariku untuk mengingat wajah-wajah para member Suju. Tapi aku tak pernah bisa mengingatnya. Mereka terlalu banyak. Di mataku wajah mereka sepintas terlihat mirip. Jadi jangan salahkan aku dong. Sherly sering sekali menarikku ke kamarnya. Memberiku les privat. Layaknya seorang guru di depan poster jumbo Super Junior, ia menyebutkan nama-nama member satu persatu dan memintaku untuk mengulangnya. Jika aku salah menyebutkan nama, dia tak segan-segan menjitak kepalaku. Yoona hanya cekikikan disamping kami.

Sherly turun dari ranjang dan keluar dari kamarku. Tak berapa lama dia muncul lagi dengan poster jumbo Super Junior ditangannya. Ah, aku sudah hafal tradisi ini. Sherly menempelkan poster itu di dinding kamarku. Jumlah member di poster itu masih lengkap, 13 orang.  Sherly tak langsung menunjukkan padaku mana yang namanya Kyuhyun, tapi ia menyebutkan nama semua member dimulai dari sebelah kiri; Kibum, Eunhyuk, Shindong, Yesung, Donghae, Siwon, Hangeng, Heechul, Leeteuk, Sungmin, Kang In, Ryeowook, Kyuhyun.
Mataku berhenti pada sosok Kyuhyun. Ya, benar pria yang menabrakku adalah Kyuhyun, member Super Junior. Tiba-tiba saja aku menyesal tadi tak berfoto bersamanya.

“Sherly, tadi aku bertemu dengan semua member Suju,” beritahuku.

“Masa? Aku juga tiap hari ketemu mereka. Bahkan tiap malem ditemenin tidur sama Hyukppa,” ucap Sherly sambil menggulung posternya.

“Ini Suju beneran. Asli. Mereka lagi liburan di Kuta.”

Sherly langsung mendongak “Serius?”

Aku mengangguk. “Aku foto sama Siwon.”

Aku mengambil ponselku dan menyerahkannya pada Sherly. Sherly terbelalak begitu melihat fotoku dengan Siwon. Ia memandangiku dan foto itu berulang kali.  Wajahnya seakan tak percaya.

“Kyaaa, ini Siwon asli? Jadi bener mereka lagi di Bali? Lagi ngapain? Kan mereka nggak ada konser di Indonesia. Feby, kok nggak bilang-bilang. Selain Siwon siapa lagi? Hyukppa…Hyukppa ada disana juga. Kok, nggak ada foto member lain. Donghae, Sungmin, Kyuhyun gimana? Mereka masih di Kuta? Mereka menginap dimana? Ayo kita kesana!” Sherly memberondongku dengan banyak pertanyaan.

Sekarang bukan hanya kakiku yang berdenyut-denyut, kepala juga. Andai saja aku bisa beringsut dengan cepat, sudah kusambar lem perekat di lemari dan menutup mulut Sherly yang berisik. Dibandingkan dengan kebisingan yang diciptakan ke-6 turisku, Sherly jauh lebih berisik. Aduh, bagaimana jika Sherly sampai tahu jika Kyuhyun yang telah membuat kakiku memar. Orang yang barusan ia katai tak punya mata. Aku memijat kepalaku. Sherly mengerlingku.

“Pasti kamu capek. Istirahatlah.” Sherly mengalah. “Tapi beneran yang kamu lihat tadi member Suju?”

Aku melotot pada Sherly. Sherly merengus. Dia mengambil poster Suju dan menentengnya keluar kamarku. Sayup-sayup aku mendengar Sherly menggumamkan kata-kata beruntung. Hari ini aku terlalu lelah meladeni histeria sahabatku. Aku ingin segera istirahat. Aku mengambil handuk dan bersiap mandi. Suara ponselku menghentikan niatku. Aku menyambar ponselku. Sebuah pesan baru.

“Annyeonghaseyo. Jeoneun Kyuhyun imnida. Eotteokeyo? Apa kau pulang dengan selamat? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu?”

Deg, dadaku langsung bergetar. Aku pikir Kyuhyun tak akan menghubungiku. Dia hanya berbasa-basi meminta nomor teleponku. Tiba-tiba serangan kepanikan melandaku. Aku bingung apa yang harus kujawab. Tanganku sedikit bergetar ketika menekan keypad ponselku.

“Aku sudah pulang dengan selamat. Terimakasih sudah mengkhawatirkanku.”

“Oh, syukurlah. Hey, aku lupa menanyakan sesuatu padamu. Siapa namamu?”

“Jeoneun Wanti Febrianti imnida. Kau panggil Feby saja.”

“Baiklah, Feby…” Tulis Kyuhyun.

“Istirahatlah. Jika besok kau masih merasa sakit, kau harus secepatnya menghubungiku.”

Aku tertawa. Kemudian membalas “Jika besok hal itu terjadi tentu saja yang pertama kali kuhubungi adalah dokter.”

“Hahahaa…kau benar. Aku lupa jika aku seorang idola bukan seorang dokter.”

“Aishhh, apa kau sangat bangga dengan statusmu sebagai seorang idola.”

“Tentu saja. Siwon hyung sudah mengatakannya padamu, bukan? Jika aku yang paling banyak fans.”

“Tapi aku tidak didalamnya.”

“Ya, aku tahu kau mengidolakan Siwon hyung. Menyebalkan sekali, kenapa aku selalu kalah darinya. Sebenarnya apa yang dilihat para gadis-gadis darinya. Dia tak selalu tampan. Percayalah padaku!”

Aku tertawa. Obrolan kami semakin mengalir dan aku sampai lupa rencana awalku untuk mandi. Aku semakin terhanyut oleh joke-joke ringan yang Kyuhyun lempar. Ternyata ia sangat menyenangkan. Rasanya kami seperti dua orang yang telah lama saling kenal. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 02.10 dini hari. Aku menguap lebar. Kurasa Kyuhyun juga sudah mengantuk. Pesan terakhirnya berbunyi “Tidurlah. Jaljayo.” Aku langsung terlelap tidur tanpa mandi terlebih dahulu.

****


Saat membuka mata, hal pertama yang kukerjakan adalah menggerakkan kaki kananku. Kakiku masih kaku untuk digerakannya dan masih terasa nyeri. Tapi sepertinya salep yang dioleskan Sherly lumayan manjur. Kakiku tak terlalu sakit sekarang.
Hari ini aku masih bertugas menjadi tour guide. Jadwal kami ke Tanah Lot. Aku mengecek ponselku. Sudah ada 2 pesan baru.

“Selamat pagi! Apa kau tidur dengan nyenyak? Bagaimana kakimu? Apa masih sakit? Pergilah ke dokter!”

“Kau tak membalas pesanku. Kau sedang apa?”

Aku melihat waktu pengiriman pesan itu. Kyuhyun mengirim pesan ketika aku sedang mandi. Jarak kedua pesan itu hanya berselang 5 menit. Hahaa… apa dia benar-benar tak sabar menunggu balasanku? Hatiku merekah.
Aku cepat-cepat membalas pesannya.

“Selamat pagi!”

“Ku bilang kau tak usah terlalu mengkhawatirkanku. Aku masih bisa bekerja hari ini. Jadi artinya aku baik-baik saja. Aku sudah membalas kedua pesanmu, kan?”

Aku mengiriminya dalam 2 buah pesan. Jadi sekarang kami impas. Tak berapa lama muncul pesan darinya.

“Syukurlah…Aku tak bisa berhenti memikirkanmu. Kau bekerja dimana?”

“Aku seorang tour guide. Hari ini aku akan pergi ke Tanah Lot.”

“Benarkah? Wah, jika aku tahu pasti aku mau kau menjadi tour guide-ku. Jam berapa kau pulang kerja? Bisakah aku memakai jasamu? Kami disini masih 3 hari lagi.”

“Wah, sayang sekali. Aku tidak bisa. Aku sudah punya schedule untuk 4 hari ini.”

“Malam hari sepulang kerja apa tak bisa?”

“Memangnya kalian ingin diantar kemana?”

“Aniyo…aniyo… hanya aku saja. Hyungdeul-ku tak memerlukan guide.”

“Omo, aku terlambat. Aku harus menjemput turis-turisku.” Aku menulis cepat setelah tak sengaja melirik jam di dinding kamarku. Aku bergegas menyambar tas dan buru-buru pergi. Kakiku yang nyeri tak kurasakan lagi. Sherly dan Yoona masih asyik sarapan. Mereka berteriak memintaku sarapan dulu. Aku berteriak tak sempat. Di tengah usahaku mencapai hotel, aku sempat membuka pesan Kyuhyun yang baru masuk.

“Selamat bekerja. Ingat nanti malam hubungi aku.”

****


Setelah mengantar turis domestik ku ke Tanah Lot dan menikmati keindahan dasar laut lewat kapal selam di Odyssey Submarine, aku pulang ke kost-an dengan tubuh letih. Beruntung aku tak pulang terlalu larut, masih pukul 08.30. Aku menjatuhkan tubuhku di sofa. Sherly dan Yoona tengah asyik menonton TV. Sherly beringsut mendekatiku. Dari gelagatnya aku tahu dia pasti ingin melanjutkan obrolan kami kemarin malam. Dia masih penasaran dan ingin menginterogasiku mengenai Super Junior. Yoona sepertinya sudah diceritakan oleh Sherly. Dia senyum-senyum saja sedari tadi. Untunglah Yoona tak ikut heboh seperti Sherly kemarin malam. Jika tidak bagaimana aku bisa menghadapi mereka berdua? Kemarin saja kepalaku langsung pening. Sherly pasti akan menanyakan dimana Suju menginap? Sampai kapan mereka di Bali? Dan sepertinya aku akan terpaksa berbohong. Aku bukan bermaksud membohongi mereka, tapi nyatanya memang aku benar-benar tak tahu dimana para member menginap. Aku tak pernah bertanya pada Kyuhyun. Aku belum mau menceritakan pada Sherly bahwa aku menyimpan nomor telepon salah satu member Suju. Jika dia tahu, pasti Sherly akan menghubungi Kyuhyun dan bisa-bisa dia meneror Kyuhyun tiap hari. Aku sedang menikmati hubunganku yang wajar dengan Kyuhyun tanpa memandang status idolanya. Tapi melihat wajah Sherly, aku tak tega. Mianhae, Sherly.

“Feby, kaki kamu udah baikan?” tanya Sherly berbasa-basi.

Yoona menoleh ke arah kakiku “Masih bengkak. Apa perlu ke dokter?”

Aku menggeleng. “Udah mendingan kok.”

“Feby, Suju masih di Bali nggak?” tanya Sherly perlahan.

“Aku nggak tahu. Aku juga nggak tahu mereka menginap dimana. Aku rasa mereka udah balik ke Korea,” jawabku.

Sherly menghembuskan nafas. “Iya, pasti mereka kesini cuma buat pemotretan. Nggak ada beritanya sama sekali.”

Yoona manggut-manggut.

“Arghhh, Feby kamu beruntung sekali….!!!” Sherly mengguncang-guncang tubuhku. Aku tertawa. Sherly turun ke lantai, duduk dekat Yoona yang tengah asyik menjelajah internet.

“Jahatnya Hyukppa nggak bilang-bilang sama aku mau ke Bali. Dateng nggak pamitan, pulang juga nggak pamitan,” seru Sherly kesal.

Tiba-tiba aku teringat pesan terakhir Kyuhyun. Kyuhyun meminta kami bertemu malam ini. Aku mengambil ponselku. Aku ragu-ragu untuk mengirim pesan padanya. Aku mulai mengetik sebuah pesan. Belum sempat kukirim, ponselku berdering. Bukan bunyi pesan, melainkan panggilan telepon. Dan Kyuhyun yang meneleponku. Aku tertegun. Lama kupandangi layar ponselku dalam diam. Sherly dan Yoona menoleh ke arahku. Mereka mulai terganggu dengan suara ponselku. Aku cepat-cepat masuk ke dalam kamar, tanpa mengangkat ponselku. Sepintas ekor mataku sempat menangkap Sherly dan Yoona saling pandang.
Setelah menutup pintu dan memastikan tak ada yang menguping, aku menjawab teleponku.

“Ha...Hallo..” aku sedikit tergagap. Semoga saja Kyuhyun tak menangkap suaraku yang bergetar.

“Hallo, apa kau masih bekerja? Lama sekali kau mengangkat teleponku,” suara Kyuhyun disana terdengar merdu.

“Mianhae. Aku baru saja pulang.”

“Apa kau tidak lelah malam ini?”

“Aniyo. Memangnya kau ingin pergi kemana?” tanyaku.

“Yaaa, kau kan tour guide. Seharusnya aku yang bertanya padamu?”

Aku terkekeh. “Baiklah, bagaimana jika kita pergi minum kopi saja. Aku punya tempat minum kopi yang enak. Itupun jika kau mau.”

“Tentu saja aku mau,” sahut Kyuhyun riang.

****


Aku menjemput Kyuhyun di depan hotelnya. Kyuhyun menginap di hotel dekat pantai Kuta. Setelah itu aku mengajaknya ke kafe yang kumaksud. Kafe itu buka sampai larut malam. Aku sering pergi kesana jika sedang mengerjakan tugas kuliahku atau jika aku sedang penat dengan tugas kuliah maupun pekerjaanku. Hanya sekedar minum secangkir kopi atau mengobrol dengan pemilik Kafe, Putu Arya. Aku cukup dekat dengannya. Kadang aku mendapat secangkir kopi atau satu slice blueberry cheesecake gratis. Kafe itu tak terlalu ramai oleh pengunjung, hanya weekend saja. Makanya aku memutuskan membawa Kyuhyun kesana. Aku yakin tak akan ada orang yang mengenalinya atau ada ELF yang nyasar tengah malam kesana. Aku mencari kursi di pojok ruang. Tempatnya agak tersembunyi. Kyuhyun duduk menghadap tembok. Aku pergi memesankan minuman untuk kami berdua.

“Malam, Bli!” Aku menyapa Bli Arya yang tengah meracik kopi. Bli Arya mendongak.

“Nto demenane?*” tanya Bli Arya sambil mengerling Kyuhyun. *itu pacar kamu?

Aku tergelak. “Teen, wantah semeton tiang,” jawabku. *bukan, hanya teman.

Bli Arya manggut-manggut. Aku memesan 2 cangkir coffee latte dan 2 strawberry pie. Setelah itu aku membawanya sendiri ke meja Kyuhyun.

“Sepertinya kamu sangat akrab dengan pemilik kafe?” tanya Kyuhyun.

Aku tersenyum. “Tentu saja. Jika aku bisa mendapatkan secangkir kopi gratis, bukankah sangat baik jika aku berteman dengannya. Bli Arya juga orang yang sangat menyenangkan.”

Kyuhyun cemberut. “Pendapatmu tentangnya membuatku tak nyaman.”

“Yaaa, apa kau mau bilang jika kau cemburu padanya?”

“Bagaimana jika iya,” tantang Kyuhyun.

Aku langsung terdiam. Aku tak tahu harus menjawab apa. Aku buru-buru menarik cangkir kopiku dan menyesap kopi yang masih panas. Lidahku serasa terbakar.

“Kopi itu masih panas,” celetuk Kyuhyun.

Aku nyengir.

“Bagaimana kakimu?” tanyanya.

“Sudah baikan. Kau kan lihat aku masih bisa berjalan.”

“Tapi jalanmu masih pincang. Pasti masih sakit?”

“Sedikit.”

“Mianhae…”

Aku tertawa. “Kau sudah mengucapkannya puluhan kali dan aku sudah bosan bilang padamu bahwa aku baik-baik saja.”

“Aku tak ingin kau terluka. Itu sangat menderita.”

Aku terdiam. Saat tengah mengantar turisku tadi, aku sempat mencari tahu tentang Super Junior di internet, terutama Kyuhyun. Aku tertarik pada berita tentang kecelakaan hebat yang menimpa anggota Super Junior yang terdiri dari Leeteuk, Eunhyuk, Shindong dan Kyuhyun pada tahun 2007. Leeteuk dan Kyuhyun yang mendapat luka serius. Bahkan Kyuhyun harus tinggal di rumah sakit selama 78 hari. Pantas saja, Kyuhyun selalu mengecek kondisiku. Padahal aku hanya mendapatkan luka memar. Bandingkan dengan luka yang didapatnya akibat kecelakaan itu. Kyuhyun mengalam patah tulang dan pendarahan di paru-parunya. Aku langsung bergidik membayangkan situasi kala itu. Melihat Kyuhyun di depanku sehat wal-afiat, aku bersyukur sekali.

Malam itu aku menghabiskan waktu dengan mengobrol banyak hal dengan Kyuhyun. Kyuhyun menceritakan masa kecilnya, impiannya menjadi seorang penyanyi dan perjuangannya meraih impiannya itu. Aku menyimak semua ceritanya dengan antusias. Kyuhyun juga menanyakan keluargaku, kuliahku dan pekerjaanku. Aku semakin tertarik dengan kepribadiannya yang hangat.

Malam berikutnya, aku dan Kyuhyun kembali datang ke kafe ini lagi. Rasanya obrolan kami tak ada habisnya. Ada saja hal-hal menarik yang menjadi topik obrolan kami. Hingga akhirnya ia berkata bahwa besok dirinya dan hyungdeul-nya akan kembali ke Korea. Liburan mereka telah usai. Aku sedikit kecewa. Aku menyukai kebersamaan kami. Aku masih ingin bertemu dengannya. Rasanya aku tak rela melepasnya pergi.

Aku pulang dengan raut wajah sedih. Aku masih memikirkan rencana kepulangan Kyuhyun. Walaupun Kyuhyun berjanji tak akan melupakanku, tetap menjaga komunikasi kami, tapi aku tak yakin. Dia seorang artis dengan seabrek kegiatan. Disana tentu saja banyak yeoja yang ingin berteman dengannya. Jika begitu apakah dia masih akan mengingatku?

****


Aku tak bersemangat kerja. Rasanya malas sekali bangun dari tempat tidurku. Hari ini terakhir aku mengantar turisku dan hari terakhir aku bertemu dengan Kyuhyun. Arghh, apa aku bisa bertemu dengan Kyuhyun. Jadwalku hari ini sampai jam 3 sore, sedangkan Kyuhyun akan pergi jam 10 pagi. Aku menjejalkan kepalaku ke bawah bantal. Ponselku bordering. Kyuhyun meneleponku.

“Annyeong! Apa kau sudah bangun?”

“Sudah,” jawabku.

“Hari ini kau masih bekerja?”

“Ne, hari ini terakhir.”

“Besok kau bebas?”

“Hmm, aku hanya ke kampus sebentar mengantarkan tugas kuliahku.”

“Bagus sekali. Bisakah kau menemaniku seharian?”

Mataku langsung terbelalak. Kantuk yang tadi masih menyerangku mendadak hilang. “Maksudmu?”

“Aku menunda kepulanganku. Jadi kita punya waktu bersenang-senang seharian. Kau mau, kan?”

“Benarkah?” Mataku berbinar-binar.

Aku langsung melonjak kegirangan. Tugasku terakhirku mengantar rombongan turis kujalani dengan penuh semangat. Pukul 3 sore, aku mengantar mereka ke Bandara Ngurah Rai. Ke-6 gadis SMU itu mendekatiku. Mereka secara bergiliran menyalamiku dan mengucapkan terimaksih. Whoaa, aku tak menyangka mereka sesopan itu. Selama menemani turisku, aku lebih banyak mengobrol dengan yang lain. Gadis-gadis itu terlihat sibuk dengan kelompok mereka sendiri. Dan yang membuatku terharu, Fira sebagai perwakilan menyerahkan sekotak hadiah untukku. Fira berkata hadiah itu kenang-kenangan dari mereka berenam. Aku mengucapkan terimakasih banyak dan serasa sekarang aku memilik 6 orang adik. Rombongan yang lain juga menyalamiku. Lalu kami saling mengucapkan selamat tinggal. Aku berharap mereka puas dan pengalaman selama berlibur di Bali menjadi kenangan yang tak terlupakan.

****


Pukul lima pagi aku sudah bangun. Aku tak bisa memejamkan mataku lagi. Perutku keram. Memikirkan acara kencanku dengan Kyuhyun membuat dadaku berdebar-debar. Aku memutuskan mengirim pesan untuk Kyuhyun.

“Aku tidak bisa tidur lagi. Apa yang harus kulakukan?”

“Hahaa, kau juga. Dari tadi aku ingin menghubungimu, tapi aku takut kau masih tidur.”

“Kau mau kan bertemu dengan kedua sahabatku?”

“Tentu saja.”

Semalam akhirnya aku menceritakan hubunganku dengan Kyuhyun pada Sherly dan Yoona. Sherly memekik keras setelah aku menceritakan kronologis bagaimana aku bisa mengenal Kyuhyun dan akhirnya berteman dengannya. Seperti biasa Sherly memberondongku dengan banyak sekali pertanyaan. Tapi untunglah Sherly dan Yoona mendukung hubunganku dengan Kyuhyun. Mereka malah kompakan memintaku berpacaran dengan Kyuhyun. Katanya mereka akan sangat bangga memiliki sahabat yang bisa memacari salah satu member Suju. Tentu saja aku tertawa dengan pikiran gila sahabatku. Berteman dengan Kyuhyun saja sudah merupakan anugerah bagiku. Aku tak mengharapkan hubungan yang lebih.  Ya, walau jauh di lubuk hatiku, aku mulai menyukai Kyuhyun. Tapi aku sadar diri. Aku hanya akan menjadi bagian sesaat untuk Kyuhyun. Aku hanya orang yang akan ia kenang ketika berbagi cerita dengan orang lain. Setelah Kyuhyun kembali ke Korea, aku tak yakin hubungan kami akan terus berlanjut.

****


Aku menarik Kyuhyun masuk ke dalam rumah. Sherly dan Yoona sudah menunggu kami dengan wajah tegang. Syukurlah Sherly dan Yoona bisa bersikap ‘normal’ ketika ku kenalkan dengan Kyuhyun. Padahal aku bisa merasakan Sherly ingin sekali meloncat ke pelukan Kyuhyun. Oh, jangan Sherly. Kyuhyun is mine.
Untuk menyambut kedatangan Kyuhyun, Sherly mau berbaik hati membuatkan nasi goreng untuk kami semua. Kyuhyun menyukai nasi goreng buatan Shery yang memang terkenal enak. Walau terlihat Kyuhyun agak kepedasan. Setelah selesai makan, dengan malu-malu Sherly menyodorkan poster jumbo Suju meminta Kyuhyun menandatanganinya. Yoona juga tak mau kalah. Ia menyodorkan kaos bergambar Suju untuk ditandatangani Kyuhyun. Sherly dengan wajah memelas meminta dua permintaan lagi. Ia menyerahkan kertas kosong meminta Kyuhyun menuliskan sesuatu disana. Sherly menitipkan boneka Teddy Bear dan meminta Kyuhyun menyerahkannya untuk Eunhyuk. Kyuhyun dengan senang hati meladeni permintaan kedua sahabatku. Setelah acara tanda tangan selesai, aku bertugas jadi juru foto. Mereka asyik berfoto bersama Kyuhyun tanpa memberiku kesempatan sekalipun berfoto bersama Kyuhyun. Aishhh…..

****


Aku pergi bersama Kyuhyun ke Bedugul. Suasana pegunungan yang sejuk membuatku merasa nyaman. Kyuhyun menarik tanganku. Ia menggandengku selagi kami menikmati indahnya pemandangan danau Beratan.

“Menyenangkan sekali jika kita bisa setiap hari seperti ini,” ucap Kyuhyun.

Aku tersenyum. “Semua turis juga menyukai suasana alam Bedugul.”

“Aniyo. Denganmu,” koreksi Kyuhyun sambil menoleh padaku. “Aku ingin bersama denganmu. Setiap hari melihatmu, mendengar suaramu, membuatmu tertawa.”

Aku menunduk. “Kau tahu kan itu tidak mungkin. Besok saja kau harus sudah kembali ke Korea.”

“Maukah kau tak menyerah padaku? Maukah kau tak marah jika aku satu atau dua hari tak membalas pesanmu? Bisakah kau bersabar menunggu teleponku? Saranghae…” Kyuhyun menyatakan cintanya padaku.

Aku cukup terkejut. Kami baru mengenal beberapa hari. Bisakah cinta datang dengan begitu cepat? Aku terdiam menatap mata Kyuhyun. Rasanya aku menemukan ketulusan didasar matanya yang bening. Dan aku ingin mempercayainya. Perlahan aku mengangguk. Kyuhyun tersenyum lebar. Tiba-tiba saja tanpa meminta izinku, tanpa memberiku persiapan Kyuhyun menciumku. Seketika itu juga aku langsung lemas. Lututku bergetar hebat. Kyuhyun tertawa keras menyadari tubuhku yang gemetaran. Dia menangkap tubuhku. Aishh, aku menutup wajahku saking malunya. Kyuhyun malah memelukku.

“Kau jangan macam-macam disini. Berjanjilah jika ada pria lain yang menabrakmu dan meminta nomor teleponmu, jangan kau berikan!”

Aku tertawa. Mencubit pingganggnya dengan keras. Kyuhyun meringis.

“Kau juga. Akan banyak gadis-gadis disana yang mengejarmu. Awas kalau kau sampai macam-macam dibelakangku.”

“Oh, itu sudah nasibku. Aku sudah ditakdirkan terlahir dengan banyak penggemar. Jadi kau beruntung memiliki kekasih sepertiku.”

“Aku rasa kau yang seharusnya lebih beruntung. Jika kau tak menabrakku, kau tak akan menemukan gadis cantik di Bali.”

Kyuhyun tergelak. Kami berpelukan semakin erat. Detik berikutnya kami kembali berciuman.


___THE END___

Senin, 13 Februari 2012

Sinopsis Secret Agent Miss Oh (My Country Calls/Call of The Country) Episode 8

Ha Na mengiringi Do Hoon ke Universitas Yong In untuk menghadiri Pameran Barang Antik. Jin Hyuk dan Eun Seo yang tahu Do Hoon akan mengadakan pertemuan rahasia dengan Geun Bae segera menyusul kesana. Mereka membagi tugas. Jin Hyuk bertugas mencari keberadaan Ha Na yang kehilangan kontak karena receptor miliknya yang berupa kalung disita Do Hoon. Sedangkan Eun Seo mencari Geun Bae. Mereka berniat menggagalkan pertemuan itu. Eun Seo cukup kesulitan menangkap Geun Bae yang mencoba melawan. Aksi mereka hampir kepergok oleh Do Hoon. Sementara Ha Na sibuk mengalihkan perhatian Do Hoon, Eun Seo berusaha melumpuhkan Geun Bae. Eun Seo menutup mulut Geun Bae yang berisik dan segera menghubungi Jin Hyuk.

Do Hoon mendengar ada keributan di dekat mereka. Tak ada cara lain, Ha Na menyudutkan Do Hoon ke tembok. Do Hoon jelas ngeri melihat 'serangan' Ha Na.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku ingin lebih dekat denganmu," jawab Ha Na panik.
"Apa kau gila?" Do Hoon meradang.
Do Hoon gantian menyudutkan Ha Na ke tembok.
"Sekretaris Kim, siapa yang mengirimmu? Katakan yang sebenarnya dan aku akan membiarkanmu pergi. Aku tahu segalanya bahkan tanpa kau mengatakannya padaku. Ayahku yang mengirimmu, kan? Dia menginginkan kita menikah? Itulah mengapa kau mencoba mendekatiku?" terka Do Hoon. Ha Na hanya bisa pasang tampang bengong dengan jalan pikiran Do Hoon yang jelas salah tebak.
"Pantas aku selalu merasa sesuatu sedang terjadi. Seharusnya aku menyadari ini ketika kau mengatakan pada ayahku mengenai schedule kerjaku dan kau terus mengoceh tentang betapa anggota keluarga harus jujur satu sama lain."
"Direktur, bukan seperti itu..." Ha Na mencoba mengklarifikasi.
"Apa?"
"Aku tak mengenal Presdir Han Tae Shik. Dan aku tak berencana menikah denganmu."
"Kau tak memiliki rencana seperti itu hanya karena kau tak ingin melangkahi batasanmu. Aku mengagumi cara berpikirmu."
"Aku akan mempertahankan cara berpikir ini sampai akhir. Jika kau telah selesai dengan urusan bisnismu, mari kita pergi sebelum kita terjebak macet," ajak Ha Na cepat-cepat.
Do Hoon menolak. Ia mengatakan masih ada urusan dengan seseorang dan meminta Ha Na menunggunya.


Setelah Do Hoon pergi, Ha Na bergegas menghampiri Eun Seo. Eun Seo lengah ketika Ha Na memanggilnya. Saat Eun Seo menoleh, Geun Bae mendorongnya hingga terjatuh. Malangnya kepala Eun Seo menghantam batu. Eun Seo tak sadarkan diri. Kepalanya berdarah. Geun Bae langsung kabur. Ha Na panik melihat Eun Seo yang jatuh pingsan. 


Do Hoon menunggu orang kiriman Joo Soo Young di dalam mobil. Geun Bae masuk ke dalam mobil Do Hoon dengan terburu-buru. Do Hoon tak mengenali Geun Bae. Setelah menyebut nama Joo Soo Young, Geun Bae meminta mereka segera pergi dari sana.


Ha Na masih dalam kepanikan. Jin Hyuk muncul. Jin Hyuk terkejut melihat Eun Seo yang terluka. Jin Hyuk segera menggendong Eun Seo ke dalam mobilnya. Karena panik, Jin Hyuk sampai lupa mengajak Ha Na. Ha Na hanya berdiri mematung sambil memandangi mobil Jin Hyuk yang semakin menjauh. Jin Hyuk baru sadar ketika melirik kearah kaca spion.



Geun Bae menyerahkan sebuah kunci pada Do Hoon atas perintah Joo Soo Young. 
"Nomor security box-nya 0688. Barang itu tersimpan di Samsung Gold Shop di Dae Eun Bank. Kau harus mendapatkan itu dalam waktu satu minggu. Atau orang lain akan mengambilnya. Dia memintaku untuk menyampaikan pesan ini padamu," beritahu Geun Bae.


Jin Hyuk membawa Eun Seo ke rumah sakit. Dokter mengatakan En Seo tak mengalami luka serius. Ketika Jin Hyuk hendak pergi, Eun Seo menahan tangannya.
"Kau akan baik-baik saja, Eun Seo," ucap Jin Hyuk.


Do Hoon tampak berpikir serius di kantornya sambil memegang kunci pemberian Geun Bae. Ketika hendak pulang, Do Hoon melihat ponsel dan tas Ha Na yang tergeletak di meja kerjanya. Do Hoon baru sadar telah meninggalkan Ha Na di Universitas Yong In.


Tak membawa tas dan ponselnya, Ha Na lari ke pos security. Untungnya security disana berbaik hati mau membagi makan malamnya dengan Ha Na. Ha Na kesal karena semua orang melupakannya dan meninggalkannya sendirian.


Jin Hyuk mendapat kabar jika Ha Na belum kembali ke safe house. Jin Hyuk yakin Ha Na masih ada di Universitas Yong In. Karena khawatir, Jin Hyuk berniat menjemput Ha Na. Di luar koridor rumah sakit, Jin Hyuk berpapasan dengan Sin Gi Joon yang hendak menengok Eun Seo. Jin Hyuk meminta Sin Gi Joon menjaga Eun Seo. Sin Gi Joon mulai khawatir jika Jin Hyuk menaruh perasaan pada Ha Na. Jin Hyuk  menyangkal dan menegaskan jika dirinya hanya merasa bertanggungjawab pada Ha Na.


Ha Na berdiri mematung di halte bus menunggu taksi. Sebuah mobil datang ke arah Ha Na dan membunyikan suara klakson. Ha Na terkejut, terlebih lagi melihat pria yang turun dari mobil adalah Do Hoon. Secara bersamaan, Jin Hyuk juga baru saja sampai. Jin Hyuk menepi dan mengawasi mereka dari dalam mobilnya.

Do Hoon menghampiri Ha Na.
"Apa kau menungguku sepanjang waktu? Aku tak mengira jika kau sebodoh ini. Tidak bisakah kau naik taksi?" tanya Do Hoon.
"Aku tak membawa ponselku, karena seseorang meninggalkanku disini," sindir Ha Na.
"Tidak bisakah dia fleksibel sedikit ketika keadaan mengharuskannya bertindak seperti itu," gumam Do Hoon lebih kepada dirinya sendiri. "Tidak tahukah kau betapa bahayanya untukmu menunggu disini? Kau akan pergi kemana jika aku tak menjemputmu?"
"Kau benar. Gomapseumnida," ucap Ha Na.
Do Hoon ini tipe orang yang tidak bisa membiarkan orang lain punya hutang budi. Maka dari itu sebagai ucapan terimakasih, Do Hoon meminta Ha Na yang gantian menyetir.

Ha Na masih terlihat kesal. Do Hoon yang mengira Ha Na belum makan, mengajaknya makan malam. Mereka makan udon seafood dengan porsi yang cukup besar. Ha Na sampai terbengong-bengong.
"Mengapa tak ada customer lain?" Ha Na merasa aneh karena di restoran itu hanya ada mereka berdua dan disamping mereka para koki dan pelayan berdiri berjejer dengan muka kaku.
"Ini masih jam kerja. Makanlah!" pinta Do Hoon.
"Ngomong-ngomong mengapa kau kembali?" tanya Ha Na.
"Kalung itu. Kau harus mengembalikannya, kan?" elak Do Hoon.
"Aku bukan apa-apa dibandingkan dengan kalung," keluh Ha Na kesal.


Jin Hyuk masih mencemaskan Ha Na. Jin Hyuk merenungkan ucapan Sin Gi Joon yang mempertanyakan perasaanya pada Ha Na. Namun Jin Hyuk berusaha menyangkalnya.
Jin Hyuk kembali ke safe house. Memeriksa kamar Ha Na dan mendapati Ha Na belum juga kembali. Jin Hyuk mencoba menghubungi ponsel Ha Na, tapi sayangnya mailbox.


Ha Na kembali berterimakasih atas kebaikan Do Hoon yang telah menjemputnya. Tentu saja Do Hoon meminta imbalan. Sebagai ucapan terimakasih Do Hooon meminta Ha Na agar memperlakukannya lebih baik lagi.


Karena mengkhawatirkan kondisi Eun Seo, Ha Na pergi ke rumah sakit. Eun Seo sendirian. Agent yang bertugas menjaganya baru saja pulang.
"Apa kau sudah menemukan hal-hal yang mencurigakan mengenai Han Do Hoon?" tanya Eun Seo.
"Belum, aku tak menemukan apa-apa," jawab Ha Na.
"Kita jangan terlalu yakin. Kita tak pernah tahu kapan dia akan berhubungan dengan Lee Geun Bae lagi. Tolong waspadalah!" Perintah Eun Seo.
"Tapi aku merasa sedikit jahat pada dia. Dia tak terlihat seperti pria jahat dimataku," komentar Ha Na.
"Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu seperti kau tahu bahwa dia bertemu dengan Lee Geun Bae?" seru Eun Seo kesal dengan pendapat Ha Na mengenai Do Hoon.
"Siapa yang tahu apakah dia benar-benar bertemu dengan Lee Geun Bae. Kita baru bisa menangkapnya jika kita memiliki bukti yang nyata." Ha Na terlihat membela Do Hoon.
"Oh Ha Na-ssi, biarkan aku memberimu nasehat. Tolong cobalah kontrol emosimu mulai dari sekarang. Tolong jangan biarkan perasaan pribadimu menghalangi misi kita. Aku menasehatimu sebagai orang yang sudah melalui hal itu sebelumnya. Jika kau tak bisa memisahkan perasaan pribadimu dengan pekerjaanmu yang bisa membuatmu terjerat dalam kekacauan, kau harus membuang keduanya," nasehat Eun Seo.
"Karena kau telah melaluinya sekali, aku kira kau hanya tak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi. Tapi aku ucapkan terimakasih untuk nasehatmu. Aku pergi." Ha Na jelas tak menyukai ucapan Eun Seo. Diluar Ha Na menggumamkan kekesalannya. Eun Seo sama sekali lupa mengucapkan terimakasih padanya. 


Pulang ke safe house, Ha Na langsung mendapat omelan dari Jin Hyuk. 
"Oh Ha Na-ssi, kemana saja kau baru kembali sekarang? Kau membawa tas, kau membawa ponsel. Mengapa kau tak menghubungiku? Tidakkah kau berpikir ada seseorang menunggumu? Kau bukan anak kecil. Mengapa kau membuat orang lain mengkhawatirkanmu?"
"Aku minta maaf. Karena Leader Tim Choi terluka, aku mengabaikanmu. Kau pulang terlambat. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Bagaimana kau bisa sampai ke rumah? Bukankah seharusnya kau bertanya seperti ini dulu padaku? Sejujurnya aku berharap kau datang menjemputku. Jadi aku menunggu disana. Seperti yang kita obrolkan waktu itu. Meskipun kita tidak berbagi hubungan spesial atau apapun, kita adalah partner. Apalagi kita telah melalui banyak hal sampai saat ini. Apa itu akan berakhir seperti ini?" ucap Ha Na sedih.
Emosi Jin Hyuk langsung lenyap. Jin Hyuk merasa bersalah. "Jika kau menunggu sedikit lagi...."
"Eh?" sahut Ha Na.
"Lupakan. Sudahkah kau makan?" tanya Jin Hyuk lirih.
"Makan?"


Jin Hyuk mengajak Ha Na ke kedai udon. Ha Na mengeluh karena harus makan udon lagi. Ha Na protes pada Jin Hyuk yang selalu mentraktirnya makan udon (sebenernya makanan murah meriah yang Ha Na maksud, hehe...). Perut Ha Na sudah penuh. Akhirnya Ha Na mengaku pada Jin Hyuk jika itu adalah makan malamnya yang ketiga. Tapi karena Ji Hyuk sudah berbaik hati mentraktirnya, Ha Na merasa harus menghabiskan udon-nya. Jin Hyuk segera melarangnya. Jin Hyuk berjanji akan mentraktir Ha Na lagi lain kali.
"Kapan kau akan mentraktirku lagi?" sambar Ha Na segera. "Motto hidupku adalah ketika seseorang mengatakan akan mentraktirku, dia harus segera mengatur waktunya. Bagaimana jika besok malam?"
"Baiklah," jawab Jin Hyuk.
Ha Na tersenyum senang.
"Kemana kau tengah malam pergi bersama Han Do Hoon?" tanya Jin Hyuk.
"Bagaimana kau tahu aku bersama Direktur? Aku tak yakin kau datang menjemputku. Kau melacak keberadaanku lagi?" tanya Ha Na curiga.
"Aku tak melakukan hal itu," jawab Jin Hyuk tertawa.
"Aku menangkapmu disini. Aisshhh, aku sedikit terganggu selalu berada dibawah pengawasan 24 jam sehari. Apa kau ingin melakukan hal itu juga? Ngomong-ngomong mengapa kau ingin tahu apa yang kami lakukan? Aku akan mengatakan padamu apa yang kami lakukan. Sebagai gantinya, bisakah kau mengatakan padaku kejahatan apa yang Direktur lakukan? Dia terlihat seperti orang bodoh dimataku. Apa dia menjual barang-barang bersejarah negara pada Joo Soo Young?" tanya Ha Na penasaran.
"Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Jangan men-judge orang dari penampilannya. Jangan terlalu ingin tahu tentang Han Do Hoon dan jangan bertanya. Aku akan menceritakan padamu jika sudah waktunya," ingat Jin Hyuk.
"Araseyo, aku akan menunggu." Ha Na mengerti dan tak bertanya lagi.


Ha Na kekenyangan karena terlalu banyak makan. Jin Hyuk membantu Ha Na dengan pengobatan tradisional Korea yaitu menusuk jari untuk mengeluarkan darah kotor. Ha Na ketakutan karena Jin Hyuk sama sekali belum pernah melakukan itu sebelumnya. Jin Hyuk meminta Ha Na percaya saja padanya. Tanpa memberi persiapan pada Ha Na, Jin Hyuk langsung menusuk jari Ha Na. Alhasil Ha Na berteriak kesakitan. LOL


Ha Na menghubungi ibunya. Ahjumma penyewa rumah telah pindah. Ha Na bertanya pada ibunya apakah sudah mendapat penyewa baru. Ibu Ha Na meminta Ha Na tak usah memikirkan hal itu.  Ibu Ha Na yakin jika penyewa rumah akan segera datang. Ibu Ha Na menanyakan perkembangan hubungan Ha Na dengan Jin Hyuk.
"Semuanya lancar," jawab Ha Na.
"Toko fried chicken-nya atau Leader Tim Go?" tanya Ibu Ha Na.
Ha Na kebingungan menjawab pertanyaan ibunya. Ha Na segera mengakhiri percakapan dengan berkilah jika dirinya lelah dan ingin tidur. 

Setelah itu, Ha Na terserang insomnia sampai pagi. Ha Na stress karena sadar dirinya mulai tertarik pada Jin Hyuk bukan toko fried chicken yang dulu menjadi alasannya mendekati Jin Hyuk.


Pagi-pagi, Joon Min mendatangi kamar Ha Na. Joon Min memberikan kamera dan microphone baru berbentuk bros pada Ha Na. Joon Min yakin jika Do Hoon tak akan mengusik bros yang dipakai Ha Na. Bros itu merupakan koleksi mahal, sudah pasti Do Hoon akan menyukainya. Ha Na kembali kesal karena Jin Hyuk tak mengantarnya kerja. Jin Hyuk pergi ke rumah sakit untuk menjemput Eun Seo.


Eun Seo meragukan kredibilitas Ha Na mengingat perbincangan mereka kemarin malam. Jin Hyuk meminta Eun Seo untuk saling percaya, karena mereka bekerja dalam satu tim.
"Sunbae, kau mempercayai Oh Ha Na? Secara pribadi?" tanya Eun Seo.
"Aku tak suka mendiskusikan hal ini denganmu," sahut Jin Hyuk.
"Aku sudah tahu. Sikapmu sangat berbeda akhir-akhir ini, Sunbae? Selain semua hal yang berhubungan dengan Oh Ha Na, sepertinya kau tak melihat yang lain. Aku tak ingin perasaan pribadimu dan kasih sayangmu mempengaruhi kedisplinan tim kita. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi," ucap Eun Seo tegas.
"Itu tak akan terjadi," janji Jin Hyuk.
"Kau yakin? Keyakinan dimana tak peduli pada apapun yang terjadi dengan Ha Na, apa kau akan mampu menangani itu dengan tenang? Apa kau benar-benar yakin bisa melakukan itu?"
Jin Hyuk diam saja. Ia tampak berpikir.
"Jika kau tak yakin, jangan memulai apapun. Ini yang terbaik untuk semua orang. Tiga tahun yang lalu kau memulai tanpa punya keberanian dengan perasaanmu sendiri. Kita berdua, berakhir seperti ini, bukan?" ucap Eun Seo lalu meninggalkan Jin Hyuk. Jin Hyuk hanya termenung.


Ibu Ha Na mendapat penyewa rumah yang baru. Ibu Ha Na mengikat Sin Gi Joon dengan kontrak sewa rumah selama 5 tahun. Jelas saja Sin Gi Joon syok, karena ia pindah kesana sepertinya terpaksa.


Ha Na menghubungi Ji Hyuk hanya untuk mengingatkan janji Jin Hyuk yang akan mentraktirnya makan malam. Ha Na mengira Jin Hyuk akan menjemputnya sepulang kerja. Setelah berdebat dengan Eun Seo, sikap Jin Hyuk pada Ha Na langsung berubah dingin. Jin Hyuk menghindari Ha Na dan menolak ajakannya dengan beralasan dirinya tengan sibuk. Ha Na menyesal telah menelepon Jin Hyuk.


Ha Na dan Do Hoon mengamati sepasang kekasih yang tengah bermesraan di galeri seni. Ha Na yang baru saja 'ditolak' Jin Hyuk kesal melihat tingkah mereka. Ha Na membanggakan status single-nya.
"Tak mempunyai pacar bukanlah suatu kebanggaan," cela Do Hoon.
"Mengapa kau berpikir bahwa aku tak mempunyai pacar?" protes Ha Na.
"Karena kau jelek," sahut Do Hoon enteng. LOL
Ha Na cemberut.
"Jika tidak.... Apa kau punya pacar Sekretaris Kim?" tanya Do Hoon ingin tahu.
"Aniyo. Kau juga tak punya kekasih. Benar kan, Direktur?" balas Ha Na.
"Itu karena aku terlalu bagus untuk mereka," jawab Do Hoon sombong (nie orang narsisnya nggak ketulungan, bwahahaa...)

Ha Na mematikan camera-nya. Se Mi dan Joon Min di safe house bingung karena tiba-tiba Ha Na menghilang tanpa pamit. 

Do Hoon meneruskan ucapannya sambil berjalan.
"Ditambah aku juga memiliki standar yang sangat tinggi. Latar belakang keluarga, pendidikan, penampilan, karakter, kemampuan. Mereka harus sesuai denganku."
Padahal ucapan Do Hoon sama sekali tak didengar oleh Ha Na, haha... Ha Na ada dibelakang.
"Direktur, bolehkan aku bertanya padamu?" kejar Ha Na.
"Andwe..., kau akan mengatakan ini karena kau tak sepenuhnya mengerti kebiasaan di Korea, Sekretaris Kim. Disini A selalu menang dari B. Aku bertanya, kau menjawab. Artinya aku adalah A dan kau adalah B. Kau mengerti itu, kan!"
"Bodohnya aku, seharusnya aku diam saja," keluh Ha Na.
"Si dermawan A akan menjawabmu sekarang. Kau boleh bertanya padaku," ucap Do Hoon. (Hadeuh, ada ya orang kayak Do Hoon :D)
"Aku mengenal seseorang. Dia membuatku bingung. Dia membelikanku obat, makanan, alkohol. Dia memperlakukanku sangat baik. Tapi sepertinya dia juga memperlakukan hal yang sama pada wanita lain."
"Orang itu playboy. Sepertinya kau bertemu dengan pelempar jaring, Sekretaris Kim," komentar Do Hoon.
" Aniyo, dia pasti bukan orang seperti itu," kilah Ha Na.
"Apa kau tahu apa yang dimaksud dengan seorang pelempar jaring?" tanya Do Hoon. Ha Na menggeleng. "Dia meminjamiku bahunya ketika aku lelah. Dia ikut tertawa ketika aku bahagia. Dia mendampingiku ketika aku terpuruk. Tapi itu bukan hanya aku. Aku tak bisa bilang jika hal itu karena dia mencintaiku atau karena pada dasarnya dia orang baik. Akulah orang yang bodoh disini."
Ha Na cemberut. Do Hoon dapat menebak jika Ha Na menyukai orang yang tengah mereka bicarakan. Ha Na kembali berkilah. Ha Na tak mau mengakui perasaannya.
"Aniyo. Dia itu membosankan dan prinsip hidupnya tak sesuai denganku. Karena dia kaya, aku memberi perhatian lebih padanya."
"Pertama kali kau melihatnya karena dia kaya, kan? Tapi sekarang kau menyadari bahwa kau jatuh cinta padanya semakin kau mengenalnya, kan? Kau merasa sedih bahkan jika kau berjauhan darinya meskipun hanya sebentar. Kau merasa gelisah sepanjang hari karena satu kata yang dia ucapkan. Jika dia menghabiskan waktu dengan wanita lain, itu membuatmu cemburu, kan? Kau terus memikirkan hubungannya dengan wanita lain. Kau tak bisa berkonsentrasi sepanjang hari, kan? Apa kau ingin aku yang katakan padamu. Atau kau ingin mengetahuinya sendiri? Kau menyukai orang itu!" ucap Do Hoon. Ha Na hanya terbengong-bengong. Do Hoon tertawa. Mengingat pria yang disukai Ha Na orang kaya, Do Hoon berpikiran jika pria itu adalah dirinya. Penyakit narsisme-nya Do Hoon keluar lagi.


Se Mi dan Joon Min masih kebingungan dengan menghilangnya kontak dengan Ha Na secara tiba-tiba. Se Mi hendak melaporkan hal itu pada NIA. Sebelum Se Mi sempat menelepon, Ha Na kembali muncul. Ha Na berasalan dirinya baru saja dari toilet. Se Mi mengingatkan jika Ha Na menghilang lagi dalam waktu 20 menit akan memicu alarm di receptor. Ha Na kesal dan berteriak bahwa dirinya terkena diare.


Sin Gi Joon mendatangi safe house dengan membawa sekantong fried chicken. Ha Na mengira Jin Hyuk yang datang. Melihat raut wajah Ha Na, Si Gi Joon merasa kehadirannya tak diharapkan. Ha Na berkilah.
Sin Gi Joon datang untuk memperjelas hubungan mereka di lingkungan safe house. Banyak agent yang masuk kesana tiap harinya, Sin Gi Joon khawatir akan membuat tetangga curiga. Demi menjaga keamanan, mereka harus berpura-pura menjadi keluarga.

Sin Gi Joon mengatur 'status' masing-masing agent.
"Kau, siapa yang akan menjadi ayah bayimu?" tunjuk Sin Gi Joon pada Se Mi.
Se Mi melirik pada Joon Min dan Kim Byung Joon. Se Mi merasa diantara mereka berdua tak ada yang layak menjadi ayah bayinya. Se Mi meminta Sin Gi Joon tak usah mempermasalahkan kehamilannya yang belum terlihat. Sin Gi Joon mengingatkan Se Mi jika misi mereka belum tahu kapan berakhir. Mereka akan mendapat masalah jika kehamilan Se Mi sampai ketahuan. Se Mi meminta Jin Hyuk yang menjadi ayah bayinya. Tentu saja Ha Na langsung protes.
"Ini tak adil menyertakan orang yang absen sebagai ayah. Kau yang menjadi ayahnya saja," pinta Ha Na pada Joon Min. Joon Min juga keberatan (aku juga, hehe...)
"Jika Na Joon Min dan kepala batu (Jin Hyuk) tidak mau menjadi ayah, hanya aku yang tersisa," sahut Kim Byun Joon.
"Tu...Tunggu... Tidak bisakah aku mengatakan ayah dari bayi ini pergi ke Arab Saudi? Lakukan itu saja, huh" tolak Se Mi. Sin Gi Joon setuju.
"Aku akan menjadi paman dari Oh Ha Na-ssi, bukan maksudku Kim Ji Hye. Kim Byung Joon, kau menjadi paman Kim Ji Hye yang pengangguran," ucap Sin Gi Joon.
Joon Min menertawakan Kim Byung Joon. "Hahaaa, baekso (pengangguran)...baekso..."
"Kau menjadi anak Kim Byung Joon," tambah Sin Gi Joon. Tawa Joon Min langsung berhenti. Gantian Se Mi dan Ha Na yang tertawa.
"Wae? Kenapa aku harus menjadi anak Sunbae Kim? Dia juga pengangguran" protes Joon Min.
"Ada apa denganku? Seharusnya kau merasa terhormat!" Sembur Kim Byung Joon.
"Bagaimana dengan Leader Tim Go?" tanya Ha Na.
"Dia akan menjadi suami istri dengan Leader Tim Choi," sahut Joon Min.
Ha Na marah. Ha Na tak rela jika Jin Hyuk menjadi suami Eun Seo walaupun untuk berpura-pura. Joon Min bingung melihat reaksi Ha Na. Se Mi setuju dengan usul Joon Min, begitu juga dengan Kim Byung Joon. Dulu Jin Hyuk dan Eun Seo pernah berpacaran, mungkin mereka bisa bersama kembali.
"Seharusnya kalian juga membiarkan aku berpasangan dengan Leader Tim Go!" teriak Ha Na kesal. Semua agent bengong. Ha Na langsung menyadari ucapannya salah. Ha Na tertawa dan buru-buru meralat ucapannya. "Aku hanya becanda. Bagaimana mungkin aku bersama Leader Tim Go? Aku ini baby face. Orang-orang mengira usiaku masih 20 tahun. Kalian benar-benar tahu bagaimana memasangkan orang." Ha Na kembali tertawa. Yang lain ikut tertawa.
"Tidakkah kau berlebihan dengan itu?" ucap Joon Min ditengah tawanya.
"Makan saja kau," balas Ha Na tajam.


Sin Gi Joon pulang. Ha Na mengejarnya. Ha Na bertanya mengenai Jin Hyuk yang tak datang. Sin Gi Joon menjawab jika Jin Hyuk tengah sibuk di kantor. Agar Sin Gi Joon tak curiga, Ha Na berpura-pura mengucapkan terimakasih atas kepindahan Sin Gi Joon ke rumah ibunya. Sin Gi Joon berkata besok Jin Hyuk ikut membantunya pindah.


Jin Hyuk kurang suka membantu Sin Gi Joon pindahan ke rumah Ha Na. Karena disana sudah pasti Jin Hyuk bertemu dengan Ha Na. Jin Hyuk sedang menghindari Ha Na. Sikap Jin Hyuk dan Ha Na berubah kaku.
Ha Na cantik banget

Ibu Ha Na sangat perhatian pada Jin Hyuk. Ibu Ha Na memberi Jin Hyuk minuman dan mengipasinya. Sementara itu Sin Gi Joon sebagai penyewa, yang juga tampak kelelahan tak diperhatikan sama sekali. Jin Hyuk merasa tak enak hati. Karena kesal, Sin Gi Joon mengajak Jin Hyuk keluar.

Ha Na mencari Jin Hyuk diluar.
"Lama tidak bertemu. Kau bilang kau akan meneleponku. Jadi aku menunggumu. Mengapa kau tak menjawab teleponku?" tanya Ha Na.
"Bukankan sudah kukatakan jika aku sibuk?" jawab Jin Hyuk.
"Apa ini karena... aku melakukan kesalahan yang membuatmu marah?" Ha Na mulai merasa sikap Jin Hyuk belakangan ini berubah kepadanya.
"Kau tak melakukan kesalahan. Cepatlah bersiap-siap dan kembali menjadi status penyamaranmu. Jangan buang-buang waktu disini," elak Jin Hyuk
"Apa kau kembali bersama Leader Tim Choi? Benarkah itu?" seru Ha Na.
"Oh Ha Na-ssi, ini tak ada hubungannya denganmu," ucap Jin Hyuk tajam lalu pergi meninggalkan Ha Na.

Ibu Ha Na berhasil memaksa Sin Gi Joon untuk membeli 2 box jus delima. Sin Gi Joon hanya bisa pasrah. Ibu Ha Na memanggil putrinya. Melihat wajah Ha Na yang sedih, ibu Ha Na tahu putrinya sedang bermasalah dengan Jin Hyuk.
"Apa kau menyukai Leader Tim Go?" tanya ibu Ha Na.
"Jelas tidak," elak Ha Na.


Do Hoon mengambil barang yang diminta Joo Soo Young. Do Hoon terperanjat saat mengetahui barang yang disimpan Joo Soo Young adalah sebuah pistol.


NIA mengadakan meeting. Ha Na turut hadir. Lagi-lagi Jin Hyuk mengabaikan Ha Na. Ha Na mulai kesal dengan sikap Jin Hyuk yang selalu menghindarinya.

Meeting dimulai. Jin Hyuk melaporkan perkembangan invesigasinya pada Deputi Direktur Lee. Do Hoon terlihat terlibat kontak dengan Lee Geun Bae. Dari hasil investigasi sepertinya Geun Bae bergerak atas perintah Joo Soo Young. Namun tim belum menemukan alasan kuat mengapa Do Hoon dan Geun Bae mengadakan pertemuan itu.

"Oh Ha Na-ssi, menurutmu apa kau tahu kemungkinan dimana Lee Geun Bae?" tanya Eun Seo.
"Apa aku manager-nya?" tanya Ha Na ketus.
"Hey, kau pasti bisa menemukannya jika kau gigih, Noona," sahut Joon Min.
"Dia tak memiliki tempat tinggal permanen. Ini akan sulit untuk menemukannya. Tolong bantu kami mencari Lee Geun Bae, Oh Ha Na-ssi," pinta Se Mi.
"Jika begitu tolong beritahu aku, kejahatan apa yang Direktur lakukan?" tanya Ha Na.
"Kami tak bisa memberitahumu. Kau akan tahu ketika waktunya sudah tepat," sahut Jin Hyuk.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Ha Na makin penasaran. "Aku tak akan melakukan ini jika kau tak mengatakannya padaku."
"Misi ini bukan sesuatu yang bisa kau hentikan begitu saja," seru Jin Hyuk.
Kekesalan Ha Na memuncak. Ha Na bangkit. "Bukankah kau mengatakan padaku bahwa aku bisa berhenti   melakukan ini jika aku merasa lelah?"
"Seberapa lelah kau hingga ingin berhenti melakukan ini??" Emosi Jin Hyuk terpancing. Jin Hyuk ikut bangkit.
"Bahkan meskipun dia bodoh, dia tahu bagaimana menjaga orang-orangnya. Aku harus membohongi orang seperti itu?" teriak Ha Na marah.
"Dia menjaga orang-orangnya? Bukankah kemarin kau hampir saja dipecat karena sembarangan bicara? Kau lupa semuanya? Kalian sudah saling mengenal satu sama lain sekarang sehingga kalian sangat mudah saling memaafkan?" teriak Jin Hyuk tak mau kalah.
"Apa kesalahan yang Direktur lakukan hingga dia diawasi dan dimata-matai seperti ini? Dia tak bisa memberikan banyak pemikiran dan dia mungkin bukan sovinistis. Tapi dia bukan orang jahat," bela Ha Na.
"Kau bilang dia bukan orang jahat? Dia yang bertanggungjawab untuk perdagangan obat-obatan terlarang milik Joo Soo Young. Kau bilang dia bukan orang jahat?" seru Jin Hyuk.
Semua orang syok dengan ucapan Jin Hyuk yang membongkar kejahatan Do Hoon pada Ha Na. Jin Hyuk yang sudah tak bisa mengontrok emosinya pergi meninggalkan ruangan. Ha Na juga terlihat syok.

Sin Gi Joon menyusul Jin Hyuk.
"Apa kau pikir tindakanmu ini akan membuat perubahan?" tanya Sin Gi Joon.
Jin Hyuk mulai dapat menguasai emosinya. Jin Hyuk meminta maaf karena kelepasan bicara pada Ha Na.
"Jika aku tak mengatakannya, aku khawatir Oh Ha Na akan membangun dan mengembangkan perasaanya untuk Han Do Hoon." Jin Hyuk memberi alasan.
"Jadi tak apa untuknya jika memiliki perasaan padamu?" sindir Sin Gi Joon.
Jin Hyuk protes.
"Akui saja fakta ini dan terimalah. Jika tidak, jangan biarkan orang lain menemukan ini. Ledakan emosimu itu sangat jelas. Orang disekitarmu dapat merasakan itu. Sejak kau memberikan hatimu, jangan terlalu terpaku pada harga dirimu dan terus menyangkal fakta ini. Keluarkan saja dan akui itu untuk kebaikan. Hati seseorang bukan sesuatu yang bisa kau mainkan sesuai keinginanmu. Bukankah kau mengalaminya 3 tahun lalu?" sembur Sin Gi Joon. Sin Gi Joon peka terhadap perasaan Jin Hyuk pada Ha Na. Sin Gi Joon-lah orang yang pertama kali menyadari jika Jin Hyuk mulai menyukai Ha Na.
"Hanya karena aku telah melalui hal seperti itu 3 tahun lalu, aku tak ingin mengalami hal yang sama 2 kali," ucap Jin Hyuk.
"Itu adalah sesuatu yang akan kau sesali jika pada saat kau sadar kau telah kehilangan perahu itu. Sekali sudah cukup," nasehat Sin Gi Joon. Sin Gi Joon tak melarang Jin Hyuk berhubungan dengan Ha Na. Si Gi Joon malah mendukung dan menyadarkan  Ji Hyuk untuk mengakui perasaannya. Jin Hyuk yang pernah sekali gagal dengan Eun Seo khawatir hubungannya dengan Ha Na tak berjalan lancar, maka dari itu Jin Hyuk memilih menghindar dan mengingkari perasaannya sendiri.


Ha Na berdiri mematung di halte bus. Ha Na tampak sedih. Pertengkaran dengan Jin Hyuk jelas melukai hati Ha Na. Sebuah bus berhenti di depan Ha Na, namun Ha Na mengabaikan bus itu.


Deputi Direktur Lee bertemu dengan Han Tae Shik, ayah Do Hoon. Han Tae Shik bahkan menawarkan bantuan untuk investigasi yang tengah ditangani Deputi Direktur Lee.


Tak tahu kemana harus pergi, Ha Na memutuskan pergi ke Isong. Tiba-tiba Do Hoon muncul. Jelas mereka saling terkejut. Do Hoon heran mengapa Ha Na datang ke kantor saat weekend. Tak mau dicurigai, Ha Na segera berpamitan untuk pulang. Do Hoon mencegahnya.

Do Hoon menunjukkan salah satu ruangan dikantornya yang berantakan. Segala macam barang berserakan di lantai. Do Hoon meminta Ha Na merapikan ruangan itu. Ha Na menyesal telah datang ke Isong.


Jin Hyuk datang ke safe house. Tak menemukan keberadaan Ha Na, Jin Hyuk bertanya pada Joon Min. Joon Min melacak keberadaan Ha Na. Mereka terkejut mendapati Ha Na berada di Yayasan Kebudayaan Isong.

Setelah merapikan ruangan, Do Hoon berniat mengantar Ha Na pulang. Ha Na tak bisa menolak. Di safe house Jin Hyuk terlihat stress. 


Do Hoon tertidur didalam mobil. Ha Na membangunkan Do Hoon. Do Hoon sedikit terkejut ketika terbangun.
"Kau tinggal disini?" tanya Do Hoon.
"Iya," jawab Ha Na.
Mereka turun dari mobil, tanpa terduga Do Hoon mengucapkan terimakasih pada Ha Na.
"Gomawoyo. Aku tak ingin sendirian hari ini. Karena aku merasa gelisah. Aku takut sesuatu akan terjadi." Do Hoon stress setelah melihat pistol kiriman Joo Soo Young.
"Aku mengerti. Baiklah, aku akan pergi," jawab Ha Na kikuk.

Jin Hyuk maenghadang Ha Na. Ha Na masih marah pada Jin Hyuk. Ha Na tak menghiraukan panggilan Jin Hyuk. Jin Hyuk menyentak lengan Ha Na.
"Bukankah kau baru saja bertemu dengan Han Do Hoon."
"Tidakkah kau lelah mempertanyakan itu, mengingat kau sudah tahu semuanya?" balas Ha Na sewot.
"Oh Ha Na-ssi!" seru Jin Hyuk.
"Jangan plin-plan. Kau membuatku bingung. Aku memintamu tak mempermainkan perasaanku lagi. Satu menit kau memperlakukanku dengan baik. Menit berikutnya kau menjaga jarak. Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri dan mempermainkan orang lain. Mulai dari sekarang aku tak memerlukan penjagaan atau perhatianmu. Jangan pedulikan aku!"
"Aku tak ingin peduli terhadapmu, tapi kau selalu membuatku peduli."
"Apa yang sudah kulakukan? Mengapa membuatmu ingin peduli terhadapku?" teriak Ha Na kalap.
"Karena Oh Ha Na-ssi, aku..." Jin Hyuk langsung terdiam, tak meneruskan ucapannya.

Tiba-tiba Do Hoon muncul. Ponsel Ha Na tertinggal di mobil Do Hoon. Jin Hyuk dan Ha Na syok melihat kemunculan Do Hoon ditengah pertengkaran mereka.
"Direktur, mengapa kau masih disini?" tanya Ha Na panik.
"Bukankah kau ingin sekali aku kembali? Jangan menggunakan trik semacam ini untuk merayuku lagi," sembur Do Hoon sambil mengacungkan ponsel milik Ha Na. Do Hoon mengira lebih tepatnya pede abis jika Ha Na sengaja meninggalkan ponselnya di dalam mobil  agar dirinya kembali. LOL
"Aku pasti menjatuhkannya ketika menyetir. Seharusnya kau mengembalikannya besok." Ha Na mengambil ponselnya.
"Aku tahu kau sengaja meninggalkan ponselmu disana agar aku mengembalikan itu padamu." Do Hoon masih kepedean. Ha Na hanya bisa pasang tampang bengong.  
Do Hoon mempertanyakan Jin Hyuk. Ha Na memperkenalkan Jin Hyuk sebagai sepupunya yang bernama Go Jin Sang.  Do Hoon memaksa untuk bertamu ke rumah Ha Na. Do Hoon beralasan Ha Na harus mengembalikan kalung yang pernah dipinjamkannya. Ha Na dan Jin Hyuk sama sekali tak bisa menolak kunjungan Do Hoon.

Di dalam lift, Jin Hyuk mencoba mengirim pesan untuk orang rumah. Ha Na mencoba mengajak Do Hoon berbincang untuk mengalihkan Do Hoon. 

Kim Byung Joon yang membukakan pintu untuk mereka bertiga. Wajah Kim Byung Joon langsung syok melihat kehadiran Do Hoon bersama Ha Na dan Jin Hyuk. Jin Hyuk memanggil Kim Byung Joon dengan sebutan ayah. Untung Kim Byung Joon langsung paham jika mereka harus memainkan sandiwara di depan Do Hoon. LOL

Do Hoon duduk di ruang tamu dengan tenang dan melihat ke sekeliling ruangan. Se Mi dan Joon Min yang sedang di dalam membuat kegaduhan. Do Hoon merasa ada orang lain lagi di dalam rumah Ha Na. Tak berapa lama Se Mi keluar. Se Mi sama sekali tak menyadari kedatangan Do Hoon. Begitu melihat Do Hoon, Se Mi langsung syok. Ha Na segera menghampiri Se Mi. Pembagian status keluarga yang kemarin mereka diskusinya bersama Sin Gi Joon berantakan. Kim Byung Joon memperkenalkan Se Mi sebagai istrinya. Se Mi tak bisa protes lagi. Do Hoon bangkit dan memberi salam pada Se Mi.
"Senang bertemu denganmu. Aku Han Do Hoon. Kau terlihat tidak sehat?" tanya Do Hoon melihat wajah Se Mi yang tegang.
"Bibiku sedang hamil," sahut Ha Na buru-buru. Se Mi mengendurkan mimik wajahnya yang tegang dan mencoba tersenyum pada Do Hoon. Hahahaa, kocak banget liat mereka semua disini.

Lagi-lagi mereka dibuat panik dengan siulan Joon Min dari dalam ruangan.
"Apa ada orang lain lagi?" tanya Do Hoon.
Ha Na kebingungan. Kim Byung Joon menyahut jika mereka memelihara seekor anjing. Se Mi segera berpamitan untuk mengurus 'anjing' mereka. Do Hoon tak percaya, karena yang didengarnya barusan suara siulan. Jin Hyuk meyakinkan Do Hoon jika barusan suara gonggongan anjing mereka.
Begitu masuk ke dalam, Se Mi langsung membekap mulut Joon Min. 
"Diamlah!" Seru Se Mi panik.
"Apa yang kau lakukan, Noona?" tanya Joon Min mencoba membuka tangan Se Mi.
"Han Do Hoon ada disini," beritahu Se Mi pelan.
"Siapa?"
"Han - Do - Hoon," ulang Se Mi.
"Heh?" seru Joon Min kaget.
Se Mi kembali membekap mulut Joon Min. Bwahaha... 

Do Hoon ingin melihat anjing peliharaan keluarga Ha Na. Tentu saja semua orang melarang. Do Hoon bahkan mulai memaksa.

Se Mi membuat suara anjing dari komputer. Se Mi mengusap dada dengan lega.
"Jadi aku anjing? Mereka semua manusia. Kenapa aku?" protes Joon Min. Hahaha....
"Duduklah dengan tenang dan tunggu disini," seru Se Mi.
Joon Min bergeser sedikit dari duduknya. Se Mi langsung memperingatkan Joon Min agar jangan bergerak. Se Mi berjalan keluar dengan mengendap-endap. Joon Min kesal setengah mati.

Se Mi keluar dan meminta Ha Na membuatkan secangkir teh untuk tamu mereka. Ha Na mengajak Jin Hyuk membantunya membuatkan teh. Sementara itu Kim Byung Joon mengajak Do Hoon berbincang bersama Se Mi. Do Hoon merasa tak nyaman berbincang dengan Kim Byung Joon. Terlihat sekali Do Hoon merasa terganggu dengan sikap Kim Byung Joon. 

Do Hoon bangkit dan menghampiri Ha Na di dapur. Do Hoon berpamitan pulang dan meminta Ha Na segera mengembalikan kalungnya. Selagi Ha Na mengambil kalungnya, Do Hoon meminta segelas air putih pada Jin Hyuk.

Bel berbunyi. Mereka kedatangan tamu lagi. Semua agent kembali pias.
"Siapa itu?" seru Se Mi terbata.
"Yeobo, apa kau memesan makanan?" tanya Kim Byung Joon sambil berlari ke arah pintu. Se Mi menyusul.
Deputi Direktur Lee datang berkunjung. Tentu kunjungannya sangat tak diharapkan malam ini. Begitu Kim Byung Joon dan Se Mi membuka pintu, mereka langsung syok dan menghadang Deputi Direktur Lee yang berjalan masuk.
"Ada apa? Apa kalian tak suka jika aku datang kesini? Apa yang kalian lakukan?" seru Deputi Direktur Lee melihat reaksi Kim Byung Joon dan Se Mi.

Deputi Direktur Lee memaksa masuk dan tak mengindahkan larangan Kim Byung Joon dan Se Mi. Deputi Direktur Lee berjalan ke arah dapur. Deputi Direktur Lee berhenti ketika melihat Do Hoon ada disana. Do Hoon menoleh dan mereka sama-sama memasang wajah terkejut. Semua agent hanya bisa saling pandang dengan wajah tegang.
"Deputi Direktur?" seru Do Hoon.

Ha Na keluar sambil membawa kotak kalung milik Do Hoon. Ha Na tak kalah syok mendapati Deputi Direktur Lee bertemu dengan Do Hoon ditengah penyamaran mereka. Dengan wajah syok Ha Na memandangi wajah Do Hoon dan Deputi Direktur Lee secara bergantian.