Suk Bong terpana melihat buku The Great Gatsby di dalam kamar Shin Mi yang ternyata ada sebuah nomor telepon yang selama ini dicarinya. Suk Bong mengambil HPnya, tapi sayangnya low bad. Ia melihat HP Shin Mi di dekat tempat tidur.
"Aku akan menunggu teleponmu" ucap Woon Suk pada Shin Mi saat bertemu di pesta.
"Jangan tunggu. Di ponselmu pasti tidak akan muncul namaku," jawab Shin Mi dingin.
"Aku tahu kau ingin meneleponku." Woon Suk masih ngotot.
"Ku bilang tidak." Shin Mi semakin kesal. "Baiklah jika di ponselmu muncul nomorku, aku akan melakukan apapun yang kau mau." Shin Mi menantang.
Kemudian HP Woon Suk berbunyi. Ia memanggil Shin Mi yang akan pergi. Woon Suk memperlihatkan layar HPnya dan terlihat bahwa Shin Mi meneleponnya.
Shin Mi bergegas ke kamarnya. Woon Suk mengikuti dari belakang. Suk Bong sedang berusaha menelepon dengan HP Shin Mi.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Shin Mi marah. HP Woon Suk berbunyi. Ternyata nomor yang dihubungi Suk Bong tersambung pada Woon Suk. Dengan marah Shin Mi merebut Hpnya. Suk Bong hanya bisa meminta maaf.
"Maaf. Aku sedang mengalami kesulitan."
"Apa yang kau lakukan?" teriak Shin Mi marah. HP Woon Suk berbunyi. Ternyata nomor yang dihubungi Suk Bong tersambung pada Woon Suk. Dengan marah Shin Mi merebut Hpnya. Suk Bong hanya bisa meminta maaf.
"Maaf. Aku sedang mengalami kesulitan."
"Apapun kesulitanmu terima kasih," kata Woon Suk. "Aku berhasil memastikan takdir kami."
Woon Suk memberi Suk Bong kartu nama dan menyuruhnya pergi. Diluar Kang Woo mengajak Suk Bong untuk membantunya menangani masalah dengan nenek tua. Dengan semangat Suk Bong mau membantu mereka. Ia tahu yang dibantunya adalah salah seorang konglomerat. Nenek itu tengah merengek minta diputarkan lagu pada putranya. Namun kaset CD miliknya rusak. Dengan senang hati Suk Bong menyanyikan lagu secara live untuk menghibur nenek itu. Tanpa membuang kesempatan (kalo ketemu sama orang kaya) Suk Bong selalu (dengan sengaja) menunjukkan kalung miliknya. Sayangnya mereka tidak mengenali kalung itu.
Shin Mi kembali ke pesta. Di luar Tae Hee sudah menunggunya.
"Model apa ini? Coba lihat gaunnya. Sudah kuno sekali. Bahkan lebih baik anjingku dirumah" Tae Hee mengomentari selera fashion Shin Mi.
Shin Mi nggak mau kalah "Pasti sangat sulit. Hanya demi fashion sampai tidak bisa bernafas. Dan demi pinggang terlihat indah, pasti kau sudah menghabiskan banyak tenaga. Hati-hati nanti robek."
"Kau..." teriak Tae Hee marah.
Tae Hee melihat Woon Suk dan memanggilnya.
Pasti Tae Hee datang ke pesta ini hanya untuk bertemu Woon Suk. Woon Suk tersenyum dan mendekat. Tae Hee terlihat sangat senang. Mereka berbincang sebentar. Saat Tae Hee dengan girangnya mengulurkan tangannya agar diajak dansa oleh Woon Suk. Tapi Woon Suk malah mendekati Shin Mi dan mengajaknya berdansa. Shin Mi ingin menolak tapi Woon Suk mengingatkan janjinya yang mau melakukan apapun untuknya.
Mereka menuju lantai dansa dan mulai berdansa di tengah pesta. Shin Mi merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian dan sesaat menjadi bahan gosip para tamu. Sementara Tae Hee terlihat malu dan geram. Suk Bong mendekati Tae Hee dan menawarkan minuman padanya. Lalu mengomentari pasangan yang sedang berdansa.
Pasti Tae Hee datang ke pesta ini hanya untuk bertemu Woon Suk. Woon Suk tersenyum dan mendekat. Tae Hee terlihat sangat senang. Mereka berbincang sebentar. Saat Tae Hee dengan girangnya mengulurkan tangannya agar diajak dansa oleh Woon Suk. Tapi Woon Suk malah mendekati Shin Mi dan mengajaknya berdansa. Shin Mi ingin menolak tapi Woon Suk mengingatkan janjinya yang mau melakukan apapun untuknya.
Mereka menuju lantai dansa dan mulai berdansa di tengah pesta. Shin Mi merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian dan sesaat menjadi bahan gosip para tamu. Sementara Tae Hee terlihat malu dan geram. Suk Bong mendekati Tae Hee dan menawarkan minuman padanya. Lalu mengomentari pasangan yang sedang berdansa.
"Hanya berdiri disamping pangeran, ia terlihat mirip seorang putri. Sangat serasi, kan?"
Tae Hee yang hatinya sedang terbakar cemburu marah mendengar hal itu dan langsung memberinya sebuah tamparan. Akibatnya gelas yang dibawa Suk Bong terjatuh dan pecah.
"Kenapa memukulku?" tanya Suk Bong tak terima.
Tae Hee tak peduli, ia hendak pergi namun dicegah oleh Suk Bong.
"Kenapa kau memukulku?" tuntut Suk Bong.
"Singkirkan tanganmu yang kotor." Tae Hee marah lalu berpaling pada Shin Mi yang sudah mendekat. "Begini caramu mendidik karyawan hotelmu?"
Suk Bong juga marah "Apa kamu orang baru yang harus diberitahu cara didikan yang benar?"
Tae Hee hendak menampar Suk Bong lagi, tapi dihalangi sama Woon Suk. Malah Shin Mi yang melayangkan tamparan di pipi Suk Bong (Poor Suk Bong. Dua kali dapet tamparan. Sini oppa biar aku yang ngompres pipimu. Hehe...)
Untuk menghilangakan stresnya, Suk Bong berkaroke bersama teman-temannya. Mereka merasa takut saat Suk Bong bersikap aneh.
Di rumah Tae Hee masih marah. Ia merobek foto Shin Mi dan Woon Suk. Lalu ia meminta asistennya membawakan kue tart untuknya (ini nih kebiasaan Tae Hee kalo lagi marah). Tae Hee sangat menginginkan Woon Suk. Ia menganggap Woon Suk adalah aksesoris yang bagus untuknya. Tidak ada wanita lain yang boleh mendapatkannya. (Nah lho, pikiran cewek ini aneh banget)
Sekretaris Yoon membawakan timbangan. Ia bilang kalau nonanya minta kue harus dibawakan timbangan dulu. Tae Hee naik ke timbangan.
"Kabarnya hotel Oh Sung akan membelitanah d Pulau Jeju?" tanyanya.
Sekretaris Yoon mengangguk.
"Kalau begitu kita beli duluan tanah itu."
Sekretaris Yoon membawakan timbangan. Ia bilang kalau nonanya minta kue harus dibawakan timbangan dulu. Tae Hee naik ke timbangan.
"Kabarnya hotel Oh Sung akan membelitanah d Pulau Jeju?" tanyanya.
Sekretaris Yoon mengangguk.
"Kalau begitu kita beli duluan tanah itu."
Suk Bong benar-benar sterss. Dia bukannya kerja malah tidur di ruang laundry. Kang Woo berusaha membangunkannya, tapi ia nggak mau bangun. Kepala hotel masuk. Suk Bong marah karena terus diganggu. Tapi emosinya langsung hilang saat tahu Kepala hotel yang membangunkannya.
Shin Mi mendapat telepon dari ayahnya yang menanyakan kepulangan Shin Mi dari luar negeri dan tidak langsung pulang ke rumah. Setelah menutup telepon Shin Mi pergi dengan mobilnya. Di jalan ia kembali teringat kenagan masa kecilnya. Saat ibunya sakit ayahnya tidak pernah datang. Bahkan ayahnya tidak ada saat ibunya meninggal dan terlihat lebih mementingkan urusan bisnisnya. Pikirannya kacau. Tiba-tiba ada truk didepannya. Shin Mi tak bisa menghindar. Mobilnya menabrak pembatas jalan dan terus tergelincir ke pinggir jalan.
Secara kebetulan Suk Bong dan Kang Woo sedang berkendara lewat sana. Suk Bong melihat kecelakaan mobil. Tanpa pikir panjang ia datang menolong. Kang Woo sudah mempringatkan bahwa itu bahaya, tapi Suk Bong tak mengindahkan. Suk Bong terkejut saat mendapati ternyata Shin Mi yang berada di dalam mobil. Ia segera mengeluarkan Shin Mi dari mobil dan sedetik kemudian mobil itu meledak.
Mereka membawa Shin Mi ke rumah sakit. Shin Mi tersadar dan hal yang pertama ditanyakan adalah orang yang menolong nyawanya. Ia takut orang itu mati.
Suk Bong tengah bersama Kang Woo di ruang tunggu. Kang Woo memarahi Suk Bong yang dianggap cari mati saja. Kang Woo juga mulai mengira-ngira jangan-jangan Suk Bong menolong Shin Mi karena dia adalah penerus keluarga Oh Sung Group.
"Apakah karena uang? Harta warisan dia lebih dari 400 miliyar."
"Apa kamu baru tahu..." jawab Suk Bong sambil senyum-senyum. Kang Woo terlihat senang.
Tanpa mereka sadari Shin Mi mendengar pembicaraan mereka dan pergi dengan marah. Ia menabrak seorang pria berjas yang tampak mencurigakan. Setelah Shin Mi pergi Suk Bong meralat ucapannya. Ia menolong bukan karena uang. Ia tidak mungkin mengorbankan nyawa hanya demi uang. Walaupun orang itu adalah orang yang menyebalkan sekalipun, tapi saat itu tidak ada pikiran lain selain menolongnya. Mungkin dengan menolong orang lain, ia berharap Tuhan membuatnya cepat menemukan ayahnya (Ugh, so sweet...Tapi Shin Mi nggak sempet denger)
Di hotel Suk Bong disambut bak pahlawan. Berita penyelamatan itu sudah menyebar dimana-mana. Bahkan So Jung juga ikut kagum padanya. Ia membuka sebuah kamar untuk Suk Bong beristirahat.
Kamar hortelnya luas. Suk Bong minum anggur. Berendam di bak mandi yang mewah. Setelah itu ia makan malam dengan dilayani oleh Kepala hotelnya yang terlihat ogah-ogahan. Sikapnya berubah angkuh layaknya orang kaya sungguhan. Bahkan ia memberi uang tip pada Kepala Hotel. Shin Mi datang. Ia yang mengundang Suk Bong makan malam sebagai ucapan terima kasih. Shin Mi terkejut melihat Suk Bong makan dengan anggun. Sepertinya ia menguasai table manners dengan baik. Suk Bong memberitahu bahwa ia pernah latihan sebelumnya.
"Apa kau benar-benar ingin menjadi orang kaya?"
"Ya. Karena itu adalah takdirku," jawab Suk Bong penuh percaya diri.
Seusai makan Shin Mi mengucapkan terima kasih lagi karena Suk Bong adalah penyelamat untuknya.
"Terima kasih. Bekerjalah dengan rajin untuk Hotel Oh Sung. Makan malam ini menyenangkan. Kalau begitu aku pergi dulu." Shin Mi bangkit dan hendak pergi. Suk Bong buru-buru menahannya.
"Apa ini sudah selesai?"
"Kamu mau ada apa lagi? Choi Suk Bong, aku tahu kamu sangat berani saat menolongku. Aku juga untuk mengucapkan rasa terima kasihku meluangkan waktuku yang berharga mentraktirmu makan malam. Bukankah itu sudah cukup."
"Hanya sebuah makan malam dan selesai."
"Kenapa? Apa karena aku penerus Oh Sung Group? Apa karena aku pewaris kekayaan 400 miliyar lebih? Apa kau ingin kaya dalam semalam?"
Shin Mi terus mencecar Suk Bong yang menolongnya karena uang. Suk Bong telanjur kesal dan mengiyakan semua perkataan Shin Mi.
"Jadi mulai sekarang jangan meminta uang padaku. Walaupun aku orang kaya, aku sangat perhitungan dengan uangku."
Lalu Shin Mi pergi meninggalkan Suk Bong.
Suk Bong menerima telepon dari dokter yang mengatakan tes medical-nya sudah keluar. Suk Bong pergi ke rumah sakit.
"Kanker?" Suk Bong kaget mendengar hasil tesnya."Kanker apa? Apa aku akan mati?"
Suk Bong berjalan si stasiun kereta dengan lunglai. Ia teringat penjelasan dokter. Penyakitnya bisa disembuhkan tapi memerlukan biaya yang besar. Rata-rata hidup 5 tahun adalah 50%.
"Tidak bisa. Aku perlu hidup 100%" gumam Suk Bong sedih. "Tapi mengapa ada disana?"
Malamnya Suk Bong membuka internet. Ia mencari sendiri mengenai pengobatan untuk penyakitnya. Ia menemukan artikel yang bisa menyembuhkannya. Ada sebuah cara pengobatan terbaru dari Amerika. Tingkat hidup sampai 90%. Tapi biaya yang di butuhkan sangat mahal.
Suk Bong pusing karena uang tabungannya pun sudah menipis. Ia curhat pada Kang Woo yang dianggapnya becanda.
"Kanker apa?" tanya Kang Woo setelah dilihatnya muka Suk Bong serius.
"Sangat memalukan jika aku mengatakannya. Aku ingin tanya apa keluargamu punya uang?"Suk Bong berusaha meminjam uang pada keluarga Kang Woo. Adik Kang Woo malah mengusulkan untuk menjual rumah saja yang tentu saja ditentang oleh Ibu Kang Woo. Mereka sekeluarga tidak bisa membantu Suk Bong.
Keeesokan harinya Suk Bong minta kasbon pada Kepala hotel. Ia minta 100 juta won. Kepala Hotel jelas aja mencak-mencak. Suk Bong terus memohon dan memberitahu mengenai penyakitnya. Ia bilang ia harus bertahan hidup sebelum menemukan ayah kandungnya (Aku mulai kasian sama Suk Bong. Sebenarnya niat dia cuma satu ketemu sama ayahnya). Kepala Hotel tetap tidak bisa membantunya. Ia bilang seharusnya Suk Bong meminta pada orang yang telah diselamatkan nyawanya olehnya. Suk Bong langsung teringat pada Shin Mi.
Presiden Oh Sung (ayah Shin Mi) tengah mengadakan rapat. Ia membahas tanah di Pulau Jeju yang tak berhasil mereka beli karena sudah didului orang lain. Beliau marah. Shin Mi menawarkan diri utuk mengurus masalah ini.
Suk Bong pergi ke kamar Shin Mi dengan membawa semua makanan yang pernah ia makan saat Shin Mi mentraktirnya. Ia berniat mengembalikan semuanya dan meminta imbalan berupa uang 100 juta won.
Seperti yang lain Shin Mi menolak memberikan uang itu. Kepala Hotel dan sesama bellboy panik saat tahu Suk Bong benar-benar pergi menemui Shin Mi. Mereka berlarian mengejar ke kamar Shin Mi. Di dalam Suk Bong masih memaksa Shin Mi untuk memberinya uang dan Shin Mi tetap menolak. Kepala hotel dan beberapa bellboy datang dan menyeret Suk Bong keluar.
Suk Bong tak pantang menyerah untuk memaksa Shin Mi memberinya uang. Saat bertemu di dalam lift pun ia masih terus usaha. Shin Mi kesal dengan menyuruh So Jung untuk meneruskan ucapannya pada Suk Bong.
Suk Bong makin nekat. Saat tahu Shin Mi sedang bersama Presdir, ia mengangapnya kesempatan. Ia menerobos masuk walu sudah dicegah. Ia memperkenalkan diri pada Presdir sebagai orang yang telah menyelamatkan putrinya.
Presdir bertanya pada Shin Mi apa ia sudah membalas jasa pada orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Suk Bong terlihat senang dan merasa ada harapan. Shin Mi menjawab sudah dengan mentraktir makan malam. Dengan enteng ayahnya bilang itu hal yang sangat benar (Bwaha...Bapaknya Shin Mi neh keterlaluan juga. Jadi tahu Shin Mi pelit turunan dari siapa). Ia malah mengusulkan makan malam dengan Suk Bong juga. Dan menasehati Suk Bong agar bekerja dengan baik.
ekspresi lucu Presdir & Kepala Hotel. |
Shin Mi mendapat laporan tentang orang yang membeli tanah di Pulau Jeju dari pegawainya. Ia mendatangi orang itu di tempat latihan yoga. Orang itu adalah Boo Tae Hee.
Ia bertanya pada Tae Hee apakah dia yang membeli tanah itu. Shin Mi nggak habis pikir Tae Hee membeli tanah itu hanya karena seorang laki-laki yaitu Woon Suk. Hanya karena cemburu pada mereka yang jelas-jelas tidak ada hubungan apa-apa. Tae Hee marah dan menjambak rambut Shin Mi. Shin Mi tak terima, ia balik menjambak rambut Tae Hee juga. Perkelahian sesama wanita tak dapat dihindari. Mereka saling jambak-jambakan rambut.
Woon Suk mendatangi Shin Mi. Shin Mi memintanya untuk menjauhinya. Ia sudah cukup dipusingkan dengan masalah dalam perusahaannya. Shin Mi juga menolak bantuan Woon Suk.
Sementara di rumah Tae Hee marah besar. Ia memakan kue tart dengan kalap. Sekretarisnya meminta berhenti. Tapi Tae Hee tak menggubris ucapannya.
Ia pergi menemui ayahnya yang sedang mengajari anak laki-lakinya matematika. Tae Hee meminta ayahnya menjatuhkan perusahaan Oh Sung atau Frontier. Tentu saja ayahnya menolak permintaan aneh putrinya. Ia malah memberinya kartu kredit dan menyuruhnya shopping sepuasnya (satu lagi bapak yang aneh).
Tae Hee pergi ke mall dan belanja dengan kalap. Kasihan sekretaris Yoon yang harus membawa semua belanjaannya bahkan sampai terjatuh.
Suk Bong membantu So Jung membawakan koper ke kamar Shin Mi.
Shin Mi menghina Suk Bong yang sepertinya bisa mencium bau uang dengan jelas. Koper yang di bawa Suk Bong itu berisi uang. So Jung hendak menyimpan uang itu di brankas tapi Shin Mi menyuruhnya untuk menghitung ulang uang tersebut. Dengan lesu So Jung menurut. Shin Mi membuka koper. Suk Bong 'ngiler' melihat uang sekoper itu. Shin Mi dengan sengaja menghitung uang-uang itu di depan Suk Bong.
Malam hari, diam-diam Suk Bong mengambil kunci kamar Shin Mi. Mengendap-endap masuk kesana dengan membawa koper yang sama seperti milik Shin Mi.
Saat akan keluar, Shin Mi dan So Jung memergokinya. Ajudan hin Mi juga datang (kalo nggak salah namanya Ketua Yoo). Suk Bong mengelak waktu dituduh mencuri. Ia mengatakan koper yang ia bawa adalah miliknya. Ketua Yoo memukul kepala Suk Bong hingga pingsan. Ia membuka koper itu dan ternyata kosong. Kayaknya Suk Bong membatalkan niatnya buat nyuri.
Suk Bong terbangun di kamar hotel. Shin Mi sudah menunggunya untuk sarapan. Ia bertanya untuk apa Suk Bong memerlukan uang sebanyak 100 juta Won.
Suk Bong menjawab "Kanker."
"Kanker apa?" Shin Mi tidak terkejut. Suk Bong enggan menjawab. Lalu Shin Mi menawarkan sebuah kesepakatan. Ia menyuruh Suk Bong mendapatkan kembali tanah di Pulau Jeju yang hampir dibelinya. Jika tugasnya berhasil. Ia akan memberi uang 100 juta yang diinginkan Suk Bong. Shin Mi memberikan surat kontrak jual beli itu yang harus ditandatangani oleh pemilik tanah. Suk Bong ragu.
"Kenapa. Kau tidak yakin?" tanya Shin Mi.
"Kau juga tidak yakin. Makanya memberikan tugas ini padaku. Shin Mi hendak mengambil kembali file itu, tapi Suk Bong bilang akan mencobanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment