FF ini aku buat dalam rangka keikutsertaanku dalam quis 2nd Monthsary SparkyuINA (follow twitter acc @SparkyuINA), salah satu fanbase Super Junior. Berhubung yang jadi admin disana temen-temenku, jadi ikutan deh, keke.... Eh, nggak disangka malah menang. FF ini juga udah diposting di WP SparkyuINA.
Prolog
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata dunia khayalan dari tokoh utama wanita maupun penulis sendiri. Jika ada kesamaan nama tokoh dalam cerita ini harap dimaklumi karena memang disengaja, kekeke...
Cast
Hampir semua tokoh memerankan dirinya masing-masing (syarat bikin FF, para admin diwajibkan diikutsertakan dalam cerita. Maklumlah para admin-nya ketularan ke-narsis-an member Suju, hahaa...). Jika ada yang kurang berkenan dengan sikap dan sifat tokoh dalam cerita, harap hubungi penulis (jika suka, GOMAWOYO :D)
Cho Kyuhyun
Semua member Suju berperan dalam FF ini. |
Cho Kyuhyun
Choi Siwon
Wanti Febrianti (Feby)
Sherly
Yoona SNSD as Im Yoona
Efrie
Hani
Fira
Devi
Risa & Nisa as the twins (walau dalam dunia nyata mereka tidak kembar, kekeke...)
Henry Suju M as Mas Henry, tour guide
Zhou Mi as Sherly's boyfriend
Jessica SNSD as Feby's cousin
Eunhyuk as Sherly's bias
Leeteuk as Yoona's bias
Eunhyuk as Sherly's bias
Leeteuk as Yoona's bias
Heechul, Yesung, Hangeng, Kangin, Shindong, Sungmin, Donghae, Kibum, Ryeowook as Cameo.
****
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi ketika aku tiba di bandara Ngurah Rai. Hari ini aku mendapat job menjadi tour guide untuk turis domestik yang berasal dari Jakarta. Aku dijadwalkan menjadi tour guide mereka selama 4 hari. Tak berapa lama kemudian rombongan yang kutunggu datang. Turis domestik itu berjumlah 20 orang. Sepasang kekasih atau pengantin baru, 5 orang keluarga, 3 orang rekan kerja, suami istri dengan putra mereka kira-kira berusia 5 tahun, seorang pria berumur, dan yang paling mencolok adalah 6 orang gadis. Mereka memakai baju yang sama dengan warna yang sama pula. Diantara rombongan yang lain, mereka yang paling berisik. Aku taksir mereka masih SMU. Sekolah sedang libur. Pasti mereka sudah jauh-jauh hari merencanakan liburan bersama. Aku segera menghampiri Mas Henry, guide yang membawa mereka dari Jakarta. Mas Henry memberikan daftar absensi padaku. Aku memperkenalkan diri pada rombongan yang akan kupandu. Setelah itu aku sibuk mengabsen mereka satu-persatu memastikan tak ada orang yang tertingal. Kemudian aku menggiring mereka ke dalam bus yang sudah disediakan.
Dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap, aku menjelaskan sedikit mengenai Pulau Bali dan jadwal wisata mereka. Walaupun aku bukan asli penduduk Bali, tapi kebudayaan Bali sudah mendarah daging padaku. Aku lahir dan dibesarkan di Bali. Orang tuaku berasal dari Jakarta. Tapi sebelum mereka menikah, mereka sudah tinggal di Bali. Semenjak menikah mereka merintis usaha restoran Bali di Seminyak. Dua tahun belakangan ini mereka tengah mencoba membuka usaha di Jakarta. Praktis, aku kerap ditinggal sendirian. Tak mau kesepian di rumah, aku memutuskan menge-kost bersama teman kuliah sekaligus sahabatku, Sherly. Aku masih kuliah di Udayana, semester 7. Sudah 1 tahun ini, aku mengambil side job sebagai tour guide. Awalnya aku hanya menggantikan sepupuku, Jessica. Tapi lama-kelamaan aku menikmati pekerjaanku. Bertemu dengan orang-orang baru, memberikan mereka pengetahuan tentang Bali, rasanya menyenangkan. Selama 1 tahun, bukan hanya turis domestik yang kupandu. Aku pernah membawa turis dari Australia, Singapore, Jepang, Dan yang paling berkesan ketika aku memandu turis yang berasal dari Korea Selatan. Aku tak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Aku lumayan fasih berbicara dalam bahasa Korea. Kegemaranku terhadap drama-drama Asia membuatku tertarik belajar Hangul. Kebetulan sekali di kampus aku berteman dengan Yoona. Im Yoona, gadis Korea yang tengah menimba ilmu sastra Indonesia. Aku bertemu dengannya saat di kampus diadakan festival Korea. Yoona bertugas sebagai Ketua Panitia. Sejak itu aku berteman dengannya. Darinya aku mulai menggunakan bahasa Korea sebagai bahasa obrolan kami. Selama ini aku hanya belajar di tempat les, tanpa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari Yoona, hangul ku semakin terasah. Aku belajar banyak darinya dan tentu saja gratis.
****
Jadwal wisata pertama ke pantai Kuta. Orang bilang belum ke Bali jika belum mengunjungi pantai Kuta. Sebelum ke Kuta, kami pergi ke hotel terlebih dahulu untuk menyimpan barang-barang mereka. Perjalanan yang kami tempuh memakan waktu 35 menit. Rombongan turun dan masuk ke dalam hotel. Aku kembali sibuk mengabsen mereka dan membagi kamar untuk tiap-tiap orang. Setelah itu mereka berpisah menuju kamar masing-masing. Setengah jam kemudian aku mengumpulkan mereka. Kami segera meluncur ke pantai Kuta.
Kami tiba di pantai Kuta pukul 10 pagi. Walau terik matahari mulai terasa, tapi tak menyurutkan antusias para rombongan. Mereka sibuk dengan kelompok masing-masing. Ada yang langsung terjun ke pantai, ada yang hanya duduk-duduk di pasir. Aku tertarik pada ke-6 gadis SMU itu. Mereka sibuk melumuri tubuh mereka dengan sunblock sambil asyik mengobrol dan sesekali tertawa cekikikan. Aku mengambil daftar absensi. Baru beberapa jam saja aku sudah mengenal nama-nama mereka; Devi, Fira, Hani, Efrie, serta si kembar Nisa dan Risa. Melihat penampilan mereka saja, aku dapat menilai jika mereka merupakan gadis-gadis populer di sekolah. Digilai teman-teman pria dan selalu membuat iri teman-teman yang terasing. Aku duduk tak jauh dari mereka. Obrolan mereka yang cukup keras sampai ke telingaku. Mereka sedang membicarakan Super Junior. Yang kutahu tentang Super Junior adalah boyband Korea dengan member seabrek. Walau aku menyukai hal-hal tentang Korea, aku kurang mengikuti perkembangan musik Korea. Aku kurang hafal nama-nama boyband atau girlband dari negeri gingseng itu. Karena aku berteman dengan Sherly dan Yoona saja, aku tahu sedikit informasi tentang Super Junior. Maka dari itu, jangan coba menanyakan nama ke-13 member padaku. Walaupun yang kutahu jumlah member mereka sekarang sudah berkurang. Persisnya berapa aku kurang tahu. Aku ingat beberapa bulan yang lalu, Sherly datang ke kamarku dengan berlinang airmata. Aku pikir dia putus cinta dari Zhou Mi, pacarnya, cowok keturunan Chinese yang menurut Sherly mirip Eunhyuk. Aku yang sedang berkutat dengan tugas kuliah, langsung menghentikan pekerjaanku dan menutup laptop, siap mendengarkan curhatannya. Biasanya Sherly akan curhat sehari semalam jika putus cinta. Sebagai sahabat yang baik, aku siap mendengarkan keluh kesahnya. Aku mendekati Sherly dan memberinya sekotak tissue. Tapi apa yang meluncur dari bibir mungilnya.
“Heechul wamil. Jadi dia vakum dari Suju selama 2 tahun.”
GUBRAKKK!!!
Makhluk bernama Kim Heechul saja aku tak tahu yang mana. Yang aku tahu hanya Siwon, Eunhyuk dan Leeteuk. Siwon, aku kenal karena aku pernah melihatnya bermain dalam beberapa drama. Harus kuakui, Siwon member paling tampan menurutku. Karena Sherly sangat tergila-gila pada Eunhyuk, aku cukup mengenal namja berambut blonde itu. Di dinding kamar Sherly ada banyak sekali poster Eunhyuk dalam berbagai pose. Jika kamu ingin tahu informasi mengenai Eunhyuk, bertanyalah pada Sherly. Aku jamin, Sherly akan memberikan jawaban 100 persen benar. Sedangkan Leeteuk, jelas karena Yoona menyukai leader Super Junior itu. Kata Yoona, Leeteuk berkharisma dan senyumnya selalu membuat hatinya meleleh.
****
“Eh, cowok itu mirip banget sama Yeppa!” Tunjuk Hani tiba-tiba pada seorang pria yang baru saja melintasi mereka, juga melintasiku. Sekilas aku juga melihat wajah pria itu. Wajahnya memang khas oriental dengan mata sipit.
“Yang bener,” teriak teman-temannya kompak.
“Iya, haha… beruntung banget kalo kita ketemu member Suju disini,” khayal Hani. Yang lain ikut tertawa.
“Eh...eh... mata gue salah nggak, sih? Bukannya itu Donghae?” seru Nisa. Teman-temannya langsung menoleh, begitu juga dengan aku.
“Kyaa…itu kan Leeteuk, Ryeowook, Sungmin!” jerit Risa sambil menunjuk-nunjuk ke arah beberapa pria yang sedang asyik berjemur.
“Shindong, Eunhyuk juga…Itu!!” seru Efrie dan Fira bersamaan.
Para gadis itu langsung berteriak histeris, blingsatan dan buru-buru berlari ke arah sekelompok pria itu. Aku memandangi wajah mereka satu persatu. Benarkah Suju datang ke Indonesia? Dalam rangka apa? Liburan? Konser? Akh, tak mungkin mereka akan konser di Indonesia. Aku tak pernah mendengarnya dari mulut Sherly maupun Yoona. Berita tentang perSUJUan, mereka yang paling update. Aku melihat gadis-gadis itu bersalaman dengan member Suju. Entahlah, aku sendiri kurang yakin. Tapi harus kuakui mereka memiliki wajah rupawan. Mataku segera mencari-cari Siwon, member yang paling ku ingat. Tapi aku tak menemukannya. Lalu aku beralih mencari Eunhyuk. Tiap hari melihatnya di kamar Sherly, pasti aku familiar. Ah, ya…ya… pria yang tengah dipeluk oleh si kembar pasti Eunhyuk. Dan aku juga mengenali Leeteuk yang sedang berbincang dengan Hani dan Efrie. Mimpi apa gadis-gadis itu bertemu para idola tanpa harus pergi ke Korea atau membayar tiket mahal. Tapi anehnya sedari tadi kenapa tak ada yang menyadari kehadiran mereka. Entahlah. Lagipula aku tak terlalu antusias bertemu dengan mereka. Pada dasarnya aku tak terlalu menyukai mereka. Tapi untuk lagu-lagu mereka, aku acungkan jempol. Aku menyukai lagu-lagu mereka dan kerap mendengarkannya bersama Sherly atau Yoona. Dan ketika aku berulang tahun bulan lalu, Sherly menghadiahiku album Suju terbaru, A-Cha. Jadilah setiap hari aku mendengarkan lagu-lagu mereka. Aku teringat Sherly dan Yoona. Aku segera merogoh tasku mencari ponselku. Aku menekan nomor Sherly, tapi segera ku urungkan niatku. Sherly sedang ada ujian hari ini. Aku yakin dia tak akan pikir panjang menyusulku kesini jika tahu ada idolanya. Begitu juga dengan Yoona. Jika kukabari, sudah pasti dia akan mengajak Sherly. Aku memutuskan tak menghubungi siapa-siapa.
Aku bangkit, menoleh ke arah mereka. Para gadis itu masih asyik bercengkrama dengan member Super Junior. Aku tak berminat menghampiri mereka. Aku malah berjalan berlawanan arah. Mencari turisku yang lain. Siapa tahu mereka butuh bantuan. Aku berjalan sambil sesekali bermain dengan ombak. Tiba-tiba…
BRAKKK!!!
Sesuatu yang keras mengenai kaki kananku. Aku langsung terjatuh. Seketika kakiku berdenyut-denyut. Aku melihat papan selancar di samping kakiku. Ada seseorang yang menabrakku dengan papan selancar. Omo, sakitnya.
“Oh, I’m sorry…” sebuah suara dengan aksen yang sangat kukenal terdengar dari arah belakang.
Seorang pria oriental berdiri di depanku. Pria itu itu cukup tinggi, mungkin sekitar 180 cm. Wajahnya tampan sekali. Rasanya seperti melihat patung dewa yang terpahat sempurna tengah berdiri di depanmu. Kulitnya putih dengan rambut cokelat menutupi dahinya. Pria itu berjongkok di dekatku.
“Are you okay? I’m so sorry!” Tanyanya dengan nada khawatir. Berteman selama 2 tahun dengan Yoona, aku tahu pria ini berasal dari Korea.
Tentu saja tidak. Kakiku semakin sakit. Kulihat sebelah mata kaki kananku memar. Aish, kenapa aku sesial ini. Bukan hanya kakiku yang sakit, tapi celanaku sudah basah terkena air laut. Pria itu mengulurkan tangan, ingin membantuku bangkit. Aku menyerahkan kedua tanganku padanya. Pria itu menarikku bangun. Aku langsung oleng. Sakit sekali. Aku meringis.
“Sorry…sorry…sorry…” ucapnya berulang kali tanpa melepaskan tanganku.
Melihat wajahnya yang penuh penyesalan, kejengkelanku langsung lenyap. Bagaimana mungkin aku memarahi orang yang sudah meminta maaf berulang kali.
“Ne, gwaenchanayo,” jawabku.
“Kau bisa berbahasa Korea?” tanyanya dalam bahasa Korea. Pria itu jelas terkejut. Aku mengangguk. “Apa kita perlu ke rumah sakit? Sepertinya cukup parah?”
“Tidak usah,” Aku segera mengggeleng. Jika aku pergi ke rumah sakit jadwal kerjaku bisa berantakan. Bagaimanapun juga aku harus profesional. Turis ku tak bisa kutinggalkan begitu saja.
“Sungguh? Aku akan mengantarmu?” ucapnya lagi.
Aku mencoba menggerakan kakiku. Nyeri. Tapi aku mencoba memaksakan diri menjejakkan kaki kananku ke pasir dan mencoba menggerakannya lagi. Sepertinya aku masih bisa menahannya. Setidaknya sampai jam kerjaku berakhir hari ini.
“Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja,” ucapku agar pria itu tak terlalu merasa bersalah. Aku mencoba melangkah untuk membuktikan bahwa aku masih bisa berjalan. Aku kembali meringis, tapi aku memaksakan diri berjalan. Pria itu sepertinya tak bisa dibohongi. Wajahnya masih terlihat pias.
“Kyuhyun-ah, kau kemana saja. Ayo, makan siang. Yang lain sudah menunggu!” Seorang pria jangkung berwajah tampan yang sudah sangat kukenal menghampiri kami berdua. Aku terkesima melihat pria itu. Pria itu jauh jauh lebih tampan dibandingkan ketika aku melihatnya di layar TV. Siwon mengenakan kaos putih dan celana pendek.
“Aku baru saja menabrak gadis ini, hyung,” beritahunya.
Aku menoleh ke arah pria yang baru saja menabrakku. Apa pria itu salah satu dari member Super Junior? Kyuhyun, sepertinya aku pernah mendengar namanya. Aku memicingkan mata, mengingat poster Suju ukuran jumbo dikamar Sherly. Ah, aku lupa!
“Omo, bagaimana bisa?” Siwon mendekat.
“Aku tak sengaja. Aku ingin mengantarnya ke rumah sakit, tapi gadis ini bilang dia baik-baik saja.”
“Yeah, I’m fine. Don’t bother,” tegasku lagi. “Apa kau Choi Siwon-ssi?” tanyaku penasaran. Siwon tersenyum lalu mengangguk.
“Ah, benarkah? Senang sekali bertemu denganmu disini?” ucapku.
“Kau benar baik-baik saja?” tanya Siwon ikut khawatir.
Aku mengangguk. “Er…Can I take a picture with you?” mintaku tiba-tiba. Hahaa, ketampanan Siwon telah menyihirku.
Siwon tertawa. “Of course.”
Aku mengambil ponselku. Siwon mengambilnya dan menyerahkannya pada Kyuhyun. Siwon meminta Kyuhyun mengambil foto kami berdua. Siwon berdiri di sampingku lalu merangkul pundakku. Dadaku berdesir hebat. Kyuhyun dua kali mengambil foto kami. Setelah selesai, dia mengembalikannya padaku. Aku berterimakasih pada Siwon.
“Apa kau ingin berfoto bersamaku juga? Mungkin sebagai permintaan maaf?” tawar Kyuhyun.
“Aniyo…tidak perlu. Kamsahamnida,” tolakku sopan. Berfoto dengan Siwon saja sudah cukup untukku. Lagipula aku tak mengenal Kyuhyun, untuk apa aku berfoto bersamanya.
Tawa Siwon langsung meledak. Aku lihat Kyuhyun cemberut.
“Apa kau tak menyesal? Dongsaeng-ku ini paling banyak fans-nya lho,” puji Siwon sambil menepuk bahu Kyuhyun. Kyuhyun makin cemberut.
Aku hanya nyengir lebar. Siwon kembali mengajak Kyuhyun pergi. Sebelum pergi Kyuhyun meminta nomor teleponku. Dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja sampai di rumah. Jika kakiku masih sakit, Kyuhyun memintaku pergi ke rumah sakit, dia yang akan menanggung biayanya. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
****
Jam kerjaku akhirnya selesai juga. Setelah mengantar rombongan turis kembali ke hotel, aku segera meluncur pulang ke kost-an. Aku berjalan tertatih-tatih menuju kamarku. Sherly yang tengah menonton TV menangkapku. Ia segera menghampiriku.
“Feby, kamu kenapa?” tanyanya sambil memperhatikan kakiku yang memar.
“Tadi aku ditabrak orang,” jawabku.
“Ya ampun, nggak punya mata kali ya itu orang. Bisa sampe bengkak begitu.” Sherly jongkok lalu menekan memar di kakiku. Aku langsung menjerit. Kaki kananku memang terlihat bengkak, padahal tadi belum sebesar itu.
“Oops, sorry….” Sherly mendongak sambil nyengir.
“Sakit…” rintihku.
“Udah ke dokter?”
Aku menggeleng.
“Ih, ke dokter aja takut,” komentar Sherly sambil menuntunku masuk ke kamar.
Sherly tahu aku paling ngeri mengunjungi rumah sakit. Entahlah, melihat dokter dengan jas putihnya saja sudah membuatku bergidik.
Sherly mengambil salep memar dan mengoleskannya ke kakiku. Aku meringis. Selagi Sherly mengoleskan salep, aku berpikir untuk memberitahunya tentang pertemuanku dengan member Super Junior yang tak terduga, apalagi aku sempat berfoto dengan salah satu dari mereka.
“Sherly, Kyuhyun itu yang mana ya?” tanyaku.
Tangan Sherly langsung berhenti. Ia menghela nafas. Aku tahu kenapa Sherly bersikap demikian. Sudah berulang kali Sherly mengajariku untuk mengingat wajah-wajah para member Suju. Tapi aku tak pernah bisa mengingatnya. Mereka terlalu banyak. Di mataku wajah mereka sepintas terlihat mirip. Jadi jangan salahkan aku dong. Sherly sering sekali menarikku ke kamarnya. Memberiku les privat. Layaknya seorang guru di depan poster jumbo Super Junior, ia menyebutkan nama-nama member satu persatu dan memintaku untuk mengulangnya. Jika aku salah menyebutkan nama, dia tak segan-segan menjitak kepalaku. Yoona hanya cekikikan disamping kami.
Sherly turun dari ranjang dan keluar dari kamarku. Tak berapa lama dia muncul lagi dengan poster jumbo Super Junior ditangannya. Ah, aku sudah hafal tradisi ini. Sherly menempelkan poster itu di dinding kamarku. Jumlah member di poster itu masih lengkap, 13 orang. Sherly tak langsung menunjukkan padaku mana yang namanya Kyuhyun, tapi ia menyebutkan nama semua member dimulai dari sebelah kiri; Kibum, Eunhyuk, Shindong, Yesung, Donghae, Siwon, Hangeng, Heechul, Leeteuk, Sungmin, Kang In, Ryeowook, Kyuhyun.
Mataku berhenti pada sosok Kyuhyun. Ya, benar pria yang menabrakku adalah Kyuhyun, member Super Junior. Tiba-tiba saja aku menyesal tadi tak berfoto bersamanya.
“Sherly, tadi aku bertemu dengan semua member Suju,” beritahuku.
“Masa? Aku juga tiap hari ketemu mereka. Bahkan tiap malem ditemenin tidur sama Hyukppa,” ucap Sherly sambil menggulung posternya.
“Ini Suju beneran. Asli. Mereka lagi liburan di Kuta.”
Sherly langsung mendongak “Serius?”
Aku mengangguk. “Aku foto sama Siwon.”
Aku mengambil ponselku dan menyerahkannya pada Sherly. Sherly terbelalak begitu melihat fotoku dengan Siwon. Ia memandangiku dan foto itu berulang kali. Wajahnya seakan tak percaya.
“Kyaaa, ini Siwon asli? Jadi bener mereka lagi di Bali? Lagi ngapain? Kan mereka nggak ada konser di Indonesia. Feby, kok nggak bilang-bilang. Selain Siwon siapa lagi? Hyukppa…Hyukppa ada disana juga. Kok, nggak ada foto member lain. Donghae, Sungmin, Kyuhyun gimana? Mereka masih di Kuta? Mereka menginap dimana? Ayo kita kesana!” Sherly memberondongku dengan banyak pertanyaan.
Sekarang bukan hanya kakiku yang berdenyut-denyut, kepala juga. Andai saja aku bisa beringsut dengan cepat, sudah kusambar lem perekat di lemari dan menutup mulut Sherly yang berisik. Dibandingkan dengan kebisingan yang diciptakan ke-6 turisku, Sherly jauh lebih berisik. Aduh, bagaimana jika Sherly sampai tahu jika Kyuhyun yang telah membuat kakiku memar. Orang yang barusan ia katai tak punya mata. Aku memijat kepalaku. Sherly mengerlingku.
“Pasti kamu capek. Istirahatlah.” Sherly mengalah. “Tapi beneran yang kamu lihat tadi member Suju?”
Aku melotot pada Sherly. Sherly merengus. Dia mengambil poster Suju dan menentengnya keluar kamarku. Sayup-sayup aku mendengar Sherly menggumamkan kata-kata beruntung. Hari ini aku terlalu lelah meladeni histeria sahabatku. Aku ingin segera istirahat. Aku mengambil handuk dan bersiap mandi. Suara ponselku menghentikan niatku. Aku menyambar ponselku. Sebuah pesan baru.
“Annyeonghaseyo. Jeoneun Kyuhyun imnida. Eotteokeyo? Apa kau pulang dengan selamat? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu?”
Deg, dadaku langsung bergetar. Aku pikir Kyuhyun tak akan menghubungiku. Dia hanya berbasa-basi meminta nomor teleponku. Tiba-tiba serangan kepanikan melandaku. Aku bingung apa yang harus kujawab. Tanganku sedikit bergetar ketika menekan keypad ponselku.
“Aku sudah pulang dengan selamat. Terimakasih sudah mengkhawatirkanku.”
“Oh, syukurlah. Hey, aku lupa menanyakan sesuatu padamu. Siapa namamu?”
“Jeoneun Wanti Febrianti imnida. Kau panggil Feby saja.”
“Baiklah, Feby…” Tulis Kyuhyun.
“Istirahatlah. Jika besok kau masih merasa sakit, kau harus secepatnya menghubungiku.”
Aku tertawa. Kemudian membalas “Jika besok hal itu terjadi tentu saja yang pertama kali kuhubungi adalah dokter.”
“Hahahaa…kau benar. Aku lupa jika aku seorang idola bukan seorang dokter.”
“Aishhh, apa kau sangat bangga dengan statusmu sebagai seorang idola.”
“Tentu saja. Siwon hyung sudah mengatakannya padamu, bukan? Jika aku yang paling banyak fans.”
“Tapi aku tidak didalamnya.”
“Ya, aku tahu kau mengidolakan Siwon hyung. Menyebalkan sekali, kenapa aku selalu kalah darinya. Sebenarnya apa yang dilihat para gadis-gadis darinya. Dia tak selalu tampan. Percayalah padaku!”
Aku tertawa. Obrolan kami semakin mengalir dan aku sampai lupa rencana awalku untuk mandi. Aku semakin terhanyut oleh joke-joke ringan yang Kyuhyun lempar. Ternyata ia sangat menyenangkan. Rasanya kami seperti dua orang yang telah lama saling kenal. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 02.10 dini hari. Aku menguap lebar. Kurasa Kyuhyun juga sudah mengantuk. Pesan terakhirnya berbunyi “Tidurlah. Jaljayo.” Aku langsung terlelap tidur tanpa mandi terlebih dahulu.
****
Saat membuka mata, hal pertama yang kukerjakan adalah menggerakkan kaki kananku. Kakiku masih kaku untuk digerakannya dan masih terasa nyeri. Tapi sepertinya salep yang dioleskan Sherly lumayan manjur. Kakiku tak terlalu sakit sekarang.
Hari ini aku masih bertugas menjadi tour guide. Jadwal kami ke Tanah Lot. Aku mengecek ponselku. Sudah ada 2 pesan baru.
“Selamat pagi! Apa kau tidur dengan nyenyak? Bagaimana kakimu? Apa masih sakit? Pergilah ke dokter!”
“Kau tak membalas pesanku. Kau sedang apa?”
Aku melihat waktu pengiriman pesan itu. Kyuhyun mengirim pesan ketika aku sedang mandi. Jarak kedua pesan itu hanya berselang 5 menit. Hahaa… apa dia benar-benar tak sabar menunggu balasanku? Hatiku merekah.
Aku cepat-cepat membalas pesannya.
“Selamat pagi!”
“Ku bilang kau tak usah terlalu mengkhawatirkanku. Aku masih bisa bekerja hari ini. Jadi artinya aku baik-baik saja. Aku sudah membalas kedua pesanmu, kan?”
Aku mengiriminya dalam 2 buah pesan. Jadi sekarang kami impas. Tak berapa lama muncul pesan darinya.
“Syukurlah…Aku tak bisa berhenti memikirkanmu. Kau bekerja dimana?”
“Aku seorang tour guide. Hari ini aku akan pergi ke Tanah Lot.”
“Benarkah? Wah, jika aku tahu pasti aku mau kau menjadi tour guide-ku. Jam berapa kau pulang kerja? Bisakah aku memakai jasamu? Kami disini masih 3 hari lagi.”
“Wah, sayang sekali. Aku tidak bisa. Aku sudah punya schedule untuk 4 hari ini.”
“Malam hari sepulang kerja apa tak bisa?”
“Memangnya kalian ingin diantar kemana?”
“Aniyo…aniyo… hanya aku saja. Hyungdeul-ku tak memerlukan guide.”
“Omo, aku terlambat. Aku harus menjemput turis-turisku.” Aku menulis cepat setelah tak sengaja melirik jam di dinding kamarku. Aku bergegas menyambar tas dan buru-buru pergi. Kakiku yang nyeri tak kurasakan lagi. Sherly dan Yoona masih asyik sarapan. Mereka berteriak memintaku sarapan dulu. Aku berteriak tak sempat. Di tengah usahaku mencapai hotel, aku sempat membuka pesan Kyuhyun yang baru masuk.
“Selamat bekerja. Ingat nanti malam hubungi aku.”
****
Setelah mengantar turis domestik ku ke Tanah Lot dan menikmati keindahan dasar laut lewat kapal selam di Odyssey Submarine, aku pulang ke kost-an dengan tubuh letih. Beruntung aku tak pulang terlalu larut, masih pukul 08.30. Aku menjatuhkan tubuhku di sofa. Sherly dan Yoona tengah asyik menonton TV. Sherly beringsut mendekatiku. Dari gelagatnya aku tahu dia pasti ingin melanjutkan obrolan kami kemarin malam. Dia masih penasaran dan ingin menginterogasiku mengenai Super Junior. Yoona sepertinya sudah diceritakan oleh Sherly. Dia senyum-senyum saja sedari tadi. Untunglah Yoona tak ikut heboh seperti Sherly kemarin malam. Jika tidak bagaimana aku bisa menghadapi mereka berdua? Kemarin saja kepalaku langsung pening. Sherly pasti akan menanyakan dimana Suju menginap? Sampai kapan mereka di Bali? Dan sepertinya aku akan terpaksa berbohong. Aku bukan bermaksud membohongi mereka, tapi nyatanya memang aku benar-benar tak tahu dimana para member menginap. Aku tak pernah bertanya pada Kyuhyun. Aku belum mau menceritakan pada Sherly bahwa aku menyimpan nomor telepon salah satu member Suju. Jika dia tahu, pasti Sherly akan menghubungi Kyuhyun dan bisa-bisa dia meneror Kyuhyun tiap hari. Aku sedang menikmati hubunganku yang wajar dengan Kyuhyun tanpa memandang status idolanya. Tapi melihat wajah Sherly, aku tak tega. Mianhae, Sherly.
“Feby, kaki kamu udah baikan?” tanya Sherly berbasa-basi.
Yoona menoleh ke arah kakiku “Masih bengkak. Apa perlu ke dokter?”
Aku menggeleng. “Udah mendingan kok.”
“Feby, Suju masih di Bali nggak?” tanya Sherly perlahan.
“Aku nggak tahu. Aku juga nggak tahu mereka menginap dimana. Aku rasa mereka udah balik ke Korea,” jawabku.
Sherly menghembuskan nafas. “Iya, pasti mereka kesini cuma buat pemotretan. Nggak ada beritanya sama sekali.”
Yoona manggut-manggut.
“Arghhh, Feby kamu beruntung sekali….!!!” Sherly mengguncang-guncang tubuhku. Aku tertawa. Sherly turun ke lantai, duduk dekat Yoona yang tengah asyik menjelajah internet.
“Jahatnya Hyukppa nggak bilang-bilang sama aku mau ke Bali. Dateng nggak pamitan, pulang juga nggak pamitan,” seru Sherly kesal.
Tiba-tiba aku teringat pesan terakhir Kyuhyun. Kyuhyun meminta kami bertemu malam ini. Aku mengambil ponselku. Aku ragu-ragu untuk mengirim pesan padanya. Aku mulai mengetik sebuah pesan. Belum sempat kukirim, ponselku berdering. Bukan bunyi pesan, melainkan panggilan telepon. Dan Kyuhyun yang meneleponku. Aku tertegun. Lama kupandangi layar ponselku dalam diam. Sherly dan Yoona menoleh ke arahku. Mereka mulai terganggu dengan suara ponselku. Aku cepat-cepat masuk ke dalam kamar, tanpa mengangkat ponselku. Sepintas ekor mataku sempat menangkap Sherly dan Yoona saling pandang.
Setelah menutup pintu dan memastikan tak ada yang menguping, aku menjawab teleponku.
“Ha...Hallo..” aku sedikit tergagap. Semoga saja Kyuhyun tak menangkap suaraku yang bergetar.
“Hallo, apa kau masih bekerja? Lama sekali kau mengangkat teleponku,” suara Kyuhyun disana terdengar merdu.
“Mianhae. Aku baru saja pulang.”
“Apa kau tidak lelah malam ini?”
“Aniyo. Memangnya kau ingin pergi kemana?” tanyaku.
“Yaaa, kau kan tour guide. Seharusnya aku yang bertanya padamu?”
Aku terkekeh. “Baiklah, bagaimana jika kita pergi minum kopi saja. Aku punya tempat minum kopi yang enak. Itupun jika kau mau.”
“Tentu saja aku mau,” sahut Kyuhyun riang.
****
Aku menjemput Kyuhyun di depan hotelnya. Kyuhyun menginap di hotel dekat pantai Kuta. Setelah itu aku mengajaknya ke kafe yang kumaksud. Kafe itu buka sampai larut malam. Aku sering pergi kesana jika sedang mengerjakan tugas kuliahku atau jika aku sedang penat dengan tugas kuliah maupun pekerjaanku. Hanya sekedar minum secangkir kopi atau mengobrol dengan pemilik Kafe, Putu Arya. Aku cukup dekat dengannya. Kadang aku mendapat secangkir kopi atau satu slice blueberry cheesecake gratis. Kafe itu tak terlalu ramai oleh pengunjung, hanya weekend saja. Makanya aku memutuskan membawa Kyuhyun kesana. Aku yakin tak akan ada orang yang mengenalinya atau ada ELF yang nyasar tengah malam kesana. Aku mencari kursi di pojok ruang. Tempatnya agak tersembunyi. Kyuhyun duduk menghadap tembok. Aku pergi memesankan minuman untuk kami berdua.
“Malam, Bli!” Aku menyapa Bli Arya yang tengah meracik kopi. Bli Arya mendongak.
“Nto demenane?*” tanya Bli Arya sambil mengerling Kyuhyun. *itu pacar kamu?
Aku tergelak. “Teen, wantah semeton tiang,” jawabku. *bukan, hanya teman.
Bli Arya manggut-manggut. Aku memesan 2 cangkir coffee latte dan 2 strawberry pie. Setelah itu aku membawanya sendiri ke meja Kyuhyun.
“Sepertinya kamu sangat akrab dengan pemilik kafe?” tanya Kyuhyun.
Aku tersenyum. “Tentu saja. Jika aku bisa mendapatkan secangkir kopi gratis, bukankah sangat baik jika aku berteman dengannya. Bli Arya juga orang yang sangat menyenangkan.”
Kyuhyun cemberut. “Pendapatmu tentangnya membuatku tak nyaman.”
“Yaaa, apa kau mau bilang jika kau cemburu padanya?”
“Bagaimana jika iya,” tantang Kyuhyun.
Aku langsung terdiam. Aku tak tahu harus menjawab apa. Aku buru-buru menarik cangkir kopiku dan menyesap kopi yang masih panas. Lidahku serasa terbakar.
“Kopi itu masih panas,” celetuk Kyuhyun.
Aku nyengir.
“Bagaimana kakimu?” tanyanya.
“Sudah baikan. Kau kan lihat aku masih bisa berjalan.”
“Tapi jalanmu masih pincang. Pasti masih sakit?”
“Sedikit.”
“Mianhae…”
Aku tertawa. “Kau sudah mengucapkannya puluhan kali dan aku sudah bosan bilang padamu bahwa aku baik-baik saja.”
“Aku tak ingin kau terluka. Itu sangat menderita.”
Aku terdiam. Saat tengah mengantar turisku tadi, aku sempat mencari tahu tentang Super Junior di internet, terutama Kyuhyun. Aku tertarik pada berita tentang kecelakaan hebat yang menimpa anggota Super Junior yang terdiri dari Leeteuk, Eunhyuk, Shindong dan Kyuhyun pada tahun 2007. Leeteuk dan Kyuhyun yang mendapat luka serius. Bahkan Kyuhyun harus tinggal di rumah sakit selama 78 hari. Pantas saja, Kyuhyun selalu mengecek kondisiku. Padahal aku hanya mendapatkan luka memar. Bandingkan dengan luka yang didapatnya akibat kecelakaan itu. Kyuhyun mengalam patah tulang dan pendarahan di paru-parunya. Aku langsung bergidik membayangkan situasi kala itu. Melihat Kyuhyun di depanku sehat wal-afiat, aku bersyukur sekali.
Malam itu aku menghabiskan waktu dengan mengobrol banyak hal dengan Kyuhyun. Kyuhyun menceritakan masa kecilnya, impiannya menjadi seorang penyanyi dan perjuangannya meraih impiannya itu. Aku menyimak semua ceritanya dengan antusias. Kyuhyun juga menanyakan keluargaku, kuliahku dan pekerjaanku. Aku semakin tertarik dengan kepribadiannya yang hangat.
Malam berikutnya, aku dan Kyuhyun kembali datang ke kafe ini lagi. Rasanya obrolan kami tak ada habisnya. Ada saja hal-hal menarik yang menjadi topik obrolan kami. Hingga akhirnya ia berkata bahwa besok dirinya dan hyungdeul-nya akan kembali ke Korea. Liburan mereka telah usai. Aku sedikit kecewa. Aku menyukai kebersamaan kami. Aku masih ingin bertemu dengannya. Rasanya aku tak rela melepasnya pergi.
Aku pulang dengan raut wajah sedih. Aku masih memikirkan rencana kepulangan Kyuhyun. Walaupun Kyuhyun berjanji tak akan melupakanku, tetap menjaga komunikasi kami, tapi aku tak yakin. Dia seorang artis dengan seabrek kegiatan. Disana tentu saja banyak yeoja yang ingin berteman dengannya. Jika begitu apakah dia masih akan mengingatku?
****
Aku tak bersemangat kerja. Rasanya malas sekali bangun dari tempat tidurku. Hari ini terakhir aku mengantar turisku dan hari terakhir aku bertemu dengan Kyuhyun. Arghh, apa aku bisa bertemu dengan Kyuhyun. Jadwalku hari ini sampai jam 3 sore, sedangkan Kyuhyun akan pergi jam 10 pagi. Aku menjejalkan kepalaku ke bawah bantal. Ponselku bordering. Kyuhyun meneleponku.
“Annyeong! Apa kau sudah bangun?”
“Sudah,” jawabku.
“Hari ini kau masih bekerja?”
“Ne, hari ini terakhir.”
“Besok kau bebas?”
“Hmm, aku hanya ke kampus sebentar mengantarkan tugas kuliahku.”
“Bagus sekali. Bisakah kau menemaniku seharian?”
Mataku langsung terbelalak. Kantuk yang tadi masih menyerangku mendadak hilang. “Maksudmu?”
“Aku menunda kepulanganku. Jadi kita punya waktu bersenang-senang seharian. Kau mau, kan?”
“Benarkah?” Mataku berbinar-binar.
Aku langsung melonjak kegirangan. Tugasku terakhirku mengantar rombongan turis kujalani dengan penuh semangat. Pukul 3 sore, aku mengantar mereka ke Bandara Ngurah Rai. Ke-6 gadis SMU itu mendekatiku. Mereka secara bergiliran menyalamiku dan mengucapkan terimaksih. Whoaa, aku tak menyangka mereka sesopan itu. Selama menemani turisku, aku lebih banyak mengobrol dengan yang lain. Gadis-gadis itu terlihat sibuk dengan kelompok mereka sendiri. Dan yang membuatku terharu, Fira sebagai perwakilan menyerahkan sekotak hadiah untukku. Fira berkata hadiah itu kenang-kenangan dari mereka berenam. Aku mengucapkan terimakasih banyak dan serasa sekarang aku memilik 6 orang adik. Rombongan yang lain juga menyalamiku. Lalu kami saling mengucapkan selamat tinggal. Aku berharap mereka puas dan pengalaman selama berlibur di Bali menjadi kenangan yang tak terlupakan.
****
Pukul lima pagi aku sudah bangun. Aku tak bisa memejamkan mataku lagi. Perutku keram. Memikirkan acara kencanku dengan Kyuhyun membuat dadaku berdebar-debar. Aku memutuskan mengirim pesan untuk Kyuhyun.
“Aku tidak bisa tidur lagi. Apa yang harus kulakukan?”
“Hahaa, kau juga. Dari tadi aku ingin menghubungimu, tapi aku takut kau masih tidur.”
“Kau mau kan bertemu dengan kedua sahabatku?”
“Tentu saja.”
Semalam akhirnya aku menceritakan hubunganku dengan Kyuhyun pada Sherly dan Yoona. Sherly memekik keras setelah aku menceritakan kronologis bagaimana aku bisa mengenal Kyuhyun dan akhirnya berteman dengannya. Seperti biasa Sherly memberondongku dengan banyak sekali pertanyaan. Tapi untunglah Sherly dan Yoona mendukung hubunganku dengan Kyuhyun. Mereka malah kompakan memintaku berpacaran dengan Kyuhyun. Katanya mereka akan sangat bangga memiliki sahabat yang bisa memacari salah satu member Suju. Tentu saja aku tertawa dengan pikiran gila sahabatku. Berteman dengan Kyuhyun saja sudah merupakan anugerah bagiku. Aku tak mengharapkan hubungan yang lebih. Ya, walau jauh di lubuk hatiku, aku mulai menyukai Kyuhyun. Tapi aku sadar diri. Aku hanya akan menjadi bagian sesaat untuk Kyuhyun. Aku hanya orang yang akan ia kenang ketika berbagi cerita dengan orang lain. Setelah Kyuhyun kembali ke Korea, aku tak yakin hubungan kami akan terus berlanjut.
****
Aku menarik Kyuhyun masuk ke dalam rumah. Sherly dan Yoona sudah menunggu kami dengan wajah tegang. Syukurlah Sherly dan Yoona bisa bersikap ‘normal’ ketika ku kenalkan dengan Kyuhyun. Padahal aku bisa merasakan Sherly ingin sekali meloncat ke pelukan Kyuhyun. Oh, jangan Sherly. Kyuhyun is mine.
Untuk menyambut kedatangan Kyuhyun, Sherly mau berbaik hati membuatkan nasi goreng untuk kami semua. Kyuhyun menyukai nasi goreng buatan Shery yang memang terkenal enak. Walau terlihat Kyuhyun agak kepedasan. Setelah selesai makan, dengan malu-malu Sherly menyodorkan poster jumbo Suju meminta Kyuhyun menandatanganinya. Yoona juga tak mau kalah. Ia menyodorkan kaos bergambar Suju untuk ditandatangani Kyuhyun. Sherly dengan wajah memelas meminta dua permintaan lagi. Ia menyerahkan kertas kosong meminta Kyuhyun menuliskan sesuatu disana. Sherly menitipkan boneka Teddy Bear dan meminta Kyuhyun menyerahkannya untuk Eunhyuk. Kyuhyun dengan senang hati meladeni permintaan kedua sahabatku. Setelah acara tanda tangan selesai, aku bertugas jadi juru foto. Mereka asyik berfoto bersama Kyuhyun tanpa memberiku kesempatan sekalipun berfoto bersama Kyuhyun. Aishhh…..
****
Aku pergi bersama Kyuhyun ke Bedugul. Suasana pegunungan yang sejuk membuatku merasa nyaman. Kyuhyun menarik tanganku. Ia menggandengku selagi kami menikmati indahnya pemandangan danau Beratan.
“Menyenangkan sekali jika kita bisa setiap hari seperti ini,” ucap Kyuhyun.
Aku tersenyum. “Semua turis juga menyukai suasana alam Bedugul.”
“Aniyo. Denganmu,” koreksi Kyuhyun sambil menoleh padaku. “Aku ingin bersama denganmu. Setiap hari melihatmu, mendengar suaramu, membuatmu tertawa.”
Aku menunduk. “Kau tahu kan itu tidak mungkin. Besok saja kau harus sudah kembali ke Korea.”
“Maukah kau tak menyerah padaku? Maukah kau tak marah jika aku satu atau dua hari tak membalas pesanmu? Bisakah kau bersabar menunggu teleponku? Saranghae…” Kyuhyun menyatakan cintanya padaku.
Aku cukup terkejut. Kami baru mengenal beberapa hari. Bisakah cinta datang dengan begitu cepat? Aku terdiam menatap mata Kyuhyun. Rasanya aku menemukan ketulusan didasar matanya yang bening. Dan aku ingin mempercayainya. Perlahan aku mengangguk. Kyuhyun tersenyum lebar. Tiba-tiba saja tanpa meminta izinku, tanpa memberiku persiapan Kyuhyun menciumku. Seketika itu juga aku langsung lemas. Lututku bergetar hebat. Kyuhyun tertawa keras menyadari tubuhku yang gemetaran. Dia menangkap tubuhku. Aishh, aku menutup wajahku saking malunya. Kyuhyun malah memelukku.
“Kau jangan macam-macam disini. Berjanjilah jika ada pria lain yang menabrakmu dan meminta nomor teleponmu, jangan kau berikan!”
Aku tertawa. Mencubit pingganggnya dengan keras. Kyuhyun meringis.
“Kau juga. Akan banyak gadis-gadis disana yang mengejarmu. Awas kalau kau sampai macam-macam dibelakangku.”
“Oh, itu sudah nasibku. Aku sudah ditakdirkan terlahir dengan banyak penggemar. Jadi kau beruntung memiliki kekasih sepertiku.”
“Aku rasa kau yang seharusnya lebih beruntung. Jika kau tak menabrakku, kau tak akan menemukan gadis cantik di Bali.”
Kyuhyun tergelak. Kami berpelukan semakin erat. Detik berikutnya kami kembali berciuman.
___THE END___
hwaaaaaa...... kyuhyunnnn..... saranghaeyo....
BalasHapus>_< buka dasbord liat ff kyu langsung ke tkp.
dewi..... kyu ku itu wkwkwkwk....
hwaaa.... gak papa lah kyu di sini buatmu.biar hae untukku.wkwkwk
wahaha di post lagi... sumpah keren... aku sampe senyum2 n cekikikan bacanya......
BalasHapus@iis: Cowok evil itu terlalu banyak yang ngefans. Ckckck... Saya sbg istrinya sabar aja dahh. Hahahaaa #kaburrrrrr
BalasHapus@anishachuie: gomawoyo :)) #LemparTeukie
Astaghfirullah, baru baca ikut senyum2 sendiri..kekeke ceritanya mengalir banget.. serasa ikutan berkhayal seperti apa suasananya..hehehe
BalasHapusKeren mb,, daebak
kunjungan gan .,.
BalasHapusbagi" motivasi
Saat kamu menemui batu sandungan janganlah kamu ptus asa,
karena semua itu pasti akan ada solusinya.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,
Kereeeen...
BalasHapusQ pikir ujung2nya bakalan terbangun dr mimpi panjang, atw bakal berakhir dengan siwon, ternyata tidak.. Heheh...
ini feby yang bikin?
BalasHapusKenal sama Feby? Bukan. Aku yang bikin buat lomba FF yang diadain fanbase Feby. Dianya narsis sih minta jadi pairing Kyu haha
Hapussuka bikin FF? boleh ga nitip posting ff bikinanku? hehe. kenal feby di twitter kkk
BalasHapusJjang! Keren FFnya :)
BalasHapusApalagi latarny di Bali xD