Senin, 19 Juli 2010

Sinopsis Autumn's Concerto Episode 1

Cerita dimulai saat Liang Mu Cheng saat kecil. Ia tengah les pano dengan di temani oleh bibinya. Guru lesnya bilang ia murid yang berbakat. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ayahnya datang menjemput. Di dalam mobil ayahnya mendengarkan rekaman pianonya. Mu Cheng dan bibinya membeli kue ulang tahun untuknya. Ayahnya yang sedang menunggu mereka di depan mobil mendapat telepon yang mengabarkan bahwa perusahaannya bangkrut. Ia berjalan tanpa memperhatikan jalan saat tiba-tiba sebuah mobil hitam melintas dan  menabraknya.

Mu Cheng kecil yang disuruh bibinya meminta uang pada ayahnya menyaksikan kematian ayahnya secaralangsung. Ia hanya bisa berdiri mematung, mengingat janji ayahnya yang akan melihat permainan pianonya sampai habis.

Setelah  kematian ayahnya seluruh aset rumah disita. Bibinya membawanya naik bus, tapi di tengah jalan ia meninggalkan Mu Cheng yang ketiduran. Saat terbangun Mu Cheng panik bibinya tidak ada. Ia ikut turun dari bus dan berlari mengejar bibinya.
"Bibi aku tidak mau boneka.Aku mau bibi..."
Bibinya terlihat kesal. Karena tidak punya uang ia menyuruh Mu Cheng mencuri bakpao dan ketangkep sama penjualnya.

Tiba-tiba seorang pria tak dikenal datang menolong mereka dengan membayar semua bakpao yang dicuri. Ia juga membawa mereka kerumahnya. Memberi mereka makan dan tempat tinggal. Ternyata sikapnya yang baik itu ada maunya. Ia tertarik pada bibinya dan berusaha menggerayangi tubuh bibinya.

Mu Cheng sebal melihatnya dan menolak tinggal disana, tapi bibinya memaksanya tetap tinggal. Dan disana ia memulai kehidupan barunya. 

Beberapa tahun kemudian....
Liang Mu Cheng sudah dewasa. Ia bekerja di pelabuhan mengangkut ikan. Bosnya memberinya bonus karena ia rajin bekerja. Mu Cheng pulang dengan membawa ikan hidup dalam kantong plastik pesanan bibinya. Di dalam bus ia menyimpan uang bonusnya ke dalam amplop. Ia tengah mengumpulkan uang guna masuk universitas. Menurutnya jika ia kuliah ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih bagus dan bisa membawa bibinya pergi.
Ketika tengah asyik membaca buku, sebuah mobil berwarna kuning mengklakson dengan kencang. Bus mengerem mendadak karena tiba-tiba mobil itu berhenti tepat di depan bus. Akibatnya ikan yang di bawa Mu Cheng menggelinding ke lorong depan bus dan bocor. Sepasang kekasih sedang bertengkar di dalam mobil itu (gila emang ini jalan punya nenek moyang lo). Dengan angkuh Ren Guang Xi mengusir pacarnya keluar dari mobilnya. Sopir bus kesal dan turun mengancam akan memanggilkan polisi. Guang Xi menjawab cuek lebih baik di panggilkan polisi daripada diikuti terus oleh pacarnya. Mu Cheng yang khawatir ikannya kehabisan air ikut turun dan menghampiri mereka.
"Maafkan aku memutuskan pembicaraan kalian. Tapi tolong parkir ke samping dulu biar bus bisa jalan. Dengan ini maka kalian bisa teruskan bicara lagi."
"Dia yang ingin bicara. Aku sama sekali tidak ingin. Aku sudah tidak mau mobil ini lagi. Kau ambil saja. Anggap saja sebagai hadiah perpisahan. Mobil ini sudah menjadi miliknya. Jadi bicara saja padanya." Guang Xi menjawab asal. (busyet dah, kalo aku bakalan tereak2 kegirangan kalo putus malah di kasih mobil).
Guang Xi turun dari mobil. Mu Cheng mengejarnya dan dengan spontan memegang tangannya. Guang Xi sepertinya marah.

"Nona kau tahu tidak, suka ikut campur akan membawa masalah!"
Dan benar saja Guang Xi malah dengan sengaja menyuruh Mu Cheng yang tidak bisa menyetir untuk memindahkan mobilnya sendiri. Mu Cheng nekat naik mobil dan mengikuti instruksi dari Guang Xi.

Maka dengan sukses ia berhasil menabrakkan mobilnya ke bus. Ternyata Guang Xi yang dari awal sudah keliatan banget sebel sama dia memang sengaja mengerjainya. Mereka bertiga berakhir di kantor polisi.

Mu Cheng menjelaskan pada polisi bahwa ia berniat memindahkan mobil bukan sengaja menabrakkan mobil pada bus. Tapi polisi mengatakan pernyataannya berbeda dengan pemilik mobil yaitu Ren Guang Xi. Guang Xi bilang ia yang menyuruh pacarnya menabrak bus dan mengacaukan lalu lintas.

Mu Cheng dan pacar Guang Xi menoleh ke arah Guang Xi yang malah tengah duduk santai tanpa merasa bersalah sambil senyum-senyum.
"Aku bukan pacarnya."
"Aku baru pacarnya."
Protes Mu Cheng dan pacar asli Guang Xi bersamaan. Polisi bingung. Guang Xi bangkit dan berbohong tidak mengenal pacarnya dan malah menyuruhnya pulang.

Mu Cheng juga merayu polisi agar mengizinkannya pulang. Tapi polisi bilang ia harus mengganti biaya kerusakan mobil dulu. Ia bertanya pada Guang Xi berapa biayanya. Guang Xi hanya bilang beberapa ratus ribu. Mu Cheng kaget mendengarnya. Menurutnya uang itu tak sedikit. Tapi ia ingin urusannya cepat selesai karena ia akan mengantarkan pesanan ikan. Guang Xi mengambil kantong ikan lalu membuangnya di tong sampah (bener-bener semaunya sendiri nih orang).
"Sekarang tidak usah khawatir. Kau sudah boleh mengganti biaya ganti rugi bersamaku."
"Dasar egois. Dalam hidup ini pasti tidak ada yang penting bagimu. Makanya kau sembarangan menyakiti orang lain. Kau membuat dirimu terlihat seperti sampah." Mu Cheng marah-marah.
"Benar aku memang sampah. Sejak kehilangan ayah sejak umur 8 tahun langsung mengidap PTSD. Karena pengaruh masa kecilku aku sama sekali tidak bisa mengendalikan perasaanku dan suka membuat masalah. Dan hidup seperti sampah. Apa kau puas ?" jawab Guang Xi.
Aku harus buka google search neh buat tahu penyakit ini. Aku baru denger nama penyakit ini aja disini. Secara garis besar PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) adalah gangguan kecemasan karena peristiwa/pengalaman yang sangat mengejutkan dan menggangu yang menyebabkan trauma psikologis. Misalnya saja pernah mengalami kekerasan, pelecehan, penyiksaan atau pengalaman hidup yang kejam/menyakitkan.

Mu Cheng sedikit merasa bersalah. Lalu pengacara Guang Xi datang. Ia terlihat kesal harus menangani kasus seperti ini.
"Sebenarnya kau tidak usah muncul. Aku bisa membereskannya sendiri.Cerita karangan yang kau buat itu aku sudah hafal semua. Kalau kau tidak percaya kau boleh tanyakan pada wanita itu. Ia baru saja di tipu olehku," ucap Guang Xi tanpa merasa bersalah.
Mu Cheng melotot, padahal ia tadi sudah mulai bersimpati.
Pengacaranya berkata "Tidak mengakui mempunyai penyakit ini juga salah satu gejala dari penyakit ini. Aku ada surat kelainan mental Ren Guang Xi dari dokter jiwa. Maaf dia sampai sekarang masih dalam masa pengobatan."

Guang Xi mengingatkan Mu Cheng untuk membayar utangnya. Tiba-tiba 3 orang ibu-ibu datang dan memberikan kesaksian bahwa Mu Cheng tidak bersalah. Akhirnya polisi membebaskan Mu Cheng dari tuntutan ganti rugi dan malah mengusulkan hukuman untuk Guang Xi.
Guang Xi mendapat hukuman menjadi polisi lalu lintas (hi...hi...emang enak, sukurin). Teman sekampusnya ada yang melihat dan memotretnya sebagai bukti. Guang Xi melihat ulahnya dan marah-marah.

Mu Cheng menelepon bibinya dan langsung mendapat omelan saat tahu ia tidak membawa ikan pesanannya. Dengan terpaksa Mu Cheng memakai uang tabungannya untuk membeli ikan yang harganya cukup mahal. Ternyata bibinya akan memberikan ikan itu untuk Direktur Fang, pemilik Universitas Shen De tempat  bibinya mengelola kantin. Bibinya berniat menjilat Direktur Fang agar usahanya lancar.
Bibi menyuruh Mu Cheng ganti baju lalu mengantar ikan yang telah dimasak ke rumah Direktur Fang. Saat ganti baju diam-diam pamannya mengintip (dasar aki-aki nggak tau diri).

Mu Cheng mengantar ikan ke rumah Direktur Fang yang ternyata adalah ibu dari Ren Guang Xi.  Takut bertemu Guang Xi, Mu Cheng bersembunyi di balik kulkas ketika Guang Xi datang. Guang Xi sedang bertengkar dengan ibunya. Hubungannya dengan ibunya memang tidak pernah akur. Ibunya selalu sibuk dengan kepentingannya sendiri. Sampai-sampai anaknya ditahan pun ia tidak datang. Gung Xi pergi dengan murka.
Mu Cheng mendatangi Hua Tuo Ye sahabatnya. Ia berniat mengembalikan buku yang ia pinjam. Apesnya buku itu tiba-tiba hilang.
Di rumah Mu Cheng mencoba mencari lagi buku itu dengan mengacak-acak isi tasnya. Mungkin ketinggalan di kantor polisi gumamnya. Suaranya terdengar oleh pamannya. Ia ketakutan dan segera masuk ke kamar mandi dengan terlebih dahulu memasang papan besar untuk menutupi kaca jendela kamar mandi. Ini dilakukannya agar pamannya tidak bisa mengintip saat ia tengah mandi.

Guang Xi dan teman-temannya sedang di bar. Temannya mengajaknya taruhan untuk mendapatkan seorang gadis yang kabarnya sangat susah didapatkan. Teman kampusnya, Ru Fang Guo yang merupakan murid teladan datang menemui Guang Xi. Ia memberikan data-data ujian untuk besok dan memastikan Guang Xi akan mendapat nilai B. Ia merasa nilai B cukup untuk Guang Xi bukan nilai A yang pasti akan membuat dosen curiga karena Guang xi aja jarang banget masuk kelas (mentang-mentang sekolah itu milik ibunya, bisa seenaknya). Setelah mengambil uang bayaran dari Guang Xi ia pergi. Apesnya ia bertabrakan dengan orang yang ingin menantang Guang Xi (sepertinya dendam karena temannya pernah di kalahkan oleh Guang Xi. Orang kayak Guang Xi nggak heran musuhnya banyak). Guang Xi tenang-tenang saja, tidak merasa takut sedikitpun. Ia malah terlihat malas meladeni orang itu. Merasa dicuekin, dia memanas-manasi Guang Xi.
"Didalam Shen De siapa yang tak tahu ibunya dekat dengan pengacaranya. Tidak disangka Direktur Shen De selain mengurus sekolah juga sangat bisa menggoda pria."
Guang Xi terpancing juga oleh omongannya.Ia marah dan menusukkan panah lempar ke lehernya.

Guang Xi mabuk dan menyendiri di ruang piano. Ia terlihat sedih sambil memainkan pianonya. Ia teringat ayahnya.
Flash Back...
Ren Guang Xi kecil sedang bermain piano. Ia merasa tak pandai bermain piano. Lalu ayahnya mengajarinya. Ia melihat ayah dan ibunya bertengkar. Pengacara Lin (pengacara yang membebaskan Guang Xi di kantor polisi) terlihat bersama ibunya. Guang Xi melihat ayahnya terbujur kaku di sebuah kamar. Ia menangis dan menyalahkan ibunya atas kematian ayahnya.
Trauma masa kecilnya itu yang menyebabkan Guang Xi mengidap PTSD. Ia tak pernah bisa melepas bayang-bayang gelap masa lalunya (kasian juga nih sama Guang Xi). Guang Xi menangis mengingat semua kenangan buruknya.

Guang Xi diajak temannya mendatangi gadis yang akan menjadi sasaran taruhan berikutnya. Gadis itu bekerja di kantin kampus miliknya. Ternyata gadis itu adalah Liang Mu Cheng.

Guang Xi mengajak Mu Cheng berkencan. Mu Cheng berusaha menolak.
Bibinya yang tahu Ren Guang Xi adalah putra dari Direktur Fang berusaha menjilat. Ia bersikap sangat ramah padanya. Mempersilahkan Guang Xi duduk.
"Bagaimana? Besok sudah ada waktu?" Guang Xi kembali menanyai Mu Cheng.
"Mau pesan apa? Mu Cheng tak menghiraukannya.
"Hidup Dengan Bahasa Inggris"
"Bukuku ada padamu?" Mu Cheng terlihat kaget saat Guang Xi menyebutkan judul bukunya yang hilang.
"Aku sudah periksa. Buku itu di pinjam oleh Hua Tou Ye. Dia berumur 22 tahun dan baru saja berhasil masuk jurusan seni. Dan dia bisa masuk kesini karena nilai olahraganya. Dia membantu orang luar meminjam buku perpustakaan. Menurutmu apakah dia akan dikeluarkan besok?" Guang Xi mengancam.
"Apa yang kau inginkan?" Mu Cheng menyerah.
"Besok jam 12 tunggu aku disini dan jangan terlambat," ucap Guang Xi lalu pergi. Dengan yakin ia bilang pada temannya untuk mengumumkan foto ciumannya dengan Mu Cheng.

Esoknya Guang Xi mengajak Mu Cheng ke lapangan hoki. Ia asyik bermain hoki sedangkan Mu Cheng dibiarkan kedinginan di bangku penonton. Setelah terjatuh saat bermain Guang Xi menghampiri Mu Cheng dan menyodorkan kopi panas. Bukan hanya itu saja ia juga memberi Mu Cheng jaket.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mu Cheng yang tadi melihat Guang Xi terjatuh.

"Aku tidak selemah mobilku. Begitu di tabrak sampai sekarang belum selesai diperbaiki," komentar Guang Xi.
"Aku sudah datang sesuai janjiku. Kapan kau mengembalikan buku itu?"
"Apakah imejku bagimu benar-benar buruk? Aku mengajakmu datang karena ingin minta maaf. Bukumu, ikanmu, waktumu, dan juga nama baikmu. Maafkan aku!"

Mereka asyik mengobrol sampai tak menyadari lapangan hoki telah sepi. Semua teman-teman Guang Xi yang tadi masih bermain hoki telah pergi. Lalu Guang Xi mengajak Mu Cheng bermain.

Mereka berdua asyik bermain di lapangan es dengan sepatu skating. Mu Cheng yang awalnya takut-takut mulai bisa menikmatinya.

Mereka berputar-putar sambil mengobrol. Seperti yang sudah direncanakan, Guang Xi menyuruh Mu Cheng menutup mata. Ia memeluk Mu Cheng lalu mencium bibir gadis itu. Setelah itu ia mengacungkan HP dan  mengambil foto mereka yang tengah berciuman.
Tiba-tiba Tuo Ye datang dan langsung menendang Guang Xi. Guang Xi tersungkur.
"Tuo Ye, apa yang kau lakukan?" tanya Mu Cheng panik.
"Dia taruhan dengan temannya untuk mendapatkanmu." jawab Tu Ye marah.
"Buktinya adalah foto ciuman kita." Guang Xi mengakui perbuatannya dengan enteng.
Tuo Ye sangat murka dan menyuruh Guang Xi menghapus foto itu. Ia dan Guang Xi saling berebut handphone.
"Tuo Ye, kau datang terlalu awal. Kau tidak tahu aku juga taruhan dengan murid lain. Taruhan pria tidak tahu malu ini dalam satu bulan akan datang padaku. Dan dalam satu minggu akan berciuman denganku. Jika aku menang mereka akan membeli voucher makan kami," ucap Mu Cheng melerai perkelahian mereka.
Guang Xi marah mendengar ucapan Mu Cheng.
"Semua itu bagiku hanyalah mulut bertemu mulut saja. Tidak akan kehilangan satu daging. Permainan sudah berakhir. Tidak ada artinya diteruskan." 
Mu Cheng melepas jaket Guang Xi. Lalu mengajak Tuo Ye pergi.
"Liang Mu Cheng, permainan berakhir atau belum harus aku yang katakan!!" teriak Guang Xi marah dan melampiaskan kekesalannya dengan melempar handphonenya.

6 komentar:

  1. waacchh lama juga g baca sinopsis drama taiwan , vannes woo.......

    BalasHapus
  2. Pict mana nih, kok ga ada.
    Hehe...jd inget jaman sma dulu. Meteor garden wkwk..

    BalasHapus
  3. ngangenin buanget....................

    BalasHapus
  4. Keren bgttt

    BalasHapus
  5. Gambarnya mana :(

    BalasHapus

Comment