Rabu, 27 April 2011

Autumn's Concerto Episode 10

Melihat senyum Mu Cheng membuka kembali kilasan masa lalu Guang Xi. Perlahan ia mendekati Mu Cheng. Mu Cheng agak panik melihat sikap Guang Xi yang terpaku sambil menatapnya tajam. Ia buru-buru pergi menghindar.

Xiao Le dan Tang Tang lagi genit-genitan, hehe...Tang Tang tersenyum malu-malu saat Xiao Le memberinya ciuman jauh. Mereka sedang berakting menjadi suami istri.

Hua Hong datang mengganggu mereka. Ia tak terima Xiao Le menjadi suami Tang Tang. Hua Hong cemburu melihat keakraban mereka. Ia melampiaskannya dengan mengejek Xiao Le dan ibunya. Jelas saja Xiao Le langsung marah. Ia menggigit lengan Hua Hong dan berlari pulang.

Xiao Le pulang dengan menangis. Ia mengadu pada Mu Cheng. Xiao Le ingin cepat besar agar bisa melindungi Mu Cheng. Mu Cheng terharu lalu memeluk Xiao Le dengan mata berkaca-kaca.

Guang Xi yang sedari tadi mendengar percakapan mereka mendekat. Ia menggendong Xiao Le dan menghiburnya. Ia bercerita Santa Claus ketika masih muda seperti Hua Hong suka mengganggu anak-anak lain. Lalu Santa Clause menyadari tidak ada anak yang mau bermain dengannya. Ia sangat marah. Sejak saat itu, ia ingin berubah menjadi anak yang baik. Ia ingin meminta maaf. Lalu ia membuat mainan untuk anak-anak. Akhirnya semua anak memaafkannya. Jadi setiap tahun ia hanya memberikan hadiah untuk anak-anak yang baik. Harapannya agar anak yang nakal yang tidak menerima hadiah menyadari kesalahannya dan tidak berbuat seperti itu lagi sehingga mereka dapat menerima hadiah tahun depan. 
"Dari cerita ini apa yang kita dapat?" tanya Guang Xi mengakhiri cerita.
"Hua Hong akan menjadi Santa Claus saat dia sudah besar?" jawab Xiao Le polos.
Mu Cheng tertawa mendengar jawaban Xiao Le. Guang Xi juga ikut tertawa. Ia menurunkan Xiao Le.
"Yang terpenting Xiao Le tahu jika dia telah melakukan kesalahan, dia seharusnya menjadi seorang pria sejati dan berani meminta maaf. Bahkan jika dia diganggu oleh anak nakal, dia harus seperti seorang pria sejati dengan kepala tegak dan wajah berani. Karena Santa Claus mengenali anak yang baik dan yang nakal. Dia akan menempatkan sebuah salib besar di dahi anak-anak nakal."
Xiao Le mengerti. Ia juga ingin menjadi pria sejati. Ia mendekati Mu Cheng dan berkata akan melindungi Mu Cheng dan meminta maaf pada Hua Hong.

Guang Xi tengah menemani Xiao Le bermain. Hua Ye Cai datang untuk mengucapkan terimakasih pada Guang Xi. Ia menghadiahi Guang Xi bibit bunga Black Jack (sejenis tulip). Guang Xi menerimanya dengan senang.

Tengah malam Mu Cheng mengajari Guang Xi cara menanam bibit bunga yang diberikan Hua Ye Cai. Guang Xi senang melihat sikap Mu Cheng yang bersahabat. Ia berkata Mu Cheng terlihat manis saat tersenyum.
"Bisakah kita berteman?" Guang Xi mengulurkan tangannya pada Mu Cheng.
Mu Cheng ragu-ragu, tapi akhirnya mengulurkan tangannya juga.  

"Dia pergi," ucap Mu Cheng tiba-tiba. Lalu ia berdiri dan membelakangi Guang Xi.
"Bukankah kau pernah bertanya padaku dimana ayah Xiao Le? Dia tidak ada disini. Kami sudah tak berarti apa-apa lagi untuknya. Bahkan jika kami tak sengaja bertemu dijalan suatu hari nanti, kami akan seperti orang asing," cerita Mu Cheng sudah mau terbuka mengenai kehidupan pribadinya.
Guang Xi merasa tak enak setelah mendengar cerita Mu Cheng. Mu Cheng menoleh pada Guang Xi dan berkata tak apa-apa. Yang terpenting baginya ayah Xiao Le hidup dengan baik. Itu sudah cukup untuknya. Guang Xi bertanya pasti Mu Cheng membencinya. Mu Cheng menggeleng dan mengatakan ia tak pernah membenci ayah Xiao Le. Mu Cheng tak menyesal sudah bertemu dan jatuh cinta padanya. Mereka berpisah karena tak ada pilihan lain. Mu Cheng berkata itu merupakan keputusan yang terbaik. Ia sudah menemukan kebahagiaan di desa Hua Tian dan berharap ayah Xiao Le juga bahagia. Jika ada kesempatan bertemu, Mu Cheng ingin mengucapkan terimakasih langsung padanya. Lalu Mu Cheng berdiri menghadap Guang Xi dan menatapnya lekat-lekat.
"Terimakasih...Terimakasih telah memberiku Xiao Le. Anak ini adalah anugerah terbaik yang pernah kuterima dalam hidupku."
Mata Mu Cheng berkaca-kaca. Guang Xi hanya tersenyum mendengar ucapan Mu Cheng. Lalu tiba-tiba mereka mendengar jeritan Xiao Le dari dalam rumah. Mu Cheng dan Guang Xi berlarian masuk. 

Di dalam kamar Xiao Le yang sedang membuat gambar untuk Guang Xi tengah ketakutan karena melihat seekor kecoa. Mu Cheng mendekat dan menenangkannya. Mu Cheng sendiri sebenarnya takut, tapi ia memberanikan diri memukul kecoa itu dengan sandal. Guang Xi tersenyum geli
Mu Cheng mendekati Xiao Le setelah berhasil membunuh kecoa itu. 
"Bukankah kau berkata ingin menjadi seorang pria sejati?"
"Siapa yang bilang seorang pria tak boleh takut pada kecoa," sanggah Xiao Le.
Mu Cheng dan Guang Xi tak dapat menahan tawa. Lalu Mu Cheng menyuruh Xiao tidur karena besok mereka akan pergi ke acara family gathering di sekolah. Xiao Le menyuruh Mu Cheng untuk meminta Guang Xi menjadi ayahnya di acara besok. Mu Cheng memberi pengertian pada Xiao Le bahwa Guang Xi tak mungkin bisa datang. Xiao Le menunduk sedih. Ia kembali pada buku gambarnya dan mencoret tulisan nama Guang Xi disamping gambarnya. Guang Xi merasa iba.

Guang Xi menghubungi Yi Qian. Ia menceritakan pengalamannya tinggal di desa Hua Tian. Antusiasme penduduk desa dan kasus-kasus aneh yang dihadapinya. Ia juga menceritakan sikap pemilik rumah yang ditinggalinya (Mu Cheng) yang dari pertama bertemu sudah membencinya serta kelucuan Xiao Le yang menganggapnya sebagai ayahnya. Guang Xi tersenyum mengingat kejadian saat pertama kali bertemu dengan Xiao Le. Yi Qian agak heran melihat perubahan sikap Guang Xi. Awalnya Guang Xi sangat enggan saat mendapat tugas pelayanan masyarakat di desa Hua Tian. Yi Qian mulai cemas dan meminta Guang Xi secepatnya pulang. Guang Xi berjanji dalam satu minggu ini akan menyelesaikan masalah sengketa tanah dan membujuk penduduk desa Hua Tian segera pindah. 

Mu Cheng menemani Xiao Le ke family gathering di sekolah. Dalam acara itu setiap murid diwajibkan menampilkan satu pertunjukan bersama ayah atau ibu mereka. Xiao Le terlihat murung. Sepertinya ia tengah menunggu seseorang. Ia masih berharap Guang Xi datang. Mu Cheng disampingnya tengah sibuk merajut. Mu Cheng hendak menampilkan keahlian merajutnya. Xiao Le protes. Sebagai anak laki-laki ia merasa malu.
Xiao Le menghambur ke arah meja sambil membawa radio transmisi miliknya. Kemudian berteriak di radionya Mis Su...Mis Su...Hal itu kerap dilakukan Xiao Le untuk menghubungi ayah luar angkasanya. Xiao Le benar-benar berharap ayahnya bisa datang.
Mu Cheng menghampiri Xiao Le dan memberi pengertian pada anaknya. Xiao Le tetap menginginkan ayahnya yang datang. Tiba-tiba Hua Hong datang bersama ayahnya dengan mengenakan seragam judo. Ia mengejek Xiao Le yang tak membawa ayahnya seperti taruhan mereka. Hua Hong merasa menang karena jika Xiao Le kalah berarti Tang Tang harus menjadi pacar Hua Hong. Xiao Le tak mau mengakui kekalahannya. Ia menyakinkan Hua Hong bahwa ayahnya akan segera datang.

Sementara itu, Tang Tang datang mencari Guang Xi ke Balai Desa. Ia ingin meminta bantuan Guang Xi. Guang Xi langsung mengenali Tang Tang sebagai teman sekelas Xiao Le. Tang Tang berkata hanya Guang Xi yang bisa membantunya.
"Paman sudah bertunangan. Kau datang sedikit terlambat. Jika kau datang 20 tahun lagi, mungkin kau masih punya kesempatan," ucap Guang Xi yang mengira Tang Tang adalah salah satu fans-nya.
"Aku tidak ingin menikah denganmu. Aku ingin menikah dengan Xiao Le," jawab Tang Tang.
Lalu ia menceritakan bahwa Xiao Le sedang taruhan dengan Hua Hong. Jika Xiao Le tak membawa ayah luar angkasanya ke family gathering disekolah, berarti Xiao Le kalah dan Tang Tang harus menikah dengan Hua Hong. Tang Tang mengatakan hanya Guang Xi yang dapat menghentikannya. Lalu ia memberikan gambar Xiao Le pada Guang Xi.

Xiao Le semakin murung. Setiap saat ia menengok ke arah pintu, berharap akan kedatangan Guang Xi. Satu persatu teman-teman Xiao Le dan para orang tua mereka maju ke panggung untuk memperlihatkan pertunjukan. Tiba giliran Hua Hong dan ayahnnya maju dan mempertunjukkan family judo. Melihat itu Xiao Le semakin sedih. Mu Cheng berusaha menghiburnya, tapi Xiao Le hanya diam saja.

Tang Tang datang dengan nafas kelelahan. Tepat saat Hua Hong menyelesaikan performance-nya. Ia menghampiri Tang Tang. Ia bertanya mana ayah Xiao Le.

Xiao Le tertunduk sedih. Ibu Guru mengatakan semua anak-anak sudah memperlihatkan pertunjukan. Kini tinggal giliran Xiao Le dan Mu Cheng. Ibu Guru membujuk Xiao Le agar mau maju ke atas panggung. Mu Cheng menggandeng Xiao Le untuk naik ke panggung bersamanya, tapi Xiao Le malah menepis tangan Mu Cheng. Huang Hong menyatakan Xiao Le sudah kalah taruhan dan ia melarang Xiao Le bermain bersama Tang Tang lagi. Lalu  ia mengambil radio transmisi milik Xiao Le. Xiao Le marah. Ia merebut radionya dari tangan Hua Hong. Mereka berebutan radio itu. Akibatnya radio itu jatuh dan rusak. Xiao Le semakin marah dan mulai menangis.
"Kau sudah merusak radioku. Selamanya aku tak akan bisa bertemu ayahku lagi," isak Xiao Le. Lalu ia mengambil radionya dan menghambur keluar sambil menangis.
 

Sebuah mobil masuk ke pelataran sekolah. Xiao Le yang masih menangis segera menghapus air matanya. Guang Xi keluar dari mobil itu dengan pakaian superhero plus kacamata hitam.
"Maaf ayah terlambat," ucap Guang Xi.
Xiao Le tersenyum senang. Ia berlari menyongsong Guang Xi.
Xiao Le memeluk Guang Xi.
"Ayah, akhirnya kau datang," serunya bahagia.
Guang Xi tersenyum. Ia kembali teringat obrolannya dengan Tang Tang saat di Balai Desa tadi. Setelah memberikan gambar Xiao Le. Tang Tang menceritakan impian Xiao Le yang ingin bertemu dengan ayah luar angkasanya. Xiao Le membuat radio transmisi dan dipergunakan setiap hari untuk memanggil ayah luar angkasanya. Tang Tang mempercayai cerita Xiao Le. Hal seperti itu dinamakan keajaiban. Guang Xi terharu mendengar cerita Tang Tang. Akhirnya ia bersedia datang ke sekolah dan menjadikan hari ini sebuah keajaiban untuk Xiao Le.

Mu Cheng terharu. Hubungan darah memang sulit untuk dipisahkan. Walaupun Guang Xi belum tahu hal yang sebenarnya, tapi ia bersedia datang dan menjadi ayah yang selama ini diimpikan Xiao Le. Bos Hua yang tahu Guang Xi bukan ayah Xiao Le hendak memisahkan mereka. Mu Cheng langsung menghalangi niatnya. Ia meminta pengertian pada semua orang untuk bersama-sama mewujudkan impian Xiao Le. Dari dulu Xiao Le sangat mendambakan memiliki seorang ayah. Ibu Guru dan para orang tua setuju. Bos Hua gigit jari.

Guang Xi mendudukkan Xiao Le di atas mobil. Ia memakaikan sepatu roda dan kacamata. Xiao Le sedikit bergaya. Tang Tang memuji Xiao Le yang terlihat tampan.

Xioa Le dan Guang Xi mempertunjukan permainan sepatu roda. Guang Xi menuntun Xiao Le yang belum mahir memakai sepatu roda. Ia membawa Xiao Le ke arah Mu Cheng. Mu Cheng memeluk Xiao Le dengan terharu dan tak bisa menahan tangisnya melihat kebahagiaan Xiao Le. Ia sangat berterimakasih pada Guang Xi.

Guang Xi kembali ke atas panggung. Ia ingin menuntut keadilan atas kenakalan Hua Hong selama ini pada Xiao Le. Ia ingin Hua Hong bertanggung jawab atas kerusakan radio milik Xiao Le. Tiba-tiba Xiao Le bangun. Dengan bijak ia berkata Hua Hong tak perlu mengganti radionya. Xiao Le tahu bahwa Guang Xi bukan ayahnya. Xiao Le juga tahu ayahnya bukan makhluk luar angkasa. Selama ini ia tak tahu ayahnya ada dimana. Ia berterimaksih pada Guang Xi karena mau datang dan berperan sebagai ayahnya. Mu Cheng tak bisa menahan tangis melihat kedewasaan Xiao Le di umurnya yang baru 5 tahun. Ia menangis terharu sambil memeluk Xiao Le.
Melihat kebaikan Xiao Le akhirnya Hua Hong meminta maaf. Ia bersedia meminjamkan semua mainannya pada Xiao Le.

Di rumah Guang Xi kembali mengajari Xiao Le bermain sepatu roda. Tak jauh Mu Cheng duduk sambil memperhatikan mereka. Mu Cheng teringat kembali kenangannya bersama Guang Xi. Mu Cheng bertanya mengapa Guang Xi mau mengajari Xiao Le main sepatu roda. Guang Xi menjawab ia hanya mengikuti perasaannya. Jika dirinya memiliki anak, ia juga akan mengajari anaknya.  
Tiba-tiba Xiao Le terjatuh. Xiao Le kesal karena Guang Xi melepas tangannya. Guang Xi menghampiri Xiao Le dan menasehatinya. Jika kau terjatuh maka bangkit sendiri. Jangan hanya duduk dibawah dan mengeluh. Xiao Le mengerti dan mencoba bangkit sendiri.

Guang Xi menghampiri Mu Cheng. Ia juga mau mengajari Mu Cheng bermain sepatu roda. Dengan takut-takut Mu Cheng mulai berjalan. Guang Xi membantunya dengan memegangi tangannya. Kilasan masa lalu mereka kembali berputar. 
Tiba-tiba mereka terjatuh dengan posisi Mu Cheng diatas tubuh Guang Xi. Mereka agak salah tingkah. Mu Cheng buru-buru bangun. Ia mengkhawatirkan kepala Guang Xi. Guang Xi heran Mu Cheng mengetahui riwayat kesehatannya. Mu Cheng berkilah bahwa Guang Xi pernah menceritakan hal itu. Lalu ia segera menghindar dengan masuk ke dalam rumah.

Guang Xi keluar dari kamarnya. Ia menemukan sebuah kupon bergambar di depan pintu. Kupon itu dari Xiao Le sebagai ucapan terima kasih. Isinya Xiao Le bersedia mendorong Guang Xi di ayunan selama 10 menit.
Sesuai janjinya, Xiao Le mendorong ayunan untuk Guang Xi. 

Mu Cheng menemani Xiao Le tidur. Ia menyalakan kipas angin yang sudah diperbaiki oleh Guang Xi. Mu  Cheng merasa bersalah karena selama ini telah membohongi Xiao Le tentang ayah luar angkasa. Ia tak menyangka selama ini Xiao Le tahu bahwa ayah luar angkasa itu tak ada.

Setelah Xiao Le tidur, Mu Cheng keluar kamar. Guang Xi sudah menunggunya diluar. Guang Xi langsung menarik Mu Cheng untuk mengobati lukanya akibat terjatuh ketika bermain sepatu roda tadi. Mu Cheng memandangi wajah Guang Xi yang tengah serius mengoleskan obat merah ke luka di lututnya. Lagi-lagi ingatan masa lalu mereka berputar di memori Mu Cheng. Ia juga mengingat semua kebaikan dan perhatian  Guang Xi selama ini pada Xiao Le.

Guang Xi selesai mengobati kaki Mu Cheng. Tanpa sadar Mu Cheng mengeluarkan air mata. Guang Xi heran melihat Cheng yang menangis. Mu Cheng buru-buru menghapus air matanya. Ia mengucapkan terimakasih atas semua kebaikan Guang Xi padanya maupun Xiao Le.
"Mengapa kau sangat baik pada kami?"
"Tidak ada alasan. Aku terlalu sombong. Sekali aku masuk ke dalam sesuatu, aku tidak akan menyerah. Selama aku berada disini, aku akan menjaga kalian berdua. Aku akan melindungi kau dan Xiao Le," janji Guang Xi. Untuk Mu Cheng, Xiao Le dan penduduk desa Hua Tian, Guang Xi berjanji akan bekerja keras.

Guang Xi mendapat telepon dari Direktur He. Mereka bertengkar. Direktur He meminta Guang Xi segera membuat pernyataan agar penduduk desa secepatnya pindah. Guang Xi marah dan merobek semua surat-surat persetujuan penggusuran.

Di tempat lain, Tuo Ye berhasil menemukan Bin Zai. Ia segera membebaskan Bin Zai dari penyekapannya. Tiba-tiba beberapa orang datang. Mereka yang telah menyekap Bin Zai. Salah satu dari mereka memberi tahu Tuo Ye bahwa Guang Xi ada di pihaknya. Huan Yu sengaja mengutus Guang Xi ke desa Hua Tian untuk membuat kesepakatan agar penduduk desa mau pindah. Tuo Ye langsung terbakar emosinya. Ia harus bertarung dengan mereka sebelum berhasil membawa Bin Zai kabur.

Pagi hari keluarga kecil Mu Cheng sedang berkumpul di ruang makan. Mu Cheng sedang mempersiapkan keperluan Xiao Le sebelum berangkat sekolah. Mu Cheng membantu Xiao Le merapikan bajunya. Guang Xi tersenyum saat melihat rambut Mu Cheng yang berantakan. Ia reflek membenahi rambut Mu Cheng.
"Kau suka sekali memakan rambutmu?" komentar Guang Xi geli.
Mu Cheng tertegun dengan perlakuan Guang Xi. Lalu agak salah tingkah dan segera menghindar.
Mu Cheng menghindar dengan memberesi tempat sampah dan tak sengaja menemukan robekan surat-surat persetujuan penggusuran yang pernah dibuat Guang Xi. Ia tersenyum senang karena akhirnya Guang Xi bersedia membantu desa Hua Tian dengan tulus.

Guang Xi mulai menyelidik masalah sengketa tanah dengan sikap netral. Ia meminta bantuan sekretarisnya di Taipei untuk menyelidiki kasus sengketa tanah Hua Tian lebih dalam. Mu Cheng bertanya apa kasus ini ada kemajuan. Guang Xi memberitahu sekretarisnya sudah mengirimkan email. Jadi mereka harus segera ke Balai Desa untuk tahu jawabannya. Guang Xi ingin tahu mengapa Huan Yu sangat menginginkan tanah Hua Tian. Mu Cheng juga heran apa yang mereka inginkan dari sebuah tanah kecil padahal pabrik Huan Yu yang dibangun dekat desa Hua Tian hampir mengelilingi desa itu. Mu Cheng mengatakan semua informasi yang ia tahu pada Guang Xi. Sebelumnya Huan Yu mendatangi Kepala Desa untuk membeli tanah Hua Tian. Namun Kepala Desa menolak. Setelah itu, Huan Yu mendapatkan hak tanah Hua Tian karena Bin Zai meminjam uang dengan jaminan tanah Hua Tian untuk berjudi. Dari cerita Mu Cheng, Guang Xi menemukan kejanggalan. Mu Cheng juga memberitahu bahwa Project Manager dari Huan Yu sudah datang dan akan membawa polisi untuk menggusur penduduk desa.
Diskusi mereka terpotong karena Xiao Le harus berangkat ke sekolah. Xiao Le mengingatkan tangan Mu Cheng yang sedang alergi agar tak kena air. Guang Xi bertanya. Mu Cheng hanya mengatakan ia terkena alergi saat bekerja di kebun bunga. Guang Xi terlihat penasaran.

Guang Xi mulai bekerja di Balai Desa. Dari sekretarisnya, Guang Xi tahu bahwa semua pabrik yang berdiri  sekeliling Hua Tian adalah milik Huan Yu. Pabrik itu bergerak dalam manufaktur (pembuatan) kaca dengan pendapatan pertahun sebesar 1,3 milyar NT. Pabrik itu memproduksi minimal 50.000 ton kaca. Karena setiap tahun produksi kaca menghasilkan logam berat dalam jumlah besar seperti arsenic yang menimbulkan polusi beracun.  Jadi Huan Yu mendirikan pusat pengolahan air limbah. Guang Xi bertanya tentang penilaian dampak lingkungan. Sekretarisnya mengatakan penilaiannya sangat normal. Status pabrik berada di safe range setiap tahun. Guang Xi makin penasaran mengapa Huan Yu ngotot ingin membeli tanah Hua Tian. Ia mencoba menelepon Ru Fang Guo. Ia langsung bertanya to the point mengapa Huan Yu menginginkan tanah Hua Tian dan untuk apa. Fang Guo malah menasehati Guang Xi agar tak menyelidiki kasus ini jika masih ingin menikahi Yi Qian. Ia mengatakan tenggat waktu yang diberikan sudah habis. Ia menginginkan besok semua penduduk desa sudah pindah. Fang Guo menyarankan Guang Xi hanya mendengarkan perkataan Direktur He. Jika Guang Xi tak bisa membuat kesepakatan lebih baik segera kembali ke Taipei. Kemudian ia menutup teleponnya. Guang Xi tampak berpikir. Berarti waktunya hanya tinggal satu hari lagi. 

Bibi Hua dan Ci Xin datang membawa keranjang penuh telur. Guang Xi senang dengan perhatian penduduk desa padanya. Kini penduduk desa menganggap Guang Xi sebagai penyelamat. Ci Xin masih saja berpakaian seksi. Guang Xi agak risih melihat pakaiannya yang terbuka di bagian dada. Ia mengingatkan Ci Xin dengan membenahi bajunya sendiri. Ci Xin mengerti dan membetulkan bajunya. Tapi ia malah tersenyum malu-malu saat menyadari kaos Guang Xi juga agak terbuka. Guang Xi langsung menaikkan kaosnya. Hua Ye Cai juga datang kesana. Ia masih merasa berhutang budi pada Guang Xi. Maka itu, ia datang untuk menandatangani surat kontrak pembebasan yang pernah diminta Guang Xi. Padahal surat itu berisi persetujuan penggusuran. Guang Xi merasa bersalah. Ia terlihat bingung.
"Kakek Hua Ye Cai, kau tak bisa menandatangani surat itu. Sebenarnya aku..."
"Seorang pembohong," Tiba-tiba Tuo Ye datang bersama Bin Zai.
Mereka datang membuka kedok Guang Xi. Tuo Ye sudah mengetahui Guang Xi adalah calon menantu dari Direktur He, pemilik perusahaan Huan Yu. Ia menuding Guang Xi sengaja diutus Huan Yu untuk mempengaruhi penduduk desa agar mau pindah. Guang Xi tampak syok dan tak bisa membantah ucapan Tuo Ye.